Anda di halaman 1dari 33

Metode Pelaksanaan Pengawasan Pekerjaan Instrumentasi

A. Spesifikasi dan Kontrak Pekerjaan Instrumentasi


A.1. Umum
Pengadaan instrumen dapat dilakukan oleh kontraktor, pemilik/pengelola atau oleh
konsultan, sebagai alternatif hal tersebut juga dapat dilakukan oleh subkontraktor,
misalnya oleh agen/dealer instrumen, masing-masing alternatif mempunyai kerugian
dan keuntungan.
Spesifikasi biasanya mencakup 3 Bab utama, yakni Bab I Umum, yang mencakup
kebutuhan dan penjelasan untuk semua instrumen,. Bab II Rincian Instrumen,
berisikan uraian rinci dari setiap instrumen yang dibutuhkan dan Bab III mengenai
pengukuran dan pembayaran.
Setelah instrumen tiba di proyek, pengawas bersama-sama dengan konsultan
pengawas dan kontraktor pengadaan instrumen harus melakukan pemeriksaan
dengan menggunakan daftar simak (check list) yang berisikan jenis dan banyak
instrumen sesuai dengan spesifikasinya. Sering terjadi pada saat pemeriksaan jenis
instrumen tidak sesuai dengan yang tercantum di dalam spesifikasinya. Untuk itu,
pengawas lapangan harus memahami spesifikasi dan kontrak terlebih dahulu,
sebelum menerima instrumen yang telah tiba. Bila perlu lakukan pemeriksaan dan
kalibrasi terlebih dahulu (meskipun telah dilengkapi dengan kalibrasi oleh pabrik
pembuatnya) dengan disaksikan bersama-sama dengan konsultan pengawas dan
kontraktor, biaya kalibrasi dapat dibebankan kepada kontraktor pengadaan
instrumen.

A.2. Pemahaman Spesifikasi


Seperti telah disebutkan, dalam spesifikasi telah disebutkan Bab Umum yang
berisikan hal-hal sebagai berikut :
1) Pihak yang bertanggung jawab; harus jelas tanggung jawab semua pihak
diantara pemilik proyek, konsultan desain, spesialis instrumen dan konraktor
pelaksana, terutama saat penerimaan instrumen, bila terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan (masalah kalibrasi, pemeriksaan instrumen, dll).
2) Penyerahan instrumen; spesifikasi tersebut biasanya berisi ringkasan untuk
penyerahan instruman kepada pemilik atau konsultan pengawas, antara lain
mencakup daftar pengalaman, instrumen yang diusulkan, sertifikat kalibrasi,
asuransi, daftar simak, jaminan/garansi, instruction manuals, dokumen
pengiriman, contoh instrumen, dll.
3) Kondisi lingkungan operasi instrumen; instrumen biasanya juga dioperasikan
pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Spesifikasi harus
berisikan uraian lingkungan operasi, termasuk jenis tanah/batuan dan
faktorfaktor lingkungan
4) Kebutuhan material dan jenis instrumen; menjelaskan jenis instrumen,
mekanis, hidraulis, pneumatis atau elektris. Demikian juga mengenai sistim
transducer, unit alat baca dan komunikasi.
5) Kajian terhadap instrumen yang diusulkan; kajian dan usulan jenis instrumen
tertentu, termasuk usulan instrumen jenis lain dan nama pabrik/agen penjual
harus dimasukkan ke dalam spesifikasi.
6) Kalibrasi Pabrik dan Jaminan Mutu; instrumen yang akan dibeli harus
diperiksa dan dikalibrasi oleh pabrik (ada sertifikatnya) sebelum dikirim ke
proyek. Permbacaan/pembebaban (load and unload) harus dilakukan paling
tidak sebanyak 10 kali peningkatan/penurunan beban dan beban/tekanan
maksimum harus sama dengan tekanan yang terjadi di lapangan. Setiap
instrumen yang telah dikalibrasi harus ditandai dan diberi nomor dengan jelas.
Meskipun demikian, perlu dilakukan pemeriksaan dan kalibrasi ulang
setibanya instrumen di proyek, karena pada saat transportasi ke proyek, bisa
saja instrumen atau alat bacanya yang sensitif mengalami
kerusakan/gangguan.
7) Jaminan (Warranty); pabrik harus menjamin kinerja instrumen yang telah
dibeli, biasanya sekitar 3 – 12 bulan. Kebanyakan pabrik tidak mau
bertanggung jawab terhadap rusakna instrumen setelah beberapa waktu
dipasang, oleh karena itu di dalam spesifikasi harus ditulis dengan jelas
bagian atau instrumen mana yang menjadi tanggung jawab pabrik atau pihak
lainnya.
8) Instruction Manual: spesifikasi pengadaan harus mencakup instruction
manual, yang antara lain berisikan hal-hal sebagai berikut :
- Tujuan instrumen : parameter yang diukur, aplikasi, dll
- Theori operasi : prinsip dasar instrumen, dilengkapi dengan gambar,
diagram sirkuit, dll.
- Prosedur kalibrasi
- Prosedur pemasangan
- Prosedur perawatan
- Prosedur pengumpulan data
- Prosesing data, dll. 9)
9) Pengiriman; pada spesifikasi juga disebutkan tanggal pengiriman. Bila waktu
terbatas oleh pemasangan instrumen, harus dibuatkan skedul waktu
pengiriman yang disesuaikan dengan skedul pemasangan. Spesifikasi juga
menguraikan masalah asuransi, bila terjadi kehilangan dan kerusakan
instrumen pada tahap pengiriman dan harus jelas siapa yang bertanggung
jawab.

