Anda di halaman 1dari 18

[Case Report]

LAPORAN KASUS: TETANUS

Case Report: Tetanus

1
ISSN: 2721-2882
Zaid Ziyaadatulhuda Ashshiddiiq1, Andreas Sentot Suropati2, Rusnaindah Ifta
Firdausi3
1,3
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyahh Surakarta
2
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Rumah Sakit Umum Daerah Ir Soekarno Sukoharjo
Korespondensi: author 1. Alamat email: j510215210@student.ums.ac.id

ABSTRAK
Tetanus merupakan penyakit sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin (neurotoksin yang
diproduksi oleh bakteri Clostridium tetani). Tetanus umum adalah yang paling jenis umum dari
tetanus (80% dari kasus yang dilaporkan), sedangkan tetanus neonatal adalah tetanus umum pada
anak-anak kurang dari satu bulan. Di seluruh dunia, kematian akibat tetanus neonatal telah
menurun insiden dari 490.000 pada tahun 1994 menjadi 49.000 pada tahun 2013. Pada tahun 2015,
Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan total 13.532 kasus tetanus di seluruh dunia, tetapi insiden
global diperkirakan setinggi satu juta kasus per tahun. Pada laporan kasus ini, kami menyajikan
seorang pasien dengan tetanus yang mendapatkan pelayanan di rumah sakit kami selama 10 hari.
Seorang laki laki 54 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) kami dengan keluhan kaku
seluruh tubuh 2 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Keluhan tersebut dirasakan terus menerus
dan menyebabkan gangguan aktivitas sehari hari.Pasien dilakukan perawatan dan pengobatan
selama 10 hari di rumah sakit sebelum akhirnya diizinkan pulang. Keadaan pasien semakin
membaik pada 20 hari setelah gejala pertama dirasakan. Penanganan yang tepat dan segera kunci
keberhasilan tatalaksana tetanus sehingga diharapkan dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas.
Kata Kunci: Tetanus
ABSTRACT
Tetanus is a disease of the nervous system caused by tetanospasmin (a neurotoxin produced by the
bacterium Clostridium tetani). Generalized tetanus is the most common type of tetanus (80% of
reported cases), whereas neonatal tetanus is common tetanus in children less than one month old.
Worldwide, deaths from neonatal tetanus have decreased in incidence from 490,000 in 1994 to
49,000 in 2013. In 2015, the World Health Organization reported a total of 13,532 cases of tetanus
worldwide, but the global incidence is estimated to be as high as one million cases per year. In this
case report, we present a patient with tetanus who received care at our hospital for 10 days. A 54
year old man came to our Emergency Room (ER) with complaints of stiffness all over the body 2
days before entering the hospital. These complaints are felt continuously and cause disruption of
daily activities. The patient was treated and treated for 10 days in the hospital before finally being
allowed to go home. The patient's condition was getting better 20 days after the first symptoms were
felt. Appropriate and prompt treatment is the key to the success of tetanus management so that it is
expected to reduce mortality and morbidity.
Keywords: Tetanus

PENDAHULUAN diproduksi oleh bakteri Clostridium


Tetanus merupakan penyakit tetani). Neurotoksin tersebut kemudian
sistem saraf yang disebabkan oleh akan menghambat neurotransmitter
tetanospasmin (neurotoksin yang GABA (asam gamma-aminobutirat)

2
ISSN: 2721-2882
dan glisin sehingga tidak terjadi disuntikkan ke hewan serta melaporkan
hambatan aktivitas refleks otot. bahwa toksin dapat dinetralisir oleh
Penyakit ini ditandai dengan spasme antibodi spesifik. Pada tahun 1897,
tonik persisten disertai serangan yang Edmond Nocard mendemonstrasikan
jelas dan keras. Spasme otot ini dapat efek perlindungan dari antitoksin yang
terjadi secara lokal (disekitar infeksi), ditransfer secara pasif. Imunisasi pasif
sefalik (mengenai otot otot kranial), pada manusia digunakan untuk
maupun secara generalisata (umum) pengobatan dan profilaksis selama
yang mengenai otot otot kranial, Perang Dunia I. Metode untuk
anggota gerak dan batang tubuh (Niu menonaktifkan toksin tetanus dengan
dan Lin, 2019; Bağcı, 2020). Spasme formaldehida dikembangkan pada awal
pada otot leher dan rahang 1920-an. Terjadi pengembangan tetanus
menyebabkan kesulitan membuka toksoid pada tahun 1924 dan pertama
mulut (penutupan rahang) yang biasa kali digunakan secara luas selama
disebut dengan lockjaw atau trismus Perang Dunia II (Tiwari, Moro dan
(IDI, 2017). Trias klinis tetanus sering Acosta, 2021).
dilambangkan sebagai kekakuan otot, LAPORAN KASUS
kejang , dan disfungsi otonom

(Finkelstein et al., 2019).

