analit ik
Ardinda Avicenna
See discussions, stats, and author profiles for this publication at:
https://www.researchgate.net/publication/287489649
CITATIONS READS
0 563
1 author:
Harrizul Rivai
Universitas Andalas
39 PUBLICATIONS 20
CITATIONS
SEE PROFILE
HARRIZUL RIVAI
iii
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
RIVAI, Harrizul
Asas pemeriksaan kimia / Harrizul Rivai. – Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1995.
xi, 430 hlm; 23 cm
Bilbliografi
ISBN: 975-456-143-6
Buku ini diterbitkan dalam rangka pengadaan buku ajar untuk perguruan tinggi, bekerja sama dengan
Proyek Pengembangan Staf dan Sarana Perguruan Tinggi (World Bank Education Project, 3311)
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
iv
Prakata
v
bertugas mengawasi mutu barang seperti obat, kosmetika, makanan,
pupuk, pestisida, cat dan lain sebagainya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada Pemimpin Proyek Pengembangan Perguruan
Tinggi Bantuan Luar Negeri (Loan No. 3311-IND), Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pedidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, yang telah menyediakan dana untuk penyusunan buku ini.
Ucapan serupa panulis tujukan kepada Penerbit Univesitas Indonesia
(UI-Press) yang bersedia menerbitkan buku ini, Dr. Kurnia Firman,
M.Sc. (ITB) yang telah memeriksa dan memberikan saran perbaikan
kepada penulis selama penulisan buku ini, dan Drs. Nasrul yang telah
membantu membuatkan sebagian gambar dan grafik dalam buku ini.
Harrizul Rivai
vi
Pengantar
Buku ini memuat uraian luas dan rinci tentang teori dan pemakaian
reaksi-reaksi kimia dalam pemeriksaan senyawa kimia. Landasan teori
ini didasarkan pada kesetimbangan termodinamika reaksi-reaksi kimia
yang lazim dipakai dalam pemeriksaan kimia. Tetapan kesetimbangan
kimia ini akan membantu sebagai ukuran terhitung besarnya reaksi
kimia, sehingga mementukan ketelitian cara pemeriksaan zat kimia.
Dalam Bab 1 dibahas ruang lingkup pemeriksaan kimia yang di-
awali dengan penjelasan tentang pembagian dan tujuan pemeriksaan
kimia, dan perbedaan antara pemeriksaan kimia dan pemeriksaan fisi-
kokimia. Selanjutnya dibicarakan beberapa artian yang sering diguna-
kan dalam ilmu kimia umumnya dan pemeriksaan kimia khususnya.
Akhirnya dijelaskan cara penulisan persamaan reaksi kimia yang lazim
dipakai dalam pemeriksaan kimia.
Bab 2 memuat landasan termodinamika reaksi kimia yang dipakai
dalam pemeriksaan kimia. Kupasan masalah ini dimulai dengan artian
kesetimbangan kimia, yaitu tentang apa yang dimaksud dengan kese-
timbangan kimia, dilanjutkan dengan penurunan rumus-rumus termo-
dinamika yang berkaitan dengan kesetimbangan kimia. Kemudian
dijelaskan keaktifan dan angka keaktifan senyawa yang terlibat dalam
reaksi kimia. Setelah itu dibicarakan tetapan kesetimbangan termo-
dinamika dan tetapan kesetimbangan stoikiometri sehingga jelas
peranan kedua jenis tetapan itu dalam pemeriksaan kimia. Pada akhir
bab ini diuraikan peranan tetapan kesetimbangan dalam menentukan
apakah suatu reaksi kimia dapat digunakan untuk pemeriksaan kimia
atau tidak.
Pelarut yang dapat dipakai dalam pemeriksaan kimia bukan saja air,
tetapi dapat pula pelarut nirair. Peranan pelarut tersebut akan
diuraikan secara rinci dalam Bab 3. Uraian ini dimulai dengan pen-
jelasan susunan pelarut air dan pelarut nirair, dilanjutkan dengan pem-
bahasan saling saling pengaruh pelarut-linarut dan saling pengaruh
antarion dalam pelarut. Pada akhir bab ini dibicarakan peranan ke-
kuatan ion larutan dalam mempengaruhi kesetimbangan kimia, yang
pada gilirannya akan mempengaruhi pemeriksaan kimia.
Salah satu cara pemeriksaan kimia disebut titrimetri, yakni peme-
riksaan jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume larutan
pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan
zat yang ditentukan. Masalah yang berkaitan dengan titrimetri tersebut
vii
akan dibahas secara rinci dalam Bab 4. Pembahasan diawali dengan
penjelasan mengenai lamdasan pemeriksaan, dilanjutkan dengan peng-
golongan titrimetri berdasarkan jenis reaksi yang terjadi, cara titrasi
dan jumlah cuplikan yang digunakan. Selanjutnya dikemukakan per-
syaratan larutan baku yang dapat dipakai dalam titrimetri, dan akhir-
nya ditinjau cara-cara perhitungan.