A.3. Pemahaman Kontrak Pekerjaan


Disamping telah diuraikan pada bab sebelumnya, instrumentasi juga mencakup
pemasangan, kalibrasi dan perawatan secara berkala, pengumpulan data, prosesing
data, presentasi dan interpretasi data. Oleh karena itu, di dalam kontrak harus jelas
siapa saja dari pekerjaan instrumentasi tersebut di atas yang bertanggung jawab.
Pengawas harus mempelajari isi kontrak dengan hati-hati dan seksama, terutama
pada saat akan dilakukan pemasangan instrumen, termasuk pekerjaan
persiapannya, yakni pemeriksaan dan perawatan instrumen sebelum dipasang
dilapangan, prosedur pemasangan melalui lubang bor, mesin bor apa yang
digunakan, prosedur pemasangan di timbunan, pengaturan kabel/tubing instrumen,
pembacaan awal dan lain sebagainya.
Di dalam kontrak, biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut :
 Pengadaan instrumen; spesifikasi pengadaan harus mencakup semua daftar
instrumen, suku cadang, peralatan bantu dan material yang diperlukan untuk
pemasangan.
 Pekerjaan pendukung untuk pelaksaan instrumentasi di lapangan, antara lain
terdiri dari :
- Pengeboran dan grouting pengisi
- Penggalian parit untuk tubing/kabel instrumen
- Penyediaan air, udara/angin dan tenega listrik/genset
- Transportasi peralatan pindah antar lokasi pemasangan instrument
- Pengamanan tubing dan peralatan lain instrumen dari operasi alat berat
- Pengukuran survei
- Pembuatan jalan masuk ke ruang pengukuran/pembacaan
- Membuat perlindungan/pengaman instrumen setelah selesai dipasang.
 Lokasi instrumen; meskipun lokasi instrumen sudah ditentukan dalam gambar
desain, namun kepastian lokasi tersebut ditentukan di lapangan, sesuai
dengan kondisi geologi saat penggalian fondasi. Di dalam spesifikasi
disebutkan pemilik atau wakilnya akan menentukan lokasi/penempatan
instrumen, orientasi, kedalaman dan banyak instrumen yang akan dipasang,
termasuk penempatan terminal panel, ruang pengamatan dapat dirubah
sesuai kondisi di lapangan.
 Pemasangan instrumen; pemasangan ini memerlukan spesialis instrumen
dan pekerjaan pendukung. Di dalam kontrak disebutkan secara rinci langkah
demi langkah prosedur pemasangan setiap instrumen, sesuai dengan manual
instruction dari pabrik pembuat. Pada pemasangan dengan menggunakan
alat bor, meskipun tujuan utamanya adalah untuk pemasangan instrumen,
namun harus dijelaskan dengan rinci apabila disertai dengan pengambilan
contoh, pengambilan/penyimpanan inti, tekanan air pembilas, deskripsi tanah,
dll. Perlu perhatian terhadap penarikan casing di dalam lubang bor untuk
menghindasri terjadinya runtuhnya dinding lubang bor dan memastikan
bahwa material pengisi tidak masuk ke dalam casing yang dapat berakibat
terangkatnya instrumen saat casing diangkat. Pengangkatan casing dilakukan
tanpa rotasi. Pengujian perlu dilakukan terhadap instrumen yang telah
dipasang, misalnya dengan memasukkan air ke dalam pipa pisometer untuk
menguji fungsi mata pisometernya.
 Kalibrasi dan perawatan berkala; didalam kontrak disebutkan kapan kalibrasi
berkala dilakukan, demikian juga perawatan berkala terhadap instrumen,
terutama unit alat bacanya.
 Kerusakan instrumen; di dalam kontrak disebutkan cara
perlindungan/pengaman instrumen saat pelaksanaan konstruksi dan
tanggung jawab kontraktor, bila terjadi kerusakan akibat kelalaian
pelaksanaan.