Deskripsi klinis terkait tetanus

pertama kali ditemukan pada abad ke 5

sebelum masehi. Pada tahun 1889,

Kitasato Shibasaburo mengisolasi


Gambar 1. Luka pada kaki kanan pasien
organisme dari manusia, menunjukkan
Seorang laki laki 54 tahun
bahwa organisme tersebut
datang ke Instalasi Gawat Darurat
menghasilkan penyakit ketika

3
ISSN: 2721-2882
(IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Pasien biasa menggunakan bantuan
(RSUD) Sukoharjo, Jawa Tengah traktor untuk membajak sawah.
dengan keluhan kaku seluruh tubuh 2 Menurut penuturan keluarga, beberapa
hari sebelum masuk rumah sakit bagian pada kendaraan tersebut telah
(SMRS). Keluhan tersebut dirasakan berkarat. Pasien menggunakan jaminan
terus menerus dan menyebabkan kesehatan oleh Badan Penyelenggaraan
gangguan aktivitas sehari hari. Keluhan Jaminan sosial (BPJS) untuk berobat.
diperberat ketika mendengar suara Pada mulanya, 7 hari SMRS
keras atau terkena cahaya secara tiba pasien terkena keong di sawah sehingga
tiba. Selain itu, pasien juga mengalami menyebabkan luka pada ibu jari kaki
penurunan nafsu makan karena kanan. Menurut penuturan keluarga,
kesulitan membuka mulut, pusing, luka tersebut dibersihkan sendiri
batuk, luka tanpa perdarahan dan nyeri menggunakan obat yang didapatkan
pada ibu jari kaki kanan, serta nyeri dari apotek. Pemberian injeksi anti
tumpul seluruh tubuh derajat 2. Tidak tetanus disangkal. Pada hari ke 5 SMRS
terdapat riwayat trauma kepala dan pasien merasakan demam. Pada hari ke
leher, digigit/dicakar/dijilat binatang. 3 SMRS, tangan pasien terasa kaku
Tidak terdapat riwayat sakit gigi namun masih bisa digunakan untuk
maupun sakit telinga dalam 1 bulan berjalan. Pada hari selanjutnya, kaku
terakhir. Riwayat kejang disangkal. yang dirasakan semakin meluas. Pasien
Pasien belum pernah mengalami pergi ke tukang pijit karena mengira
penyakit serupa sebelumnya. Riwayat kaku tubuhnya disebabkan karena
imunisasi tetanus disangkal. Keluarga kelelahan bekerja. Pada hari ke 1
pasien tidak ada yang pernah SMRS, pasien kembali mendatangi
mengalami penyakit serupa. Paseian tukang pijit karena kaku pada tubuhnya
berkerja sebagai petani atau pekebun. tidak berkurang dan menyebar seluruh

4
ISSN: 2721-2882
tubuh sebelum akhirnya mendatangi parese nervus. Terdapat trismus 1 cm,
IGD untuk memeriksakan keluhannya risus sardonikus dan meningismus pada
karena semakin memberat pada hari leher. Terdapat opistotonos dengan
selanjutnya. Pasien tidak bisa berjalan perut seperti papan. Pada pemeriksaan
dan melakukan bedrest. motorik sulit dievaluasi, hipertonus,
Pada pemeriksaan fisik, eutrofi, dan normorefleks. Tidak
didapatkan pasien sadar penuh (kompos terdapat refleks patologis. Pemeriksaan
mentis). Tanda vital pasien meliputi sensoris dalam batas normal. Pada
tekanan darah 142/86 mmHg; denyut plantar pedis dextra terdapat luka
nadi 87 kali per menit, regular, isi berukuran 2x1 cm tanpa perdarahan.
cukup; frekuensi napas 24 kali per

menit, simetris, regular; suhu 36.90C;

Visual Analogue Scale (VAS) 2/10,

SpO2 92% free air; Capillary Refill

Time (CRT) <2 detik; dan akral hangat.

Tidak terdapat pembesaran kelenjar

limfe. Tidak terdapat cairan yang keluar


Gambar 2. Pemeriksaan radiologi pasien
dari telinga. Pada pemeriksaan thoraks
Pemeriksaan penunjang
tampak simetris saat statis maupun
meliputi elektrokardiografi (EKG)
dinamis, dengan auskultasi paru
menunjukkan hasil ritme sinus.
didapatkan suara dasar vesikular, tidak
Pemeriksaan radiologi rongen thorax
terdapat wheezing maupun ronki. Tidak
didapatkan gambaran bronkitis dan
terdapat murmur maupun gallop pada
kardiomegali. Pemeriksaan
auskultasi katup jantung. Pada
laboratorium menunjukkan kadar
pemeriksaan nervus kranialis sulit
eritrosit, hemoglobin dan hematokrit
dievaluasi, tidak didapatkan kesan
rendah (secara erurutan 4.120.000/uL,

