Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapat
prioritas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan, karena ibu dan
anak merupakan kelompok yang rentan. Hal ini terkait dengan fase
kehamilan, persalinan, nifas pada ibu dan fase tumbuh kembang pada
anak. (Profil Kesehatan Indonesia, 2018)
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator baik
buruknya pelayanan kesehatan suatu Negara, khususnya yang
berkaitan dengan masalah kesehatan ibu dan anak.
Penyebab kematian ibu juga terjadi karena penanganan yang
kurang baik dan tepat, adanya faktor tiga terlambat (3T) yaitu terlambat
mengenali tanda bahaya, terlambat merujuk, dan terlambat mendapat
pelayanan yang optimal. [ CITATION Res19 \l 1033 ]
Salasatu faktor risiko kematian ibu adalah umur ibu kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun, jumlah anak lebih dari 4, jarak
kehamilan terakhir sekarang kurang dari 2 tahun, riwayat penyakit
sebelumnya, status anemia < 11 g / dL dan lingkar lengan atas kurang
dari 23,5 cm. [ CITATION Jay16 \l 1033 ]
Jarak kemahilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) dapat
meningkatkan risiko untuk terjadi kematian maternal dan merupakan
kelompok risiko tinggi untuk perdarahan postpartum, kesakitan dan
kematian ibu.
Menurut WHO tahun 2014, tingginya angka kematian ibu di dunia
mencerminkan ketidaksetaraan dalam akses ke layanan kesehatan
yang berkualitas dan menyoroti kesenjangan antara kaya dan miskin.
MMR di Negara – Negara berpenghasilan rendah pada tahun 2017
adalah 462 per 100.000 kelahiran hidup berbanding 11 per 100.000

1
kelahiran hidup di Negara – Negara berpenghasilan tinggi (World
Health Organitation, 2014).
Berdasarkan Kementrian RI tahun 2018, Angka Kematian Ibu
adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan
nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab – sebab lain seperti
kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup.
Secara umum terjadi penurunan kematian ibu selama periode
1991 – 2015 dari 390 menjadi 309 per 100.000 kelahiran hidup.
Walaupun terjadi kecenderungan penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI), namun tidak berhasil mencapai target Millenium Development
Goals (MDGs) yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015. [ CITATION Pro18 \l 1033 ]
Penurunan AKI terjadi di Sulawesi Barat sejak tahun 2006 sampai
2017, yaitu dari 398 menjadi 176. Namun demikian, hasil laporan
program kesehatan ibu tahun 2017 tidak menunjukkan penurunan
kasus kematiam ibu yang signifikan yaitu dari 47 kasus kematian ibu
menjadi 39 kasus kematian. Sedangkan kematian bayi pada tahun
2016 sebesar 8.38 / 100 kelahiran hidup dan mengalami kenaikan
pada tahun 2017 menjadi 12 / 1000 kelahiran hidup. [ CITATION PRO17 \l
1033 ].
Pemerintah sudah mengupayakan berbagai intervensi untuk
menurunkan AKI. Pemerintah merasa segala upaya pelayanan
kesehatan yang di berikan sudah dapat dikatakan “cukup” secara
kuantitas namun secara kualitas masi ada pihak – pihak yang
meragukan, atau di duga kualitas pelayanan kesehatan di Sulawesi
Barat masi di bawah standar. Sayangnya upaya – upaya intervensi
pelayanan kesehatan belum terukur secara kualitas, apakah
kualitasnya baik, sedang, atau buruk.
Pada tahun 2017 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
meluncurkan program Pendampingan Ibu melalui Aplikasi Malaqbi

2
dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal yang
diharapkan memudahkan dalam melakukan antisipasi dan pengawalan
terhadap ibu hamil khususnya yang mengalami risiko kehamilan.
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan
menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan
ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas
pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi,
perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan
mendapat cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga
berencana. Pada bagian berikut, gambaran upaya kesehatan ibu yang
disajikan terdiri dari: (1) pelayanan kesehatan ibu hamil, (2) pelayanan
imunisasi Tetanus Toksoid wanita usia subur dan hamil, (3) pelayanan
kesehatan ibu bersalin, (4) pelayanan kesehatan ibu nifas, (5)
puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan (6) pelayanan
kontrasepsi. (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2017)
Berdasarkan profil kesehatan Sulawesi barat pada tahun 2017,
masih tingginya kasus kematian ibu dan bayi di Provinsi Sulawesi
barat. Setiap tahun pemerintah Provinsi Sulawesi barat melalui Dinas
Kesehatan menetapkan permasalahan kesehatan ibu dan bayi. Jumlah
kematian ibu dan bayi di dapatkan dengan mengumpulkan informasi
dari Puskesmas salama kehamilan, persalinan atau selama
melahirkan.
Berdasarakan data jumlah kematian ibu di provinsi Sulawesi Barat
pada tahun 2017 di kabupaten Mamuju dengan angka kematian ibu
sebanyak 5 orang dan angka kematian bayi sebanyak 32 orang
dengan jenis kelamin laki – laki.
Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Tapalang Kecamatan
Tapang Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat, menunjukkan
bahwa tidak ada kasus kematian ibu pada tahun 2017 sedangkan

3
kasus kematian neonatal sebanyak 2 orang. Pada tahun 2018 kasus
kematian ibu mengalami peningkatan sebanyak 3 orang dan neonatal
sebanyak 5 orang.
Angka kematian Ibu dan angka kematian Bayi yang terjadi di
wilayah Puskesmas Tapalang pustu Limbeng desa Takandeang, pada
tahun 2017 tidak ada angka kematian Ibu dan Neonatal. Pada tahun
2018 masi tidak ada angka kematian Ibu sedangkan angka kematian
Neonatal terdapat 1 orang.
Salasatu pasien yang mendapatkan asuhan antenatal care adalah
Ny.“H”. Dalam mendapatkan pelayanan antenatal Ny “H” telah
memeriksakan kehamilannya di pustu Limbeng desa Takandeang dan
telah mendapatkan data bahwa jarak kehamilan ibu terlalu dekat yaitu
15 bulan.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk
berupaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan memberikan
pelayanan kebidanan pada Ny “H” di Pustu Limbeng Desa
Takandeang Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju Provinsi
Sulawesi Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan rumusan
masalah “bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,
nifas, dan bayi baru lahir, pada Ny. “H” di pustu Limbeng desa
Takandeang Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju tahun 2020”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan secara efektif dan aman
mulai dari kehamilan, proses persalinan, kunjungan nifas, dan
asuhan neonatus pada Ny “H” Di pustu Limbeng desa Takandeang
Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju.

4
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
asuhan kebidanan pada Ny “H” mulai dari hamil, bersalin, nifas,
dan bayi baru lahir, secara akurat, relevan, dan lengkap sesuai
kondisi Ny “H” di pustu Limbeng desa Takandeang Kecamatan
Tapalang Kabupaten Mamuju
b. Mampu melakukan perumusan diagnosa atau masalah
kebidanan pada Ny. “H”, mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan
bayi baru lahir yang diperoleh dari pengkajian secara akurat di
Pustu Limbeng desa Takandeang Kecamatan Tapalang
Kabuparen Mamuju
c. Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada Ny “H”, mulai
dari hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, berdasarkan
masalah diagnosa yang telah di tentukan di Pustu Limbeng
desa Takandeang Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju
d. Mampu mengimplementasikan asuhan kebidanan pada Ny “H”,
mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir secara
efektif dan aman di Pustu Limbeng desa Takandeang
Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju.
e. Mampu melaksanakan evaluasi hasil asuhan kebidanan secara
rutin dan berkesinambungan pada Ny “H”, mulai dari hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, untuk melihat keberhasilan
asuhan yang diberikan di Pustu Limbeng desa Takandeang
Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju
f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan secara
singkat, akurat dan jelas mengenai keadaan Ny “H”, selama
proses kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir di Pustu
Limbeng desa Takandeang Kecamatan Tapalang Kabupaten
Mamuju

5
D. Manfaat
1. Manfaat bagi penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang
standar asuhan kepada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas
2. Manfaat bagi institusi
Sebagai bahan referensi yang diharapkan dapat bermanfaat dalam
pengembangan institusi pendidikan di Poltekkes Kemenkes
Mamuju dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi setiap peserta
didik.
3. Manfaat bagi lahan
Dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan kebidanan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir
4. Manfaat bagi klien
Klien mendapat asuhan kebidanan mulai dari kehamilan,
persalinan, masa nifas, dan bayi baru lahir.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kasus


1. Tinjauan umum tentang kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan proses alamiah dan fisiologis setiap
wanita yang memiliki organ reproduksi yang sehat yang telah
mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual
dengan seorang pria yang sehat maka besar kemungkinan akan
mengalami hamil. Masa kehamilan di mulai dari konsepsi
sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu
yang dihitung dari hari pert ama haid terakhir. Terbagi dalam 3
triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3
bulan, triwulan ke 2 dari bulan keempat sampai 6 bulan dan
trimester ke 3 bulan ke 7 hingga 9 bulan.
Asuhan kehamilan difokuskan pada intervensi yang telah
terbukti bermanfaat mengurangi angka kesakitan dan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir. [ CITATION Yos18 \l 1033 ]
b. Perubahan Fisiologis Kehamilan pada Trimester I, II, III
1. Sistem reproduksi
a. Uterus
1) Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya
30 gram akan mengalami hipertropi dan hyperplasia,
sehingga menjadi berat 1000 gram saat akhir
kehamilan.
2) Dalam pertumbuhan rahim bentuknya juga berubah,
mula-mula sebagai bola lampu kemudian menjadi
bundar dan setelah bulan ke empat sampai akhir
kehamilan berangsur-angsur menjadi lonjong.