B. Pemeriksaan dan Kaliberasi Lapangan


B.1. Pemeriksaan Awal
Seperti disebutkan di depan, pemeriksaan dan kalibrasi lapangan perlu dilakukan,
saat diperiksa, sebagian instrumen sering ditemui mempunyai kapasitas yang tidak
sesuai dengan spesifikasinya. Pemeriksaan di sini adalah mencocokkan kapasitas
instrumen yang telah tiba di lapangan dengan spesifikasinya, disamping memeriksa
jumlah dan komponen serta asesorinya. Bila pengawas kurang mengerti masalah
instrumentasi, dapat melakukan menyewa tenaga ahli instrumen, untuk membantu
melakukan pemeriksaan.

B.2. Kaliberasi Lapangan


Meskipun dari pabrik telah dilengkapi dengan sertifikat kalibrasi, namun selama
pengangkutan dan transportasi ke proyek, dapat saja instrumen dan alat bacanya
yang sensitif mengalami kerusakan, terutama instrumen dengan sistim tertutup,
inklinometer, transducer alat baca, dan lain-lainnya.
Berikut di bawah adalah cara-cara pemeriksaan/kalibrasi secara praktis terhadap
beberapa instrumen, dengan keterbatasan alat di lapangan.

B.2.1. Pisometer
Pada saat pemasangan pisometer (sistim terbuka atau tertutup) di fondasi dilakukan
melalui lubang bor yang sebelumnya telah dibuat. Untuk memeriksa fungsi dari
pisometer sistim terbuka, setelah pisometer dipasang ke dalam lubang bor, tunggu
beberapa waktu, kemudian periksa apakah muka air di dalam pipa pisometer sama
levelnya dengan muka air tanah yang ada di dalam lubang bor. Bila tidak sama
(lebih rendah), kemungkinan mata pisometernya tersumbat. Sedangkan untuk
pisometer sistim tertutup (hidraulis, pneumatik dan elektrik), setelah mata pisometer
dimasukkan ke dalam lubang bor dan ditempatkan pada level yang diinginkan,
sambung kan kabel/tubing ke alat baca dan lakukan pengukuran. Posisi/level muka
air tanah di dalam lubang bor harus sama dengan hasil pembacaan. Bila tidak, tarik
mata pisometer dan periksa kondisinya.
Untuk instrumen sistim tertutup, kalibrasi dapat dilakukan di lapangan dengan
menggunakan alat ”dead weight tester” atau instrumen dan alat bacanya di bawa ke
kolam/waduk yang cukup dalam di dekat proyek untuk dilakukan kalibrasi. Kalibrasi
dilakukan dengan cara memasukkan instrumen (yang telah disambungkan ke alat
bacanya) ke dalam kolam/waduk setiap meter sampai kedalaman sesuai dengan
kapasitas instrumen. Pembacaan/pengukuran dilakukan ”naik dan turun” atau ”load
and unload”, sehingga dapat dibuat grafik histerisnya untuk mengetahui
ketelitian/kepekaan dari instrumen yang dikalibrasi. Contoh kalibrasi di kolam waduk
adalah seperti gambar di bawah.