5
ISSN: 2721-2882
13 g/dL, 38,2%); leukositosis ampul (IV), dan antalgin 1 ampul (IV).
(16.600/mm3); neutrofilia (87,8%); Pasien dirawat di bangsal isolasi khusus
limfopenia (7,8%); eosinopenia (0,5%); tetanus, dengan tempat yang minimal
rasio neutrofil/limfosit tinggi (11,3); rangsangan cahaya dan suara, dan
uremia (65,6%); dan kadar SGOT menghindari tindakan yang bersifat
(serum glutamic oxaloacetic merangsang.
transaminase) tinggi (69,03 U/L). Pada hari ke 2, pasien dipasang
Pasien memiliki golongan darah O dower chateter (DC) karena tidak
dengan resus positif. Pasien didiagnosis mampu ke kamar mandi dan kesulitan
suspek tetanus dengan adanya spasme menggunakan pispot. Pasien diberikan
otot secara general dan kemungkinan antibiotik metronidazole 3x500 tablet.
adanya luka sebagai sumber infeksi Pada hari ke 3, saturasi oksigen pasien
dengan status vaksinasi negatif. membaik, NK dilepas (SpO2 98% free
Pasien mendapatkan air). Pada hari ke 4, urin pasien
tatalaksana untuk menetralisir toksin, berwarna coklat gelap, hasil
pemasangan oksigen dan pemberian laboratorium menunjukkan peningkatan
antibiotik. Pasien dipasangkan oksigen kadar SGOT, SGPT (serum glutamic
dengan nasal kanul 3 liter per menit pyruvic transaminase) dan bilirubin
(lpm), mendaatkan perawatan luka, dan direk (secara berurutan (136,83 U/L,
diberikan injeksi anti tetanus serum 54,4 U/L, dan 0,27mg/dL). Trismus
(ATS) intramuskuler(IM) dan intravena mulai membaik dan keku berkurang.
(IV) masing masing 10.000 Pasien mendapatkan curcuma 3 kali
internasional unit (IU), visilin sx 1,5 sehari, Hp pro 3 kali sehari dan
gram/8 jam (IV), infus ringar laktat omeprazole 1 ampul per 24 jam.
(RL) dengan drip diazepam 3 ampul 20 Pemberian RL diganti dextrose 5%.
tetes per menit (TPM) (IV), ranitidin 1 Metronidazole diberikan IV per 8 jam.

6
ISSN: 2721-2882
Pemberian ranitidin dihentikan. Pada hidup dalam autoklaf pada suhu
hari ke 6, ATS dihentikan. Pada hari ke 249,8°F (121°C) selama 10 hingga 15
7, pasien mendapakan dulcolac karena menit. Spora juga relatif tahan terhadap
belum buang air besar (BAB) sejak fenol dan bahan kimia lainnya. Spora
pertama masuk rumah sakit. Dosis tersebar luas di tanah, di usus dan
diazepam diturunkan menjadi 2 ampul kotoran kuda, domba, sapi, anjing,
dalam drip D5% 20 tpm. Dilakukan kucing, tikus, marmut, dan ayam
spooling kateter. Pada hari ke 8, pasien (Popoff, 2020). Tanah yang diolah
mendapatkan pelatihan otot dari bagian dengan pupuk kandang mungkin
kedokteran fisik dan rehabilitasi. Pada mengandung banyak spora. Di daerah
hari ke 10, pasien diperbolehkan pulang pertanian, sejumlah besar manusia
dari rumah sakit. Obat yang diberikan dewasa dapat terkena organisme
meliputi diazepam 5 mg 3x1, cefixime tersebut. Spora juga dapat ditemukan
100 mg 2x1, ranitidin 2x1 dan hepatin pada permukaan kulit dan heroin yang
3x1. terkontaminasi (Yen dan Thwaites,
ETIOLOGI 2019; Tiwari, Moro dan Acosta, 2021).
Tetanus disebabkan oleh C. tetani menghasilkan dua
infeksi bakteri C. tetani. Bakteri ini eksotoksin, tetanolysin dan
berkembang biak dengan membentuk tetanospasmin. Tetanospasmin adalah
spora, merupakan bakteri gram positif, neurotoksin dan menyebabkan
anaerobik dan berbentuk batang. manifestasi klinis tetanus. Berdasarkan
Organisme sensitif terhadap panas dan beratnya, tetanospasmin adalah salah
tidak dapat bertahan hidup dengan satu racun paling kuat. Perkiraan dosis
adanya oksigen. Sebaliknya, spora mematikan minimum pada manusia
sangat tahan terhadap panas dan adalah 2,5 nanogram per kilogram berat
antiseptik biasa. Mereka dapat bertahan badan (satu nanogram adalah

