Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGETAHUAN MEDIA DAN REAGEN

NATRIUM SITRAT 0,8% DAN FENOL FEHLING LOGO ( MEDIUM


BIRU,MERAH,JINGGA )

DOSEN PENGAMPU :

EXAUDIAN F. LEREBULAN., M.Farm.Apt

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

DIVA DALAS SOULISA (202213450011)

FUTRI ANGKOTASAN (202213450018)

BEVI M. WORKALA (202213450007)

YAHEL F. EMA PAA (202213450032)

YOHANA MOTE (202213450034)

OXANNA F.Y. IWANGGIN (202213450026)

YAYASAN PEMBERDAYA MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI D3-TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2023/2024

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Makalah Pengetahuan Media dan
Reagen.

Adapun tujuan dari penulisan materi ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas dari
Ibu Exaudian F. Lerebulan., M.Farm.Apt yang mengampu mata kuliah Pengetahuan
Media dan Reagen.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen selaku dosen mata kuliah
Pengetahuan Media dan Reageen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan materi ini. Penulis
menyadari materi yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan materi ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang khususnya
pembaca dan semoga Allah SWT. Senantiasa meridhai segala urusan kami. Aamin.

Sorong, 26 Januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………………………I


KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….3
BAB.I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4
I.I LATAR BELAKANG……………………………………………………………..4
I.II RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….8
I.III TUJUAN………………………………………………………………………….8
BAB.II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..9
II.I NATRIUM SITRAT 0,8%.......................................................................................9
II.II FENOL FHELING LOGO (MEDIUM BIRU,MERAH,JINGGA)……………..12
BAB.III PENUTUPAN……………………………………………………………………..18
III.I KESIMPULAN………………………………………………………………….18
III.II SARAN…………………………………………………………………………19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….20

3
BAB I

PENDAHULUAAN

I.I LATAR BELAKANG

Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang
digunakan untuk membiakkan mikroba. Media terdapat bermacam-macam yang dapat
digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah
mikroba maupun untuk transport specimen dari suatu tempat ke tempat pemeriksaan
mikrobiologi. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil
yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dalam pemeriksaan mikrobiologi, media
menjadi suatu hal yang penting agar mikroba yang dapat hidup dan menentukan bahwa
mikroba yang diperiksa adalah benar-benar mikroba yang dicari atau yang diharapkan.
Faktor-faktor yang penting bagi proses pembiakan mikroorganisme yaitu nutrisi, oksigen dan
gas lain, kelembaban, pH media, suhu, serta kontaminan. Media yang baik untuk pembiakan
mikroorganisme harus mengandung unsur-unsur seperti karbon, nitrogen, fosfat inorganic,
sulfur, logam, air, dan mineral.( Farida Juliantina.2013)

Reagen adalah senyawa atau campuran yang ditambahkan ke suatu sistem untuk


menyebabkan reaksi kimia atau uji jika terjadi reaksi. Pereaksi dapat digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya suatu zat kimia tertentu dengan menyebabkan reaksi terjadi
dengannya. Reagen dapat berupa senyawa atau campuran. Dalam kimia organik, sebagian
besar adalah molekul organik kecil atau senyawa anorganik. Contoh reagen termasuk reagen
Grignard, reagen Tollens, reagen Fehling, reagen Collins, dan reagen Fenton. Namun, suatu
zat dapat digunakan sebagai reagen tanpa kata "reagen" dalam namanya. Istilah reagen sering
digunakan sebagai pengganti reaktan , namun reagen belum tentu dikonsumsi dalam reaksi
seperti reaktan. Misalnya, katalis adalah reagen tetapi tidak dikonsumsi dalam reaksi. Pelarut
sering terlibat dalam reaksi kimia tetapi dianggap sebagai reagen, bukan reaktan. ( Anne
Marie.2019)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Media dan Reagensia adalah suatu
bidang studi yang dalam pembelajarannya membahas tentang persyaratan-persyaratan dan
bagaimana cara menguji suatu bahan. Namaun, untuk semester satu ini kita hanya akan
mempelajari tenteng Reagensia. Adapun pengertian dari reagensia itu sendiri adalah suatu zat
atau senyawa atau larutan dalam konsentrasi tertentu yang digunakan untuk mengetahui

4
penjelasan dari suatu analisa. Misalnya : benedict, Kapur, Natrium Hidroksida (NaOH) Asam
Sulfat (H2SO4), dll.

Berdasarkan jenisnya, reagensia itu sendiri terbagi dalam dua kelompok, yaitu:

1. Reagensia Kualitatif
Reagen dalam pembuatannya tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, pengukuran
volume dan beratnya tidak harus menggunakan neraca analitik, tidak menunutut
digunakan bahan kimia yang murni ataupun menggunakan alat-alat gelas tertentu.
Misalnya : Amylum, Asam Sulfat (H2SO4), dll.