Contoh grafik kalibrasi pneumatic piezometer

Kegiatan kalibrasi pneumatic piezometer di kolam/waduk


Pada saat pemasangan melalui lubang bor, mata pisometer harus dalam kondisi
jenuh, sehingga pada saat dimasukkan ke dalam lubang bor, posisi muka air tanah
di dalam lubang juga harus cocok dengan pembacaan pisometer.

B.2.2. Tekanan Tanah Total


Sebelum alat dipasang di lapangan, periksa kondisi alat dengan cara memberikan
pembebanan di bagian atas alat, berat beban dibagi luas adalah merupakan
tekanannya.

B.2.3. Inklinometer
Yang perlu diperiksa dan dikalibrasi adalah torpedo dan alat bacanya. Sambungkan
torpedo dan kebelnya ke alat bacanya. Siapkan alat kalibrasi dari pabrik (berupa
segitiga yang dilengkapi dengan tempat kedudukan torpedo dengan posisi sudut
yang bervariasi). Pasang torpedo pada tempatnya, putar/miringkan pada kemiringan
tertentu, misalnya 5º, lakukan pembacaan. Pembacaan menunjukkan penyimpangan
yang terjadi dan harus sama dengan L sin 5º. Bila terjadi perbedaan yang siknifikan,
nilai tersebut adalah merupakan koreksi saat melakukan pembacaan sebenarnya di
lapangan.

Kegiatan kalibrasi inklinometer di lapangan

B.2.4. Alat pengukur rembesan (V-notch)


kalibrasi di laboratorium dapat dilakukan dengan memberikan beberapa variasi debit
aliran yang telah diketahui. Tetapi, untuk di lapangan, pemeriksaan dapat dilakukan
dengan menggunakan ember dan pengukur waktu (stop watch) setelah alat
dipasang dan telah ada aliran rembesannya.

C. Pemasangan Instrumen
C.1. Persiapan Pemasangan
Lokasi penempatan dan pemasangan instrumen biasanya telah tercantum pada
gambar disain, namun pada pelaksanaan pemasangan lokasi tersebut dapat
berubah sesuai kondisi lapangan saat konstruksi dengan memperoleh persetujuan
direksi. Lokasi pemasangan instrumen dipilih sedemikian rupa, sehingga
pembacaannya dapat dilakukan dengan mudah.
Hal-hal yang perlu dichek dan diperiksa sebelum melakukan pemasangan instrumen
adalah :
a) Periksa gambar kerja yang diusulkan dan disetujui oleh pemberi tugas. b)
b) Periksa spesifikasi dan rencana kerja kontraktor pemasang instrumen. c)
c) Periksa kesiapan kontraktor di lapangan. d)
d) Periksa kalibrasi yang telah dilakukan. e)
e) Periksa peralatan yang sudah disiapkan di lapangan f)
f) Siapkan petugas pengawas di lapangan beserta formulir-formulir yang
diperlukan.

Pemasangan instrumen dapat dibagi sebagai berikut :


- Pemasangan pada fondasi, tumpuan atau tanah dasar lainnya di luar
bendungan biasanya dilakukan melalui lubang bor, antara lain pisometer
sistim terbuka (termasuk pipa pantau/observation well), pisometer sistim
tertutup (hidraulis, pneumatic dan elektris), inklinometer, ekstensometer, dll.
- Sebagian instrumen dipasang bersamaan dengan pelaksanaan timbunan,
antara lain lain pisometer sistim terbuka, pisometer sistim tertutup,
penyambungan pipa inklinometer dan multilayer settlement, dll.
- Sedangkan pemasangan di luar bendungan biasanya dilakukan melalui
lubang bor, antara lain inklinometer, ekstensometer, dll
- Pemasangan di dalam galeri, untuk memasang pipa pelepas tekanan (relief
well) dan pisometer dilakukan melalui lubang bor, sedangkan yang dipasang
pada dinding atau lantai, antara lain adalah jointmeter, crackmeter, alat ukur
rembesan, alat ukur gempa, dll.

