Anda di halaman 1dari 14

 

 
MODUL PERKULIAHAN
 

Statika
 

Dasar – dasar statika dan


 
sistem struktur
 
 

     

  Fakultas  Program Studi  Tatap Muka  Kode MK  Disusun Oleh   

01
  Fakultas   Teknik Sipil  MK111106   
Teknik Perencanaan     
dan Desain 
 

Abstract  Kompetensi 
 
Mata kuliah Statika berisi tentang Mahasiswa dapat menganalisa struktur
materi mengenai cara-cara analisis statis tertentu (balok, portal, dan
struktur statis tertentu untuk rangka batang), dapat menghitung
menghitung reaksi-reaksi perletakan reaksi perletakan, menghitung dan
dan gaya-gaya dalam struktur balok membuat diagram gaya-gaya dalam,
sederhana, balok gerber/majemuk, serta garis pengaruh untuk balok dan
portal pelengkung tiga sendi, dan rangka batang.
rangka batang  
 
 

   
Dasar-dasar Statika dan sistem struktur
Statika merupakan ilmu yang mempelajari semua benda yang tetap (statis). Dalam
ilmu statika, dipelajari keseimbangan gaya di mana suatu konstruksi yang tetap diam
walaupun pada konstruksi tersebut ada gaya-gaya yang bekerja. Oleh karena itu, ilmu statika
disebut juga ilmu keseimbangan gaya. Ilmu statika, pada dasarnya merupakan
pengembangan ilmu fisika yang menjelaskan kejadian alam sehari-hari yang berkaitan
dengan gaya-gaya yang bekerja.

A. GAYA

Dalam statika, gaya dapat diartikan sebagi muatan atau beban yang bekerja pada
suatu konstruksi.
1. SPESIFIKASI GAYA
Ada 3 hal penting yang mendefinisikan gaya secara lengkap, yaitu :
a. Mempunyai harga (magnitude) / besaran
Besaran atau harga gaya diperoleh dengan membandingkannya dengan suatu standar
tertentu.
b. Mempunyai titik tangkap/titik kerja
Titik tangkap sebuah gaya yang bekerja pada suatu benda adalah titik di mana gaya
dapat dianggap terkonsentrasi.Titik tangkap dari sebuah gaya dapat dipindahkan
sepanjang garis kerja gaya.

c. Mempunyai arah
Arah sebuah gaya adalah arah di sepanjang satu garis lurus yang melalui titik tangkap,
di mana gaya cenderung menggerakkan benda ke arah gaya bekerja. Garis ini disebut
garis kerja (line of action) gaya.
Gaya mempunyai arah ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawah dan lain-lain. Gaya adalah
sebuah vektor yaitu besaran yang mempunyai arah.

‘13 Statika
  2 Draga HS, ST, MT
 
Dasar-dasar Statika dan sistem struktur
2. TIPE DARI SISTEM GAYA
Gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda tidak hanya terdiri dari satu gaya, melainkan
lebih dari satu gaya (sistem gaya) dengan susunan yang bermacam-macam :
a. Gaya-gaya kolinier adalah gaya-gaya yang garis kerjanya terletak pada sebuah garis
lurus.
b. Gaya-gaya koplanar adalah gaya-gaya yang garis kerjanya terletak pada satu bidang.

c. Gaya-gaya ruang adalah gaya-gaya yang garis kerjanya terletak dalam suatu ruang.

d. Gaya-gaya konkuren adalah gaya-gaya yang garis kerjanya bertemu di satu titik.

3. RESULTAN GAYA
Apabila ada 2 buah gaya atau lebih bekerja pada sebuah benda maka dapat dilakukan
penggabungan gaya-gaya, yang disebut dengan resultan gaya.
Resultan dilambangkan R

Setelah digabung menjadi R, memiliki besar dan arah


yang berbeda.

Keterangan :
P1 = Gaya 1
P2 = Gaya 2
R = Resultan

4. MENYUSUN DAN MENGURAIKAN GAYA PADA BIDANG DATAR


Menyusun atau menjumlahkan gaya dimaksudkan untuk menentukan besaran, arah,
dan letak titik tangkap dari resultan gaya.

