Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. S


DENGAN GIGITAN ULAR (SNAKE BITE) DI IGD
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KALISAT
JEMBER

OLEH :

KURNIA SATRIA PERMATA


NIM : 1601021006

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2019
1
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. S
DENGAN GIGITAN ULAR (SNAKE BITE) DI IGD
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KALISAT
JEMBER

KURNIA SATRIA PERMATA


1601021006
(Diploma of Nursing Study Program, University of Muhammadiyah Jember)
e-mail: ksatria158@gmail.com

ABSTRAK
Gigitan ular merupakan suatu penyakit akibat kerja yang risiko
kejadiannya berkaitan erat dengan pekerjaan petani, nelayan, pemburu, dan
pawang ular (Panji, 2016). Pada dasarnya gigitan ular dapat menyebabkan
tanda dan gejalah seperti: efek lokal (odem dan perdarahan), kematian otot,
efek sisitem saraf dan bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.
Pada kasus ini pasien (Tn. S) dating ke IGD Rumah Sakit Kalisat Jember
karena terkena gigitan ular yang mengakibatkan terjadi luka akibat digigit ular,
area luka berwarna kehitaman, odem, dan mengeluh nyeri di sekitar luka.
Sehingga pasien saat di IGD mendapatkan pertolongan medis yaitu tindakan
pemberian Serum Anti Bisa Ular sebanyak 1 vial (5 ml) dalam drip infus PZ
500 cc dengan kecepatan (30 tpm) dan memberikan bantalan di sekitar luka.
Setelah dilakukannya tindakan keperawatan pada Tn. S dengan kasus
gigitan ular, pasien dilakukan observasi selama kurang lebih 4 jam saat di IGD
dan pasien memerlukan perawatan lanjutan di ruang bedah karena masalah
belum sepenuhnya teratasi.

Kata Kunci: Gigitan Ular, Tanda Dan Gejalah, Pemberian SABU

2
EMERGENCY NURSING CARE On Mr. S With SNAKE BITES (SNAKE
BITE) At REGIONAL PUBLIC HOSPITAL IGD KALISAT JEMBER

KURNIA SATRIA PERMATA


1601021006
(Diploma of Nursing Study Program, University of Muhammadiyah Jember)
e-mail: ksatria158@gmail.com

ABSTRACT
Snakebite is a disease resulting from the work of the risk of its
occurrence is closely related to the work of farmers, fishermen, hunters, and
snake charmer (Panji, 2016). Basically the snake bites can cause signs and
gejalah such as: local effects (odem and bleeding), the death of muscles,
nerves and even sisitem effects can lead to blindness. Basically the snake bites
can cause signs and symptoms such as: local effects (odem and bleeding), the
death of muscles, nerves and even sisitem effects can lead to blindness.
In this case the patient (Mr. S) dating to the IGD Kalisat Jember Hospital
because exposed to snake bites occur that result in injuries due to being bitten
by snakes, the wound area colored blackish, odem, and complaining of pain
around the wound. So when patients in the medical aid that is getting the IGD
action granting Serum Anti snake venom as much as 1 vial (5 ml) in a drip
infusion PZ 500 cc with the speed (30 tpm) and provides cushioning around
the wound.
After doing the Act of nursing at Mr. S with cases of snake bites, the
patient performed observation for approximately 4 hours on the IGD and
patients requiring advanced care at the surgery because the problem has not
yet been fully resolved.