C.2. Pemasangan Melalui Lubang Bor


C.2.1. Pisometer Sistem Terbuka
Pada umumnya pisometer dipasang di dalam lubang hasil bor (pisometer fondasi)
atau pada timbunan tanah (pisometer timbunan). Agar pisometer tip dapat mengukur
tekanan air pori dari lapisan pada suatu elevasi tertentu, maka perlu dicegah
pengaruh tekanan air pori dari lapisan di sekitarnya, caranya adalah dengan
memasang penyumbat (seal) terbuat dari material kedap air yang lentur (misalnya
bentonit-semen atau campuran bentonit dan lempung berbentuk tablet) pada jarak-
jarak tertentu yang ditempatkan di atas lapisan pasir yang mengelilingi pisometer tip.
Prosedur pemasangan pisometer pipa tegak di fondasi, adalah seperti berikut :
 Lakukan pengeboran dengan bor mesin menggunakan mata bor berdiameter
89 cm (diameter lubang 10 cm), supaya dapat digunakan untuk memamasang
2 buah pisometer dalam satu lubang bor sampai mencapai kedalaman yang
diinginkan. Cara pengeboran dilakukan dengan bor kering, tanpa air
pembilas; melalui lubang-lubang bor tersebut juga dilakukan pengujian
SPT,permeabilitas dan pengambilan contoh tanah tak terganggu (UDS).

Mesin bor putar (kiri) dan alat bor auger dengan batang berlubang (kanan)
 Setelah pemboran selesai, lubang bor dibersihkan dari kotoran. Jangan lupa
untuk mencatat posisi/level MUKA AIR TANAH yang ada.
 Pasir saring yang telah dicuci bersih dituangkan ke dalam lubang bor dengan
menggunakan pipa tremi, sehingga tebal pasir mencapai 25 cm dari dasar
lubang bor.
 Siapkan rangkaian pipa pisometer yang telah disiapkan, sebelum diturunkan
kedalam lubang bor. Sebelumnya, mata pisometer telah dijenuhkan di dalam
air kira-kira selama 12 jam (semalam).
 Periksa mata pisometer agar posisi ujungnya berada diatas pasir pada elevasi
yang dikehendaki.
 Tuangkan pasir saring ke dalam lubang bor, sehingga diperoleh ketebalan 25
cm di atas mata pisometer, sehingga pasir saring membungkus mata
pisometer, total ketebalan pasir adalah 50 cm di atas dasar lubang bor.
 Masukkan pelet-pelet bentonit ke dalam lubang bor sehingga mencapai
ketebalan 30-40 cm di atas pasir saring.
 Isi ruangan di atas bentonit, antara pipa/tubing pisometer dan dinding lubang
bor dengan campuran grouting melalui pipa grouting yang telah disiapkan,
pada waktu yang hampir bersamaan tarik pipa pelindung secara
perlahanlahan sedemikian rupa, sehingga posisinya selalu sedikit di atas
campuran grouting yang sedang diisikan.
 Bila pada lubang bor tersebut juga dipasang mata pisometer pada bagian
atasnya, hentikan pengisian campuran grouting pada elevasi mata pisometer
berikutnya; tunggu minimal 6 jam (atau semalam) menunggu campuran
grouting mengeras.
 Pada posisi tersebut di atas, untuk pemasangan mata pisometer berikutnya,
lakukan langkah butir (6) sampai dengan butir (8) dan pengisian grouting
dilakukan sampai permukaan tanah.
 Lakukan pembacaan awal untuk pisometer menggunakan alat baca yang
telah dikalibrasi sebelumnya.
 Tulis nomor pisometer pada ujung atas pipa dan ujung atas pisometer di tutup
dengan dop (end cap).
 Pasang pipa pelindung beriameter 3 “ yang terbuat dari paralon di bagian atas
(panjang kira-kira 1 m).
 Tutup dan lindungi bagian atas unit pisometer dengan menggunakan kotak
pengaman terbuat dari beton yang dicor ditempat yang dilengkapi dengan
kunci pengaman (boks pelindung).
Prinsip pemasangan 2 pisometer di dalam lubang bor

Pemasangan pisometer pipa terbuka (kiri) dan boks pelindung (kanan)