2. Reagensia Kuatitatif
Reagen yang dalam pembuatanya memrlukan ketelitian yang tinggi, penimbanagnnya
harus menggunakan neraca analitik dan pengukurannya harus dengan alat ukur
kuantitatif. Misalnya : Natrium Hidroksida (NaOH), Asam Oksalat (H2C2O4),
K2Cr2O7, dll.

Dalam pembelajaran Media dan Reagensia, seorang calon analis harus mampu dalam
mengenali bentuk-bentuk bahan kimia, jenis-jenis bahan kimia, kulitas bahan kimia, ataupun
macam-macam logo dalam bahan kimia itu sendiri, sehingga dilapangannya nanti bias
bekerja dengan baik dan benar. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut :

A. Bentuk-bentuk bahan kimia,yaitu :


1. Padat seperti butiran, granula, serbuk halus atau kasar, kristal, dan kepingan.
2. Cair, kenyataannya bahwa bahan kimia cair itu mempunyai kadar atau
kerapatan massa.
3. Gas.

B. Jenis-jenis bahan kimia,yaitu:


1. Asam
a. Berdasarkan Teori Arhenius, Asam dalah suatu senyawa yang dapat
menghasilkan ion hydrogen (H) atau ion hidronium (H2O) bila dilarutkan
dalam air.
b. Berdasarkan Teori Bronsted Lowry, Asam adalah senyawa yang
molekul-molekulnya mampu menyerahkan proton (donor proton).

5
2. Basa
a. Berdasarkan Teori Arhenius, basa adalah suatu senyawa yang dapat
menghasilkan ion hidroksida (OH) bila dilarutkan.
b. Berdasarkan Teori Bronsted Lowry, Basa adalah senyawa yang molekul-
molekulnya mampu menerima proton atau akseptor proton.

3. Garam
Senyawa yang terbentuk dan reaksi kimia anatara basa dan asam yang
memenuhi hukum-hukum kimia.

C. Kualitas bahan kimia,yaitu:


1. Teknis
- Ciri-cirinya:
a. Harga relative murah.
b. Tigkat kemurniannya rendah.
c. Digunakan dalam dunia industri (non analisa).

2. Pro Analisa (PA)


- Ciri-cirinya:
a. Harga yang lebih mahal.
b. Tingkat kemurniannya tinggi.
c. Digunakan dalam Laboratorium Analisa.

D. Macam-macam logo dalam bahan kimia,yaitu:


1. Iritasi atau Irritant.
2. Beracun atau Toxic.
3. Mudah Meledak atau Oxidizing.
4. Kerusakan Lingkungan.
5. Kebakaran atau Flammable.
6. Korosif atau Corrosive For Human.
7. Radiasi

6
Selain itu, seorang analis juga harus mengetahui dan memahami tentang larutan
karena ini akan sangat berkaitan dalam pembutan reagen. Pengertian larutan itu sendiri
adalah :

a. Sistem homogen yang komposisinya variasi.


b. Campuran homogen antara zat (padat atau cair) dengan suatu pelarut.
c. Campuran homogen antara solute dan solven, dimana solut itu zat (padat atau
cair) yang terlarut dan solven itu pelarutnya.

Sehingga konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut (solute) dan pelarutnya
(solven). Adapun satuan konsentrasi larutan adalah sebagai berikut :

1. Molaritas
Molaritas adalah banayk mol solute dalam satu liter solven atau nayak milimol
solute dala satu milliliter solven.
- Rumusnya:
M = W x 1.000
Keterangan:
M = Molaritas
W = Massa (gr)
V = Volume (ml)

2. Molalitas
Molalitas adalah jumlah mol solute dalam tiap 1000 gram solven.
- Rumusnya:
m = W x 1.000
Keterangan:
M = Molaritas
W = Massa (gr)
Mr = Massa molekul relatif
P = Massa pelarut (gr)

7
3. Normalitas
Normalitas adalah banyak grek solute dalam satu liter solven.
- Rumusnya:
N = % x BJ x V
Keterangan:
N = Normalitas
BJ = Berat jenis
V = Volume
% = Konsentrasi

I.II RUMUSAN MASALAH

A. Apa yang dimaksud dengan Natrium Sitrat 0,8% ?

B. Apa yang dimaksud dengan Fenol Fehling Logo (medium biru,merah,jingga) ?

I.III TUJUAN

A. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Natrium Sitrat 0,8%.

B. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Fenol Fehling Logo (medium
biru,merah,jingga).