Keywords: Snake Bite, Signs And Symptoms, Granting Of SABU

3
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia tidak terlepas gigitan ular merupakan penyakit yang
dengan lingkungan disekitarnya salah termasuk dalam neglected tropical
satu diantaranya adalah dengan disease di WHO, estimasi kasus
hewan, banyak sekali jenis binatang gigitan ular di dunia adalah 1.200.000
berbisa dan beracun yang mungkin - 5.500.000 kasus per tahun. untuk
menyerang dan mengigit. Kasus yang wilayah asia kasus gigitan ular berbisa
banyak ditanggulagi dalam gigitan berkisar 12-50 % dari total kasus
binatang adalah gigitan binatang yang gigitan ular. Di asia tenggara estimasi
beracun misalnya hewan yang berbisa jumlah kasus gigitan ular berbisa
adalah ular. Racun adalah zat atau sebesar 111.000 - 498.000 kasus per
senyawa yang masuk ke dalam tubuh tahun. Sedangkan estimasi kematian
dengan berbagai cara yang akibat gigitan ular di asia selatan dan
menghambat respons pada sistem tenggara sebesar 790 - 19.000
biologis dan dapat menyebabkan kematian per tahun.
gangguan kesehatan, penyakit, dan Peran petugas kesehatan
bahkan kematian (Ida Suryati, 2018). (perawat) yang berada di IGD
Ular berbisa memiliki sepasang taring sangatlah dibutuhkan untuk mengatasi
pada bagian rahang atas, taring masalah emergency yang dapat
tersebut terdapat saluran untuk menyebabkan kematian antara lain
menginjeksikan bisa ke dalam tubuh peran sebagai care griver, kolaborator
mangsanya secara subkutan atau dan edukator. Gigitan ular merupakan
intramuskular. Bisa adalah suatu zat suatu keadaan gawat darurat yang
atau substansi yang berfungsi untuk apabila tidak segera ditangani dapat
melumpuhkan mangsa dan sekaligus menyebabkan kematian. Resiko
juga berperan untuk pertahanan diri infeksi gigitan lebih besar dari luka
(Lismayanti, 2017). Sedangkan biasa karena toksik / racun
menurut penelitian yang dilakukan mengakibatkan infeksi yang lebih
oleh (Panji, 2016) mengatakan bahwa parah. Tidak semua ular berbisa tetapi
gigitan ular merupakan suatu penyakit karena hidup pasien tergantung
akibat kerja yang risiko kejadiannya ketepatan diagnosa maka pada
berkaitan erat dengan pekerjaan keadaan yang meragukan ambil sikap
petani, nelayan, pemburu, dan pawang menganggap semua gigitan ular
ular. berbisa. Oleh karena itu, peran
Angka mortalitas dan perawat untuk melakukan asuhan
morbiditas gigitan ular di asia selatan keperawatan pada pasien dengan
dan di asia tenggara tidak dapat Snake Bite secara tepat dan benar
dipastikan karena pelaporan yang selama pasien dirawat.
kurang baik dan sering tidak
mendapatkan penanganan difasilitas
kesehatan, menurut (Gunawan, 2016)
dalam penelitiannya mengatakan
bahwa pada awal tahun 2009 kasus

4
TUJUAN METODE PENELITIAN
Mengidentifikasi asuhan Penelitian ini adalah deskriptif
keperawatan pada Tn. S dengan kasus yang dilakukan dengan Study Case.
gigitan ular Peneliti melakukan asuhan
keperawatan pada pasien.
Instrumen pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar observasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Seorang pasien yang datang di IGD mengatakan nyerinya karena di gigit
Rumah Sakit Daerah Kalisat Jember ular pada saat disawah pada pukul
pada tanggal 26 Oktober 2018 jam 17.15 WIB, terdapat luka gigitan (2
18.30 WIB dengan nomer rekam taring), kaki pasien terlihat dibebat
medik 127281, yang mengeluhkan dengan kain, punggung kaki kanan
sakit pada kaki kanannya yang pasien mengalami odema, berwarna
diakibatkan oleh gigitan ular (snake kehitaman, perdarahan dan pasien
bite). Pasien tersebut beridentitas tampak lemah. Full set of vital sign /
sebagai berikut: five interventions
TD : 180/130 mmHg
Nama : Tn.S Nadi : 96 x/menit
Umur : 72 Tahun Suhu : 36,8oC
Jenis Kelamin : Laki-laki RR : 20 x/menit
Agama : Islam Skala Nyeri : 5
Suku/Bangsa : Ekstermitas bawah: pasien
Madura/Indonesia tampak dibagian kaki kanan terdapat
Bahasa : Madura luka gigitan (2 taring), luka berwarna
Pendidikan :Tidak kehitaman, kaki pasien tidak dapat
Sekolah digerakan sebelah kanan mulai dari
Pekerjaan : Petani lutut sampai telapak kaki, dan pasien
Status : Menikah mengatakan diarea luka terasa panas,
Alamat :Cumedak serta kekuatan otot kaki kanan pasien
Sumberjambe Jember. 2 dan kekuatan otot kaki kiri pasien 5.
Pasien datang di IGD kalisat pada Pembahasan
tanggal 26 oktober 2018 pada pukul Pengkajian yang didapat dari
18.30 WIB dengan keluhan nyeri studi kasus keperawatan gawat darurat
seperti ditusuk-tusuk di bagian adalah peneliti menemukan adanya
punggung kaki kanan dengan skala 5, kesesuaian antara teori dengan kasus,
nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien data pengkajian yang didapat dari