Di dalam Bab 5 akan dibahas teori asam-basa, terutama teori
Bronsted-Lowry yang lazim digunakan untuk menjelaskan kesetim-
bangan asam-basa. Di samping itu, teori asam basa tersebut dapat pula
dipakai untuk menerangkan kekuatan asam dan basa, yaitu kemudah-
an asam memberikan proton atau basa menerima proton. Karena itu,
perkara ini dikupas pula dalam Bab 5, dilanjutkan dengan pembicaraan
mengenai reaksi asam dengan basa (reaksi penetralan) dan reaksi air
dengan garam yang berasal dari asam atau basa lemah (reaksi hidro-
lisis). Selanjutnya, kesetimbangan asam-basa disajikan secara terper-
inci untuk menjelaskan landasan pemeriksaan kimia yang berdasarkan
pada reaksi asam-basa. Sajian ini akan menerangkan reaksi-reaksi ke-
setimbangan asam-basa kuat, asam-basa lemah, asam-basa bahuproton
(berproton banyak) dan campuran asam-basa. Kesetimbangan kimia
tersebut mudah ditafsirkan bila disajikan dalam bentuk grafik. Karena
itu, bab ini juga memuat kupasan mengenai cara pembuatan dan penaf-
siran grafik kesetimbangan asam-basa. Kemudian dibicarakan masalah
indikator yang berguna untuk menujukkan kesempurnaan reaksi
asam-basa, serta larutan penyangga yang dipergunakan untuk mem-
pertahankan keasaman atau kebasaan larutan.
Seperti telah diungkapkan dalam Bab 1, dalam pemeriksaan kimia,
reaksi-reaksi kimia digunakan untuk menentukan jenis dan jumlah zat
kimia yang terdapat dalam bahan kimia. Salah satu reaksi kimia
tersebut adalah reaksi asam-basa. Landasan dasarnya telah dibahas
dalam Bab 5, dan Bab 6 ini akan memuat asas pemakaian reaksi ini
dalam pemeriksaan kimia, seperti titrasi asam-basa kuat, titrasi asam-
basa lemah, titrasi asam-basa bahuproton dan titrasi campuran asam-
basa. Selain itu, diberikan pula cara menafsirkan kurva titrasi, dan cara
menerapkan titrasi asam-basa dalam pemeriksaan kimia.
Selain dalam air, reaksi asam-basa dapat pula berlangsung dalam
pelarut nirair. Reaksi jenis ini sering digunakan dalam pemeriksaan
kimia. Landasan dasar pemeriksaan kimia dengan reaksi jenis ini dipa-
parkan dalam Bab 7. Paparan ini diawali dengan penggolongan pelarut
nirair, dilanjutkan dengan penjelasan mengenai persifatan pelarut
viii
nirair, seperti otoprotolisis, pH, kekuatan asam-basa, daya pengarasan
(levelling effect) dan daya pembedaan (differentiating effect). Selanjut-
nya, dikemukakan pemakaian reaksi jenis ini dalam beberapa pelarut
nirair, seperti titrasi asam-basa dalam pelarut amfiprotik, titrasi asam-
basa dalam pelarut asam asetat dan indikator yang digunakan untuk
menunjukkan kesempurnaan reaksi dalam pelarut amfiprotik. Kemu-
dian dibicarakan cara menerapkannya dalam pemeriksaan kimia.
Bab 8 akan mengupas jenis reaksi lain yang digunakan dalam peme-
riksaan kimia, yaitu reaksi pembentukan kompleks. Kupasan ini dimu-
lai dengan pengertian senyawa kompleks, yaitu tentang apa yang di-
maksud senyawa kompleks, dilanjutkan dengan penjelasan tentang su-
sunan serta persifatannya. Selanjutnya dikemukakan salah satu zat
pembentuk kompleks yang sering dipakai dalam pemeriksaan kimia,
yaitu EDTA, serta indikator logam yang dipergunakan sebagai penun-
juk kesempurnaan reaksi. Setelah itu dibicarakan peranan ligan
organik dalam kimia analitik pada umumnya.
Bab 9 memuat bahasan mengenai penerapan reaksi pembentukan
kompleks dalam pemeriksaan kimia. Bahasan ini dimulai dengan
mengemukakan cara membuat kurva titrasi dan cara menentukan titik
kesetaraan reaksi, dilanjutkan dengan membicarakan cara meningkat-
kan selektivitas titrasi dengan EDTA. Berikutnya ditinjau cara penerap-
an reaksi pembentukan kompleks dalam pemeriksaan kimia.
