Anda di halaman 1dari 3

Bagaimana Bahagia Hari Ini Setiap Hari ?

https://www.kompasiana.com/astokodatu/5f03fb88d541df238f370b12/bagaimana-
bahagia-hari-ini-setiap-hari

Mau menulis di Kompasiana,apa yang aktual, bermanfaat, inspiratif, terlintas dibenakku


dua alternatif yang harus saya pilih. Dasarnya pertanyaan awal di Facebook yang
berbunyi : “Apa yang anda pikirkan ?”
Alternatif pertama menjawab pertanyaan “bisakah Protokol Kesehatan” di masa
pandemi Covid-19 ini nantinya dijadikan materi hukum adat, hukum moral atau bahan
hukum negara dengan UU ? Khususnya dalam cuci tangan, menjaga jarak, tidak
bersalaman, antrean 1,50 meter.menjadi etiket pergaulan, atau itu adat istadat serta
hukum etika, ranah agama dan syarat kebahagiaan sorga? Ataukah yang ada sekarang
sudah final jangan dibahas lagi, sebagai protokol kesehatan selama pandemi ?.
Alternatif kedua adalah pertanyaan tersebut dalam judul. Dan itu yang saya pilih.
Sebab bagi banyak orang biasa pasti aktual, inspiratif pertanyaan bagaimana bisa
bahagia hari ini dan itu setiap hari. Bahwa pembahasan ini bermanfaat atau menarik,
tidak menarik, itu lebih relatif, tergantung sikap orang merasa dirinya orang biasa atau
orang istimewa.
Apa itu bahagia ? Sekali peristiwa saya berkunjung kerumah seorang pemahat patung,
Bp. Henni di Muntilan (Jateng). Dia berasal dari Bali, katanya merantau ke Muntilan
bersama seluruh keluarga, untuk tinggal dimana mudah mendapat batu hitam bahan
pahatannya. Memang kawasan itu dekat sungai yang memuntahkan pasir dan batu dari
gn.Merapi. Ketika saya datang kerumahnya di tahun 1984 tidak sengaja dia baru
berkabung karena isterinya meninggal.
Dalam percakapan kami, dia beberapa kali menyatakan menyesal dan bersedih karena
dia belum berhasil membuat isterinya bahagia. Dia belum berhasil membuatkan
keluarganya sebuah istana yang megah, kendati sudah merantau ke dekat gunung
berapi Merapi meninggalkan Bali. Itulah pengertian bahagia Pak Henni bagi isterinya.
Dalam keseharian sering kita mendengar ucapan Selamat Bahagia dihari ulang tahun,
pesta pengantin dan lainnya. Yang tidak jarang pula, ucapan orang menghibur saudara
yang ditinggal keluarganya meninggal karena sakit dikatakan: Sudahlah saudaramu
sudah tidak menderita lagi dia bahagia sudah disorga, bahkan ada yang mengatakan
bahagia dihadaan Tuhan.
Tetapi disamping itu ada ucapan singkat pada peristiwa bahagia: Proficiat. Artinya
Semoga terjadi (padamu) yang positip. “Pro” padamu, terjadilah! Bagiku itu juga
peringatan agar aku juga bersikap positip : gembira, sukacita, damai, puas, lega. Apa
itu yang namanya bahagia.? Rupanya ini dekat dengan pemikiran Pak Henni dari Bali itu
dalam kerangka membahagiakan isterinya sebelum meninggal. Bukan setelah disurga
menghadap Tuhan. Tetapi Bahagia aktual dibumi dan sekarang, hari ini.
Anne Lamott (+1954), seorang penulis Amerika Serikat tercatat pernah munulis bahwa
damai itu sukacita dalam diam, dan sukacita itu damai dalam menari.(Daily Calm. NatG.
Washinton DC 2008. hal.02.05) Itu mengajarkan bagi saya bahwa damai dan sukacita
adalah sama suasana batin yang positip pada kondisi, yang satu hening yang satu
dinamis. Dan gembira karena kepuasan itu dinamis, sementara lega itu kepuasan yang
mengendap mendarat dihati.