‘13 Statika
  3 Draga HS, ST, MT
 
Dasar-dasar Statika dan sistem struktur
Perjanjian tanda :
- Arah gaya kekanan dan keatas bertanda positif (+)
- Arah gaya kekiri dan kebawah bertanda negatif (-)

1) Gaya konkuren koplanar


Perhatikan gambar kumpulan gaya berikut yang terletak pada bidang X – Y

           
 

 Komponen gaya pada sumbu X dan Y,


𝐾1𝑥 𝐾1 cos ∝ 𝐾2𝑥 𝐾2 cos 𝛽
𝐾1𝑦 𝐾1 sin ∝ 𝐾2𝑦 𝐾2 sin 𝛽

 Besar resultan gaya,


𝑅𝑦 ∑ 𝐾𝑦 𝐾1𝑦 𝐾2𝑦 𝐾1 𝑠𝑖𝑛 ∝ 𝐾2 sin 𝛽 Pada sumbu X, 𝑅𝑥 ∑ 𝐾𝑥 𝐾1𝑥 𝐾2𝑥
𝐾1 cos ∝ 𝐾2 cos 𝛽
Pada sumbu Y,

 Maka resultan gaya, 𝑅 𝑅𝑥 𝑅𝑦 , resultan ini bekerja melalui titik O

 Arah resultan gaya,tan 𝛾

Contoh soal :
Tentukan besar dan arah dari resultan empat buah gaya yang konkuren koplanar
dengan cara analitis.

‘13 Statika
  4 Draga HS, ST, MT
 
Dasar-dasar Statika dan sistem struktur
Agar memudahkan perhitungan dengan analitis, dibuat suatu tabel perhitungan seperti
berikut :

Gaya = K Kx Ky

K1 = 800 kg K1x = - 800 cos 60˚ = -400 kg K1y = + 800 sin 60˚ = +692,8 kg

K2 = 600 kg K2x = + 600 cos 30˚ = +519,6 K2y = + 600 sin 30˚ = +300 kg
kg

K3 = 400 kg K3x = + 400 cos 45˚ = +282,8 K3y = + 400 sin 45˚ = -282,8 kg
kg

K4 = 800 kg - K4y = - 800 kg

𝐾𝑥 402,4 𝑘𝑔 𝐾𝑦 90 𝑘𝑔

 tan ∝ 0,224Besarnya resultan gaya-gaya : 𝑅 402,4 90 412,4 𝑘𝑔


,

 ∝ 12,6°Arah dari resultan gaya :


 

 Secara grafis

Untuk menggambarkan gaya-gaya harus dilakukan dengan skala sehingga menghasilkan


gambar diatas, yang disebut poligon gaya.

2) Gaya non konkuren koplanar


Perhatikan gambar kumpulan gaya berikut yang terletak pada bidang X – Y

‘13 Statika
  5 Draga HS, ST, MT
 
Dasar-dasar Statika dan sistem struktur
 Komponen gaya pada sumbu X dan Y,
𝐾 𝐾 cos ∝ 𝐾 𝐾 sin ∝  

𝐾 𝐾 cos ∝ 𝐾 𝐾 sin ∝
 𝑅𝑥 ∑ 𝐾𝑥 𝐾1𝑥 𝐾2𝑥 𝐾1 cos ∝ 1 𝐾2 cos ∝ 2Besar resultan gaya,
Pada sumbu X,   
𝑅𝑦 ∑ 𝐾𝑦 𝐾1𝑦 𝐾2𝑦 𝐾1 sin ∝ 1 𝐾2 sin ∝ 2Pada sumbu Y,   

𝑅 𝑅𝑥 𝑅𝑦 Maka resultan gaya,  

 Letak titik tangkap gaya resultan R


𝑀𝑥 𝐾1𝑥. 𝑦1 𝐾2𝑥. 𝑦2 ∑ 𝐾𝑥. 𝑦Untuk mencari letak titik tangkap resultan R adalah
dengan menghitung momen Mx dan My terhadap titik O (Pusat sumbu X-Y), dimana
momen sama dengan gaya dikali dengan lengan gaya seperti berikut,

𝑀𝑦 𝐾1𝑦. 𝑥1 𝐾2𝑦. 𝑥2 ∑ 𝐾𝑦. 𝑥 ..........persamaan


(1)

Titik tangkap resultan R dinamakan titik (s) dengan koordinat (xs,ys), maka momen
akibat resultan gaya,
𝑦𝑠 𝑥𝑠 𝑀𝑥 𝑅𝑥. 𝑦𝑠 𝑀𝑦 𝑅𝑦. 𝑥𝑠  

……….persamaan (2)

Subsitusi (1) ke (2),


∑ 𝐾𝑦. 𝑥 ∑ 𝐾𝑥. 𝑦
𝑥𝑠 ; 𝑦𝑠
𝑅𝑦 𝑅𝑥

 Arah resultan, tan 𝛾

Contoh soal :
Tiga buah gaya yang non konkuren koplanar seperti tergambar dibawah ini, tentukan besar
dan arah resultan ketiga gaya tersebut, serta letak titik tangkap resultan gaya-gaya tesebut.