7
ISSN: 2721-2882
sepersejuta gram) atau 175 nanogram penduduk di iklim panas dan lembab
untuk berat badan manusia 70 kg dengan tanah yang kaya bahan organik.
(Tiwari, Moro dan Acosta, 2021). Pada daerah beriklim sedang, puncak
Penularan terjadi terutama tetanus terjadi di musim panas.
melalui luka yang terkontaminasi (baik Sedangkan pada iklim tropis, tetanus
secara jelas maupun tidak tampak). umumnya terjadi sepanjang tahun,
Penyakit ini tidak menular dari orang tetapi dapat meningkat selama musim
ke orang, sehingga tetanus digolongkan hujan di beberapa daerah. C. tetani
sebagai penyakit yang dapat dicehah ditemukan terutama di tanah dan
dengan vaksin (vaccine-preventable saluran usus hewan dan manusia
disease) yang infeksius tetapi tidak (Tiwari, Moro dan Acosta, 2021).
menular. Luka dapat ditemukan besar Tetanus umum adalah yang
atau kecil. Dalam beberapa tahun paling jenis umum dari tetanus (80%
terakhir, proporsi kasus tetanus yang dari kasus yang dilaporkan), sedangkan
lebih tinggi memiliki luka ringan, hal tetanus neonatal adalah tetanus umum
ini dimungkinkan karena luka parah pada anak-anak kurang dari satu bulan.
lebih mungkin ditangani dengan tepat. Di seluruh dunia, kematian akibat
Tetanus dapat terjadi setelah operasi tetanus neonatal telah menurun insiden
elektif, luka bakar, luka tusukan dalam, dari 490.000 pada tahun 1994 menjadi
luka remuk, otitis media, infeksi gigi, 49.000 pada tahun 2013. Pada tahun
dan gigitan hewan (Tiwari, Moro dan 1999, didirikan the Maternal and
Acosta, 2021). Neonatal Tetanus Elimination Initiative
EPIDEMIOLOGI untuk mengeliminasi tetanus ibu dan
Prevalensi kejadian tetanus neonatus sebagai masalah kesehatan
terjadi di seluruh dunia tetapi paling masyarakat. Sejak tahun 1999, 35 dari
sering ditemui di daerah padat 59 negara prioritas telah mengeliminasi

8
ISSN: 2721-2882
tetanus pada ibu dan neonatus. Tetanus Pevalensi kasus tetanus di AS
lokal jarang terjadi, dan hanya satu terdapat penurunan angka kematian
persen yang menyebabkan kematian. yang mencolok dari awal 1900-an
Tetanus sefalik ditandai dengan hingga akhir 1940-an. Pada akhir 1940-
kelumpuhan saraf kranial dan tingkat an, vaksin yang mengandung tetanus
kematian yang tinggi sekitar 15% -30% toksoid diperkenalkan ke dalam
saat berkembang menjadi tetanus vaksinasi rutin anak-anak. Pada saat itu,
umum. Pada tahun 2015, Organisasi antara 500-600 kasus (sekitar 0,4 kasus
Kesehatan Dunia (Jenewa, Swiss) per 100.000 penduduk) dilaporkan per
melaporkan total 13.532 kasus tetanus tahun. Setelah tahun 1940-an, angka
di seluruh dunia, tetapi insiden global kejadian tetanus yang dilaporkan terus
diperkirakan setinggi satu juta kasus menurun. Sejak pertengahan 1970-an,
per tahun. Dalam 10 tahun terakhir di sekitar 50 hingga 100 kasus (sekitar
Polandia, kasus tetanus tidak lebih dari 0,05 kasus per 100.000) telah
20 kasus (Zieliński dan Rudowska, dilaporkan setiap tahun di Amerika
2019). Serikat. Baru-baru ini, dari 2009–2018,
Tingkat kematian tetanus rata-rata 29 (kisaran 18–37) kasus
bervariasi berdasarkan tatalaksana yang dilaporkan per tahun. Dari 297 kasus
dilakukan. Tetanus toksoid memiliki yang dilaporkan selama jangka waktu
kemanjuran klinis hampir 100%. Herd 10 tahun ini, ada 19 kematian,
immunity tidak berperan dalam semuanya pada pasien dewasa berusia
melindungi anggota suatu populasi 55 tahun atau lebih. Kejadian tetanus
terhadap tetanus, jadi hampir semua yang disebabkan karena
orang harus divaksinasi untuk penyalahgunaan obat obatan yang
mendapatkan perlindungan (Khoury menggunakan suntikan sebesar 15%
dan Cahill, 2020). (IDI, 2017). Pada 2018, 23 kasus

9
ISSN: 2721-2882
tetanus dilaporkan tanpa kematian peningkatan tetanus dibandingkan
(Tiwari, Moro dan Acosta, 2021). dengan kejadian awal bahkan dengan
Di AS, anak-anak yang lahir potensi pelaporan yang kurang
pada tahun 2016–2017 sebanyak 93,3% signifikan. Kematian tetanus setelah
telah menerima setidaknya 3 dosis bencana alam yang parah berkisar
vaksin DTaP (difteri, tetanus dan antara 19%-31%. Jenis rumah sakit dan
aseluler pertusis) pada usia 24 bulan, jarak ke perawatan medis adalah
dan 80,6% telah menerima setidaknya prediktor signifikan kematian dalam
4 dosis vaksin DTaP pada usia 24 pengaturan ini. Kurangnya sumber daya
bulan. Cakupan DTaP pada remaja usia (yaitu, perawatan bedah, perawatan
13 sampai 17 tahun mencapai 90,2% intensif, dan dukungan ventilasi
pada tahun 2019. Cakupan vaksin mekanik) secara signifikan
tetanus toksoid pada orang dewasa meningkatkan kematian tetanus di
lebih rendah; perkiraan untuk setiap lapangan setelah bencana alam yang
dosis vaksin yang mengandung toksoid parah (Finkelstein et al., 2019).
tetanus di antara orang dewasa adalah PATOGENESIS
63,4% pada tahun 2017 (Tiwari, Moro C. tetani biasanya masuk ke
dan Acosta, 2021). dalam tubuh melalui luka. Pada tetanus
Wabah tetanus selama bencana sefalik, bakteri ini biasanya masuk
alam sering terjadi terutama setelah melalui luka daerah kepala maupun
bencana alam berskala besar seperti otitis media kronik dengan masa
gempa bumi. Sebagian besar wabah inkubasi selama 1-2 hari (IDI, 2017).
terjadi di tempat-tempat di mana Pada kondisi anaerobik, spora
tetanus umum terjadi karena tingkat berkembang menjadi bakteri.
vaksinasi yang rendah. Setelah gempa Tetanospasmin, juga disebut sebagai
bumi tahun 2010 di Haiti, terjadi toksin tetanus, diproduksi dan