Seorang Mutiara Andalas SJ.,imam katholik penulis buku kecil “Yust for you”
mengajarkan melalui cerita super pendek. Ketika kepada kelompok ditanyakan Apa
syaratnya anda itu merasa bahagia, serempak dijawab : “Uang”.Ketika ditanya Berapa
banyak harus tersisa direkening bank anda(?), tak ada jawaban.(?) Dalam Kelompok
tidak ada kesamaan. Penanya /moderator menyimpulkan bahagia itu relatf, dan
bahagia itu tidak tergantung pada uang, tetapi tergantung bagaimana uang itu diatur.
Jadi harus diusahaan lewat usaha sarananya. (Mutiara Andalas SJ, Yust for You,
Kanisius Yogyakarta 2013,halaman 139-140)
Masih ada cerita lain di Facebook; sering saya baca pesan Selamat Pagi plus … “jangan
lupa bahagia!” Lah bahagia dikesankan seperti hp saja bisa ketinggalan dimeja.
Ataukah pemesan itu punya mindset bahwa bahagia itu sesuatu yang perlu menjadi
pilihan untuk mencapai sesuatu yang lain yang lebih mulia.
Dalam pemahaman tentang “bahagia” yang masih samar samar ini, kiranya sudah bisa
dipertanyakan : Bagi anda bahagia itu harus diusahakan, dikejar, diperjuangkan atau
hanya harus dinanti dengan penuh percaya dan harapan akan datang pada waktunya.?
Untuk menjawab pertanyaan bagaimana menyikapi perihal bahagia memang bisa
dikemukakan tentang Mindset. Menyebut mindset meski kenyataan tidak semua itu
selalu radikal, tetapi agar jelas saya bayangkan saja mindset ini seakan milik orang
radikal. Dan orang yang radikal pada mindsetnya biasanya subyektif Pertama, mindset
dari type orang pietistik,dan orang ritualistik, kedua, mindset dari orang aktivisme
ketiga, type orang idealistik, keempat, dari orang type spiritualistik. Kebahagiaan
mereka adalah kepuasan mereka bisa melaksanakan kesatu, kesolehan dan
terlaksananya perilaku menurut pendirian mereka itu.Kedua bahagia mereka adalah
kepuasan mereka atas terlaksanyan program kegiatan mereka. Ketiga, kebahagiaan
mereka terletak pada kepuasan menemukan kebenaran rasional mereka. Keempat
kebahagiaan mereka terletak pada kepuasan penghayatan mereka yang subyektif
sesuai jiwanya.
Saya percaya Pembaca yang budiman, bukan pribadi radikalis, dan akan selalu
berpadangan obyektif. Maka belajar dari beberapa cerita pendek tersebut dimuka, dan
juga belajar dari jawaban pilihan para radikalis mindset masing-masing kita bisa
mencatat : bahwa bahagia itu relatif, bahagia itu dinamis, bahagia itu bisa mengendap
didalam hati, bahagia itu harus selalu aktual bisa dirasakan sekarang, hari ini disini.
Untuk itu dibutuhkan mindset yang lebih dinamis, terbuka, siap untuk bertransformasi
tanpa kehilangan eksistensi diri pribadi. Untuk itu diperlukan secara berkala,
menemukan keheningan guna menemukan jati diri sendiri, dan refleksi, berwawan
batin mengevaluasi jalan hidup ini. Terbuka, Siap melihat kebelakang kedepan
kesamping dan keatas. Kebahagiaan bagi anda bisa jadi berupa perjuangan yang gigih
bersama suka cita dan damai dihati sanubari. Anda akan menemukannya dan pasti
beda dengan yang saya temukan.
Tolong terima permintaan maaf atas salah kata dalam permenungan ini, dan terimalah
salam hormat saya.
Ganjuran, Juli,07,2020 Emmanuel Astokodatu.
https://www.kompasiana.com/astokodatu/5f03fb88d541df238f370b12/bagaimana-
bahagia-hari-ini-setiap-hari
Mindfullness yang Beriman adalah Harmoni Kehidupan yang Dinamis dan Damai.

Anda mungkin juga menyukai