Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“ STEROID”
KIMIA BAHAN ALAM

OLEH:

KELOMPOK V ( Lima) :

Norris Sandy (1011013071)

Aivi Yola Dwiputri ( 1011013012)

Mutia Ardila ( 1011013038)

Desi Elfira ( 1011013074)

Hercegovina ( 1011013063)

Nipebriyanti Kristya Rahyu ( 1011013060)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2011
STEROID

Asal Usul Steroid

Percobaan-percobaan biogenetik menunjukkan bahwa steroid yangterdapat di alam berasal dari


triterpen. Steroid yang terdapat dalam jaringan hewan berasal dari triterpen lanosterol, sedangkan yang
terdapat dalam jaringan tumbuhan berasal dari triterpen sikloartrenol, setelah triterpen ini mengalami
serentetan perubahan tertentu. Tahap-tahap awal dari biosintesis steroid adalahsama bagi semua steroid
alam, yakni pengubahan asam asetat melalui asam mevalonat dan skualen (suatu triterpen) menjadi
lanosterol atau sikloartrenol.Pokok-pokok reaksi biosintesis steroid tercantum pada Gambar 4.1.
Percobaan-percobaan menujukkan pula bahwa skualen terbentuk dari duamolekul farnesil
pirofosfat yang bergabung secara ekor-ekor, yang segera diubahmenjadi 2,3-epoksiskualen. Selanjutnya,
lanosterol terbentuk oleh kecenderungan2,3-epoksiskualen yang mengandung lima ikatan rangkap untuk
melakukansiklikasi ganda. Siklikasi ini diawali oleh protonasi gugus epoksi dan diikuti olehpembukaan
lingkar epoksida
Sebagaimana tercantum dalam Gambar 4.1. kolesterol terbentuk darilanosterol setelah terjadi
penyingkiran tiga gugus metil dari molekul lanosterol,yakni dua dari atom karbon C-4 dan satu dari C-14.
Percobaan menunjukkanbahwa penyingkiran ketiga gugus metil itu berlangsung secara bertahap,
mulaidari gugus metil pada C-14 dan selanjutnya dari C-4. Kedua gugs metal padakedua C-4 disingkirkan
sebagai karbon dioksida, setelah keduanya mengalamioksidasi menjadi gugus karboksilat. Sedangkan,
gugus metil pada C-14 disingkansebagai asam format, HCOOH, setelah gugus metil itu mengalami
oksidasimenjadi gugus aldehid.

Biosintesa Steroid
Gambar 4.1. Reaksi biosintesa Steroid
2 1
COOH PPO
HO
CH3COOH 3
OPP
5
CH3 CH2OH
4

2 x Farnesil pirofosfat

13
12 [O]
5
11
4 6 10
+ 2 HOPP
3 6

H+ O 7 9
2 8
1

2,3 - Epoksiskualen Skualen (C30)

H
H H

CH2

HO
21 22 24 27
20 25
18 23
12
17
11 26
19 13
1 16
2 9 14
10 8 15

7
3 5
H
O 4 6
28 29
Lanosterol (C30)
HO
Sikloartrenol (C30)
-3C

Fitosteroid

HO

Kolesterol
Percobaan dengan jaringan hati hewan, menggunakan 2,3-epoksiskualen yang diberi tanda
dengan isotop 180, menunjukkan bahwa isototp 180 itu digunakan untuk pembuatan lanosterol,
menghasilkan (180)-lanosetrol radioaktif. Hasil percobaan itu membuktikan bahwa 2,3-epoksiskualen
terlbat sebagai senyawa antara dalam biosintesa steroid.
Kesimpulanbahwa lanosterol dan sikloartenol adalah senyawa-senyawa antara untuk sintesa
steroid, masing-masing dalam jaringan hewan dan tumbuhan, didasarkan pada beberapa pengamatan
berikut. Pertama, Sikloartrenol bertanda, ternyata digunakan dalam pembentukan steroid tumbuhan
(fitosteroid). Kedua, sikloartenol banyak ditemukan dalam tumbuha, sedangkan lanosterol jarang. Ketiga,
Jaringan hati tidak dapat menggunakan sikloartenol, sebagai pengganti lanosterol,dalam pembuatan
kolesterol dan steroid lainnya.
Adapun reaksi-reaksi selkanjutnya, yang lain dialami oleh kolesterol dan sikloartenol, akan
menghasilkan berbatgai kelompok steroid, seperti diuraikan diatas. Oleh karena pokok-pokok reaksi
biogenesis yang terjadi adalah sama, maka senyawa-senyawa yang termasuk dalam suatu kelompok
tertentu akan mempunayai struktur dasar yang sama pula (lihat daftar 4.1.).

c. Stereokimia Steroid
Stereokimia steroid telah diselidiki oleh para ahli kimia dengan menggunakan cara analisa sinar
X dari struktur kristalnya, atau cara-cara kimia. Percobaan-percobaan menunjukkan bahwa konfigurasi
dari kerangka dasar steroid dapat dinyatakan seba\gai berikut :
R
CH3 CH3
H3 C H R
D
10 C CH3
(S) (S) (S)
A B (S)
5 H
(R) H
H
H H
atau (R)