8
BAB II

PEMBAHASAN

II.I NATRIUM SITRAT 0,8%

Natrium Sitrat adalah pengencer standar yang direkomendasikan oleh ICSH


(International Communitte for Standarization in Hematology) dalam Pemeriksaan LED (Laju
Endap Darah). LED merupakan salah satu parameter Pemeriksaan yang digunakan untuk
mendeteksi dan memantau beberapa penyakit Infeksi, autoimun, keganasan dan berbagai
penyakit yang berdampak pada protein Plasma dalam mendeteksi adanya kerusakan jaringan,
tingkat keparahan inflamasi Dan infeksi.Penelitian ini bertujuan mengetahui ada atau
tidaknya perbandingan hasil Pemeriksaan LED dengan dan tanpa penambahan pengencer
Natrium Sitrat pada Pasien yang memiliki hasil pemeriksaan abnormal.

Penelitian ini merupakan Penelitian eksperimen menggunakan desain Statistic Group


Comparison, yaitu Membandingkan hasil antara kelompok eksperimen (Kelompok EDTA
tanpa Pengencer) dan hasil kelompok kontrol (Kelompok EDTA + Na Sitrat). Hasil uji T
independent menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan Yang signifikan ( p = 0,326) pada
hasil pemeriksaan LED dengan dan tanpa Penambahan pengencer Natrium Sitrat pada pasien
yang memiliki hasil Pemeriksaan abnormal. Pemeriksaan LED dapat menunjukkan hasil yang
sama Meskipun dengan menggunakan antikoagulan yang berbeda, yaitu EDTA dan EDTA
ditambah Na Sitrat. Nilai rata – rata pemeriksaan LED dengan EDTA Adalah 63 mm/jam
(SD = 29), sedangkan nilai rata – rata hasil pemeriksaan LED Dengan EDTA yang ditambah
Na Sitrat adalah 71 mm/jam (SD = 34). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil
pemeriksaan LED Dengan dan tanpa penambahan pengencer Natrium Sitrat pada pasien yang
emiliki hasil pemeriksaan abnormal. Jadi, penambahan natrium sitrat 0,8% Disarankan agar
proses pemeriksaan LED berlangsung normal sesuai standar.( Ardiya Garini.2009)

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang Dilakukan untuk


kepentingan klinik. Tujuan pemeriksaan labortorium Klinik adalah untuk membantu
menegakkan diagnosa penyakit pada Penderita. Pemeriksaan laboratorium diantaranya
meliputi pemeriksaan Hematologi, yang meliputi penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah
Leukosit, eritrosit, trombosit, retikulosit, hematokrit, dan penetapan laju Endap darah.
Pemeriksaan LED digunakan sebagai penanda non spesifik perjalanan Penyakit, khususnya

9
memantau proses inflamasi dan aktivitas penyakit Akut dan penandaan adanya kerusakan
jaringan.(Gandasoebrata.2007)

Pemeriksaan hematologi merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan disuatu


laboratorium klinik. Pemeriksaan hematologi ini Digunakan oleh klinisi sebagai dasar untuk
penanganan penderita oleh Karena itu pemeriksaan hematologi ini harus dikerjakan dengan
baik dan Benar sehingga memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan validasi yang baik.
(Kiswari.2014)

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan LED, faktor – faktor
tersebut adalah faktor kimia, faktor teknik, faktor Waktu, faktor eritrosit, faktor plasma,
faktor usia, dan faktor jenis kelamin. Faktor kimia yang mempengaruhi adalah konsentrasi
antikoagulan dalam Pemeriksaan LED, konsentrasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
ilai dari LED meningkat dan konsentrasi yang rendah menyebabkan Penurunan nilai LED.
Natrium sitrat dan EDTA tidak akan mempengaruhi Sedimentasi jika digunakan dengan
konsentrasi yang semestinya. (McPherson dan Pincus.2011)

Agar darah yang diperiksa tidak sampai membeku dapat dipakai Bermacam-macam
antikoagulan. Dalam pemeriksaan LED, antikoagulan Yang dipakai ialah : EDTA, Heparin,
Natrium sitrat 0,8%, dan campuran Amoniumoxalat dengan kaliumoxalat.
(Gandasoebrata.2007)

Berdasarkan antikoagulan yang digunakan maka dianjurkan Pemeriksaan laju endap


darah cara Westergren menggunakan antikoagulan EDTA atau natrium sitrat 0,8% yang
merupakan pemeriksaan standar (Jou Dkk, 2011)

Dengan demikian, larutan itu memiliki tekanan yang sama dengan pembuluh darah.
Jika konsentrasi dari larutan tersebut kurang akan menjadikan larutan tersebut hipotonik pada
pencampuran dengan darah dan jika konsentrasi berlebih akan menjadikan larutan tersebut
hipertonik. Natrium Sitrat 0,8% merupakan anti gulan yang cara kerjanya mengikat kalsium.
Jika konsentrasi antikoagulan tersebut dikurangi atau ditambah dapat menjadikan larutan
tersebut tidak isotonik, jika konsentrasi antikoagulan kurang/ hipotonik, erisrosit akan
membengkak, plasma berkurang, sehingga viskositas darah meningkat menjadikan darah
sukar mengendap. Sebaliknya, jika konsentrasi antikoagulan terlalu tinggi/ hipertonik,
eritrosit akan mengerut, plasma bertambah, sehingga viskositas darah menurun menjadikan
darah mudah mengendap.(Davey.2006)

