B.2.1. Pisometer
Pada saat pemasangan pisometer (sistim terbuka atau tertutup) di fondasi dilakukan
melalui lubang bor yang sebelumnya telah dibuat. Untuk memeriksa fungsi dari
pisometer sistim terbuka, setelah pisometer dipasang ke dalam lubang bor, tunggu
beberapa waktu, kemudian periksa apakah muka air di dalam pipa pisometer sama
levelnya dengan muka air tanah yang ada di dalam lubang bor. Bila tidak sama
(lebih rendah), kemungkinan mata pisometernya tersumbat. Sedangkan untuk
pisometer sistim tertutup (hidraulis, pneumatik dan elektrik), setelah mata pisometer
dimasukkan ke dalam lubang bor dan ditempatkan pada level yang diinginkan,
sambung kan kabel/tubing ke alat baca dan lakukan pengukuran. Posisi/level muka
air tanah di dalam lubang bor harus sama dengan hasil pembacaan. Bila tidak, tarik
mata pisometer dan periksa kondisinya.
Untuk instrumen sistim tertutup, kalibrasi dapat dilakukan di lapangan dengan
menggunakan alat ”dead weight tester” atau instrumen dan alat bacanya di bawa ke
kolam/waduk yang cukup dalam di dekat proyek untuk dilakukan kalibrasi. Kalibrasi
dilakukan dengan cara memasukkan instrumen (yang telah disambungkan ke alat
bacanya) ke dalam kolam/waduk setiap meter sampai kedalaman sesuai dengan
kapasitas instrumen. Pembacaan/pengukuran dilakukan ”naik dan turun” atau ”load
and unload”, sehingga dapat dibuat grafik histerisnya untuk mengetahui
ketelitian/kepekaan dari instrumen yang dikalibrasi. Contoh kalibrasi di kolam waduk
adalah seperti gambar di bawah.
B.2.3. Inklinometer
Yang perlu diperiksa dan dikalibrasi adalah torpedo dan alat bacanya. Sambungkan
torpedo dan kebelnya ke alat bacanya. Siapkan alat kalibrasi dari pabrik (berupa
segitiga yang dilengkapi dengan tempat kedudukan torpedo dengan posisi sudut
yang bervariasi). Pasang torpedo pada tempatnya, putar/miringkan pada kemiringan
tertentu, misalnya 5º, lakukan pembacaan. Pembacaan menunjukkan penyimpangan
yang terjadi dan harus sama dengan L sin 5º. Bila terjadi perbedaan yang siknifikan,
nilai tersebut adalah merupakan koreksi saat melakukan pembacaan sebenarnya di
lapangan.
C. Pemasangan Instrumen
C.1. Persiapan Pemasangan
Lokasi penempatan dan pemasangan instrumen biasanya telah tercantum pada
gambar disain, namun pada pelaksanaan pemasangan lokasi tersebut dapat
berubah sesuai kondisi lapangan saat konstruksi dengan memperoleh persetujuan
direksi. Lokasi pemasangan instrumen dipilih sedemikian rupa, sehingga
pembacaannya dapat dilakukan dengan mudah.
Hal-hal yang perlu dichek dan diperiksa sebelum melakukan pemasangan instrumen
adalah :
a) Periksa gambar kerja yang diusulkan dan disetujui oleh pemberi tugas. b)
b) Periksa spesifikasi dan rencana kerja kontraktor pemasang instrumen. c)
c) Periksa kesiapan kontraktor di lapangan. d)
d) Periksa kalibrasi yang telah dilakukan. e)
e) Periksa peralatan yang sudah disiapkan di lapangan f)
f) Siapkan petugas pengawas di lapangan beserta formulir-formulir yang
diperlukan.
Mesin bor putar (kiri) dan alat bor auger dengan batang berlubang (kanan)
Setelah pemboran selesai, lubang bor dibersihkan dari kotoran. Jangan lupa
untuk mencatat posisi/level MUKA AIR TANAH yang ada.
Pasir saring yang telah dicuci bersih dituangkan ke dalam lubang bor dengan
menggunakan pipa tremi, sehingga tebal pasir mencapai 25 cm dari dasar
lubang bor.
Siapkan rangkaian pipa pisometer yang telah disiapkan, sebelum diturunkan
kedalam lubang bor. Sebelumnya, mata pisometer telah dijenuhkan di dalam
air kira-kira selama 12 jam (semalam).
Periksa mata pisometer agar posisi ujungnya berada diatas pasir pada elevasi
yang dikehendaki.