R
CH3

CH3
CH3 H R
CH3
D (S) (S)
H 10 C
(S)
B (S) H H
H atau
A 5
H
H

Dengan menggunakan model molekul akan segera terlihat bahwa molekul steroid relatif datar
(planar). Berdasarkan hal ini, atom atau gugus yang terikat pada inti molekul dapaaat dibedakan atas dua
jenis. Jenis pertama, atom atau gugus yang berada disebelah atas bidang molekul, yakni pada pihak yang
sama dengan gugus metil pada C-10 dan C-13, yang disebut konfigurasi – β. Ikatan-ikatan yang
menghubungkan atom atau gugus ini denbgan inti steroid, digambarkan dengan garis tebal. Jenis kedua,
atom atau gugus yang berada disebelah bawah bidang molekul, disebut konfigurasi – α, dan ikatan-
ikatannya digambarkan dengan garis putus - putus. Sedngkan atom atau gugus yang konfigurasinya
belum jelas, apakah α atau β, dinyatakan dengan (xi) dan ikatannya digambarkan dengan bergelombang.
Kedua konfigurasi steroid tersebut diatas mempunyai perbedaan sebagai berikut. Pada
konfigurasi pertama, cincin A dan cincin B terlebur sedemikian rupa sehingga hubungan antara gugus
metil pada C-10 dan atom hidrogen pada C-5 adalah trans(A/B trans). Pada konfigurasi ini gugus metil
pada C-10 adalah β dan atom hidrogen pada C-5 adalah α. Pada konfigurasi kedua, peleburan cincin A
dan B menyebabkan hubungan antara gugus metil dan atom hidrogen itu menjadi cis (A/B cis) dan
konfigurasi kedua substituen adalah β. Dengan demikian pada steroid alam konfigurasi atom C-5 dapat
berubah – ubah, yakni α atau β. Steroid dmana konfigurasi atom C-5 adalah β, termasuk deret 5 β.
Pada kedua konfigurasi diatas, hubungan antara cincn B/C dan cincin C/D kedua-duanya adalah
trans> Cincin B dan C diapit oleh cincin A dan cincin D sehinga perubahan konformasi dari cincin B dan
C sukar terjadi. Oleh karena itu, peleburan cincin B/C dalam semua steroid alam adalah trans. Akan
tetapi, perubahan konformasi dari cincin A menyebabkan steroid dapat berada dalam salah satu dari
kedua konfigurasi tersebut diatas. Perubahan terhadap cincin D dapat mengakibatkan hal yang sama,
sehingga peleburan cincin C/D dapat cis atau trans. Akan tetapi, prlu dicatat bahwa peleburan C/D trans
ditemukan pada hambpir sebagian besar steroid alam, kecuali kelompok aglikon kardiak dimana C/D
adalah cis.
Pada semua steroid alam , substituen pada C-10 dan C-9 berada pada pihak yang berlawanan dari
bidang molekul, yakni trans, Begitu pula hubungan antara substituen pada posisi C-8 dan C-14 adalah
rans, kecuali pada senyawa- senyawa yang termasuk kelompok gilkon kardiak. Dengan demikian,
stereokimia dari steroid alam mempunyai suatu pola umum, yakni substituen-substituen pada titik-titik
temu dari cincin disepanjang ” tulang punggung” molekul C-5-10-9-8-14-13 mempunyaihubungan trans.

Tata Nama Steroid

Sebagaimana senyawa organik lainnya, tata nama sistematik dari steroid ( menurut
”International Union of Pure and Applied Chemistry” IUPAC) didasarkan pada struktur dari hidrokarbon
steroid tertentu. Nama hidrokarbon steroid itu ditambahi awalan atau akhiran yang menunjukkan jenis
substituen. Sedangkan, posisi dari substituen itu ditunjukkan oleh nomor atom karbon, dimana substituen
itu terikat. Untuk maksud ini, penomoran atom karbon dalam molekul steroid adalah sebagai berikut;

21 24 27
20 22 R1
19CH 25
CH3
12 3 23
17
11 26
18 13 16
1 CH3 CH3 H
2 9 14
10 8 15 10
H H
3
5 7
4 6 H
Penomoran kerangka steroid Struktur umum steroid

Berdasarkan struktur umum steroid, seperti digambarkan diatas, maka jenis-jenis hidrokarbon
induk dari steroid tercantom dalam daftar 4.2.
Daftar 4.2. Hidrokarbon Induk Steroid

Nama Jumlah Atom C Jenis Rantai Samping R


Androstan C19 -H
Pregnan C21 - CH2CH3
Kolan C24 - CH(CH3) (CH2)2CH3
Kolestan C27 - CH(CH3) (CH2)3CH(CH3)2
Ergostan C28 - CH(CH3) (CH2)2CH(CH3)CH(CH3)2
Stigmastan C29 - CH(CH3) (CH2)2CH(C2H5)CH(CH3)2

Hidrokarbon induk yang lain steroid ialah estran, kardanolida, dan spirostan, seperti tercantum dibawah
ini:

25
O 23
O 26
21
O 27
21
20 24
23
22
22
20 CH3
CH3 CH3 O
H H
H H CH3 H H H
H H H H
H
H H
Estran (C18) Kardanolida (C23) Spirostan (C27)

Seperti relah diuraikan di atas, konfigurasi dari atom C-5 dapat b erubah-ubah dari suatu steroid
yang lain. Oleh karena itu, dalam tiap-tiap nama sistematik steroid konfiguirasi atom C-5 harus
ditunjukkan oleh awalan 5α atau 5β, kecuali apabila pada atom C-5 terdapat ikatan rangka. Selanjutnya,
stereokimia dari titik-titik temu cincin yang lain dianggap sama, seperti ditunjukkan oleh struktur
hidrokarbon diatas, kecuali jika dinyatakan lain.
Dalam pemberian nama steroid, jenis substituen ditunjukkan sebagaimana lazimnya berlaku,
yakni memberi awalan atau akhiran pada nama hidrokarbon induk. Sedangkan, posisi dari substituen
harus ditunjukkan oleh nomor dari atom karbon dimana ia terikat. Konfigurasi dari substituen ditunjukkan
pula oleh huruf-huruf yunani α atau β (bila diketahui) atau ξ (bila tidak diketahui).
Tata cara penamaan steroid, seperti diuraikan diatas, dapat ditunjukkan oleh beberapa contoh,
seperti tercantum dalam daftar 4.3.
Perlu pula dicatat bahwa disamping nama sistematik, nama-nama trivial seperti nama kolesterol,
oestron, testosteron, kortison,aldosteron, dan sebagaimana lazim pula digunakan.
Daftar 4.3. Nama sistematik beberapa steroid.