7
3) Posisi rahim dalam kehamilan: pada 4 bulan
kehamilan tetap dalam rongga pelvis, setelah itu
mulai memasuki rongga perut yang dalam
pembesarannya dapat mencapai batas organ hati
tingginya tinggi fundus uteri perlahan-lahan akan naik
sesuai umur kehamilannya.
4) Vaskularisasi: arteri uterina dan arteri ovarika
bertambah panjang cabangnya.
5) Dinding perut: pembesaran rahim menimbulkan
peregangan dan robeknya serabut elastis dibawah
kulit, sehingga timbul striae gravidarum.
b. Indung telur (ovarium)
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang
mengalami korpus luteum gravidarum dan meneruskan
fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna
pada umur16 minggu.
c. Vagina
Pembuluh dara dinding vagina bertambah, hingga warna
selaput membiru (tanda chadwick).
2. Perubahan pada payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan berkembang
sebagai persiapan ASI pada saat laktasi. Perkembangan
dari pengaru hormon estrogen, pogesteron dan
somatomammotopin.
3. Perubahan pada sistem Endokrin
Perunahan besar pada sistem endokrin yang esensial terjadi
untuk mempertahankan kehamilan, pertumbuhan normal
janin dan pemulihan pasca partum.
a) Kelenjar tiroid

8
Selama kehamilan terjadi pembesaran kelenjar tiroid
akibat hiperplasia jaringan glandular dan peningkatan
vaskularitas.
b) Kelenjar paratiroid
Kelenjar paratiroid juga mengalami peningkatan
sekunder ringan, saat kebutuhan untuk rangka janin
mencapai puncak, kadar parathormon plasma meningkat
diantara minggu ke-15 dan ke-35 gestasi.
c) Pankreas
Janin membutuhkan glukosa dalam jumlah yang
signifikan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
d) Prolaktin hipofisis
Pada kehamilan, prolaktin serum mulai meningkat pada
trimester pertama sampai aterm, namun kadar estrogen
yang tinggi pada kehamilan dapat menghambat
peningkatan prolaktin pada jaingan payudara, sehingga
menghambat efek prolaktin pada epitel.
4. Sistem perkemihan
Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh
uterus yang mulai membesar dan pada akhir kehamilan, bila
kepala janin mulai turun kebawah pintu atas panggul
tertekan kembali sehingga timbull sering kencing.
5. Perubahan pada sistem pencernaan
Pada bulan pertama kehamilan terhadap perasaan tidak
enak (nausae), akibat kadar hormon estrogen yang
meningkat. Tinggi kadar progesteron mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah
dan melambatkan kontraksi otot-otot polos.
6. Sistem musculoskeletal
Peningkatan secara bertahap dan peningkatan berat wanita
hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita

9
berubah secara menyolok. Selama trimester ketiga, otot
rektus abdominalis dapat memisah menyebabkan isi perut
menonjol digaris tengah umbilikus menjadi lebih datar atau
menonjol. Setelah melahirkan tonus otot secara bertahap
kembali tetapi pemisahan otot menetap.
7. Perubahan pada sistem kardiovaskuler dan system
hematologi
a) Curah jantung (cardiac output) akan meningkat sekitar
30-50% selama kehamilan yang dimulai pada trimester
pertama sampai persalinan.
b) Penurunan tekanan darah selama kehamilan disebabkan
karena pengaru peregangan otot halus karena pengaru
progesteron. Tekanan darah systole turun sekitar 5-10
mmHg dan diastolic 10-15 mmHg.
c) Edema pada kaki sangat umum terjadi pada akhir
kehamilan karena mingkatnya tekanan venosus pada
kaki, terhalangnya aliran limfe dan menurunnya tekanan
osmotic koloid plasma.
d) Volume plasma darah mulai meningkat pada saat usia 10
minggu dan terus meningkat sampai 30-43 minggu.
Perubahan rata-rata volume plasma maternal sekitar 20-
100 %.
e) Jumlah sel darah putih perifer makin meningkat selama
kehamilan. Selama trimester I rata-rata jumlah sel dara
putih sekitar 9500/mm3 dan meningkat menjadi rata-rata
20.000-30.000/mm3 pada saat aterm.
f) Faktor penggumpalan dan plateles (trombosit), selama
kehamilan terakibat pada peningkatan kapasitas
pengumpulan.
g) Metabolisme zat besi. Zat besi diserap dari usus dua
belas jari dari tablet tambah darah atau makanan tertentu

10
seperti daging, hati, telur, sayuran daun hijau tua,
ganggang laut, ibu rambat, buah-buahan kering.
8. Perubahan sistem integument
Perubahan umum yang timbul terdiri dari peningkatan
lemak subdermal, hyperpigmentasi, percepatan aktifitas
kelancaran keringat dan sebasea, peningkatan sirkulasi dan
aktivitas vosomotor.
Pigmentasi timbul akibat peningkatan hormn hipofisi
anterior melanotropin selama masa hamil yang menimbulkan
melasma di wajah yang disebut kloasma atau topeng
kehamilan, warna puting susu areola , aksila dan vulva juga
menjadi lebih gelap dan warna akan hilang setelah wanita
melahirkan.
9. Perubahan sistem metabolism
Terdapat perubahan pada sistem metabolisme dalam
kehamilan, dimana pada wanita hamil basal metebolic rate
(BMR) meninggi, sistem endokrin juga meninggi dan tampak
jelas kelenjar gondoknya (glandula tryreoidae), BMR
meningkat hingga 15-20 % yang umumnya ditemukan pada
triwulan akhir kehamilan.
10. Perubahan berat badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Peningkatan berat badan yang terus berlangsung pada
masa hamil merupakan indeks yang positif mengenai
adanya penyesuaian kandungan dengan pertumbuhan janin.
11. Perubahan sistem penafasan
Pada masa hamil tua tulang rusuk mengembang
menyediakan kapasitas rongga dada dengan cara
menetralkan efek membesarnya rahim yang menekan
diafragma, sehingga diafragma kuang leluasa bergerak
sehingga tidak jarang wanita hamil mengeluh tentang rasa

11
sesak dan pendek nafas, ini ditemukan pada usia kehamilan
32 mg keatas.
12. Perubahan persarafan
a) Kompresi saraf pelvik akibat bembesaran uterus yang
dapat mengganggu sirkulasi dan saraf yang menuju
ekstremitas bagian bawah sehingga menyebabkan
perubahan pada kedua kaki, misalnya oedema dan kram
tungkai.
b) Lordosis dorsolimbar mungkin menyebabkan nyeri
karena penaikan / penekanan pada akar persyarafan.
c) Edema yang melibatkan saraf perifer dapat
menyebabkan carpal tunel syndrom selama trimester
akhir kehamilan.
d) Achroesthesia (mati rasa dan tingling pada tangan) yang
disebabkan oleh posisi berdiri dengan bahu bungkuk
yang dialami wanita selama kehamilan. [ CITATION
Placeholder1 \l 1057 ]
c. Tanda bahaya kehamilan
1) Perdarahan vagina. Pada awal kehamilan, perdarahan yang
tidak normal adalah merah, perdarahan banyak, atau
perdarahan dengan nyeri (berarti abortus, KET, mola
hidatidosa). Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak
normal adalah merah, banyak / sedikit, nyeri (berarti
plasenta previa dan solusio plasenta).
2) Sakit kepala yang hebat. Sakit kepala yang menunjukkan
suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat, yang
menetap tidak hilang dengan beristirahat. Kadang – kadang,
dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin
menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan
adalah gejala dari preeklampsia.