10
Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) merupakan pemeriksaan darah rutin yang
dilakukan untuk memantau perjalanan penyakit dimana nilai yang tinggi cenderung dikaitkan
dengan keberadaan radang. ICSH (International Council for Standardization in Haematology)
merekomendasikan metode westergren sebagai metode untuk pemeriksaan LED dengan
mengalami beberapa kali perkembangan dari segi antikoagulan maupun pengencer yang
digunakan. Antikoagulan yang dapat digunakan yaitu antikoagulan Natrium Sitrat 0,8% dan
antikoagulan EDTA(Ethylene Diamine Tetra-Acetid-Acid). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan Laju Endap Darah metode westergren dengan menggunakan
antikoagulan EDTA dan Natrium sitrat 0,8%. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data primer dengan jenis penelitian komparatif. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Hematologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes
Surabaya pada JanuariApril 2021. Sampel penelitian adalah wanita menstruasi yang telah
memenuhi beberapa kriteria sebanyak 50 orang yang akan diperiksa nilai LED dengan
metode westergren menggunakan antikoagulan EDTA pada tabung vacum ungu dan Natrium
sitrat 0,8% pada tabung vacum hitam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai
Laju Endap Darah dengan antikoagulan EDTA yaitu 27,66 mm/jam dan 22,04 mm/jam untuk
antikoagulan Natrium Sitrat 0,8%. Uji statistik dilakukan dengan uji sample paired t-test yang
menunjukkan nilai sig(p)= 0,000 0,05,sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara
LED antikoagulan EDTA dengan LED antikoagulan Natrium Sitrat. Dengan demikian
antikoagulan EDTA dapat tetap digunakan sebagai antikoagulan pada pemeriksaan Laju
Endap Darah.

Pemeriksaan Hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat dipakai


sebagai penunjang diagnosis yang berkaitan dengan terapi dan prognosis.

1. Pemeriksaan hematologi terdiri dari pemeriksaan darah rutin,

pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan darah khusus, serta faal hemostasis.


Pemeriksaan darah rutin meliputi kadar haemoglobin , hitung jumlah leukosit, hitung
jenis leukosit dan laju endap darah sedangkan pemeriksaan darah lengkap meliputi
kadar haemoglobin, hitung jumlah eritrosit, hitung jumlah leukosit, hitung jenis
leukosit, hematokrit dan trombosit.Salah satu pemeriksaan darah rutin untuk
penunjang diagnosis adalah pemeriksaan laju endap darah, yang merupakan
pemeriksaan yang mengukur kecepatan pengendapan eritrosit dan menggambarkan
komposisi plasma serta perbandingannya antara eritrosit dan plasma.

11
2. Pemeriksaan Laju Endap.
Darah yang biasa dilakukan dalam laboratorium rumah sakit atau institusi pendidikan
adalah dengan metode westergren yang mana metode ini sesuai dengan ICSH
(International Council for Standardization in Hematologi). Metode pemeriksaan LED
Rujukan ICSH telah beberapa kali mengalami revisi baik dari segi antikoagulan
maupun pengencer yang digunakan yaitu pada tahun 1988, dan revisi terakhir pada
tahun 1993 yang kemudian diterima oleh World Health Organization (WHO) sebagai
metode pemeriksaan LED juga dapat digunakan untuk pemeriksaan hematologi lain.

Antikoagulan dalam pemeriksaan hematologi berguna untuk mencegah pembekuan


darah sehingga darah yang akan diperiksa tetap dalam kondisi cair. Berdasarkan antikoagulan
yang digunakan maka dianjurkan pemeriksaan laju endap darah cara westergren
menggunakan antikoagulan EDTA dan natrium sitrat 0,8% yang merupakan pemeriksaan
standar. Pemeriksaan laju endap darah dengan antikoagulan EDTA dan NaCl sebagai
modifikasi dari pemeriksaan standart.Pemeriksaan Laju Endap Darah merupakan
pemerikssan non spesifik yang memiliki banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilainya,
seperti kedudukan tabung, perbandingan antara antikoagulan dan darah yang tidak tepat,
suhu, faktor plasma, juga kondisi biologis saat terjadi menstruasi.