5
wawancara langsung ke pasien atau dan terkena gigitan ular yang berjenis
keluarga pasien, maupun observasi family viperidae atau crotolidae
salah satunya adalah pasien seperti ular hijau atau ular tanah yang
mengatakan nyeri seperti ditusuk- ada disawah, dimana menurut
tusuk di bagian punggu kaki kanan penelitian yang dilakukan oleh (Dicky
dengan skala nyeri 5, nyeri dirasakan Nofriansyah, 2015) mengatakan
hilang timbul dan pasien mengatakan bahwa ular yang berjenis family
nyeri tekan di perut regio umbilical, viperidae atau crotolidae merupakan
left lumbar, hypogastric, left iliac serta jenis ular yang memiliki racun bisa
peneliti melakukan observasi pada Sitotoksin, diantaranya adalah ular
kasus Tn. S didapat data objektif bandotan puspo (Viperarusselli), ular
seperti: terdapat luka gigitan (2 taring) tanah (Calloselasmarhodostoma), dan
pada bagian punggung kaki kanan, ular hijau. Sitotoksin mengandung zat
diarea luka mengalami pembengkakan yang menyerang fungsi sel dan dapat
kurang lebih 10 cm, serta warna luka menyebabkan kelumpuhan, selain itu
disekitarnya berwarna kehitaman. Dari orang yang terkena racun bisa
data tersebut memiliki kesesuaian Sitotoksin dapat dikenali dengan
dengan teori menurut (Paula Krisanty, gejala-gejala yang timbul seperti
2016) mengatakan bahwa tanda dan bengkak, memar, kelumpuhan otot,
gejala yang umum ditemukan pada gigitan terasa sangat sakit, batuk berat,
pasien gigitan ular adalah: lokal sakit dan lemas disertai kaku otot. (Dicky
bukan gambaran umum, tanda-tanda Nofriansyah, 2015).
bekas taring, laserasi, bengkak dan
kemerahan, sakit kepala, mual muntah, Berdasarkan data anamnesis
rasa sakit pada otot-otot, dinding yang didapatkan mengenai jenis ular
perut, demam, keringat dingin. Teori dan bekas gigitas yang terlihat pada
menurut Paula Krisanty, 2016 hampir Tn. S, dicurigai bahwa pasien
sama dengan teori menurut (Taufan mengalami gigitan ular yang berbisa
Nugroho, 2016) yang mengatakan dan tanda gejala seperti yang terlihat
bahwa secara umum, akan timbul pada Tn. S odem pada area luka
gejala lokal dan gejala sistemik pada gigitan kurang lebih 10 cm, nyeri
semua gigitan ular. tekan pada perut di regio umbilical,
Gejala lokal: edema, nyeri tekan left lumbar, hypogastric, left iliac,
pada luka gigitan, ekimosis (kulit terdapat bekas gigitan ular (2 taring)
kegelapan karena darah yang dibagian punggung kaki kanan penulis
terperangkap di jaringan bawah kulit). berpendapat bahwa Tn. S terkena
Sindrom kompartemen merupakan gigitan ular pada derajat 4, karena
salah satu gejala khusus gigitan ular sesuai dengan teori yang dikemukakan
berbisa, yaitu terjadi oedem oleh (Oktafany, 2017) mengatakan
(pembengkakan) pada tungkai ditandai bahwa derajat 4 pada kasus gigitan
dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka ular adalah terdapatnya tanda bekas
pucat), paresthesia (mati rasa), gigitan, edem yang luas terdapat tanda
paralysis (kelumpuhan otot), sistemik (muntah, sakit kepala, nyeri
pulselesness (denyutan). Penulis pada perut dan dada, syok), trombosis
berpendapat bahwa Tn. S yang sistemik. Tindakan resusitasi dalam
kesehariannya bekerja sebagai petani pemberian serum anti bisa ular
(SABU) ini harus sesegera mungkin
6
diberikan, berdasarkan kasus penulis tidak dilakukannya tindakan
pada pasien Tn. S dengan gigitan ular keperawatan seperti balut bidai.