12
3) Perubahan visual secara tiba – tiba (pandangan kabur,
rabun senja). Masalah visual yang mengindikasikan keadaan
yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak,
misalnya pandangan kabur atau berbayang.
4) Nyeri abdomen yang hebat. Nyeri yang hebat., menetap,
dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini berarti
appendicitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang
panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong
empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih, atau infeksi
lain.
5) Bengkak pada muka atau tangan. Bengkak bias
menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka
dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai
dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan
pertanda, anemia, gagal jantung, atau preeclampsia.
6) Bayi kurang bergerak seperti biasa. Ibu mulai merasakan
gerakan bayinya pada bulan ke – 5 atau ke – 6, beberapa
ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi
tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling
sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih
muda terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu
makan dan minum dengan baik. [ CITATION Ruk13 \l 1033 ]
d. Kebutuhan dasar ibu hamil
1) Kebutuhan fisik ibu hamil akan oksigen.
Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat sebagai
respon tubuh terhadap akcelerasi metabolismerate perluh
untuk menanbah masa jaringan pada payudara, hasil
konsepsi dari masa uterus dll, akibat terjadi perubahan
anatomi paru diameter thorak meningkat ± 2 cm lingkaran
dada akan meningkat 5 – 7 cm, sudut costa ± 68 sebelum
kehamilan menjadi 103 pada kehamilan trimester ketiga.

13
Fungsi paru – paru: wanita hamil bernapas lebih dalam
(karena meningkatnya tidal volume, jumlah pertukaran gas,
pada setiap kali napas), meningkatnya volume tidal
respiratory di hubungkan dengan respiratory rate normal
akibat dari meningkatnya volume respiratory kira – kira 26%
per menit. Hal ini yang menyebabkan menurunnya
konsentrasi CO, de alveoli, perubahan pusat de respiratory
ini akibat dari menurunnya ambang CO, Progesteron dan
Oestrogen diduga bertanggung jawab terhadap
meningkatnya sensitivitas pada pusat persyaratan.
2) Basal metabolisme rate (BMR)
BMR meningkat 15% - 20%, vasodilatasi periper dan
akselerasi aktifitas kelenjar keringat membantu
menghilangkan panas yang berlebihan dan dihasilkan dari
peningkatan metabolisme selama kehamilan.
3) Kebutuhan fisik ibu hamil akan nutrisi
Nutrisi ini berkaitan dengan pemenuhan kalori yang
digunakan oleh tubuh sebagai pengelola:
a) Proses physic 66% (pernapasan + sirkulasi + digestive +
secrete + temperatur tubuh) di tambah untuk
pertumbuhan dan perbaikan) = 1,440 Kcal / Dag
b) Aktivitas / hari seperti jalan, posisi tubuh, bicara
perpindah – pindah dari satu tempat kesatu tempat yang
lain, makan membutuhkan energy 17% total tidak hamil
bekerja rata – rata 7 – 10% membutuhkan 150 – 200
Kcal.
c) Metabolisme 7% → 144 Kcal dengan pembagian kondisi
tidak hamil = 2100 Kcal / hari, hamil = 2500 Kcal / hari
(fetus, plasenta, uterus, mammae), Lactasi = 3000 Kcal /
hari.

14
Zat-zat yang diperlukan antara lain yaitu protein,
karbohidrat, zat lemak, mineral atau bermacam-macam
garam terutama kalsium, fosfor dan zat besi (Fe), vitamin
dan air. Kekurangan unsur tersebut dapat berakibat buruk
bagi kondisi kesehatan apalagi pada ibu hamil. Kebutuhan
tablet Fe setiap hari yaitu 40 mg, selama kehamilan
berjumlah 90 tablet atau 800 mg, yang mengandung zat besi
60 mg dan asam folat 0,25 mg.
4) Kebutuhan fisik ibu akan personal hygiene
Personal hygiene ini berkaitan dengan perubahan system
pada tubuh ibu hamil, hal ini disebabkan: selama kehamilan
PH vagina menjadi asam dari 4 – 3 menjadi 5 – 6,5 akibat
vagina mudah terkena infeksi; stimulasi Oestrogen
menyebabkan adanya Fluor Albus (keputihan); peningkatan
vaskularisasi di perifer mengakibatkan wanita hamil sering
berkeringat; uterus yang membesar menekan kandung
kemih, mengakibatkan keinginan ibu hamil untuk sering
berkemih; madi teratur mencegah iritasi vagina, tehnik
pencucian perianal dari depan ke belakang;
5) Kebutuhan fisik ibu hamil akan pakaian
Baju ibu hamil yang praktis selama 6 bulan kehamilan
menggunakan baju biasa yang longgar, pilihlah bahan yang
tidak panas dan mudah menyerap keringat, bagian dari dada
longgar karena payudara akan membesar, bagian pinggang
harus longgar kalau perluh terdapat tali untuk menyesuaikan
perut yang harus membesar, brach disiapkan paling sedikit
dua buah dengan bukaan di depan untuk memudahkan
menyusui, sepatu kenakan yang bertumit tetapi jangan yang
rata dan hindari sepatu yang bertali karena akan merepotkan
anda.
6) Kebutuhan fisik ibu hamil akan eliminasi

15
Kebutuhan fisik ibu hamil akan eliminasi berkaitan dengan
adaptasi gastrointestinal sehingga menyebabkan penurunan
tonus dan motiliti lambung dan usus terjadi reabsorsi zat
makanan peristaltic usus lebih lambat sehingga
menyebabkan obstipasi, penekanan kandung kemih karena
pengaruh hormone Oestrogen dan progesterone sehingga
menyebabkan sering buang air kecil; terjadi pengeluaran
keringat.
7) Kebutuhan fisik ibu hamil akan seksual
Meningkatnya vaskularisasi pada vagina dan visera pelvis
dapat mengakibatkan meningkatnya sensifitas seksual
sehingga meningkatkan hubungan intercourse sebaiknya
ketakutan akan injuri pada ibu ataupun janin akan
mengalami menurunnya pola seksualitas, anjurkan yang
diberikan yaitu jangan melakukan hubungan intercourse
sesudah buang air kecil.
8) Kebutuhan fisik ibu hamil akan istirahat
Berhubungan dengan kebutuhan kalori pada masa
kehamilan, mandi air hangat sebelum tidur, tidur dalam
posisi miring ke keri, letakkan beberapa bantal untuk
menyangga, pada ibu hamil sebaiknya banyak beristirahat
atau pun tidur. Tidur siang 1 jam dan tidur malam 8 jam
untuk memperbaiki sirkulasi darah, jangan bekerja terlalu
capek dan berlebihan ( Rukiah A, 2013).
e. Ketidak nyamanan dan cara mengatasi
1. Konstipasi atau Sembelit
Ini terjadi karena Peningkatan hormone progesterone yang
menyebabkan relaksasi otot sehingga usus kurang efisien,
konstipasi jug dipengaruhi karena perubahan uterus yang
semakin membesar, sehingga uterus menekan daerah perut.
Cara mengatasi konstipasi atau sembelit adalah:

16
a) Minum air putih yang cukup minimal 6-8 gelas/ hari.
b) Makanlah makanan yang berserat tinggi seerti sayuran
dan buah-buahan.
c) Lakukanlah olahraga ringan secara teratur seperti
berjalan (Jogging).
d) Segera konsultasikan ke dokter/bidan apabila konstipasi
atau sembelit tetap terjadi setelah menjalankan cara-
cara di atas.
2. Edema atau pembengkakan
Edema pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.
Gangguan sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan uterus yang
membesar pada vena-vena panggul saat wanita tersebut
duduk atau berdiri pada vena kava inferior saat ia berada
dalam posisi terlentang. Adapun cara penangaannya adalah
sebagi berikut :
a) Hindari menggunakan pakaian ketat.
b) Elevasi kaki secara teratur sepanjang hari.
c) Posisi menghadap kesamping saat berbaring.
d) Penggunaan penyokong atau korset pada abdomen
maternal yang dapat melonggarkan vena-vena panggul.
3. Insomnia
Pada trimester III gangguan ini terjadi karena ibu hamil
sering kencing. Gangguan ini juga disebabkan oleh rasa
tidak nyaman yang dirasakan ibu hamil seperti
bertambahnya ukuran rahim yang mengganggu gerak ibu.
Bebearapa cara untuk mengurangi gangguan insomnia,
yaitu:
a) Ibu hamil diharapkan menghindari rokok dan minuman
beralkohol.
b) Ibu hamil diharapkan menghindari kafein.