II.II FENOL FHELING LOGO (MEDIUM BIRU,MERAH,JINGGA)

Fenol atau hydroxbenzene dengan rumus molekul C6H5OH dan memiliki berat
molekul sebesar 94,11 g/mol merupakan komponen campuran yang memiliki satu atau lebih
gugus hidroksil yang terikat pada cincin aromatik.pada suhu ruang fenol memiliki ciri fisik
berupa kristal putih dan perlahan berubah beubah menjadi berwarna mera mudah apabila
terkena paparan panas atau cahaya.fenol juga memiliki bau khas yaitu berbau manis dalam
kelarutannya ,zat ini sedikit sukar larut dalam air pada suhu 0-65 derajat celcius dan melarut
sempurna pada suhu diatas 65,3 derajat celcius .fenol sangat larut dalam

12
alkohol ,benzene,klorofom ,eter,dan hampir semua jenis pelarut organik.fenol juga biasa
disebut asam karbolat ,asam fenat,fenil hidroksida ,atau oksibenzena (Othmer.1962)

Fenol awalnya di temukan pada tahun 1834 yang di isolasi dari binkin dan
kemudian dikenal dengan asam karbolat.samapai sebelum perang dunia I,tar batubara adalah
satu satunya sumber penghasil fenol .setalah perang dunia brakhir ,dibutuhkan senyawa fenol
yang tak cukup hanya dari sumber alam sehingga dicarilah suatu alternatif pembuatan fenol
sintesis .pembuatan fenol sintesis pertama kali ditemukan pda saat berakhirnya perang dunia I
sekitar 1918 yaitu proses sulfonasi benzene menggunakan asam sulfat. ).namun sayangnya
metode ini menghasilkan cukup banyak produk samping berupa natrium sulfit.
(Othemer.1962)

Dalam beberapa industri kegunaan fenol antara lain sebagai berikut:


- Sebagai bahan baku pembuatan bisphenil (pembuatan plastic).
- Sebagai pembuatan resin fenol (peralatan rumah tangga).
- Sebagai bahan baku pembuatan caprolactam (pembuatan ban ,tekstil dan jalaikan).
- Sebagai bahan buku pembuatan aniline (pembuatan obat obatan).
- Sebagai bahan baku pembuatan alkyphenol(surfaktan).

Uji Fehling digunakan untuk menunjukkan sifat khusus karbohidrat dengan adanya
Karbohidrat pereduksi. Hasil uji menunjukkan bahwa glukosa dan sukrosa merupakan Gula
yang dapat mereduksi larutan fehling dan sebagai karbohidrat pereduksi. Hal iniDapat
dinyatakan bahwa golongan karbohidrat monosakarida dan disakarida positif kegiatan
mereduksi larutan fehling tersebut. Pereaksi fehling ditambah Karbohidrat kemudian
dipanaskan, akan terbentuk endapan merah bata pada hasil akhir. Berikut adalah reaksi yang
terjadi:

2 Cu2+ + 2 OH → 2 Cu2O + H2O

Dalam pereakksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi Cu+ Yang dalam suasana basa akan
Diendapkan menjadi Cu2O. Fehling B berfungsi untuk mencegah Cu2+ mengendap dalam
Suasana alkalis.Sedangkan pada sampel amilum yang tetap berwarna biru disebabkan karena
Amilum merupakan polisakarida yang tidak dapat bereaksi positif dengan pereaksi Fehling.
Amilum bukan gula pereduksi yang tidak mempunyai gugus aldehid dan keton Bebas,
sehingga tidak terjadi oksidasi antara amilum dengan larutan Fehling.Pereaksi fehling dapat
direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai siat Mereduksi, juga dapat direduksi oleh
reduktor lain. Pereaksi fehling terdiri atas dua Larutan, yaitu larutan fehling A dan larutan

13
fehling B. Larutan fehling A adalah CuSO4 Dalam air, sedangkanlarutan fehling B adalah
larutan garam KNa-tartrat dan NaOH dalam Air. Dalam pereaksi ini Cu2+ direduksi menjadi
ion Cu+Yang dalam suasana basa akan Diendapkan sebagai Cu2O.Dengan larutan glukosa
1%, pereaksi fehling menghasilkan endapan merah bata, Sedangkan apabila digunakan
larutan yanglebih encer misalnya larutan glukosa 0.1%, Larutan yang terjadi berwarna hijau
kekuningan. Hermann von Fehling adalah seorang kimiawan Jerman yang terkenal dalam
mengembangkan larutan Fehling yang digunakan untuk menguji adanya kandungan glukosa.
Larutan Fehling itu dikenal sebagai larutan tembaga sulfat dicampur dengan alkali dan
kalium natrium tartrat (garam Rochelle).

