The risk factor and risk management of infection in Premature Rupture Of
Membranes (PROM) Premature Rupture of Membrane (PROM) merujuk pada pecahnya lapisan chorioamnion sebelum onset persalinan dimulai. Premature Rupture of Membrane (PROM) terjadi pada pasien yang melampaui usia kehamilan 37 minggu. Premature Rupture of Membrane (PROM) menyebabkan sepertiga dari kelahiran prematur dan merupakan penyebab utama kematian dan morbiditas neonatal. Konsekuensi ibu yang paling signifikan dari PROM adalah infeksi intrauterin, yang risikonya meningkat dengan durasi pecahnya ketuban. Sedangkan pada neonatus adalah komplikasi prematuritas, penyakit neonatal jangka pendek seperti Early Onset Sepsis (EOS) dan Early Onset Pneumonia (EOP), serta cacat jangka panjang (cerebral palsy, kebutaan, dan tuli) (Zhuang et.al, 2020). Wanita dengan multiparous kemungkinan kecil dapat mengalami neonatal infectious disease karena cervix lebih cepat berdilatasi sehingga proses kelahiran juga terjadi lebih cepat (Juhasova et.al, 2018). Terjadinya infeksi pada PROM juga dapat menyebabkan chorioamnionitis, yang diketahui menjadi faktor risiko dari penyakit menular neonatal dan EOS yang lebih tinggi, karena pada kelahiran pervaginal terjadi proses pembersihan cairan paru. Operasi caesar merupakan faktor risiko dari EOP karena adanya sisa cairan pada pneumonia neonatus (Zhuang et.al, 2020). PROM dapat ditangani dengan penggunaan antibiotik, induksi kelahiran, dan expectant management. Induksi kelahiran merupakan faktor protektif terhadap neonatal infectious disease dan EOP. Jika tidak ada persalinan spontan, induksi persalinan dengan oksitosin. Berikan waktu yang cukup (12-18 jam) untuk kemajuan fase laten sebelum melakukan operasi caesar untuk induksi persalinan yang gagal. Induksi dengan prostaglandin sama efektifnya dengan oksitosin tetapi mungkin memiliki tingkat korioamnionitis yang lebih tinggi. Penggunaan antibiotik diketahui tidak memiliki efek yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan induksi kelahiran pada kondisi term. Namun pada kasus preterm PROM, antibiotik memiliki efikasi yang signifikan (Zhuang et.al, 2020). Antibiotik yang dapat diberikan adalah antibiotik profilaksis GBS pada neonatus (Penisilin, Cofexetin, Clindamycin, Vancomycin), antibiotik sebagai prevensi chorioamnionitis pada maternal dan Early Onset Sepsis (EOS). Dapat pula diberikan kortikosteroid untuk menurunkan risiko RDS, IVH, dan necrotizing enterocolitis, namun obat ini diutamakan untuk umur kehamilan dibawah 32 minggu. Expectant management harus dipertimbangkan dengan hati-hati berdasarkan evaluasi usia kehamilan, infeksi, solusio plasenta, dan kecelakaan tali pusat. Expectant management merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya neonatal infectious disease dan EOP pada kasus preterm PROM (Zhuang et.al, 2020). Adapula risiko dari expectant management pada maternal, yakni dapat meningkatkan chorioamnionitis, meningkatkan persalinan sesar, persalinan spontan 90% dalam 48 jam setelah pecahnya ketuban, dan meningkatkan risiko abruptio placenta. Sementara risiko pada fetus dapat meningkatkan RDS, meningkatkan perdarahan intraventricular, meningkatkan sepsis neonatus dan subsequent cerebral palsy, meningkatkan mortalitas perinatal, dan meningkatkan prolapse tali pusat
Sumber : (Hagen et.al, 2021)
Referensi : Hagen, I., Bailey, J., & Zielinski, R. (2021). Outcomes of Expectant Management of Term Prelabor Rupture of Membranes. Journal Of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing, 50(2), 122-132. doi: 10.1016/j.jogn.2020.10.010 Juhasova dkk, Impact Factors on Cervical dilatation rates in the first stage of labor. J Perinant Med. 2018; 46; 59-66 Zhuang, L., Li, Z., Zhu, Y., Ju, R., Hua, S., & Yu, C. et al. (2020). The correlation between prelabour rupture of the membranes and neonatal infectious diseases, and the evaluation of guideline implementation in China: a multi-centre prospective cohort study. The Lancet Regional Health - Western Pacific, 3, 100029. doi: 10.1016/j.lanwpc.2020.100029