17
c) Sejukkan kamar tidur. Hentikan olahraga, setidaknya 3
atau 4 jam sebelum tidur.
d) Usahakan tidur sebentar di siang hari. Sebaiknya tidur di
sing hari cukup dilakukan 30 sampai 60 menit saja.
e) Buat jadwal yang teratur.
f) Biasakan miring kiri. Posisi tidur miring ke kiri akan
membantu darah dan nutrisi mengalirlancar ke janin dan
rahim, serta membantu ginjal untuk sedikit
memperlambat produksi urine.
g) Kurangi minum pada malam hari.
h) Minum segelas susu hangat. Kandungan asam amino
tryptophan yang terdapat dalam susu akan meningkatkan
kadar serotonin dalam otak dan membantu ibu hamil tidur
dan membangkitkan hormone melatonin dalam darah
yang membuat seseorang menjadi mudah mengantuk.
4. Nyeri punggung bawah (Nyeri Pinggang)
Jika wanita tersebut tidak memberi perhatian penuh
terhadap postur tubuhnya maka ia akan berjalan dengan
ayunan tubuh kebelakang akibat peningkatan lordosis.
Lengkung ini kemudian akan meregangkan otot punggung
dan menimbulkan rasa sakit atau nyeri. Cara mengatasi
kegerahan yang dialami oleh ibu hamil adalah :
a) Hindari membungkuk berlebihan, mengangkat beban,
dan berjalan tanpa istirahat.
b) Gunakan sepatu bertumit rendah.
c) Jika masalah bertambah parah, pergunakan penyokong
penyokong abdomen eksternal dianjurkan (contoh korset
maternal atau belly band yang elastic).
d) Kompres hangat (jangan terlalu panas) pada punggung
e) Kompres es pada punggung.
f) Pijatan / usapan pada punggung.

18
g) gunakan kasur yang menyokong atau gunakan bantal
dibawah punggung untuk meluruskan punggung dan
meringankan tarikan dan regangan.
5. Sering Buang Air Kecil
Ini disebabkan oleh tekanan uterus karena turunnya bagian
bawah janin sehingga kandung kemih tertekan dan
mengakibatkan frekuensi berkemih meningkat karena
kapasitas kandung kemih berkurang. Cara mengurangi
ketidaknyamanan ini adalah:
a) Ibu perlu penjelasan tentang kondisi yang dialaminya
mencangkup sebab terjadinya.
b) Kosongkan saat ada dorongan untuk kencing.
c) Mengurangi asupan cairan pada sore hari dan
memperbanyak minum saat siang hari.
d) Jangan kurangi  minum untuk mencegah nokturia,
kecuali jika nokturia sangat mengganggu tidur pada
malam hari
e) Batasi minum kopi, teh atau soda.
f) Jelaskan tentang bahaya infeksi saluran kemih dengan
menjaga posisi tidur, yaitu berbaring miring ke kiri dan
kaki ditinggikan untuk mencegah diuresis.
6. Kegerahan
disebabkan selain karena peningkatan kadar hormone
progesteron yang membuat pembuluh darah melebar dan
aliran darah lebih meningkat, juga disebabkan metabolisme
di tubuh yang makin meningkat, makin tinggi laju
metabolisme, makin banyak pula kalori atau energy panas
yang dihasilkan atau dilepaskan. Cara mengatasi kegerahan
yang dialami oleh ibu hamil adalah:
a) Pakai baju yang longgar dan nyaman.

19
b) Pilihlah baju dari bahan yang mudah menyerap keringat
seperti dari bahan katun.
c) Jaga sirkulasi udara di dalam rumah agar tetap baik.
d) Hidari tempat-tempat sempit yang membuat anda
merasa pengap.
e) Sering-seringlah berada di ruangan terbuka atau alam
terbuka.
f) Perbanyak minum cairan, baik air putih maupun jus buah
segar untuk mengganti cairan tubuh yang keluar dalam
bentuk keringat2. [ CITATION Ina12 \l 1033 ]
2. Tinjauan umum tentang Persalinan
a. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan
mencakup proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian
perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan
janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. [ CITATION Jan18 \l
1033 ]
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan tersebut
normal apabila prosesnya terjadi pada usia cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). [ CITATION Joh12 \l 1033 ]
b. Tahapan persalinan
1. Kala I (kala pembukaan)
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai

20
membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah
berasal dari pecahnya pembulu darah kapiler disekitar
kanalis servisis akibat pergeseran ketika serviks mendatar
dan membuka. Kala I dibagi atas 2 fase yaitu fase laten
pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai
pembukaan 3 cm, lamanya 7 – 8 jam dan fase aktif
berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas tiga subfase
yaitu:
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm,
b) Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2
jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap)
2. Kala II (kala pengeluaran janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat,
dan lama, kira – kira 2 – 3 menit sekali. Kepala janin telah
turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah
tekanan pada otot – otot dasar panggul yang melalui
lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan. Karena
tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air
besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala
janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum
meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan
lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primi berlangsung selama 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam.
3. Kala II (kala pengeluaran uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar.
Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan
berisi plasenta yang menjadi 2 kali lebih tebal dari
sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan

21
dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5 – 10 menit, seluruh
plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan akan lahir
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau
fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30
menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah kira – kira 100 – 200 cc.
4. Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi
dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama
terhadap bahaya perdarahan postpartum. [ CITATION Moc11 \l
1033 ]
c. Tanda – tanda persalinan
Persalinan dimulai bila ibu sudah dalam inpartu (saat uterus
berkontraksi menyebabkan perubahan pada serviks membuka
dan menipis), berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain :
perasaan distensi berkurang (lightening), perubahan serviks,
persalinan palsu, ketuban pecah, blood show, lonjakan energi,
gangguan pada saluran cerna. [ CITATION Asr10 \l 1033 ]
d. Kebutuhan dasar ibu bersalin.
Persalinan adalah suatu yang menegangkan dan
menggugah emosi ibu dan keluarganya, bahkan dapat menjadi
saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Untuk
meringankan kondisi tersebut seorang wanita memerlukan
dukungan selama persalinan. Karena dukungan emosional
selama persalinan akan menjadikan waktu persalinan menjadi
pendek, meminimalkan intervensi, dan menghasilkan persalinan
yang baik.
Dengan dilakukannya asuhan intrapartum yang tepat akan
dapat mencegah sebagian besar penyebab – penyebab
kesakitan dan kematian ibu. Untuk itulah dalam suatu

22
persalinan seorang wanita membutuhkan dukungan secara fisik
maupun emosional untuk mengurangi rasa sakit dan
ketegangan dengan pengaturan posisi yang nyaman dan aman
bagi ibu dan bayinya. [ CITATION Joh121 \l 1033 ]
Adapun 5 kebutuhan wanita bersalin adalah:
1. Asuhan tubuh dan fisik
2. Kehadiran seorang pendamping
3. Pengurangan rasa nyeri
4. Penerimaan terhadap perilaku dan tingkah lakunya
5. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman.
e. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalian
1. Passage
Passage adalah jalan lahir. Jalan lahir dibagi atas
bagian yang keras meliputi tulang-tulang panggul dan
bagian lunak meliputi uterus, otot dasar panggul dan
perineum. Janin har us mampu menyesuikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran
dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan
dimulai.
a. Jenis panggul
1) Ginekoid
2) Android
3) Antropoid
4) Platipeloid
b. Bagian – bagian panggul
1) Pervis mayor, disebut juga false pelvis, bagian pelvis
yang terletak diatal linea terminalis
2) Pelvis minor, disebut juga true pelvis, bagian pelvis
yang terletak dibawah linea terminalis, mempunyai
peranan penting dalam obstetri (untuk meramal
dapat tidaknya bayi melewatinya)

23
2. Power
Power atau kekuatan yang mendorong janin pada saat
persalinan adalah his, kontraksi otot perut, kontraksi
diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang
diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan
sebagian kekuatan sekundernya adalah tenaga mengedam
ibu. Sifat his yang normal adalah:
a. Kontraksi rahim dimulai dari kornu
b. Fundal dominan, yaitu kekuatan paling tinggi difundus
uteri
c. Otot rahim yang tidak berkontraksi tidak kembali
kepanjang semula sehingga terjadi retraksi dan
pembentukan segmen bawah rahim
d. Pada saat his terjadi perubahan pada serviks yaitu
menipis dan membuka
3. Passanger
Passamger terdiri dari janin dan plasenta. Janin
bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat interkasi
beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap dan posisi janin. Janin dapat mempengaruhi
persalinan karena presentasi dan ukurannya.
Pada presentasi kepala, tulang-tulang masih dibatasi
fontanel dan sutura yang belum keras, tapi tulang dapat
menyisip diantara tulang yang 1 dengan tulang yang lainnya
(disebut moulage/molase) sehingga ukuran kepala bayi
menjadi lebih kecil. [ CITATION Bid181 \l 1057 ]