(snake bite) diberikan tindakan Sehingga hal ini bertolak belakang
resusitasi tanggal 26 Oktober 2018 antara teori dan fakta karena menurut
pada jam 18.40 wib pasien dipasang (Gunawan, 2016) dalam jurnalnya
monitor dengan hasil: Nadi= 96 mengatakan bahwa toksin atau racun
x/menit, TD= 180/130 mmHg, Suhu= ular dapat menyebabkan paralisis
36,8 oC, RR= 20 x/menit, Saturasi respiratorik bergantung pada
Oksigen= 98 %. Pada jam 18.50 wib kecepatan penyerapan toksin dari area
pasien diberikan pemasangan infus NS yang digigit. Cara yang dianjurkan
0,9 % atau infus PZ 500 cc/8jam (14 untuk mengurangi kecepatan
tpm), serta pada jam 19.00 wib pasien penyerapan toksin adalah
diberikan tindakan resusitasi menggunakan metode Pressure –
pemberian serum anti bisa ular immobilization atau balut bidai.
(SABU) dengan 1 vial (5 ml) drip
infus PZ 500 cc (30 tpm). Tindakan
resusitasi pemberian serum anti bisa KESIMPULAN DAN SARAN
ular ini sesuai dengan teori (Alfi Rizky Kesimpulan
Medikanto, 2017) mengatakan bahwa Pengkajian yang dilakukan secara
pemberian serum anti bisa ular sistematik dan komperhensif, dengan
diberikan dengan cara kecepatan ditemukannya data-data yang
kurang dari 2 mL per menit dengan menunjukan terjadinya gigitan ular
syringe pump. Maupun dengan cara pada Tn. S seperti adanya odema,
Infus intravena: antibisa ular warna kulit luka kehitaman, nyeri
dilarutkan dalam 200-500 salin tekan pada luka gigitan dari gejalah
isotonik atau dextrose 5% dan tersebut dapat dicurigai pasien terkena
diberikan dengan tetesan yang konstan racun sitotoksin tindakan keperawatan
dalam 1 jam. Dalam pemberian serum pada kasus gigitan ular ini,
anti bisa ular ini penulis kurang setuju, Penanganan yang tepat setelah
dikarenakan dalam pemberian serum pemberian SABU adalah dengan cara
anti bisa ular ini haruslah dilakukan pembidaian karena penyebaran toksin
skin test terlebih dahulu agar tidak atau racun ular dapat menyebabkan
terjadi alergi pada obat serum anti bisa paralisis respiratorik.
ular ini, apabila terjadi reaksi alergi Evaluasi yang dilakukan pada Tn. S
terhadap obat SABU maka dapat selama perawatan di IGD masih belum
diberikan Adrenalin 0,5 mg SC dan teratasi, sehingga diperlukannya
SABU IV dimasukan pelan – pelan perawatan lanjutkan untuk penanganan
(Paula Krisanty, 2016). kasus gigitan ular di ruang bedah
(Bango).
Pada kasus gigitan ular yang
sudah diberikan SABU, maka tindakan
selanjutnya adalah proses pembidaian Saran
karena pembidaian merupakan Disarankan kepada pendidik terhadap
pembatasan pergerakan dan kasus gigitan ular diharapkan mampu
imobilisasi pada daerah sekitar gigitan. memberikan mutu yang berkwalitas
Pada studi kasus yang dilakukan oleh tentang penanganan pada kasus gigitan
peneliti setalah pemberian SABU ular dengan pendidikan dan
7
pengetahuan yang tinggi, seseorang bisa ular yang baik dan benar pada
dapat mengambil penanganan sendiri kasus yang sama.
seperti penanganan awal gigitan Disarankan kepada pasien pada kasus
binatang ular. gigitan ular maupun masyarakat yang
Disarankan untuk perawat atau melong pasien gigitan ular, agar selalu
petugas kesehatan yang lain dalam tetap tenang pada keadaan dan
memberikan pelayanan kesehatan menjaga agar racun tidak menyebar ke
tentang mengenali kasus gigitan ular, seluruh tubuh serta membawa pasien
sehingga perawat mampu memberikan ke pelayanan kesehatan terdekat.
tindakan resusitasi seperti serum anti