10
ISSN: 2721-2882
disebarkan melalui darah dan limfatik. otak, dan dalam sistem saraf simpatik.
Selain itu, toksin dapat diabsorpsi di Manifestasi klinis khas tetanus
tautan saraf otot yang kemudian disebabkan ketika toksin tetanus
bermigrasi melalui jaringan perineural mengganggu pelepasan neurotransmiter
ke susunan saraf pusat (SSP) (Surya, dan menghalangi impuls inhibitor. Hal
2016). Sedangkan toksin lain dari ini menyebabkan kontraksi dan spasme
bakteri ini, tetanolysin belum diketahui otot yang tidak dapat dilawan.
dengan baik patofisiologinya Selanjutnya, toksin ini dapat
(Finkelstein et al., 2019). mengakibatkan kejang dan
Tetanospasmin merupakan mengganggu sistem saraf otonom
peptida tidak aktif yang membutuhkan (Tiwari, Moro dan Acosta, 2021).
pembelahan enzimatik untuk aktivasi. MANIFESTASI KLINIS
Setelah aktivasi, tetanospasmin dibagi Manifestasi klinis yang muncul
menjadi dua rantai. Rantai berat pada pasien dengan tetanus bervariasi,
berjalan secara retrograde ke sistem bergantung pada jenis dan tingkat
saraf pusat (Dong, Masuyer dan keparahannya. Secara umum, pasien
Stenmark, 2019). Begitu berada di datang dengan keluhan kekakuan otot ,
dalam sumsum tulang belakang dan trismus, hingga kejang yang berat.
batang otak, tetanospasmin akan Menurut jenisnya tetanus dibagi
memotong synaptobrevin (VAMP) menjadi empat macam meliputi tetanus
yang menghambat GABA dan lokal, sefalik, generalisata (umum) dan
pelepasan glisin (Finkelstein et al., neonatorum (IDI, 2017).
2019). Tetanospasmin bekerja di Gejala yang ditimbulkan pada
beberapa tempat dalam sistem saraf tetanus lokal berupa spasme dan
pusat, termasuk pelat ujung motorik kekakuan yang menetap disertai rasa
perifer, sumsum tulang belakang, dan sakit pada otot maupun pada bagian

11
ISSN: 2721-2882
proksimal dari luka. Pada tetanus berdasarkan temuan klinis. Bakteri C.
sefalik, gejala yang muncul terbatas tetani dapat ditemukan dari luka hanya
pada wajah berupa trismus, disfagia, pada 30% kasus dan dapat diisolasi dari
risus sardonikus, dan disfungsi nerfus pasien yang tidak menderita tetanus.
kranial. Dua tetanus jenis ini dapat Identifikasi organisme mungkin lebih
berkembang menjadi tetanus penting dilakukan pada demonstrasi
generalisata. Sedangkan pada tetanus produksi toksin pada tikus (Tiwari,
generalisata, gejala yang ditimbulkan Moro dan Acosta, 2021).
berupa kekakuan seluruh tubuh DIAGNOSIS
terutama pada leher, trismus iritable, Diagnosis dapat ditegakkan
kesulitan menelan, opistotonus berdasarkan temuan klinis dan riwayat
(kekakuan pada dada dan perut), rasa imunisasai. Tingkat keparahan tetanus
sakit dan kecemasan, kecang umum dapat dilihat dengan kriteria Pattel Joag
yang muncul dengan rangsangan seperti atau Klasifikasi Albleets (IDI, 2017).
sinar, suara maupun sentuhan dengan Tabel 1. Kriteria pattel Joag
Kriteria Keterangan
kesadaran pasien ang tetap baik. Gejala 1 Kekakuan pada rahang, otot
tulang belakang, spasme
yang ditimbulkan pada tetanus terbatas, dan disfagia
2 Spasme tanpa
nonatorum biasanya berupa mempertimbangkan
frekwensi dan derajat
ketidakmampuan untuk menetek, keparahan
3 Masa inkubasi =< 7 hari
4 Onset =< 48 jam
kelemahan, iritable, serta kekakuan dan
5 Peningkatan suhu 100oF
(>40oC) perektal atau 99oF
spasme otot (IDI, 2017). (37,6oC) aksila

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tabel 2. Klasifikasi Albleets