24
4. Psikis (psikologi)
Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan
kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang
kelahiran bayinya. Psikologis meliputi:
a) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan
intelektual
b) Pengalaman bayi sebelumnya
c) Kebiasaan adat
d) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
5. Penolong persalinan
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
janin. Dalam hal ini proses tergantung dari kemampuan skill
dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses
persalinan. [ CITATION Placeholder2 \l 1057 ]
3. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas
a. Pengertian Nifas
Masi nifas adalah masa ketika ibu mendapatkan
kesempatan untuk memulihkan organ reproduksinya seperti
keadaan sebelum ibu hamil. Masa nifas dimulai setelah proses
persalinan berlangsung, sedangkan waktu yang dibutuhkan
agar organ reproduksi kembali seperti sebelum kehamilan
dalam proses masa nifas yaitu berlangsung selama enam
minggu. [ CITATION GSa16 \l 1033 ]
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan
kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6 – 8 minggu.
(Mochtar, 2011).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan

25
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6
minggu. Wanita yang melalui periode puerperium disebut
puerpura. Puerperium (Nifas) berlangsung 6 minggu atau 24
hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal. [ CITATION Amb10 \l 1033 ]
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segara
setelah kelahiran yang meliputi minggu – minggu berikutnya
pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil
yang normal. [ CITATION Yan11 \l 1033 ]
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan
bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya
kembali yang umumnya memerlukan waktu 6 – 12 minggu.
(Nugroho, Nurrezki, Warnaliza, & Wilis, 2014).
b. Periode Masa Nifas
Periode masa nifas dideskripsikan oleh Reva Rubin yang terjadi
dalam 3 tahap yaitu:
1) Taking in periode
Terjadi pada hari 1 – 2 setelah persalinan, ibu umumnya
menjadi pasif dan sangat tergantung, dengan fokus
perhatian terhadap tubuhnya. Ibu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami. Tidur
yang tidak tergan ggu sangat penting buat ibu untuk
mencegah efek kurang baik yaitu kurang tidur, kelemahan
sik, gelisah, dan gangguan proses pemulihan kesehatan.
Tambahan makanan kaya gizi sangat di butuhkan, sebab
nafsu makan biasanya meningkat. Kurang nafsu makan
akan memberi indikasi bahwa proses pemulihan kesehatan
tidak berlangsung normal.

26
2) Taking hold periode
Periode ini berlangsung pada hari 3 – 4 setelah persalinan,
ibu menjadi lebih berkonsentrasi pada kemampuannya
sebagai ibu yang sukses, dan menerima tanggung jawab
sepenuhnya terhadap perawatan bayinya. Fokus perhatian
terhadap kontrol fungsi tubuh misalnya, proses defekasi dan
miksi, kekuatan dan daya tahan ibu. Ibu mulai sanggup dan
terampil merawat bayinya seperti menggendong,
memandikan, menyusui bayinya dan mengganti popok. Ibu
menjadi sangat sensitif pada masa ini sehingga mungkin
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawatan untuk
mengatasi kritikan yang dialami ibu. Bidan sebaiknya
memberikan penyuluhan dan support emosional pada ibu.
3) Letting go periode
Periode ini umumnya dialami setelah tiba di rumah dan
secara penuh merupakan waktu pengaturan bersama
keluarga. Ibu telah menerima tanggung jawab sebagai ibu
dan ibu merasa dan menyadari kebutuhan bayinya yang
sangat tergantung dari kesiapannya sendiri sebagai ibu,
ketergantungannya pada orang lain, serta dipengaruhi oleh
interaksi sosial budaya keluarga. Post partum blues bisa
terjadi pada masa ini.
c. Tahapan Masa Nifas
1) Periode immediate post partum yaitu masa segera setelah
plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena
atonia uteri. Karena itu, bidan dengan teratur harus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia,
tekanan darah dan suhu.

27
2) Periode early postpartum (24 jam – 1 minggu). Pada fase ini
bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapat makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik.
3) Periode late postpartum (1 minggu – 6 minggu). Pada
periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari – hari serta memberikan konseling KB.
d. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
1) Interaksi anak – orang tua
Untuk orang tua biologis, peran orangtua dimulai selagi
kehamilan membesar dan semakin kuat saat bayi dilahirkan.
Merawat dan mengasuh anak mulai sebelum bayi lahir,
yakni ketika ibu mulai memperhatikan kesehatannya demi
“kebaikan bayinya” dan ayah yang mengasuh pasangannya
dan memperhatikan anaknya yang belum lahir, mulai
melakukan fungsi sebagai orangtua. Orang tua harus
menerima keadaan anak yang sebenarnya dan terus tidak
terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya
tentang gure anak idealnya.
2) Penyesuaian ayah (Paternal Adjusment)
Hubungan antara ibu – anak tidak berlangsung dalam suatu
kevakuman, tetapi berada di dalam suatu konteks sistem
keluarga. Banyak ayah merasa terperanjat sendiri melihat
respons emosional mereka yang mendalam terhadap
kelahiran bayinya. Kadang – kadang reaksi seorang laki –
laki lebih gencer dari reaksi isterinya atau pasangannya
yang mungkin sedikit keletihan pada awalnya. Sang ayah
merasakan kepuasan serta rasa bangga yang mendalam,
sangat gembira dan ingin menyentuh dan menggendong
bayi dan istirinya. Para ayah baru ini akan mengalami tiga

28
tahap proses yang sudah bisa di perkirakan sebelumnya.
Tahap pertama: pengalaman prakonsepsi yakni, akan
seperti apa rasanya jika mereka membawa bayi pulang ke
rumah.
Tahap kedua: realitas yang tidak menyenangkan tentang
menjadi ayah baru. Beberapa ayah mulai menyadari bahwa
harapan mereka sebelumnya tidak dirasakan pada
kenyataan. Perasaan sedih dan ragu seringkali menyertai
realitas.
Tahap ketiga: keputusan yang dilakukan dengan sadar untuk
mengontrol dan menjadi lebih aktif terlihat dalam kehidupan
bayi mereka
3) Peranan keluarga
Seperti halnya ikatan ibu dengan bayi, kedekatan ayah
dengan bayi penting bagi tumbuh kembang bayi, hasil
penelitian Robert A Veneziano dalam “the importance of
father love” menyebutkan kedekatan ayah dengan bayi
sangat membantu mengembangkan kemampuan sosial,
kecerdasan emosi, dan perkembangan kognitif bayi. Hasil
penelitian menunjukkan 62% ayah mengalami depresi pasca
lahir atau baby blues, perasaan cemas, khawatir dan takut
dapat muncul saat seorang pria menyadari dirinya kini
memiliki peran baru yaitu sebagai ayah.
e. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
1. Perubahan dalam sistem reproduksi
a) Perubahan dalam uterus / rahim
1) Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan
suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil.
2) Involusi tempat plasenta. Uterus pada bekas
implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan

29
menonjol kedalam kavum uteri. Segera setelah
plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada
akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3 – 4 cm dan pada
akhir nifas 1 – 2 cm. penyembuhan luka tempat
plasenta khas sekali.
3) Perubahan ligament. Setelah bayi lahir, ligament dan
diafragma pelvis fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia
kala. Perubahan ligament yang dapat terjadi pasca
melahirkan antara lain: ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi; ligament, fasia, jaringan penunjang alat
genetalia menjadi agak kendor.
4) Perubahan serviks. Segera setelah melahirkan,
serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus
uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan
serviks uteri berbentuk cincin. Warnah serviks merah
kehitam – hitaman karena penuh pembuluh darah.
5) Lokia. Akibat involusio uteri, pelapisan luar desidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersamaan
dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan
desidua inilah yang dinamakan lokia. Lokia adalah
ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa / alkalis yang membuat
organisme berkembang lebihcepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal.
a. Lokia rubra / cruenta, terjadi pada hari ke 1 – 3
post partum dengan pengeluaran cairan berwarna