‘13 Statika
  6 Draga HS, ST, MT
 
Dasar-dasar Statika dan sistem struktur
Diketahui : gaya-gaya seperti tergambar, K1 = 6 ton, K2 = 8 ton, K3 = 3 ton dengan koordinat
titik tangkap gaya-gaya (2,2), (4,4), dan (3,5). Arah masing-masing gaya α1=140˚, α2=20˚,
α3=300˚
Langkah penyelesaian dengan cara analitis akan lebih mudah apabila dibuat dalam satu
tabel seperti dibawah ini.
K Kx Ky Mx My
1 K1 cos 140˚ = -4,596 K1 sin 140˚ = 3,875 K1x x 2 = -9,193 K1y x 2 = 7,713
2 K2 cos 20˚ = 7,518 K2 sin 20˚ = 2,736 K2x x 4 = 30,070 K2y x 4 =10,945
3 K3 cos 300˚ = 1,500 K3 sin 300˚ = -2,598 K3x x 5 = 7,5 K3y x 3 =-7,794

𝐾𝑥 4,422 𝐾𝑦 3,995 𝑀𝑥 28,377 𝑀𝑦 10,864

𝑅 4,422 3,995 5,959 𝑡𝑜𝑛   


,
 tan 𝛾 0,090344Besarnya resultan gaya-gaya :
,

 𝛾 𝑎𝑟𝑐 tan 0,90344 42°Arah resultan gaya-gaya :


 

∑ ,
 𝑥𝑠 ∑
2,719 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟Letak titik tangkap gaya resultan R :
,

∑ 𝑀𝑥 28,377
𝑦𝑠 6,417 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 
∑ 𝐾𝑥 4,422

 Secara grafis

cara pertama cara kedua

3) Beberapa gaya sejajar


Perhatikan gambar di bawah ini,

‘13 Statika
  7 Draga HS, ST, MT
 
Dasar-dasar Statika dan sistem struktur
 Besar Resultan, R = P1 + P2 + P3
 Arah resultan gaya-gaya, mengikuti persyaratan sebagai berikut :
- Bila hasil perhitungan R positif, berarti arahnya sama dengan arah positif gaya yang
dimisalkan.
- 𝑥. 𝑅 𝑃1. 𝑎1 𝑃2. 𝑎2 𝑃3. 𝑎3Bila hasil perhitungan R negatif, berarti arahnya
berlawanan dengan arah positif gaya yang dimisalkan.
 Letak titik tangkap gaya resultan,
𝑃1. 𝑎1 𝑃2. 𝑎2 𝑃3. 𝑎3
𝑥  
𝑅

Contoh soal :
Tentukan besar, arah, dan garis kerja resultan dari empat buah gaya yang sejajar satu
dengan yang lainnya seperti gambar di bawah ini.

Cara analitis :

 Besar Resultan, R = 400 kg + 600 kg – 400 kg + 800 kg = 1.400 kg


. . .
 𝑥 5,14 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝐴 Arah resultan gaya-gaya, karena hasil
.

perhitungan R positif, berarti arahnya sama dengan arah positif gaya yang dimisalkan.
 Letak titik tangkap gaya resultan,

Cara grafis : Membuat polign dengan skala gaya dan skala panjang.
Tentukan skala gaya dan skala panjang terlebih dahulu sebagai berikut :
Skala gaya : 400 kg = 1 cm ; Skala panjang : 1 meter = 1 cm

‘13 Statika
  8 Draga HS, ST, MT
 
Dasar-dasar Statika dan sistem struktur
B. SISTEM STRUKTUR DAN PERLETAKAN

1. PENGERTIAN SISTEM STRUKTUR

Struktur adalah sebuah sistem, artinya gabungan atau rangkaian dari berbagai macam
elemen-elemen yang didesain sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan yang utuh, agar
mampu menahan berat sendiri maupun beban luar tanpa mengalami perubahan bentuk yang
melewati batas persyaratan.

Struktur yang didesain harus mampu menahan beban, baik beban vertikal (beban mati dan
beban hidup) maupun beban horizontal/lateral (beban angin dan beban gempa) yang
direncanakan berdasarkan peraturan pembebanan.