Derajat Keterangan Mortalitas
Pemeriksaan penunjang berupa
1 1 kriteria Tidak ada
(biasanya 1 kematian
kultur bakteri bukan merupakan gold atau 2)
2 2 kriteria Kematian
standar penegakan diagnosis tetanus. (biasanya 1 dan 10%
2 dengan masa
Diagnosis tetanus sepenuhnya inkubasi > 7
hari dan onset

12
ISSN: 2721-2882
> 48 jam) fenotiazine (IDI, 2017).
3 3 kriteria Kematian
(biasanya onset 32% TATALAKSANA
< 48 jam atau
masa inkubasi Penatalaksanaan pada tetanus
<7 hari)
4 4 kriteria Kematian meliputi membuang sumber
60%
5 5 kriteria Kematian tetanospasmin; menetralisasi toksin
termasuk 84%
puerpurium
dan tetanus yang tidak terikat; dan perawatan
neonatorum
penunjang (suportif)
Table 3. Modifikasi klasifikasi Albleets.
Derajat Keterangan sampaitetanospasmin yang berikatan
Grade 1 Trismus ringan sampai
(ringan) sedang, spasmisitas umum, dengan jaringan telah habis
tidak ada penyulit afas,
tidak ada spasme, sedikit
atau tidak ada disfagia. dimetabolisme (Rhinesmith dan Fu,
Grade 2 Trismus sedang, rigiditas
(sedang) lebih jelas, spasme ringan 2018). Pertama yang perlu dilakukan
atau sedang namun singkat,
penyulit pernafasan dengan adalah melakukan manajemen luka.
takipneu
Grade 3 Trimus berat, spasitas Luka terdiri dari luka rentan mengalami
(berat) umum, spasme sponta, lama
dan sering, serangan apneu, tetanus dan tidak rentan mengalami
disfagia beart, spasme
memanjang spontan yang
sering terjadi dan terjadi tetanus. Luka yang rentan mengalami
rileks, penyulit pernafasan
disertai takipneu, takikardi, tetanus meliputi luka lebih dari 6 jam;
dan aktivitas sistem saraf
otonom sedang yang terus kedalaman lebih dari 1 centimeter (cm);
meningkat.
Grade 4 Grade 3 ditambah gangguan terkontaminasi; berbentuk stelat, avulsi,
(sangat otonom berat, dapat
berat) menyebabkan autonomic dan ireguler; denervasi, iskemik; serta
strom.
DIAGNOSIS BANDING terinfeksi (purulen, jaringan nekrotik).
Tetanus dapat didiagnosis Luka yang tidak rentan mengalami
banding dengan meningoensefalitis, tetanus meliputi luka kurang dari 6 jam;
rabies, lesi orofaringeal, tonsilitis superfisial; bersih; bentuk linier dengan
beran, peritonitis, tetanus karena tepi tajam; neurovaskular intak; dan
hipolalemia dan hipokalsemina. tidak terinfeksi (IDI, 2017).
Keracunan strychinine dan reaksi Luka yang menjadi pintu

13
ISSN: 2721-2882
masuk dari bakteri C. tetani pertama pengulangan pada minggu ke 8 dengan
harus dibersihkan maupun dilakukan dosis yang sama. Booster dapat
debridemen. Perlu ditanyakan kepada dilakukan 6-12 bulan kemudian.
pasien tekait riwayat imunisasi Pemberian subsequent booster dapat
(Weinberger, 2017). Jika pasien diberikan 5 tahun berikutnya (IDI,
mendapatkan tetanus toksoid (TT) 2017; Plotkin, 2020).
kurang dari 10 tahun yang lalu, atau Pasien diisolasi dalam ruangan
riwayat imunisasi tidak diketahui, maka khusus untuk menghindari rangsangan
pemberian TT dapat diberikan. Jika cahaya, suara, maupun rangsangan luar
riwayat imunisasi lebih dari 10 tahun lain. Pemantauan perlu dilakukan untuk
yang lalu, maka perlu diberikan tetanus menghindari adanya hambatan jalan
imunoglobulin (TIg). Keparahan luka nafas. Oksigen, alat pernafasan buatan
bukan faktor penentu pemberian TIg. maupun trakeostomi dapat diberikan
Dosis yang dapat diberikan sebanyak jika diperlukan. Pasien diberiakan
500 international unit (iu) pada pasien asupan diet cukup kalori dan protein
dewasa. Sedangkan pada anak (3500-4500 kalori per hari dengan 100-
diberikan dosis 250 iu (Tiwari, Moro 150 gram (gr) protein. Bentuk makanan
dan Acosta, 2021). Pemberian TT yang dapat disesuaikan degan kemampuan
pertama dilakukan bersamaan dengan pasien membuka mulut dan menelan.
pemberian antitoksin tetapi pada sisi Bila terdapat trismus yang berat,
yang berbeda dengan alat suntik pemberian makanan dapat dilakukan
berbeda. Dosis inisial yang diberikan menggunakan sonde. Pengaturan cairan
adalah 0,5 ml secara im diberikan dan elektrolit diperlukan (IDI, 2017).
dalam 24 jam pertama. Pemberian TT Pemberian antikonvulsan
diberikan sampai imunisasi dasar diberikan sesuai dengan kebutuhan dan
terhadap tetanus selesai. Dilakukan respon klinis dengan cara titrasi berupa