5 α, 14 β, 17 α – Pregnan5 α, -Kolest-8(14)-en-13 β –ol

Klasifikasi Steroid

Sejak lama orang telah mengetahui bahwa batu empedu terdiri darisebagian besar dari alcohol
yang berwujud kristal putih yang disebut kolesterol,berasal dari bahasa Yunanichole ”empedu” dans ter
os “padat”. Penyelidikan-pemnyelidikan menunjukkan bahwa kolesterol mempunyai rumus C27H46O
yangmengandung sebuah ikatan rangkap . Stuktur kolesterolyang sesungguhnya,antara lain ditetapkan
berdasarkan reaksi dehidrogenasioleh selenium yangmenghasilkan hidrokarbon Diels, dan berdasarkan
analisis sinar X. Selanjutnya,kolesterol telah di sintesis pada tahun 1952 sebagai hasil karya Woodward
dariAMerika Serikat dan pada tahun 1953 oleh Robinson dari Inggris.

Molekul kolesterol terdiri atas tiga lingkar enam yang tersusun sepertidalam fenantren dan
terlebur dalam suatu lingkar lima. Hidrokarbon tetrasiklikjenuh, yang mempunyai sistem lingkar
demikian dan terdiri atas 17 atom karbon,disebut 1,2 siklopentenoperhidrofenantren. Kerangka karbon in
ditemukan dalambanyak senyawa yang tergolong senyawa bahan alam, yang disebut steroid.

Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa dan pengelompokan inididasarkan pada efek
fisiologis yang diberikan oleh masing-masing kelompok.Kelompok-kelompok itu ialah
1. kolesterol
2. vitamin D
3. asam-asam empedu
4. hormon seks
5. hormone adrenokortikoid
6. steroid saponin
Ditinjau dari segi struktur molekul, perbedaan antara berbagai kelompok steroid ini ditentukan oleh:
- jenis substituen R1, R2 dan R3, yang terikat pada kerangka dasar karbon, seperti tercantum
diatas.
- Sedangkan perbedaan antara senyawa satu dengan yang lain dari suatu kelompok tertentu
ditentukan oleh
- panjang rantai karbon R1,
- gugus fungsi yang terdapat pada substituen R1, R2 dan R3,
- jumlah serta posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan rangkap,
- dan konfigurasi dari pusat-pusat asimetris pada kerangka dasar karbon itu.
Beberapa contoh yang mewakili masing-masing kelompok steroid diatas
tercntum pada daftar 4.1

VITAMIN D

Vitamin D tergolong vitamin yang mudah larut dalam lemak dan merupakan prahormon jenis
sterol. Vitamin D merupakan kelompok senyawa sterol yang terdapat di alam, terutama pada hewan,
tetapi juga ditemuikan di tumbuhan maupun ragi. Vitamin D terdiri dari dua jenis, yaitu vitamin D 2
(ergokalsiferol) dan vitamin D3 (kholekalsiferol). Ergokalsiferol biasanya terdapat dalam steroid tanaman,
sedangkan kholekalsiferol terdapat pada hewan. Kedua jenis vitamin D tersebut memiliki struktur kimia
berbeda, namun fungsinya identik.

Sebenarnya, terdapat lebih kurang 10 derivat sterol yang memiliki aktivitas vitamin D, namun
ergosterol dan 7α-dehidrokolesterol, merupakan provitamin D utama yang menghasilkan secara berturut-
turut D2 dan D3. Pada tuimbuhan, iradiasi ergosterol menyebabkan terbentuknya ergokalsiferol (vitamin
D2). Pada hewan, iradiasi 7α-dehidrokolesterol menghasilkan kholekalsiferol (vitamin D 3).
Struktur Kimia Vitamin D

Vitamin D termasuk dalam grup sterol. Nama vitamin D adalah nama umum dari semua steroid
yang secara kualitatif memperlihatkan aktivitas kholekalsiferol. Gambar 1., menampilkan struktur kimia
vitamin D2 dan vitamin D3.

ergokalsiferol

kholekalsiferol

Gambar.1. Struktur kimia ergokalsiferol dan kholekalsiferol

Sifat-sifat Vitamin D

Kholekalsiferol tidak larut dalam air, larut dalam larutan organik dan minyak tumbuh-tumbuhan.
Cairan aseton akan menyebabkan Kholekalsiferol berbentuk kristal halus putih. Kholekalsiferol dirusak
oleh sinar ultraviolet yang berlebihan dan oleh peroksida dengan adanya asam lemak tidak jenuh yang
tengik. Bahan pangan campuran yang cukup kandungan vitamin E dan antioksidan bisa melindungi
rusaknua vitamin D.

Manfaat Vitamin D

Vitamin D2 dan D3, memiliki nilai antirachitis yang sama untuk manusia, anjing, babi, tikus dan
ruminansia, namun pada unggas, D3 lebih bermanfaat daripada D2.

Vitamin D berfungsi dalam homeostasis kalsium-fosfor bersama-sama dengan parathormon dan


calcitonin. Kalsium darn fosfor sangat diperlukan pada proses-proses biologik. Kalsium penting untuk
kontraksi otot, transmisi impul syaraf, pembekuan darah dan struktur membran. Vitamin D juga berperan
sebagai kofaktor bagi enzim-enzim, seperti lipase dan ATP-ase. Fosfor memegang peranan penting
sebagai komponen DNA dan RNA, fosforilasi protein-protein untuk pengaturan jalur-jalur metabolik.
Kalsium dan Fosfor serum pada kadar tertentu penting untuk mineralisasi tulang secara normal .