30
merah terang sampai dengan merah tua yang
mengandung darah dari robekan / luka pada
plasenta dan jaringan desidua dan chorion.
b. Lokia sanguinolenta serosa, terjadi pada hari ke 3
– 7 post partum. Berwarna merah kuning dan
berisi darah dan lendir
c. Lochia serosa, terjadi pada hari ke – 7 hingga hari
ke – 14 pasca persalinan. Warna lokia serosa
menjadi pink atau kekunung – kuningan atau
kecoklatan yang mengandung lebih sedikit darah
dan lebih banyak serum, cairan serosa, jaringan
desidua, leukosit, eritrosit, serta robekan / laserasi
plasenta.
d. Lokia alba, terdapat setelah hari ke – 14. Warna
berubah mejadi lebih pucat, dari warna kuning
menjadi lebih putih atau putih kekuningan. Lokia
alba keluar terus menerus sampai kurang lebih 2 –
6 minggu setelah melahirkan, dimana
mengandung leukosit, sel desidua, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan mati.
e. Lokia prulenta, akibat terjadinya infeksi yaitu
keluar seperti nanah dan berbau busuk.
f. Lochiostatis merupakan lochia yang tidak lancar
keluarnya.
6) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina
mengalami penekanan serta peregangan, setelah
beberapa hari persalinan kedua organ ini dalam
keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu
ketiga. Hymen tampak sebagai tonjolan kecil dan
dalam proses pembentukan berubah menjadi

31
karankulae mitiformis yang khas bagi wanita
multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar
dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan
pertama.
2. Perubahan system pencernaan
a) Nafsu makan. Pasca melahirkan ibu merasa lapar
sehingga diperbolehkan untuk mengomsumsi makanan.
Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3 – 4 hari
sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesterone menurun setelah melahirkan, asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau
dua hari.
b) Motilitas. Secara khas, penurunan tonus dan motilitas
otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat
setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia
bias memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal.
c) Pengosongan usus. Pasca melahirkan, ibu sering
mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus
menurun selama proses bersalin dan awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid, ataupun
laserasi jalan lahir. System pencernaan pada masa nifas
membutuhkan waktu untuk kembali normal.
3. Perubahan system perkemihan
a) Hemostatis internal. Tubuh terdiri dari air dan unsure –
unsure yang larut di dalamnya, dan 70% dari cairan
tubuh terletak di dalam sel – sel, yang di sebut dengan
cairan intraselular. Cairan ekstraselular terbagi dalam
plasma darah , dan langsung diberikan untuk sel – sel
yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang

32
berkaitan dengan cairan tubuh, antara lain edema dan
dehidrasi. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam
jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam
tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume
air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran
berlebihan dan tidak diganti.
b) Keseimbangan asam basa tubuh. Keasaman dalam
tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh adalah
7,35 – 7,40. Bila PH > 7,4 disebut alkalosis dan jika PH <
7,35 disebut asidosis.
c) Pengeluaran sisa metabolism, racun dan zat toksoid
ginjal. Zat toksoid ginjal mengekskresikan hasil akhir dari
metabolisme protein yang mengandung nitrogen
terutama urea, asam urat dan kreatinin. Ibu post partum
dianjurkan buang air kecil, agar tidak mengganggu
proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman.
4. Perubahan system musculoskeletal / diastasis rectie
abdomen
a) Dinding perut dan peritoneum. Dinding perut akan
longgar pasca pesalinan. Keadaan ini akan pulikembali
dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi
diastatis dari otot – otot rectus abdominis, sehingga
sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri
dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.
b) Kulit abdomen. Selama masa kehamilan kulit abdomen
melebar, melonggar dan mengendur hingga berbulan –
bulan. Otot – otot dari dinding abdomen dapat kembali
normal dalam beberapa minggu pasca melahirkan
dengan latihan post natal.
c) Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan
parut pada dinding abdomen. Striae pada dinding

33
abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan
membentuk garis lurus yang samar.
d) Perubahan ligament. Setelah jalan lahir, ligament –
ligament, diafragma pelvis dan fesia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus berangsur – angsur
mencuit kembali seperti sediakala.
e) Simpisis pubis. Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi.
Namun demikian, hal ini dapat menyebabkan morbiditas
maternal.
5. Perubahan system endokrin
a) Hormone plasenta. Pengeluaran plasenta menyebabkan
penurunan hormone yang di produksi oleh plasenta.
Penurunan hormone plasenta (human placental lactogen)
menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa
nifas. Human Chorionic Ganadotropin (HCG) menurun
dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam waktu 3
jam hingga ke -7 post partum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke -3 post partum.
b) Hormon pituitary, antara lain: hormone prolaktin, FSH
dan LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan
cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu
2 minggu. Hormone prolaktin berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler
pada minggu ketiga, dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
c) Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi
lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang
menyusui maupun tidak menyusui.pada wanita menyusui
mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca

34
melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu
pasca melahirkan.
d) Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara. Selama tahap ke 3 persalinan, hormone
oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan, isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi
uteri.
e) Hormone estrogen dan progesterone, volume darah
normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormone
ekstrogen yang tinggi memperbesar hormone anti
diuretik yang dapat meningkatkan volume darah.
Sedangkan hormone progesterone membengaruhi otot
halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan
pembulu darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih,
ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan
vulva serta vagina.
6. Perubahan tanda – tanda vital
a) Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2º. Pasca
melahirkan, suhu tubuh dapat naik ± 0,5ºc dari keadaan
normal. Keadaan suhu badan ini akibat dari kerja keras
sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun
kelelahan. Kurang lebih pada hari ke – 4 post partum,
suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada
pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak
maupun kemungkinan infeksi pada endometrium,
mastitis, traktus genetalis ataupun system lain. Apabila
kenaikan suhu diatas 38ºc, waspada terhadap infeksi
post partum.

35
b) Nadi. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 – 80
kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat
menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang
melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan
infeksi atau perdarahan post partum.
c) Tekanan darah adalah tekanan darah yang dialami darah
pada pembulu arteri ketika darah dipompa oleh jantung
keseluruh anggota tubuh manusia. Perubahan tekanan
darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah
tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya
preeklampsia post partum.
d) Pernapasan, pada ibu postpartum umumnya pernapasan
lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam
keaadan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Keaadan pernapasan selalu berhubungan dengan
keaadaan suhu dan denyut nadi. ([ CITATION Nug14 \l 1033 ]
f. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas Dan Menyusui
1) Nutrisi dan cairan
Diet harus sangat mendapat perhatian dalam nifas karena
makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu, dan
sangat mempengaruhi susunan air susu ibu.
a) Mengomsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air perhari
d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya

36
f) Menghindari makanan yang mengandung kafein dan
nikotin.
2) Ambulasi dini.
Yang dimaksud dengan ambulasi dini (early ambulation)
ialah: kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
penderita keluar tempat tidurnya dan membimbingnya
selekas mungkin berjalan. Sekarang tidak perluh lagi
menahan ibu post partum terlentang di tempat tidurnya
selama 7 – 14 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam waktu kurang
lebih 24 – 28 jam post partum. Keuntungan dari early
ambulation ialah:
a) Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat dengan
early ambulation
b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik
c) Early ambulation memungkinkan kita mengajar ibu
memelihara anaknya; memandikan, mengganti pakaian,
memberi makan dan lain – lain. Selama ibu masi di
rumah sakit
d) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial
ekonomis).
3) Eliminasi
a) Buang air kecil (BAK). Setiap ibu post partum agar dapat
Buang Air Kecil dalam waktu 6 jam post partum.
b) Defekasi (BAB). Penderita diharapkan dapat BAB setelah
hari kedua post partum karena semakin lama feeses
tertahan didalam usus maka akan semakin sulit bagi ibu
untuk buang air besar secara lancar, hal ini dikarenakan
cairan yang terkandung di dalam feeses di serap oleh
usus. Faktor – faktor diet memegang peranan penting
dalam memulihkan kerja dan fungsi usus, anjurkan ibu

37
untuk makan makanan berserat dan banyak minum air
putih.
4) Kebersihan diri dan perineum
Karena lelah yang masi dialami ibu pada saat post partum,
biasanya ibu yang belum cukup aktif dalam menjaga dan
memperhatikan kebersihan dirinya terutama pada daera
perineum. Bidan dalam hal ini sebagai sahabat ibu, dituntut
untuk dapat mengarahkan dan memberikan motivasi kepada
ibu postpartum agar dapat memelihara kebersihan dirinya.
Dalam melaksakan perawatan kebersihan ibu juga dapat
melibatkan suami atau keluarga terdekat untuk membantu
ibu.
5) Istirahat
Anjurkan ibu untuk isterahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Ibu dalam masa nifas
memerlukan istirahat pada malam hari sekitar 8 jam dan
pada siang hari 1 jam. Sarankan ia untuk kembali ke
kegiatan – kegiatan rumah tangga secara perlahan – lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa
hal:
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
6) Seksual
Secara sik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau
dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.