Larutan Fehling digunakan untuk menguji kandungan gula tereduksi (monosakarida


atau disakarida) dalam suatu sampel. Pengujian secara kualitatif ini berdasarkan keberadaan
gugus aldehida atau keton yang bebas. Larutan Fehling dibagi atas dua macam yaitu larutan
Fehling A (Tembaga(II) sulfat atau CuSO4) dan larutan Fehling B (KOH dan Natrium kalium
tartarat). Ketika larutan basa dari kuprik hidroksida dipanaskan dalam sampel yang
mengandung gula tereduksi, hasil yang didapatkan adalah warna kuning yang tidak larut atau
warna merah kurprik oksida.Larutan Fehling akan bereaksi dengan monosakarida (glukosa,
fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa dan maltosa) yang memiliki gugus aldehida dan
keton bebas. Akan tetapi sukrosa tidak memiliki gugus aldehida dan keton bebas, sehingga
sukrosa tidak dapat dideteksi dengan larutan Fehling.Selain larutan Fehling, karya Fehling
yang terkenal yaitu penyelidikan asam suksinat, persiapan fenil sianida (lebih dikenal sebagai
benzonitril), dan nitril sederhana dari seri aromatik. Sebagian besar waktunya dipenuhi
dengan pertanyaan-pertanyaan tentang teknologi dan kesehatan masyarakat bukan dengan
kimia murni. Dia adalah seorang kontributor Handwörterbuch dari Liebig, Friedrich Wöhler
dan Johann Christian Poggendorff, serta Graham-Otto Textbook of Chemistry. Selama
bertahun-tahun dia menjadi anggota panitia revisi Farmakope germanica.

Air murni adalah air yang tidak mempunyai rasa, bau, dan warna, dan air murni termasuk
larutan bersifat netral. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak hanya mengenal larutan yang
bersifat netral, tetapi juga larutan yang bersifat asam dan basa. Sejak dahulu orang sudah
mencoba untuk mengidentifikasi sifat larutan ini dengan berbagai indikator khusus.Asam
dalam bahasa Inggris acid dan dalam bahasa Latin acidus yang berarti rasa asam. Secara
kimia asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion Hidrogen (H+). Asam akan
terionisasi menjadi ion Hidrogen dan ion sisa asam yang bermuatan negatif.

14
Setiap zat atau senyawa mempunyai sifat asam, basa atau netral. Untuk mengetahui
sifat asam, basa, atau netral dapat dengan menggunakan suatu Indikator. Indikator adalah zat
yang dapat digunakan untuk menunjukan sifat suatu zat melalui perubahan warnanya yang
khas. Indikator ini dapat berupa Indikator buatan yang ada di Laboratorium, atau juga dapat
menggunakan indikator asam-basa dengan menggunakan bahan dari alam.Indikator buatan
yaitu indikator siap pakai yang sudah dibuat dilaboratorium atau pabrik alat-alat kimia.
Contohnya adalah kertas lakmus dan indikator universal.Identifikasi sifat asam dan basa
dengan menggunakan kertas Lakmus di ciptakan oleh para Ilmuwan dari sejenis zat yang
diperoleh dari jenis Lumut kerak/Liken (Rocella tinctoria), suatu jenis simbiosis jamur dan
alga. Lakmus yang banyak digunakan dalam Laboratorium- laboratorium kimia sekarang ini
tersedia dalam bentuk kertas. Kertas lakmus jenisnya ada dua, yaitu kertas Lakmus merah
dan kertas Lakmus biru.

Identifikasi sifat asam basa dengan menggunakan larutan Indikator universal yang ada
dilaboratorium menggunakan empat jenis larutan yaitu larutan fenolftalein, metil merah,
metil jingga, dan bromtimol biru. Metil jingga adalah indikator pH yang sering digunakan
dalam titrasi karena perubahan warnanya yang jelas dan kontras. Oleh karena ia berubah
warna pada Ph sedikit asam, maka biasa digunakan dalam titrasi asam. Tidak seperti
indikator universal, metil jingga tidak memiliki spektrum perubahan warna yang lengkap,
tetapi memiliki titik akhir yang lebih tajam.Fenolftalein, adalah salah satu indikator asam
basa sintentik yang memiliki rentang pH antara 8,00-10,0. jika pada larutan asam tidak
memiliki warna. Pada larutan Basa berwarna merah. Dan pada larutan netral tidak memiliki
warna.Metil merah, sama dengan larutan metil jingga. jika pada larutan asam berwarna
merah, pada larutan basa berwarna kuning. Dan pada larutan netral berwarna
kuning.Bromtimol biru jika pada larutan asam berwarna kuning, pada larutan basa berwarna
biru, dan jika pada larutan netral berwarna biru agak kuning.Untuk mengidentifikasi sifat
asam basa larutan, selain menggunakan kertas lakmus dan indikator universal, kita juga dapat
menggunakan indikator alami yaitu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.Indikator alami
adalah indikator yang berasal dari bahan – bahan alami, dimana cara memperolehnya yaitu
dengan cara mengekstrak. Prinsip indikator adalah bahan yang memberikan warna berbeda
pada zat yang bersifat asam dan basa. Indikator alami yang biasa di pakai dalam pengujian
asam-basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, umbi-umbian, kulit buah, berupa
bunga – bungaan, seperti bunga sepatu, bunga hidrangea, kol ungu, kunyit, kembang kertas,
dan beberapa jenis tumbuhan lainnya.