Sumber Vitamin D

Vitamin D terkandung dalam minyak hati dari berbagai ikan, susu, mentega, kuning telur, dan
tumbuh-tumbuhan yang telah disinari.

Metabolisme Vitamin D

Vitamin D dari makanan diserap pada bagian proksimal usus halus. Baik anak-anak maupun
orang dewasa dapat menyerap sampai 80% dari jumlah vitamin D yang dikonsumsi, tergantung faktor-
faktor yang membantu atau menghambat penyerapan. Setelah diserap, vitamin D digabungkan dengan
kilomikron dan diangkut dalam sistem limfatik. Dari sistem limfatik, vitamin D dilepaskan, dari
kilomikron dan masuk ke saluran darah. Di dalam plasma darah, vitamin D diikat oleh suatu protein
pentransport, yaitu vitamin D-binding protein (DBP) atau globulin. Melalui saluran darah tersebut,
vitamin D ditransportasikan ke hati dan oleh mikrosom/mitokondria hati, vitamin D 3 dihidroksilasi pada
posisi ke-25, menjadi kalsidiol (calcidiol, atau 25-hidroksi-kolekalsiferol/ 25-hidroksi vitamin D 3 )
dengan bantuan enzim 25-D3-hidroksilase. Selanjutnya 25-hidroksi vitamin D3 memasuki sirkulasi
menuju ginjal.

Bila kadar kalsium darah rendah, kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon parathormon yang
akan merubah kalsidiol menjadi kalsitriol. Proses ini terjadi di mitokondria tubulus proksimalis ginjal,
dimana 25-hidroksi vitamin D3 mengalami hidroksilasi pada posisi ke-1 menjadi 1α- 25-dihidroksi
vitamin D3, dengan bantuan enzim 1α-hidroksilase. Senyawa 1α-25-dihidroksi vitamin D3 inilah yang
merupakan metabolit vitamin D3 yang paling kuat dan berperan dalam meningkatkan absorbsi kalsium
dalam usus dan reabsorbsi kalsium dalam ginjal. Bila kadar kalsium darah tinggi, kelenjar gondok (tiroid)
mengeluarkan hormon kalsitonin (calcitonin) yang akan mengubah kalsidiol menjadi 24,25-dihidroksi
vitamin D3 dengan adanya peran enzim 24-hidroksilase yang menghidrolisis 25-hidroksi vitamin D 3 pada
posisi 24. Metabolit 24,25-dihidroksi vitamin D 3 ini adalah bentuk vitamin D inaktif, berkepentingan
dalam peningkatan absorbsi kalsium dari usus, tetapi menurunkan kalsium dan fosfor serum untuk
meningkatkan mineralisasi tulang.

Defisiensi Vitamin D

Gejala defisiensi vitamin D antara lain : (1) rakhitis, yaitu suatu kelainan dari tulang akibat
kekurangan kalsium dan/fosfor. Terjadi terutama pada bayi atau hewan muda. Hanya mamalia dan burung
yang dapat terserang rakhitis. (2) Osteomalasia, suatu keadaan yang ditandai oleh dekalsifikasi sebagian
tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lunak dan rapuh. Hal ini terjadi pada orang dewasa dan
hewan yang tulangnya sudah tumbuh sempurna. (3) Konsentrasi fosfor serum yang rendah, dan (4)
Penebalan dan pembengkakan persendian.

Penyakit lain yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D adalah gigi akan lebih mudah rusak,
otot mengalami kejang-kejang, pertumbuhan tulang tidak normal yang biasanya betis kaki akan
membentuk huruf O atau X.
Defisiensi vitamin D primer, bisa terjadi apabila dalam diet kurang kalsium, kurang sinar
matahari, yang terjadi pada ibu hamil pada iklim dingin. Defisiensi sekunder bisa terjadi karena beberapa
hal, antara lain gangguan absorbsi lemak, kegagalan fungsi ginjal, hipoparatiroid, pemakaian obat
antikonvulsi dalam waktu lama.

Vitamin D (Calcitriol)

Bioaktif vitamin D atau calcitriol adalah hormon steroid yang telah lama dikenal untuk peran penting
dalam mengatur kadar tubuh kalsium dan fosfor, dan mineralisasi tulang. Baru-baru ini, telah
menjadi jelas bahwa reseptor untuk vitamin D yang hadir dalam berbagai macam sel, dan bahwa
hormon ini memiliki efek biologis yang memperpanjang jauh melampaui kontrol metabolisme
mineral.

Struktur dan Sintesis

Istilah vitamin D, sayangnya, istilah tidak tepat mengacu pada satu atau lebih anggota dari kelompok
molekul steroid.Vitamin D 3, juga dikenal sebagai cholecalciferol dihasilkan pada kulit hewan ketika
energi cahaya diserap oleh molekul prekursor 7-dehydrocholesterol. Vitamin D adalah vitamin
demikian tidak benar, karena individu dengan paparan sinar matahari yang memadai tidak
memerlukan suplemen makanan. Ada juga sumber makanan vitamin D, termasuk kuning telur,
minyak ikan dan sejumlah tanaman. Bentuk tanaman vitamin D yang disebut vitamin D 2 atau
ergosterol.Namun, diet alami biasanya tidak mengandung jumlah yang cukup vitamin D, dan paparan
sinar matahari atau konsumsi bahan makanan sengaja dilengkapi dengan vitamin D yang diperlukan
untuk mencegah kekurangan.