Dalam bangunan Teknik Sipil, seperti gedung-gedung, jembatan, dan lain sebagainya,
ada beberapa macam sistem struktur, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang sangat
kompleks. Pada mata kuliah ini, mahasiswa mempelajari sistem yang paling sederhana yaitu
“struktur statis tertentu”.

2. MUATAN/BEBAN PADA STRUKTUR

Muatan/beban adalah beban luar yang bekerja pada konstruksi. Semua besar
muatan yang bekerja pada struktur sudah tertuang dalam suatu peraturan yang berlaku
di negara yang bersangkutan. Seperti di Indonesia, terdapat Peraturan Pembebanan
untuk Bangunan Gedung di Indonesia, Peraturan Jalan Raya, dan lain-lain.

Jenis-jenis Muatan/beban
a. Menurut sifatnya, muatan dapat dibagi menjadi :
1) Muatan/beban mati (muatan tetap)
Muatan yang tetap pada kedudukannya (tidak berubah-ubah) baik besarnya
maupun letaknya.
Contoh : berat sendiri dari struktur seperti berat dari balok, kolom, lantai.

‘13 Statika
  9 Draga HS, ST, MT
 
2) Muatan/ beban hidup (muatan bergerak/sementara)
Muatan yang selalu berubah-ubah baik besarnya maupun letaknya
Contoh : beban kendaraan pada area parkir, beban air pada kolam renang, beban
orang, beban angin, beban gempa.

Dasar-dasar Statika dan sistem struktur


b. Menurut cara kerjanya, muatan dapat dibagi menjadi :
1) Muatan/beban langsung
Suatu beban yang bekerja langsung pada suatu bagian konstruksi, tanpa perantara
konstruksi lain.
2) Muatan/beban tidak langsung
Suatu beban yang bekerja dengan perantara konstruksi lain.
c. Menurut garis kerja gaya, muatan/beban dapat dibagi menjadi :
1) Muatan/beban terpusat (muatan titik)
Muatan yang bekerja secara terpusat di satu titik saja.
Contoh : berat orang berdiri, berat kolom, dan lain sebagainya.
2) Muatan/beban terbagi dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Muatan terbagi rata,yaitu muatan terbagi yang dianggap sama pada setiap
satuan luas.

Contoh : beban sekelompok orang di dalam suatu ruang, beban tegel atau
penutup lantai, beban balok, dan lain sebagainya.
b) Muatan terbagi teratur, yaitu muatan yang terbagi tidak sama besarnya atau
tidak sama berat untuk setiap satuan luas.

Contoh :tekanan hidrostatis air pada dinding, gaya tekan air pada bendungan.
c) Muatan terbagi tidak teratur, yaitu muatan terbagi tidak rata pada setiap satuan
luas.
Contoh : muatan pasir pada lantai bangunan, gaya gempa dinamik.
3) Muatan/beban momen dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Muatan momen lentur, yaitu muatan momen akibat dari muatan titik pada
konstruksi sandaran.
Contoh : umumnya pada struktur kantilever dimana bekerja muatan terpusat
pada ujung kantilever, gaya horizontal pada sandaran menyebabkan momen
pada balok.
b) Muatan momen puntir, merupakan muatam momen yang bekerja tegak lurus

‘13 Statika
  10 Draga HS, ST, MT
 
batang yang ditinjau.
Contoh : suatu gaya nonkoplanar mungkin bekerja pada suatu balok sehingga
menimbulkan suatu muatan puntir, namun masih pada batas struktur statik tertentu.

Dasar-dasar Statika dan sistem struktur


Momen adalah posisi vektor gaya yang menyebabkan perputaran terhadap suatu titik
sumbu tertentu. Contoh : model struktur kantilever pada gambar dibawah ini, dimana lampu
gantung dan penutup (beban terpusat) bekerja pada titik B, maka akibat beban tersebut timbul
momen pada titik A.

3. TUMPUAN/PERLETAKAN PADA STRUKTUR

Semua bangunan (konstruksi) terletak diatas tumpuan/perletakan. Fungsi tumpuan


adalah menyalurkan gaya-gaya luar yang bekerja pada konstruksi dan berat konstruksi itu
sendiri ke bagian bawahnya. Sehingga terdapat reaksi-reaksi yang mengimbangi gaya-
gaya luar tadi dan berat konstruksi.