15
Indikator asam-basa yang baik adalah zat warna yag memberi warna berbeda dalam
larutan asam dan larutan basa.Dengan didasari pemikiran bahwa zat warna pada tanaman
merupakan senyawa organik bewarna seperti dimiliki oleh indikator sintetis, selain itu mudah
dibuat juga murah karena bahan-bahannya mudah didapat. Pada percobaan ini
kamimenggunakan indikator alami dari ekstrak bunga karamunting. Karamunting
(Rhodomyrtus tomentosa atau Ochthocharis Bornensis BI), merupakan tanaman liar berkayu
yang termasuk kedalam famili Myrtaceae (jambu-jambuan). Karamunting mempunyai nama
yang berbeda dibeberapa daerah antara Kalamunting (Pekanbaru), Haramonting (Sumatra
Utara), dan Harendong Sabrang (Jawa Barat). Tanaman ini berasal dari Asia Selatan dan Asia
Tenggara dan akhirnya menyebar kedaerah tropis dan subtropis sampai ketinggian 2400 m.
Karamunting dapat tumbuh pada berbagai habitat dan jenis tanah. Di beberapa tempat
tanaman ini digunakan sebagai tanaman hias, mengingat warna bunganya yang sangat
menarik. Tetapi ditempat lain, tanaman ini dianggap sebagai gulma (tanaman pengganggu)
karena pertumbuhannya yang sangat cepat sehingga mengalahkan vegetasi aslinya.
Karamunting mempunyai pertumbuhan yang cepat dan dapat mencapai ketinggian 4-12 m.
Letak daun berlawanan, daun berbentuk oval, bagian atas daun berwarna hijau mengkilap,
bagian bawah daun berwarna abu-abu berbulu. Panjang daun 5-7 cm dan lebar 2-3 cm. Bunga
tunggal atau berkelompok (klaster) 2-3 bunga, diameter 2,5-3 cm dengan warna beragam dari
merah muda (pink) sampai ungu dengan benang sari banyak dan tidak beraroma.Tumbuhan
karamunting (Rhodomyrtus tomentosa (Aiton)Hassk) adalah tumbuhan liar pada tempat yang
mendapat sinar matahari yang cukup, seperti di lereng gunung, lapangan yang tidak terlalu
gersang.

Ciri-ciri tumbuhan ini termasuk dalam kelompok perdu, daun tunggal, pangkal daun
membulat, tepi daun rata, ujung daun meruniversal, metil jingga tidak memiliki spektrum
perubahan warna yang lengkap, tetapi memiliki titik akhir yang lebih tajam.Fenolftalein,
adalah salah satu indikator asam basa sintentik yang memiliki rentang pH antara 8,00-10,0.
jika pada larutan asam tidak memiliki warna. Pada larutan Basa berwarna merah. Dan pada
larutan netral tidak memiliki warna.Metil merah, sama dengan larutan metil jingga. jika pada
larutan asam berwarna merah, pada larutan basa berwarna kuning. Dan pada larutan netral
berwarna kuning.Bromtimol biru jika pada larutan asam berwarna kuning, pada larutan basa
berwarna biru, dan jika pada larutan netral berwarna biru agak kuning.Untuk
mengidentifikasi sifat asam basa larutan, selain menggunakan kertas lakmus dan indikator
universal, kita juga dapat menggunakan indikator alami yaitu yang berasal dari tumbuh-

16
tumbuhan.Indikator alami adalah indikator yang berasal dari bahan – bahan alami, dimana
cara memperolehnya yaitu dengan cara mengekstrak. Prinsip indikator adalah bahan yang
memberikan warna berbeda pada zat yang bersifat asam dan basa. Indikator alami yang biasa
di pakai dalam pengujian asam-basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, umbi-
umbian, kulit buah, berupa bunga – bungaan, seperti bunga sepatu, bunga hidrangea, kol
ungu, kunyit, kembang kertas, dan beberapa jenis tumbuhan lainnya. Indikator asam-basa
yang baik adalah zat warna yag memberi warna berbeda dalam larutan asam dan larutan
basa.Dengan didasari pemikiran bahwa zat warna pada tanaman merupakan senyawa organik
bewarna seperti dimiliki oleh indikator sintetis, selain itu mudah dibuat juga murah karena
bahan-bahannya mudah didapat. Pada percobaan ini kamimenggunakan indikator alami
dariekstrak bunga karamunting. Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa atau Ochthocharis
Bornensis BI), merupakan tanaman liar berkayu yang termasuk kedalam famili Myrtaceae
(jambu-jambuan). Karamunting mempunyai nama yang berbeda dibeberapa daerah antara
Kalamunting (Pekanbaru), Haramonting (Sumatra Utara), dan Harendong Sabrang (Jawa
Barat). Tanaman ini berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara dan akhirnya menyebar
kedaerah tropis dan subtropis sampai ketinggian 2400 m. Karamunting dapat tumbuh pada
berbagai habitat dan jenis tanah