Vitamin D, baik sebagai D 3 atau D 2, tidak memiliki aktivitas biologis yang signifikan. Sebaliknya,
itu harus dimetabolisme dalam tubuh menjadi bentuk hormon aktif yang dikenal sebagai 1,25-
dihydroxycholecalciferol. Transformasi ini terjadi dalam dua langkah, seperti yang digambarkan
dalam diagram di sebelah kanan:

1. Dalam hati, cholecalciferal adalah dihidroksilasi untuk25-hydroxycholecalciferol oleh


enzim 25-hidroksilase.
2. Dalam ginjal, 25-hydroxycholecalciferol berfungsi sebagai substrat untuk 1-alpha-
hidroksilase, menghasilkan 1,25-dihydroxycholecalciferol, bentuk biologis aktif.

Masing-masing dari bentuk vitamin D adalah hidrofobik, dan diangkut dalam darah terikat dengan
protein pembawa.Pembawa utama disebut, tepat, vitamin D-binding protein.Para halflife 25-
hydroxycholecalciferol adalah beberapa minggu, sedangkan 1,25-dihydroxycholecalciferol hanya
beberapa jam.

Pengendalian Sintesis Vitamin D

Hati sintesis 25-hydroxycholecalciferol hanya longgar diatur, dan darah tingkat molekul ini sebagian
besar mencerminkan jumlah jumlah vitamin D diproduksi di kulit atau tertelan. Sebaliknya, aktivitas
alfa-1-hidroksilase di ginjal secara ketat diatur dan berfungsi sebagai titik kontrol utama dalam
produksi hormon aktif. Para inducer utama dari 1-alpha-hidroksilase adalah hormon paratiroid ,
melainkan juga disebabkan oleh tingkat darah rendah fosfat.

Perbedaan spesies yang menarik ada di kemampuan untuk mensintesis vitamin D melalui jalur sinar
matahari dimediasi dijelaskan di atas. Kulit manusia, kuda, babi, tikus, sapi dan domba mengandung
jumlah yang memadai dari 7-dehydrocholesterol yang secara efektif dapat dikonversi ke
cholecalciferol. Sebaliknya, kulit anjing dan kucing constains jumlah signifikan lebih rendah dari 7-
dehydrocholesterol dibandingkan spesies lain, dan konversi fotokimia untuk cholecalciferol cukup
efisien; anjing dan kucing dengan demikian tampaknya bergantung pada asupan vitamin D lebih
daripada hewan lainnya.

Vitamin D reseptor dan Mekanisme Aksi


Bentuk aktif vitamin D mengikat reseptor intraseluler yang kemudian berfungsi sebagai faktor
transkripsi untuk memodulasi ekspresi gen. Seperti reseptor untuk hormon steroid dan hormon tiroid
lainnya , reseptor vitamin D memiliki domain pengikat hormon dan DNA-mengikat. Reseptor
vitamin D bentuk kompleks dengan reseptor intraseluler lain, reseptor retinoid-X, dan heterodimer
itulah yang mengikat DNA. Dalam kasus yang paling banyak dipelajari, efeknya adalah untuk
mengaktifkan transkripsi, namun situasi juga dikenal di mana vitamin D menekan transkripsi.

Reseptor vitamin D mengikat beberapa bentuk cholecalciferol. Afinitas Its untuk 1,25-


dihydroxycholecalciferol adalah sekitar 1000 kali bahwa untuk 25-hydroxycholecalciferol, yang
menjelaskan potensi biologis relatif mereka.

Efek Fisiologis Vitamin D

Vitamin D juga dikenal sebagai hormon yang terlibat dalam metabolisme mineral dan pertumbuhan
tulang. Efeknya yang paling dramatis adalah untuk memfasilitasi penyerapan kalsium di usus,
meskipun juga merangsang penyerapan ion fosfat dan magnesium. Dengan tidak adanya vitamin D,
kalsium makanan tidak diserap sama sekali efisien. Vitamin D merangsang ekspresi sejumlah protein
yang terlibat dalam pengangkutan kalsium dari lumen usus, seluruh sel-sel epitel dan masuk ke
darah. Yang terbaik-dipelajari dari transporter kalsium calbindin, sebuah protein intraseluler yang
feri kalsium di sel epitel usus.

Banyak efek vitamin D pada tulang telah dibuktikan. Sebagai regulator transkripsi protein matriks
tulang, menginduksi ekspresi osteocalcin dan menekan sintesis kolagen tipe I. Dalam kultur sel,
vitamin D menstimulasi diferensiasi osteoklas. Namun, penelitian manusia dan hewan dengan
defisiensi vitamin D atau mutasi pada reseptor vitamin D menunjukkan bahwa efek ini mungkin
tidak penting fisiologis utama, dan bahwa efek crutial vitamin D pada tulang adalah untuk
memberikan keseimbangan yang tepat dari kalsium dan fosfor untuk mendukung mineralisasi.

Ternyata bahwa vitamin D reseptor yang hadir dalam kebanyakan jika tidak semua sel dalam
tubuh. Selain itu, eksperimen menggunakan sel budidaya telah menunjukkan bahwa vitamin D
memiliki efek kuat terhadap pertumbuhan dan diferensiasi berbagai jenis sel. Temuan ini
menunjukkan bahwa vitamin D memiliki efek fisiologis yang lebih luas yang berperan dalam
homeostasis mineral dan fungsi tulang. Ini merupakan bidang penelitian aktif dan pemahaman yang
lebih baik dari daerah ini kemungkinan akan tersedia dalam waktu dekat.

ASAM EMPEDU

Empedu sering dikaitkan dengan hal-hal negatif. Padahal asam empedu yang dibuat di hati dari
kolesterol dan disekresikan ke dalam empedu bersamaan dengan kolesterol memiliki fungsi penting.
Asam empedu membantu menjaga kolesterol di empedu dalam bentuk cair dan mengurangi pembentukan
kolesterol batu empedu yang lebih dikenali sebagai batu empedu.
Dalam usus halus asam empedu memainkan peran yang penting dalam penyerapan lemak nabati.
Fraksi asam empedu yang masuk ke dalam usus halus kembali diserap dan kembali ke liver dan sekali
lagi kembali disekresikan oleh empedu. Sisa asam empedu yang tertinggal dalam feces adalah cara
mengeluarkan kolesterol dari dalam tubuh.