38
7) Latihan seman nifas
Diskusikan pentingnya otot – otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan
otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit
pada panggung. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa
menit setiap hari sangat membantu, seperti:
a) Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping,
menarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke
dalam dan angkat dagu ke dada: tahan satu hitungan
sampai lima. Rireks dan ulangi sebanyak 10 kali.
b) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar
panggul (latihan kegel)
4. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir pada usia
kehamilan genap 37 – 41 minggu, dengan presentasi belakang
kepala atau letak sungsang yang melewati vagina tanpa
memakai alat. Neonatus adalah bayi baru lahir yang
menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan
di luar uterus. [ CITATION Mar18 \l 1033 ].
Menurut Saifuddin, (2002). Bayi baru lahir adalah bayi yang
baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.
Menurut Dep. Kes, RI, (2005) bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. [ CITATION
Mar15 \l 1033 ]
bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir
2500 gram sampai dengan 4000 gram. [ CITATION Wah12 \l 1033 ]

39
b. Ciri – ciri bayi lahir normal
1) Berat badan 2.500 – 4.000 gram
2) Panjang badan 48 – 52 cm
3) Lingkar dada 30 – 38 cm
4) Lingkar kepala 33 – 35 cm
5) Frekuensi jantung 120 – 160 kali / menit
6) Pernapasan 40 – 60 kali / menit
7) Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan
cuk up.
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
9) Kuku agak panjang dan lemas.
10)Genetalia : pada perempuan, labia mayora sudah menutupi
labia minora; pada laki – laki testis sudah turun, skrotum
sudah ada.
11)Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
c. Tujuan Pengkajian Fisik Pada Bayi Baru Lahir
Tujuan pengkajian fisik pada bayi baru lahir adalah
sebagaiberikut:
1. Untuk mendeteksi adanya kelainan. Pemeriksaan awal
pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin
sesudah persalinan untuk mendeteksi kelainan-kelainan
dan menegakkan diagnose untuk persalinan yang beresiko
tinggi. Pemeriksaan harus difokuskan pada anomaly
kegenetaliaan dan masalah – masalah patofisiologis yang
dapat mengganggu adaptasi kardiopulmonal dan metabolik
normal pada kehidupan ektra uteri. Pemeriksaan dilakukan
dengan rinci dan dilakukan selama 24 jam setelah bayi
lahir.
2. Untuk mendeteksi segera kelainan dan dapat menjelaskan
pada keluarga. Apabila ditemukan kelainan pada bayi maka

40
petugas harus dapat menjelaskan kepada keluarga, karena
apabila keluarga menemukan dikemudian hari, akan
menimbulkan dampak yang tidak baik dan menganggap
dokter atau petugas tidak bisa mendeteksi pada bayinya.
[ CITATION Mar12 \l 1033 ]
d. Manfaat IMD
1) Mencegah terjadinya hipotermia
Hal ini terjadi karena bayi mendapat kehangatan dari ibu
melalui kontak kulit ibu dan bayi.
2) Kunci keberhasilan ASI eksklusif
Bayi dapat memiliki kemampuan menyusu yang efektif dan
lebih cepat, sehingga memiliki kesempatan yang lebih besar
untuk sukses menyusu. Irawati dkk. (2003) melaporkan
bahwa bayi yang terlambat di IMD (≥ 1 hari) mempunyai
risiko 2,46 kali untuk tidak berhasil menyusu di bandingkan
bayi yang di IMD < 1 hari.
3) Menurunkan risiko kematian balita di Negara berkembang
Risiko kematian balita menjadi berkurang karena terjadi
penurunan risiko bayi untuk mengalami infeksi. Dengan
melakukan IMD bayi akan mendapat kolostrum lebih cepat.
Kolostrum mengandung antibody yang sangat bermanfaat
untuk mencegah infeksi, selain itu koloni flora bakteri baik
saat kontak kulit juga dapat mencegah terjadinya infeksi.
4) Mencegah terjadinya hipoglikemia dan membantu dalam
pengaturan perameter biokimia lainnya saat beberapa jam
pertama setelah bayi lahir. ASI mengandung zat gizi yang
dibutuhkan bayi. Komsumsi ASI pada beberapa jam setelah
lahir dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi dan mencegah
bayi dari hipoglikemia.
5) Memindahkan bakteri dari kulit ibu ke dirinya. Pada saat
skin to skin contact bayi akan menjilat kulit ibu kemudian

41
menelan bakteri yang ada pada kulit ibu. Bakteri akan
berkoloni di usus bayi menyaingi bakteri ganas dari
lingkungan (Hanson, 2004) sehingga membentuk kekebalan
tubuh yang lebih optimal.
6) Mempererat ikatan batin ibu dan bayi. Pada proses IMD
bayi segera setelah lahir diletakkan di dada ibu sehingga
terjadi skin to skin contact, saat itu ibu dapat melihat
langsung bayinya yang merangkak menuju payudara ibu.
Kontak kulit ke kulit ibu dan bayi pada jam pertama setelah
lahir dapat membuat ikatan antara ibu dan bayi dan
mencegah terjadinya gagal tumbuh (growth faltering) pada
bayi. Saat proses IMD ibu akan merasa rileks melihat
bayinya yang baru lahir menyusu kepadanya. Tubuh ibu
kemudian akan memproduksi hormon oksitosin yang
berperan pada letdown reflex ibu.
7) Kontraksi uterus lebih baik. Isapan bayi pada putting susu
ibu akan merangsang pengeluaran hormone oksitosin yang
akan membantu pengerutan rahim, mempercepat
pengeluaran plasenta, mengurangi risiko perdarahan
postpartum dan mencegah anemia. [ CITATION Fik15 \l 1033 ]

B. Standar Asuhan Kebidanan


Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses
pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh Bidan sesuai

42
dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan
kiat kebidanan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau
masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan
pencatatan asuhan kebidanan.
Standar asuhan kebidanan dalam ini berdasarkan keputusan
menteri kesehatan Republik Indonesia no. 938/Menkes/SK/VIII/2007
tentang standar asuhan kebidanan.
1. Standar I: Pengkajian
a. Pertanyaan Standar
Bidan mengumpulkan informasi yang akurat, relevan dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien.
b. Kriteria Pengkajian
1) Data yang dikaji tetap, akurat dan lengkap
2) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesis, biodata, keluhan
utama, riwayat obstetrik, riwayat kesehatan dan latar
belakang sosial budaya)
3) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan
pemeriksaan penunjang)
2. Standar II: Perumusan Diagnosa dan Masalah Kebidanan
a. Pernyataan Standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk
menegakkan diagnosa masalah kebidanan yang tepat
b. Kriteria perumusan diagnosa dan / atau masalah kebidanan
1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan sesuai dengan asuhan kebidanan secara
mandiri, kolaborasi, dan rujukan
3. Standar III: Perencanaan
a. Pernyataan Standar

43
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa
dan maslah yang ditegakkan
b. Kriteria Perencanaan
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah
dan kondisi klien: tindakan segera, tindakan antisipasi, dan
asuhan secara komprehensif
2) Melibatkan klien / pasien dan atau keluarga
3) Mempertimbangkan kondisi psikologis, sosial budaya klien /
keluarga.
4) Memilih tindakan aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa
asuhan yang diberikan bermanfaat bagi klien
5) Pertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumber daya serta fasilitas yang ada.
4. Standar IV: Implementasi
a. Pernyataan Standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara
komprehensif, efektif, dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien / pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif rehabilitative. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi
dan rujukan
b. Kriteria
1) Memperhatikan keluhan klien sebagai makhluk
biopsikososial, spiritual dan cultural
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapat persetujuan dari
klien dan atau keluarganya (inform consent)
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence
based
4) Melibatkan klien / pasien dalam setiap tindakan
5) Menjaga privasi klien
6) Melaksanakan prinsip PI

44
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara
berkesinambungan
8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada
dan sesuai
9) Melakukan tindakan sesuai standar
10)Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
5. Standar V: Evaluasi
a. Pernyataan Standar
Bidan melakukan evaluasi secara rutin dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,
sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria evaluasi
1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan di komunikasi pada klien
dan keluarga
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien /
pasien.
6. Standar VI: Pencatatan Asuhan Kebidanan
a. Pertanyaan Standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat
dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan
dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

b. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan


1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan
pada formulir yang tersedia ( Rekam medis / KMK / status
pasien / buku KIA)
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

45
3) S adalah data Subjektif, mencatat hasil anmnesa
4) O adalah data Objektif, mencatat hasil pemeriksaan
5) A adalah hasil Analisa, mencatat diagnosa dan masalah
kebidanan
6) P adalah Pelaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipasi, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi / follow up dan
rujukan.
C. Teori Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
1. Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan:
a. Pelayanan kesehatan ibu;
b. Pelayanan kesehatan anak; dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
2. Pasal 19
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 huruf a dan diberikan pada masa sebelum hamil, masa
hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa
antara dua kehamilan.