Di dalam statika, ada beberapa jenis tumpuan/perletakan yaitu :

‘13 Statika
  11 Draga HS, ST, MT
 
 

Dasar-dasar Statika dan sistem struktur


C. GAYA AKSI DAN REAKSI STRUKTUR BALOK SEDERHANA

1. PENGERTIAN GAYA AKSI DAN REAKSI


Apabila pada sebuah benda dikerjakan sebuah gaya baik diangkat, ditarik, atau
didorong maka akan ada perlawanan terhadap gaya tersebut dan gaya perlawanan tersebut
disebut dengan reaksi, sedangkan gaya yang dikerjakan disebut dengan aksi.

Sesuai dengan hukum ketiga Newton bahwa apabila ada suatu aksi maka akan ada reaksi
yang besarnya sama dan arahnya berlawanan.

2. KESTABILAN DARI STRUKTUR


Banyaknya reaksi yang dapat ditimbulkan oleh suatu struktur tergantung jenis
perletakan yang dipakai. Jumlah total reaksi perletakan, ra , yang diperoleh dari jumlah
banyaknya reaksi yang dapat dikerahkan dari semua perletakan, dan cara penyusunan
perletakan. Besarnya reaksi perletakan dapat dicari dengan menggunakan persamaan
keseimbangan.
Apabila banyaknya reaksi perletakan dari suatu struktur adalah ra, maka struktur
tersebut dikatakan struktur statis tertentu dan stabil, karena besarnya reaksi perletakan
dapat ditentukan dari tiga persamaan keseimbangan yang ada. Sedangkan jika ra > 3,
maka struktur tersebut dikatakan statis tak tentu, karena terdapat kelebihan reaksi yang
tidak dapat ditentukan, sehingga membutuhkan persamaan tambahan untuk mendapatkan
semua reaksi perletakan. Bila ra < 3, maka struktur tersebut dikatakan labil atau tidak stabil.
Sehingga dapat disimpulkan kriteria kestabilan dari struktur sebagai berikut :
a. Ra = 3, struktur adalah statis tertentu

b. Ra > 3, struktur adalah statis tak tentu

‘13 Statika
  12 Draga HS, ST, MT
 
c. Ra < 3, struktur adalah labil/tidak stabil

Dasar-dasar Statika dan sistem struktur


3. KESEIMBANGAN GAYA
Suatu benda yang menerima gaya, apabila dalam keadaan diam, berarti benda
tersebut berada dalam keadaan seimbang, artinya gaya-gaya yang bekerja dalam keadaan
seimbang antara gaya aksi dan reaksi.
∑𝐻 0Menurut Hukum Keseimbangan/ Hukum Newton I : suatu sistem gaya yang
bekerja pada suatu benda berada dalam keadaan seimbang, apabila resultan gaya-gaya
yang bekerja pada benda tersebut sama dengan NOL. Agar hal tersebut dapat dipenuhi,
maka harus mengikuti syarat persamaan keseimbangan sebagai berikut :
1) ∑ 𝐻 0Jumlah gaya-gaya horizontal yang bekerja pada suatu struktur harus = 0,

2) ∑ 𝑉 0Jumlah gaya-gaya vertikal yang bekerja pada suatu struktur harus = 0,

3) Jumlah gaya-gaya momen atau rotasi yang bekerja pada suatu struktur harus = 0,

Contoh keseimbangan gaya :


a. Gaya konkuren
Gaya-gaya seimbang apabila,

𝑅𝑥 𝐾𝑥 0 

𝑅𝑦 𝐾𝑦 0 

𝑅 𝑅𝑥 𝑅𝑦
b. Dalam bentuk aplikasi pada jembatan sebagai berikut :

Balok diatas dua tumpuan (A dan B), dalam keadaan seimbang terdapat gaya-gaya,
Ra + Rb = P1 + P2 + P3

‘13 Statika
  13 Draga HS, ST, MT
 
Daftar Pustaka
1. Thamrin Nasution, 2012, Modul Kuliah Statika I, Departemen Teknik Sipil, FTSP, ITMI,
Medan
2. Wesli, 2010, Mekanika Rekayasa, Graha Ilmu, Yogyakarta.
3. Elly Tjahjono, Sulistyoweni, 1999, Modul Pembelajaran Mekanika Teknik I, Universitas
Indonesia, Jakarta.
4. Timoshenko, Young, D.H., 1992, Mekanika Teknik Edisi ke-4, Erlangga, Jakarta.

‘13 Statika
  14 Draga HS, ST, MT
 

Anda mungkin juga menyukai