Sintesis Asam/Garam Empedu


Asam empedu primer disintesis dari kolesterol. Asam empedu primer ini adalah asam kolat (jumlah
terbesar) dan asam kenodeoksikolat yang keduanya dibentuk dari prekursor kolesterol itu sendiri. Reaksi
7α-hidroksilasi pada kolesterol merupakan tahap pertama yang wajib pada biosintesis asam empedu.
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim 7α-hidroksilase, yaitu suatu enzim mikrosomal. Reaksi 7α-hidroksilasi
ini memerlukan oksigen, NADPH serta sitokrom P450. Lintasan biosintesis asam empedu akan membagi
menjadi satu sublintasan yang menghasilkan kolil KoA yang ditandai dengan gugus ekstra α-OH pada
posisi 12, dan lintasan lain yang menghasilkan kenodeoksikolil KoA. Di luar perbedaan ini, kedua
lintasan melibatkan reaksi hidroksilasi dan pemendekan rantai samping yang serupa, untuk memberikan
struktur asam empedu yang khas. Asam empedu primer ini memasuki getah empedu sebagai konjugat
glisin atau taurin. Konjugasi berlangsung di peroksisom. Mengingat getah empedu mengandung kalium
dan natrium yang tinggi dan pHnya basa, maka diasumsikan asam empedu dan konjugatnya sebenarnya
berbentuk garam – karena itu getah empedu disebut garam empedu. 

Sebagian asam empedu primer di dalam usus mengalami beberapa perubahan lebih lanjut oleh
aktivitas bakteri usus. Perubahan ini mencakup reaksi dekonjugasi dan 7α-dehidroksilasi, yang
menghasilkan asam empedu sekunder, yaitu asam deoksikolat dari asam kolat, dan asam litokolat dari
asam kenodeoksikolat. Kurang dari 5% garam empedu dibuang bersama feses yang merupakan jalur
utama ekskresi kolesterol dan sisanya masuk ke siklus enterohepatik melalui absorpsi kembali di ileum. 

Hormon Seksual

Kelompok ini penting dapat lagi dibagi menjadi estrogen, progestagens, dan androgen. Androstenedion,
diproduksi di kelenjar adrenal dan gonad (ovarium dan testis), adalah prekursor umum dari semua
hormon seksual. Pada wanita, androstenedione diproduksi oleh sel-sel teka dan sel granulosa diekspor
untuk produksi estrogen.
Andostenedione

Senyawa ini juga dideteksi pada serbuk sari suatu spesies pinus (Pinus sylvestris) (Saden-Krehula M. et
al, Experientia 1971, 27, 108.). Telah juga dilaporkan di Nicotiana tabacum dan Inula helenium pada
tingkat 8 sampai 11 pmol / g (Simersky R dkk, J Pertumbuhan Tanaman Regul 2009, 28, 125.).
Keberadaannya juga didokumentasikan di perairan dan sedimen bawah sungai yang menerima limbah
pabrik kertas.

Andostenedione

2. Estrogen:

Steroid C18 umumnya dengan fungsi fenol pada C-3 (cincin aromatik yang lebih dulu), tanpa kelompok
metil di C-10, dan dengan fungsi oksigen selalu di C-17. Contohnya 17b-estradiol

estradiol

Estrone (atau folliculin) adalah senyawa yang mirip dengan 17b-estradiol tapi dengan kelompok keton
pada C-17. Disekresi oleh ovarium, ia memiliki aktivitas estrogenik tetapi juga hadir dalam tanaman
(serbuk sari dan biji kurma, biji delima). Hormon ini ditemukan oleh Butenandt A (Hadiah Nobel dalam
bidang kimia, 1939).
estron

Estriol (E3) hanya diproduksi dalam jumlah yang signifikan selama kehamilan seperti yang dibuat oleh
plasenta dari 16-Hydroxydehydroepiandrosterone sulfat (16-OH DHEAS), sebuah androgen steroid yang
dibuat di hati janin dan kelenjar adrenal

estriol

Progestagens steroid: C21 dengan kelompok en-4-satu-3 dan fungsi keton di C-20. Contohnnya
progesteron . Pada tahun 1934, Butenandt A (Hadiah Nobel dalam bidang kimia, 1939) dan Westphal U
berhasil memproduksi hormon ini dalam bentuk kimia murni.
progesteron

Tingginya kadar progesteron telah dilaporkan pada tanaman, Nicotiana tabacum dan Digitalis purpurea
(55 hingga 59 pmol / g) (Simersky R dkk, J Pertumbuhan Tanaman Regul 2009., 28, 125).
Guggulsterone merupakan analog dari progesteron. Sterol yang ditemukan dalam resin pohon guggul
(Commiphora mukul).

Guggulsterone

Ekstrak pohon Guggul telah disarankan untuk menurunkan kadar low-density lipoprotein pada model
hewan, telah berhasil digunakan dalam Ayurveda pengobatan setidaknya sejak 600 SM untuk mengobati
gangguan obesitas dan lipid (Satyawati GV dkk, India J Med Res 1988, 87. , 327; Singh V et al,
Pharmacol Res 1990, 22, 37).. Telah juga menunjukkan bahwa guggulsterone merupakan antagonis
reseptor manjur X hati (FXR) dan reseptor asam empedu (Urizar NL et al, Ilmu 2002, 296, 1703.); Wu J
et al, Mol Endocrinol 2002, 16. , 1590). Telah diusulkan bahwa penghambatan aktivasi FXR adalah dasar
untuk kegiatan penurun kolesterol dari guggulsterone.
Sulfat dan ester turunan dari guggulsterone telah diusulkan sebagai komponen nanosomes atau liposom
untuk pengiriman obat (Ahmad MU dkk., Chem Fis Lipid 2010, 163, 362).