(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi pelayanan:
a. Konseling pada masa sebelum hamil;
b. Antenatal pada kehamilan normal;
c. Persalinan normal;
d. Ibu nifas normal;

46
e. Ibu menyusui; dan
f. Konseling pada masa antara dua kehamilan.
(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), bidan berwenang melakukan:
a. Episiotomi;
b. Pertolongan persalinan normal;
c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
d. Penanganan kegawat – daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan;
e. Pemberian tablet tambah darahpada ibu hamil;
f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
g. Fasilitasi / bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air
susu ibu eksklusif;
h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
post partum;
i. Penyuluhan dan konseling;
j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan
k. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
3. Pasal 20
(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam
pasal 18 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak
balita, dan anak prasekolah.

(2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), bidan berweweng melakukan:
a. Pelayanan neonatal esensial;
b. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan denagn
perujukan;
c. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah; dan

47
d. Konseling dan penyuluhan.
(3) Pelayanan neonatal asensial sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a meliputi ininsiasi menyusu dini, pemotongan dan
perawatan tali pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian
imunisasi Hb0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan
tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk
kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat
waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.
(4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui
pembersihan jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau
kompresi jantung;
b. penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan
BBLR melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan
cara menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru;
c. penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan
alkohol atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat
tetap bersih dan kering; dan
d. membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru
lahir dengan infeksi gonore (GO).
(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
meliputi kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran lingkar
kepala, pengukuran tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan
intervensi dini peyimpangan tumbuh kembang balita dengan
menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
(6) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf d meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi
(KIE) kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru
lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir,

48
pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan
tumbuh kembang.
4. Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18
huruf c, Bidan berwenang memberikan:
a. penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana; dan
b. pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
5. Pasal 22
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan
memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan:
a. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau
b. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan
kesehatan secara mandat dari dokter.
6. Pasal 23
(1) Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan
dari pemerintah sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 huruf a, terdiri atas:
a. kewenangan berdasarkan program pemerintah; dan
b. kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di
suatu wilayah tempat Bidan bertugas.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
Bidan setelah mendapatkan pelatihan.
(3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah bersama organisasi profesi terkait berdasarkan modul
dan kurikulum yang terstandarisasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berhak memperoleh sertifikat pelatihan.

49
(5) Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mendapatkan penetapan dari kepala dinas
kesehatan kabupaten / kota.
7. Pasal 24
(1) Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Bidan ditempat
kerjanya, akibat kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 harus sesuai dengan kompetensi yang diperolehnya
selama pelatihan.
(2) Untuk menjamin kepatuhan terhadap penerapan kompetensi
yang diperoleh Bidan selama pelatihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Dinas kesehatan kabupaten/kota harus
melakukan evaluasi pascapelatihan di tempat kerja Bidan.
(3) Evaluasi pascapelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan setelah pelatihan.
8. Pasal 25
(1) Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat
kontrasepsi bawah kulit;
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus
penyakit tertentu;
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan;
d. Pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program
pemerintah;
e. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan
penyehatan lingkungan;
f. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra
sekolah dan anak sekolah;

50
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)
termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya;
h. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi;
dan
i. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
(2) Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan / atau kebutuhan
logistik lainnya dalam pelaksanaan Kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan.
9. Pasal 26
(1) Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di
suatu wilayah tempat Bidan bertugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (1) huruf b tidak berlaku, dalam hal telah
tersedia tenaga kesehatan lain dengan kompetensi dan
kewenangan yang sesuai.
(2) Keadaan tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah
tempat Bidan bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten / kota
setempat.

10. Pasal 27
(1) Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan
kesehatan secara mandat dari dokter sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 huruf b diberikan secara tertulis oleh dokter
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama tempat
Bidan bekerja.

51
(2) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya dapat diberikan dalam keadaan di mana terdapat
kebutuhan pelayanan yang melebihi ketersediaan dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama tersebut.
(3) Pelimpahan tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:
a. Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi
yang telah dimiliki oleh Bidan penerima pelimpahan;
b. Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah
pengawasan dokter pemberi pelimpahan;
c. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil
keputusan klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan; dan
d. tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.
(4) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menjadi tanggung jawab dokter pemberi mandat,
sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan
yang diberikan.

D. Kerangka Teori

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa dan /
Ibu hamil atau masalah kebidanan 1. Kesehatan
3. Perencanaan sesuai teori ibu
4. Implementasi 2. Kesehatan
5. Evaluasi52 janin
6. Laporan pelakasanaan
asuhan kebidanan
E. Kerangka Konsep

Ibu hamil Ny 1. Pengkajian


“H”Input
gestasi 33 Proses Output
2. Perumusan Diagnosa
minggu dan / atau masalah
kebidanan
3. Perencanaan sesuai
teori 1. Kesehatan
4. Implementasi
53 ibu Ny “H”
5. Evaluasi 2. Kesehatan
6. Laporan pelaksanaan ibu Ny “H”
asuhan kebidanan
BAB III
METODE LAPORAN KASUS

A. Jenis Laporan Kasus

54
Metode yang digunakan dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, bayi baru lahir, neonates dan nifas ini adalah metode
penelitian deskriptif dan jenis penelitian yang digunakan adalah studi
penelaahan kasus (Case Study), yakni dengan cara meneliti suatu
permasalahan yang berhubungan dengan kasus itu sendiri, faktor –
factor yang mempengaruhi, kejadian – kejadian khusus yang muncul
sehubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi kasus
terhadap suatu perlakuaan.
B. Tempat dan Waktu
1. Tempat studi kasus
Studi kasus ini dilaksanakan di Pustu Takandeang, Desa
Takandeang, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju, Provinsi
Sulawesi Barat
2. Waktu
Pelaksanaan studi kasus ini berlangsung selama 8 minggu
terhitung dari tanggal 03 Februari sampai tanggal 28 Maret 2020.
C. Sasaran
Subjek laporan khasus ini adalah ibu hamil yang usia
kehamilannya 32 – 34 minggu, kemudiaan diikuti sampai dengan 2
minggu masa nifas dengan masalah jarak kehamilan terlalu dekat.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer dikumpulkan dengan cara:
a. Pengamatan / observasi / pemeriksaan / pengukuran dengan
metode pengumpulan data melalui suatu pengamatan dengan
menggunakan panca indera maupun alat. Alat yang dapat
digunakan misalnya jam, skala, miskroskop, spektrofotometer,
timbangan berat badan dsb.
b. Wawancara : wawancara dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang lengkap dan akurat melalui jawaban tentang
masalah – masalah yang terjadi pada ibu. Wawancara

55
dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara
terstruktur. Wawancara mendalam menggunakan pedoman
wawancara dan alat perekam.
c. Diskusi kelompok terfokus (focus group discussion)
menggunakan pedoman diskusi.
2. Data sekunder : dokumentasi atau catatan medik
E. Triangulasi Data
Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari beberapa tekhnik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada. Triangulasi data ada dua yaitu triangulasi sumber
dan tekhnik. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan
sebagai tekhnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai tekhnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kreadibilitas data, yaitu mengecek kreadibilitas data dengan tekhnik
pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi tekhnik,
berarti peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Peneliti menggunakan observasi partisipasi, wawancara mendalam,
dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda – beda dengan tekhnik yang sama.

Gambar 1.
Triangulasi “teknik” pengumpulan data (bermacam – macam) cara
pada sumber yang sama

Observasi Partisifatif
56
Sumber data yang
Wawancara Mendalam sama
Gambar 2.
Triangulasi “sumber” pengumpulan data. (satu teknik pengumpulan data
pada bermacam – macam sumber data A, B, C)

Wawancara
mendalam B

F. Alat dan Bahan


Secara umum bahan penelitian adalah zat, obat, alat dan suplai
yang dibutuhkan dalam penelitian. Contoh alat dan bahan yang
digunakan dalam Laporan Tugas Akhir antara lain ;
1. Alat dan bahan yang digunakan untuk melawan observasi dan
pemeriksaan fisik: stetoskop, dopler, timangan berat badan,
thermometer, jam, dan handscoon.
2. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara:
Format Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil, bersalin, dan nifas
3. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi
dokumentasi : catatan medic atau status pasien, buku KIA.

57

Anda mungkin juga menyukai