14
ISSN: 2721-2882
diazepam atau vankuronin 6-8 mg/ hari. 2017).
Pasien dengan kejang dapat diberikan Penatalaksanaan untuk
diazepam 0,5 mg/kgBB setiap kali membuang sumber toksin adalah

kejang dengan dosis optimum 10 mg dengan mengeliminasi bakteri.

secara iv. Kemudian diazepam per oral Pemberian penisilin merupakan drug of

dapat diberikan dengan dosis choice (doc) dengan dosis 1,2 juta unit

0,5mg/kgBB/hari dengan 6 kali secara im atau iv setiap 6 jam selama

pemberian. Dosis maksimal diazepam 10 hari. Pasien dengan alergi penisilin

240mg/hari. Namun apabila kejang dapat diberikan tetrasiklin peroral atau

masih berlangsung, dosis dapat iv 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.

ditingkatkan menjadi 480 mg/hari Selain itu, pemberian eritromisin juga

dengan bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan dosis 50

dengan atau tanpa kurarisasi. mg/kgBB/hari dalam 4 dosis selama 10

Magnesium sulfat dapat hari. Metronidazol juga dapat menjaidi

dipertimbangkan untuk diberikan jika alternatif dengan loading dose 15

terdapat gangguan saraf otonom (IDI, mg/kgBB/jam kemudian

2017). 7,5mg/kgBB/6jam (IDI, 2017).

Anti tetanus serum (ATS) dapat Bila pasien tidak mengalami

diberikan dengan melakukan skin test perbaikan setelah penanganan pertama

terlebih dahulu untuk menguji maka dapat dilakkan rujukan, kejadian

hipersensitifitas (Chrdle dan BalejovÁ, komplikasi seperti distres pernafasan

2020). Dosis yang biasanya digunakan juga merupakan kriteria rujukan.

adalah 50.000 iu secara IM diikuti Rujukan dilakukan ke rumah sakit

50.000 secara iv dengan infus lambat. sekunder dengan dokter spesialis

Pemberian ATS juga bisa diberikan neurlogis (IDI, 2017).

disekitar luka (Leman, 2016; IDI, PENCEGAHAN

15
ISSN: 2721-2882
Pencegahan dapat dilakukan tahun) (Finkelstein et al., 2019; Balkan
dengan menghindari faktor yang dapat et al., 2021).
mencetuskan luka maupun melakukan KOMPLIKASI
tindakan aseptik pada kegiatan yang Pada saluran nafas, dapat
membuka risiko masuknya C. tetani. terjadi asfiksia, aspirasi pneumonia,
Sehingga tidak ada jalan bagi spora atelektasis akibat obstruksi oeh sekret,
bakteri untuk masuk kedalam tubuh. pneumothorks dan mediastinal
Selain itu, imunisasi juga dapat emfisema yang biasanya terjadi akibat
dilakukan. Imunisasi dapat dilakukan dilakukannya trakeostomi. Komplikasi
pada bayi sesuai dengan jadwal yang pada sistem kardiovaskuer berupa
telah ditetapkan (Liang et al., 2018). Di takikardi, hipertensi, vasokonstriksi
Indonesia, imunisasi TT dapat perifer dan rangsangan miokardium.
dilakukan pada perempuan dewasa Pada otot, dapat terjadi perdarahan
terutama ibu hamil maupun pengantin dalam otot. Fraktur kolumna vetebralis
wanita (Aprilia, 2018). Hal ini dapat terjadi ketika kejang berangsung
dilakukan untuk mencegah tetanus hebat dan terus menerus. Beberapa
neonatorum. TT 1 dapat dilakukan 2-4 penelitian juga melaporkan munculnya
minggu sebelum pernikahan. TT 2 miositis ossifikans sirkumskripta.
dilakukan sebulan setelah TT 1 (efektif Laserasi lidah, dekbitus, dan demam
melindungi hingga 3 tahun ke depan). tinggi juga dapat terjadi (IDI, 2017).
TT 3 diberikan 6 bulan sesudah TT 2 PROGNOSIS
(efektif melindungi sampai 5 tahun Secara umum, pasien dengan
berikutnya). TT 4 diberikan 12 bulan pengobatan cepat dan tepat dapat
pasca TT 3 (lama perlindungannya 10 mengalami perbaikan dan sembuh
tahun). TT 5 diberikan 12 bulan setelah dengan baik. Penyakit ini biasanya
TT 4 (mampu melindungi hingga 25 tidak terjadi berulang kecuali kembali