Guggulsterone
Androgen: steroid C19. Androgen utama adalah testosteron yang merupakan 17b-hidroksisteroid dengan
kelompok en-4-satu-3. Steroid ini juga dideteksi pada serbuk sari dari pinus Skotlandia (Pinus sylvestris).

Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen. Penghasil utama testosteron adalah testis
pada jantan dan indung telur (ovari) pada betina, walaupun sejumlah kecil hormon ini juga dihasilkan
oleh kelenjar adrenal. Hormon ini merupakan hormon seks jantan utama dan merupakan steroid anabolik.
Baik pada jantan maupun betina, testoren memegang peranan penting bagi kesehatan. Fungsinya antara
lain adalah meningkatkan libido, energi, fungsi imun, dan perlindungan terhadap osteoporosis. Secara
rata-rata, jantan dewasa menghasilkan testosteron sekitar dua puluh kali lebih banyak dari pada betina
dewasa

testosteron

Beberapa turunan testosteron hadir dalam sekresi manusia laki-laki seperti keringat, air liur, dan air mani
dan telah terlibat sebagai feromon manusia putatif. Di antara mereka, yang paling dipelajari adalah
androstadienone (Grosser BI et al, Psychoneuroendocrinology 2000, 25, 289.). Androstenol dan
androstenone juga ditandai di sebum manusia.

Androstadienone Androstenone Androstenol

Kortikosteroid

Secara teoritis, senyawa ini, bernama juga corticoids, dibentuk di korteks adrenal. Steroid C21
dan tiga atau lebih atom oksigen. Mereka memiliki semua kelompok en-4-satu-3 dan fungsi oksigen pada
C-20. Kortikosteroid utama dalam vertebrata kortisol yang memiliki gugus hidroksil pada C-11, C-17,
dan C-21 (hormon glukokortikoid) dan aldosteron yang hanya memiliki satu gugus hidroksil pada C-11
dan satu fungsi aldehida pada C-18 ( hormon mineralokortikoid).

Hormon kortikosteroid dalam vertebrata yang sangat penting untuk metabolisme, pertumbuhan,
reproduksi, imunitas, dan homeostasis ion, dan merupakan bagian penting dari mekanisme koping yang
terlibat dalam respon stres. Dalam kelompok tetrapoda, setidaknya ada dua hormon glukokortikoid aktif,
baik kortisol atau corticosterone, dan satu hormon mineralokortikoid, aldosteron, yang mengatur
keseimbangan ion. Sebaliknya, di teleosts, kortisol tampaknya telah baik kegiatan, sedangkan aldosteron
tidak hadir. Telah jelas ditentukan bahwa 11-deoxycortisol (salah satu prekursor kortisol) adalah satu-
satunya hormon kortikosteroid hadir dalam vertebrata tertua, agnathans (yang lamprey) (Tutup DA dkk.,
PNAS 2010, 107, 13942).

Neurosteroids

Penemuan terbaru telah mengungkapkan bahwa otak adalah situs metabolisme steroid yang luas
dan juga target hormon steroid. Hormon-hormon ini memainkan peran penting dalam, pertumbuhan
pematangan pembangunan, dan diferensiasi otak (Baulieu EE, Psychoneuroendocrinol 1998, 23, 963).
Istilah "neurosteroid", diusulkan oleh EE Baulieu pada tahun 1981, berlaku untuk steroid yang
terakumulasi di otak independen dari pasokan oleh kelenjar endokrin perifer dan yang disintesis dari
kolesterol dalam sistem saraf. Beberapa steroid telah dijelaskan dalam otak sejak laporan pertama pada
tahun 1981 dari dehydoepiandrosterone (DHEA) dan turunan sulfat dalam otak tikus (Corpechot C dkk,
PNAS 1981, 78, 4704.). Di antara yang paling terkenal adalah pregnenolon, progesteron, dan DHEA
allopregnanolone. Sebuah tinjauan kemampuan pleiotropic dan protektif terhadap neurosteroids dan
steroid hormon dapat berkonsultasi (Melcangi RC et al., Your Mol Hidup Sci 2008, 65, 777).

Pregnenolon adalah produk konversi kolesterol dengan kompleks oxydase P450 (kolesterol sisi-
rantai pembelahan enzim, P450scc) dan merupakan prekursor langsung dari progesteron. steroid ini
ditemukan dalam bentuk bebas atau sebagai turunan sulfat. Fungsinya terutama modulasi negatif GaGa-A
aktivitas reseptor dan modulasi positif dari reseptor NMDA. Beberapa studi menunjukkan bahwa
pregnenolon memainkan peran penting dalam mengontrol perkembangan saraf dan dalam perbaikan
plastisitas neuron.
pregnenolon

Progesteron, seperti dijelaskan di atas adalah progestagen, tetapi juga aktif di tingkat otak. steroid
itu terbentuk langsung dari pregnenolon dalam neuron dan sel glial oleh dehidrogenase 3b-
hidroksisteroid. Sifat sedatif dan anestesi telah digambarkan sesegera 1941 oleh H. Selye. Progesteron
memiliki konsekuensi penting bagi myelinisation, kelangsungan hidup pembangunan saraf, dan
regenerasi sistem saraf.