Reaksi pengedapan dapat pula dipakai untuk memeriksa jenis dan
jumlah zat kimia yang terdapat dalam bahan kimia. Landasan teori
reaksi pengendapan ini akan dibeberkan dalam Bab 10. Pembeberan
ini dimulai dengan membentangkan batasan kelarutan dan hasil kali
kelarutan, dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan antara kelarutan
dan hasil kali kelarutan. Selanjutnya dikemukakan beberapa hal yang
mempengaruhi reaksi pengendapan, diikuti dengan pembahasan
mengenai grafik kesetimbangan reaksi pengendapan.
Dalam Bab 11 diuraikan salah satu cara pemeriksaan kimia yang
menggunakan reaksi pengendapan sebagai landasannya. Cara itu
dinamakan titrasi pengendapan. Beberapa segi titrasi pengendapan
yang akan dikemukan dalam bab ini adalah landasan pemeriksaan,
kurva titrasi dan penerapannya dalam pemeriksaan kimia.
Pemeriksaan jumlah zat dengan cara menimbang hasil reaksi peng-
endapan disebut gravimetri. Perkara yang menyangkut gravimetri
akan dipaparkan dalam Bab 12. Paparan diawali dengan dengan
mengemukakan landasan pemeriksaan, dilanjutkan dengan
ix
menjelaskan proses pengedapan, pemilihan keadaan yang baik untuk
pengendapan, dan proses pengendapan dari larutan serbasama.
Selanjutnya dibicarakan masalah pencemaran, pemisahan, pencucian,
pengeringan dan pemijaran endapan, sehingga akhirnya diperoleh
endapan yang dapat ditimbang. Berikutnya diuraikan cara menghitung
jumlah zat berdasarkan berat endapan yang diperoleh dari urutan
kerja di atas. Terakhir diberikan cara penerapan gravimetri dalam
pemeriksaan kimia.
Jenis reaksi keempat (tiga jenis reaksi lainnya, yaitu reaksi asam-
basa, reaksi pembentukan kompleks dan reaksi pengendapan, telah
dibahas dalam bab-bab terdahulu) yang sering dipakai dalam pemerik-
saan kimia adalah reaksi oksidasi-reduksi, atau disingkat reaksi
redoks. Reaksi redoks akan dijelaskan dalam Bab 13. Penjelasan di-
awali dengan mengemukakan bagaimana terjadinya proses redoks ter-
sebut, dilanjutkan dengan uraian mengenai cara menyeimbangkan per-
samaan reaksi redoks dan beberapa artian dalam elektrokimia yang
berkaitan dengan reaksi redoks. Selanjutnya dibicarakan tetapan kese-
timbangan reaksi redoks dan grafik kesetimbangan reaksi redoks. Bab
ini diakhiri dengan mengemukakan indikator yang dipakai sebagai
penunjuk kesempurnaan reaksi redoks.
Bab 14 berisi uraian tentang pemakaian reaksi redoks dalam peme-
riksaan kimia. Uraian ini dimulai dengan meninjau landasan pemerik-
saan, dilanjutkan dengan dengan cara pembuatan kurva titrasi redoks
dan pengaruh potensial elektroda bersyarat pada kurva titrasi. Akhir-
nya diberikan cara penerapan reaksi redoks dalam pemeriksaan kimia.
Selain dengan indikator, jalannya proses reaksi redoks dapat pula
ditelusuri dengan mengukur beda potensial listrik antara dua elek-
trode yang dicelupkan ke dalam campuran reaksi selama berlangsung-
nya titrasi. Pemeriksaan kimia yang didasarkan pada pengukuran po-
tensial listrik seperti di atas dinamakan potensiometri. Potensiometri
akan dibahas dalam Bab 15 ini. Pembahasan ini diawali dengan menge-
mukakan landasan pemeriksaan, dilanjutkan dengan menguraikan dua
jenis elektrode yang digunakan dalam potensiometri, yaitu elektrode
indikator dan elektrode pembanding. Selanjutnya dibicarakan bebera-
pa penerapan potensiometri dalam bidang kimia, seperti penentuan
pH larutan, penentuan harga pK zat kimia, dan titrasi potensiometri.
x
Daftar Isi
Halaman
Prakata ........................................................................................................................ v
Pengantar ................................................................................................................... vii
Daftar Isi ..................................................................................................................... xi
1. Pendahuluan .................................................................................................... 1
1.1 Ruang Lingkup ........................................................................................ 1
1.2 Beberapa Artian ..................................................................................... 2
1.3 Persamaan Reaksi Kimia .................................................................... 10
4. Titrimetri ....................................................................................................... 49
4.1 Landasan Pemeriksaan .................................................................... 49
4.2 Penggolongan Cara Pemeriksaan ................................................ 51
4.3 Larutan Baku ........................................................................................ 55
4.4 Cara Perhitungan ................................................................................ 56
xiv