17
BAB III

PENUTUPAN

III.I KESIMPULAN

Natrium Sitrat adalah pengencer standar yang direkomendasikan oleh ICSH


(International Communitte for Standarization in Hematology) dalam Pemeriksaan LED (Laju
Endap Darah). LED merupakan salah satu parameter Pemeriksaan yang digunakan untuk
mendeteksi dan memantau beberapa penyakit Infeksi, autoimun, keganasan dan berbagai
penyakit yang berdampak pada protein Plasma dalam mendeteksi adanya kerusakan jaringan,
tingkat keparahan inflamasi Dan infeksi.Penelitian ini bertujuan mengetahui ada atau
tidaknya perbandingan hasil Pemeriksaan LED dengan dan tanpa penambahan pengencer
Natrium Sitrat pada Pasien yang memiliki hasil pemeriksaan abnormal.

Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) merupakan pemeriksaan darah rutin yang
dilakukan untuk memantau perjalanan penyakit dimana nilai yang tinggi cenderung dikaitkan
dengan keberadaan radang. ICSH (International Council for Standardization in Haematology)
merekomendasikan metode westergren sebagai metode untuk pemeriksaan LED dengan
mengalami beberapa kali perkembangan dari segi antikoagulan maupun pengencer yang
digunakan. Antikoagulan yang dapat digunakan yaitu antikoagulan Natrium Sitrat 0,8% dan
antikoagulan EDTA(Ethylene Diamine Tetra-Acetid-Acid).

Fenol atau hydroxbenzene dengan rumus molekul C6H5OH dan memiliki berat
molekul sebesar 94,11 g/mol merupakan komponen campuran yang memiliki satu atau lebih
gugus hidroksil yang terikat pada cincin aromatik.pada suhu ruang fenol memiliki ciri fisik
berupa kristal putih dan perlahan berubah beubah menjadi berwarna mera mudah apabila
terkena paparan panas atau cahaya.fenol juga memiliki bau khas yaitu berbau manis dalam

18
kelarutannya ,zat ini sedikit sukar larut dalam air pada suhu 0-65 derajat celcius dan melarut
sempurna pada suhu diatas 65,3 derajat celcius .fenol sangat larut dalam
alkohol ,benzene,klorofom ,eter,dan hampir semua jenis pelarut organik.fenol juga biasa
disebut asam karbolat ,asam fenat,fenil hidroksida ,atau oksibenzena.

II.II SARAN

Adapun saran yang dapat disampaikan dari makalah ini yaitu antara lain:

1. Kepada Dosen D-III Analis Kesehatan,hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber
penunjang referensi pembelajaran khususnya pada bidang hematologi.

2. Kepada Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi serta
sebagai acuan mengenai LED metode westergren dengan antikoagulan EDTA dan
natrium sitrat 0,8%. Hendaknya peneliti selanjutnya melakukan penelitian LED metode
westergren dengan desain penelitian yang berbeda agar dapat diketahui perbedaan yang
terjadi signifikan atau tidak, selain itu peneliti selanjutnya juga dapat melakukan penelitian
LED dengan antikoagulan natrium sitrat 0,8% yang memperhatikan perbedaan waktu serta
faktor-faktor pengganggu LED dan dapat memperluas sampel dengan kriteria yang lebih
khusus agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

3. Penelitian dilanjutkan ke tahapan kinetika transpor fenol.

4. Menggunakan ion logam transisi lainnya sebagai fasa penerima seperti

nikel dan kobalt.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anne Marie Helmenstine.2019.Pengertian dan Penjelasan Reagensia. Definisi dan Contoh


Reagen (www-thoughtco-com.translate.goog)

Ardiya Garini. 2009. Perbandingan hasil pemeriksaan laju endap darah cara Westergren
menggunakan darah EDTA tanpa pengenceran dengan cara

Farida Juliantina Rachmawaty.2013.Penjelasan Medium. Media – Laboratorium Mikrobiologi FK


UII

Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium klinik. Dian Rakyat: Jakarta Jou J. M. Dkk.,
2011. ICSH review of the measurement of the erythocyte

Kiswari, Rukman. 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Penerbit Erlangga

20

Anda mungkin juga menyukai