Allopregnanolone (3a-hidroksi-5a-pregnan-20-satu) yang terbentuk dari progesteron oleh aksi 5a-


reduktase dan 3b-hidroksisteroid dehidrogenase. Bertindak terutama dalam modulasi aktivitas GABA-A
reseptor dan peran fisiologis penting dalam neurogenesis, kelangsungan hidup dan migrasi neuron.
Selanjutnya, keterlibatannya dalam reaksi stres menunjukkan bahwa ini neurosteroid dapat memiliki
implikasi pada gangguan depresi.

allopregnanolone

Dehydroepiandrosterone (DHEA) adalah neurosteroid pertama kali ditemukan pada otak mamalia
DHEA adalah metabolit langsung dari pregnenolon dan ditemukan dalam bentuk bebas atau sebagai
turunan sulfat. neurosteroid melimpah dalam otak manusia dan darah dan menurunkan konsentrasi selama
situasi stres dan penuaan. Penelitian terbaru amphasize yaitu perannya dalam neurogenesis, kelangsungan
hidup dan perlindungan sel-sel saraf.

DHEA
STEROID SAPONIN

Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat
tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok
dan tidak hilang dengan penambahan asam (Harbrone,1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam
yang rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar, dengan kegunaan luas (Burger et.al,1998)
Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun “Sapo” berarti sabun. Saponin adalah
senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Beberapa saponin
bekerja sebagai antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida struktur
steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi
tidak larut dalam eter. Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau
hidrolisis memakai enzim (Robinson,1995).

Sifat-sifat Saponin :

a. Mempunyai rasa pahit

b. Dalam larutan air membentuk busa stabil

c. Menghemolisa eritrosit

d. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi

e. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid lainya

f. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi

g. Berat molekul relative tinggi dan analisi hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan (Surface tenstn) dengan
hidrolisis lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (heksosa, pentose, dan Saccharic
acid) (Kim Nio,1989).
Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis
menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur.
Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah
koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat
kortikosteroid.

Kematian pada ikan, mungkin disebabkan oleh gangguan pernapasan. Ikan yang mati karena
racun saponin , tidak toksik untuk manusia bila dimakan. Tidak toksiknya untuk manusia dapat diketahui
dari minuman seperti bir yang busanya disebabkan oleh saponin.

Contoh tumbuhannya adalah:

1. ditemukan di banyak keluarga monokotil, terutama Dioscoreaceae (4-8% Diosgenin), merupakan


sumber obat steroid semi sintetis
2. Fenugreek (Trigonella foenum-graecum; Leguminosae / Fabaceae) sapogenins% 1-2, terutama
diosgenin dan yamogenin
3. Sisal (Agave sisalana; Agavaceae) mengandung 12% sapogenins terutama hekogenin sapogenin
lain tigogenin dan neotigogenin
Identifikasi hormone steroid:

1.Hormon steroid dapat di identifikasi dengan penggunaan kromatografi.

Kromatogarfi adalah suatu metode pemisahan bedasarkan proses dari migrsi dari komponen 2
senyawa(apabila steroid yag di idenfikasi maka salah komponen senyawa nya adalah hormone steroid)
yang mempunyai 2 fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak.

2.Pemeriksaan bedasarkan analisa kualitatif:

a.Pemeriksaan Hormon deksametason

-Apabila ditambahkan dengan reagen Boucherdate kemudian didinginkan maka akan terbentuk warna
hitam dan larutan kekuningan

-Apabila ditambahkan reagen dagrendroff maka akan terbentuk warna hitam larutan kekuningan

-Apabila ditambahkan reagen nessler maka akan terbentuk warna abu-abru dan larutan abu-abu

-Apabila ditambahkan dengan Fecl3 dan NaHCO3 maka akan terbentuk warna coklat jingga

b.Metil testoteron

-Apabila ditambahkan dengan reagen dagendroff kemudian didinginakan maka akan retbentuk warna
kuning jingga

-Apabila ditambahkan dengan NaNO2 dan H2SO4 maka akan terbentuk larutan putih bergelembung

-Apabila ditambahkan reagen Diazo A dan B maka akan terbentuk warna kuning lemah yang mempunyai
gelembung gas

-Apabila ditambahkam H2SO4 maka akan terbentuk larutan putih

-Sedangkan pada fuorisensi adanya warna kuning tua.

c.Prednison

-Apabila ditambahkan dengan Fecl3 terbentuk warna kuning

- Apabila ditambahkan dengan Fecl3 dan NaHCO3 maka akan terbentuk warnacoklat dan didinginkan
ada gelembung-gelembung coklat

- Apabila ditambahkan dengan reagen Boucherdate kemudian didinginkan maka akan terbentuk warna
coklat
Daftar Pustaka

Amirth,Pal,Singh,2002. A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd.

Burger,I.,Burger,B,V.Albrecht,C.F.Spicies,H.S.C. and Sandor.P.,1998. Triterpenoid saponin From


Bacium gradivlona Var. Obovatum Phytochemistry.49. 2087-2089.

Dewick, Paul M. , "Medicinal Natural Products: A Biosynthetic Approach" 2nd edition, 2002, Chichester,
John Wiley & Sons Ltd

.
G. P. Moss (1989). "Nomenclature of Steroids (Recommendations 1989)". Pure & Appl. Chem.

Hanson, J.R. 2003 Natural Products: the Secondary Metabolites, The Royal Society of Chemistry,
London,

Jan Koolman, Klaus-Heinrich Rohm. 1994. atlas berwarna & teks biokomia. Marburg : Hipokrates.

Kim Nio, Ocy.,1989. Zat-zat toksik yang secara alamiah ada pada tumbuhan nabati. Cermin Dunia
Kedokteran, No.58.

"Komisi IUPAC-IUB Bersama Nomenklatur Biokimia (JCBN) Para nomenklatur steroid. Rekomendasi
1989". Eur. J. Biochem.

Anda mungkin juga menyukai