Tuangkan pasir saring ke dalam lubang bor, sehingga diperoleh ketebalan 25
cm di atas mata pisometer, sehingga pasir saring membungkus mata
pisometer, total ketebalan pasir adalah 50 cm di atas dasar lubang bor.
Masukkan pelet-pelet bentonit ke dalam lubang bor sehingga mencapai
ketebalan 30-40 cm di atas pasir saring.
Isi ruangan di atas bentonit, antara pipa/tubing pisometer dan dinding lubang
bor dengan campuran grouting melalui pipa grouting yang telah disiapkan,
pada waktu yang hampir bersamaan tarik pipa pelindung secara
perlahanlahan sedemikian rupa, sehingga posisinya selalu sedikit di atas
campuran grouting yang sedang diisikan.
Bila pada lubang bor tersebut juga dipasang mata pisometer pada bagian
atasnya, hentikan pengisian campuran grouting pada elevasi mata pisometer
berikutnya; tunggu minimal 6 jam (atau semalam) menunggu campuran
grouting mengeras.
Pada posisi tersebut di atas, untuk pemasangan mata pisometer berikutnya,
lakukan langkah butir (6) sampai dengan butir (8) dan pengisian grouting
dilakukan sampai permukaan tanah.
Lakukan pembacaan awal untuk pisometer menggunakan alat baca yang
telah dikalibrasi sebelumnya.
Tulis nomor pisometer pada ujung atas pipa dan ujung atas pisometer di tutup
dengan dop (end cap).
Pasang pipa pelindung beriameter 3 “ yang terbuat dari paralon di bagian atas
(panjang kira-kira 1 m).
Tutup dan lindungi bagian atas unit pisometer dengan menggunakan kotak
pengaman terbuat dari beton yang dicor ditempat yang dilengkapi dengan
kunci pengaman (boks pelindung).
Prinsip pemasangan 2 pisometer di dalam lubang bor
Pada suatu level tertentu dari timbunan, kabel/tubing tersebut dibawa menuju
gardu/rumah instrumen. Suatu paritan sedalam 0.80 m digali antara pisometer dan
gardu/rumah instrumen. Tubing-tubing dipasang berkelok-kelok (snaking) dalam
paritan tersebut agar dapat memanjang tanpa menarik mata pisometernya waktu
terjadi deformasi timbunan.
Karena Sistem ini menggunakan air raksa dalam operasinya, maka gardu
pembacaan harus mempunyai ventilasi cukup mengingat bahaya yang bisa timbul
dari uap air raksa terhadap tubuh manusia.
Bendungan besar yang menggunakan instrumen ini misalnya Tarbela Dam
(Pakistan) dan Wadaslintang (Jateng).
Seismometer
C.6. Pemasangan Instrumen di dalam Galeri
Beberapa pisometer tip dapat dilayani oleh satu deairing unit ini secara bergantian.
Kapasitas sistem ini adalah 5 liter dan dapat mensirkulasi sampai sepanjang tubing
sekitar 800 m.
Hydrostatic time lag dapat dihitung dengan dasar banyaknya air masuk ke sistem
dalam waktu tertentu, yang dinyatakan oleh :
q = F . k . H = F . k (z - y)
Keterangan :
U = Bendungan Urugan
B = Bendungan Beton
Pada prinsipnya, semakin sering semakin baik. Namun agar efektif dan efisien,
frekuensi pembacaan pada kondisi normal biasanya ditentukan berdasarkan
kebutuhan, yakni dengan mempertimbangkan faktor - faktor seperti tingkat risiko dan
kelas bahaya bendungan, dimensi bendungan dan volume tampungan waduk serta
tingkat permasalahan bendungan yang bersangkutan. Semakin tinggi faktor - faktor
tersebut, frekuensi pembacaannya semakin sering. Pada kondisi tidak normal atau
kondisi khusus, frekuensi pembacaan di atas (kondisi normal) hendaknya lebih
ditingkatkan lagi guna menghindari yang tidak diinginkan, yang sewaktu-waktu dapat
terjadi. Kondisi khusus adalah kondisi internal dan atau eksternal di luar kebiasaan
yang dapat mempengaruhi atau "mengancam" keamanan bendungan, sebagian
atau keseluruhan, dan biasanya ditunjukkan oleh adanya penyimpangan-
penyimpangan secara signifikan terhadap pola atau kecenderungan perilaku atau
parameter-parameter yang telah ditetapkan di dalam desain.
Tabel jadwal pemantauan instrumentasi dan inspeksi dapat digunakan sebagai
acuan dan pertimbangan di dalam menetapkan frekuensi pembacaan instrumen
untuk pemantauan perilaku bendungan.
Jadwal Pemantauan Instrumentasi & Inspeksi