DAFTAR PUSTAKA

Alfi Rizky Medikanto, d. (2017). VIPERIDAE SNAKE BITE: KASUS SERIAL. Berkala
Ilmiah Kedokteran Duta Wacana , 361-374.

Andriani, A. R. (2016). PERBEDAAN ANTARA PENANGANAN LUKA SNAKE BITE


DENGAN INSISI DAN TANPA INSISI TERHADAP KECEPATAN
PENURUNAN PEMBENGKAKAN LUKA DI RSUD PACITAN. Jurnal
Keperawatan Global , 36-44.

Audhiaz Marthysal, d. (2015). Tata Laksana Pasien Neurotoksik Snake Bite di Perawatan
Intensif. Jurnal Komplikasi Anestesi , 43-50.

Dicky Nofriansyah, d. (2015). Perancangan Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendeteksi Jenis
Racun dan Spesies Ular pada Pasien yang Terkena Racun Bisa Ular Menggunakan
Metode Certainty Factor. Jurnal SAINTIKOM Vol.14, No. 2, , 93-104.

Gunawan, F. F. (2016). Antikolinesterase untuk Gigitan Ular dengan Bisa Neurotoksik.


Continuing Professional Development , 14-18.

Gurusinga, T. I. (2017). HUBUNGAN PERAN PERAWAT TRIAGE DENGAN


LENGTH OF STAY PADA RUANG TRIAGE PRIORITAS II DAN III DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DELI
SERDANG. 1-21.

Ida Suryati, d. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Dengan
Penanganan Awal Gigitan Binatang. Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN :
2622-2256 , 1-11.

8
Lismayanti, H. S. (2017). Snake-Bite with Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
and Stage II Hypertension. Journal of Medicine and Health Snake Bite with
Disseminated. , 488-499.

Oktafany, G. Y. (2017). Gigitan Ular padaRegio Manus Sinistra. Journal Medula Unila ,
33-37.
Panji, A. G. (2016). Tata laksana gigitan ular yang disertai sindrom kompartemen di ruang
terapi intensif . ISSN 2540-8313 URL:http.\\ojs.unud.co.id\index.php\eum , 188-193.

Paula Krisanty, d. (2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: CV. Trans Info
Media.

Putri.A, H. d. (2017). KEGAWATDARURATAN MEDIK. Yogyakarta: Nuha Medika.

Taufan Nugroho, d. (2016). TEORI ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Walid, N. R. (2017). Dokumentasi Proses Keperawatan Pendekatan: KKNI, NANDA, dan


SDKI. Jember.

Anda mungkin juga menyukai