16
ISSN: 2721-2882
terinfeksi C. tetani. Gangguan fungsi Chrdle, A. and BalejovÁ, M. (2020)
‘[Tetanus Still Current].’, Acta
tubuh dapat terjadi hinggan chirurgiae orthopaedicae et
traumatologiae Cechoslovaca,
kemungkinan terburuk berupa kematian 87(4), pp. 292–296.
(IDI, 2017; Crone et al., 2019). Crone, V.E. et al. (2019) ‘[Tetanus in
Denmark - a forgotten but
SIMPULAN DAN SARAN dangerous disease].’, Ugeskrift for
laeger, 181(18).
Prevalensi tetanus secara umum
Dong, M., Masuyer, G. and Stenmark, P.
menurun dari tahun ke tahun. Pada (2019) ‘Botulinum and Tetanus
Neurotoxins.’, Annual review of
laporan kasus ini, dilaporkan seorang laki biochemistry, 88, pp. 811–837.
Available at:
laki usia 54 tahun terkena tetanus setelah https://doi.org/10.1146/annurev-
biochem-013118-111654.
kaki kanannya terluka. Tatalaksana yang
Ergonul, O. et al. (2016) ‘An unexpected
tepat memiliki peranan penting untuk tetanus case’, The Lancet
Infectious Diseases, 16(6), pp.
mencegah mortalitas dan mengurangi 746–752. Available at:
https://doi.org/10.1016/S1473-
morbiditas pasien. Tindakan pencegahan 3099(16)00075-X.

dapat dilakukan sebagai upaya preventif Finkelstein, P. et al. (2019) ‘Tetanus : A


Potential Public Health Threat in
munculnya penyakit ini. Times of Disaster’, (June 2017),
pp. 2017–2020. Available at:
DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.1017/S1049023X
17000012.
Aprilia, H.A. (2018) ‘Tes Kesehatan Pra
Nikah Bagi Calon Mempelai Laki- IDI (2017) ‘Panduan Praktik Klinis Bagi
Laki Di Kantor Urusan Agama Dokter di Fasilitas Pelayanan
(Kua) Jatirejo Mojokerto’, Al- Kesehatan Primer’, Menteri
Hukama’, 7(2), pp. 333–358. Kesehatan Republik Indonesia, pp.
Available at: 162, 364.
https://doi.org/10.15642/alhukama.
2017.7.2.333-358. Khoury, A. and Cahill, J.D. (2020)
‘Tetanus Vaccination 2020 and
Bağcı, Z. (2020) ‘Cephalic Tetanus: A Collateral Protections against
Rare Case Report.’, Journal of Pertussis and Diphtheria.’, Rhode
tropical pediatrics, 66(5), pp. 549– Island medical journal (2013),
552. Available at: 103(6), pp. 38–40.
https://doi.org/10.1093/tropej/fmaa
004. Leman, M. (2016) ‘Penggunaan Anti
Tetanus Serum dan Human Tetanus
Balkan, S. et al. (2021) Clinical Immunoglobulin pada Tetanus
guidelines - Diagnosis and Anak’, Research Gate [Preprint],
treatment manual. Médecins Sans (November 2016). Available at:
Frontières. https://doi.org/10.14238/sp12.4.201

17
ISSN: 2721-2882
0.283-8. 32(2), pp. 184–191. Available at:
https://doi.org/10.1177/104063872
Liang, J.L. et al. (2018) ‘Prevention of 0906814.
Pertussis, Tetanus, and Diphtheria
with Vaccines in the United States: Rhinesmith, E. and Fu, L. (2018)
Recommendations of the Advisory ‘Tetanus Disease, Treatment,
Committee on Immunization Management.’, Pediatrics in
Practices (ACIP).’, MMWR. review. United States, pp. 430–432.
Recommendations and reports : Available at:
Morbidity and mortality weekly https://doi.org/10.1542/pir.2017-
report. Recommendations and 0238.
reports, 67(2), pp. 1–44. Available
at: Surya, R. (2016) ‘Skoring Prognosis
https://doi.org/10.15585/mmwr.rr6 Tetanus Generalisata pada Pasien
702a1. Dewasa’, Cermin Dunia
Kedokteran, 43(3), pp. 199–203.
Niu, K.-Y. and Lin, Y.-K. (2019)
‘Generalized tetanus.’, CMAJ : Tiwari, T.S.P., Moro, P.L. and Acosta,
Canadian Medical Association A.M. (2021) ‘Tetanus’, in E. Hall
journal = journal de l’Association et al. (eds) Epidemiology And
medicale canadienne, 191(34), p. Prevention Of Vaccine-Preventable
E944. Available at: Diseases. 14th edn. United State:
https://doi.org/10.1503/cmaj.19016 U.S.Department of Health and
1. Human Services Centers for
Disease Control and Prevention,
Plotkin, S.A. (2020) ‘Tetanus and pp. 315–328.
Diphtheria Boosters.’, Clinical
infectious diseases : an official Weinberger, B. (2017) ‘Adult
publication of the Infectious vaccination against tetanus and
Diseases Society of America. diphtheria: the European
United States, pp. 3266–3267. perspective.’, Clinical and
Available at: experimental immunology, 187(1),
https://doi.org/10.1093/cid/ciaa359. pp. 93–99. Available at:
https://doi.org/10.1111/cei.12822.
Popoff, M.R. (2020) ‘Tetanus in
animals.’, Journal of veterinary Yen, L.M. and Thwaites, C.L. (2019)
diagnostic investigation : official ‘Tetanus’, The Lancet Infectious
publication of the American Diseases, 6736(18), pp. 1–12.
Association of Veterinary Available at:
Laboratory Diagnosticians, Inc, https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(18)33131-3.

18
ISSN: 2721-2882

Anda mungkin juga menyukai