C.2.2. Pisometer Sistem Tertutup


Untuk pisometer sistim tertutup (pisometer hidraulis, pneumatis atau elektris),
pemasangan pisometer fondasi juga dilakukan melalui lubang bor, sedangkan untuk
pisometer timbunan, pemasangannya dapat dilakukan saat konstruksi penimbunan
dan pemadatan sedang berlangsung.
Mata pisometer (piezometer tip) yang akan dipasang, sebelumnya dijenuhkan dulu
minimal 6 jam (biasanya semalam) dengan cara memasukkan mata pisometer ke
dalam ember berisi air suling.
Prosedur pemasangan mata pisometer tertutup seperti pada pemasangan pipa
pisometer terbuka, hanya karena pipa pisometer terbuka diganti dengan
kabel/tubing, maka dalam satu lubang bor kemungkinan dapat dipasang 3 mata
pisometer.
Tambahan penting di dalam pemasangan pisometer sistim tertutup, adalah :
a) Masukkan mata pisometer + kabel/tubing-nya yang telah disambung-
sambung ke dalam pipa pelindung (casing), sampai mata pisometer terletak
pada pasir saring, kemudian isi kembali dengan pasir saring, sehingga mata
pisometer terkurung di dalam pasir saring (tinggi pasir saring di atas pipa
pisometer sekitar 25 cm, sehingg total tebal pasir saring dari dasar lubang bor
sekitar 50 cm).
b) Pada kondisi ini lakukan pembacaan dan chek hasil pembacaan dengan
posisi muka air tanah yang ada. c)
c) Setelah pemasangan semua mata pisometer selesai, lakukan pembacaan
awal menggunakan alat baca yang telah dikalibrasi sebelumnya, chek
terhadap posisi/level muka air tanah yang ada.
Catatan :Penyesuaian hasil pembacaan dengan level muka air tanah akan
memerlukan beberapa waktu, supaya tekanan air pori berlebih (excess pore
pressure) terdisipasi.

Pemasangan pisometer pneumatik (sistim tertutup)


Kabel/tubing pisometer tertutup harus di kumpulkan dalam suatu tempat dan
dilindungi terhadap beroperasinya alat-alat berat saat pelaksanaan konstruksi.
Pemadatan disekitar daerah ini harus dilakukan dengan menggunakan alat pemadat
ringan atau pemadat tangan (hand tamper).

Pengamanan kabel/tubing dari operasi alat-alat berat

Pada suatu level tertentu dari timbunan, kabel/tubing tersebut dibawa menuju
gardu/rumah instrumen. Suatu paritan sedalam 0.80 m digali antara pisometer dan
gardu/rumah instrumen. Tubing-tubing dipasang berkelok-kelok (snaking) dalam
paritan tersebut agar dapat memanjang tanpa menarik mata pisometernya waktu
terjadi deformasi timbunan.

Pengaturan kabel/tubing pisometer di dalam paritan.


Tubing ini ditutup lagi dengan tanah timbunan yang dipadatkan sedemikian rupa,
sehingga tidak terjadi suatu alur rembesan yang dapat membahayakan bendungan.

C.2.3. Pemasangan Inklinometer


Prosedur pemasangannya adalah sebagai berikut :
1) Siapkan blanko isian pemasangan instrumen dilengkapi dengan lokasi
koordinat, elevasi, rencana pemakaian material, jadwal dan rencana metode
pemasangan.
2) Periksa semua bagian instrumen, material dan peralatan apakah sudah
lengkap.
3) Ukur panjang pipa pelindung (casing) bagian bawah, perkirakan panjang
ruangan (gap) antara pipa pelindung untuk mengantisipasi perubahan
panjang pipa.
4) Tentukan kedalaman pengeboran dengan kebutuhan panjang pipa ditambah
tutup pipa bawah dan sisa endapan kotoran hasil pemboran (meskipun dasar
lubang bor telah dibersihkan).
5) Lakukan pengeboran dengan hati-hati untuk mengurangi kerusakan lubang
bor dan tanah disekitamya. Ambil contoh tanah dan catat bor-log pada
blangko. Cuci dasar lubang bor dengan air sampai air yang keluar jernih.
Periksa lubang bor harus pada kondisi terbuka semua tidak ada yang
tertutup.
6) Siapkan pengisian grouting dengan material dan alat beserta pipa grouting.
Perkirakan kebutuhan volume grouting.
7) Masukkan pipa inklinometer kedalam pipa pelindung (casing) secara perlahan
mulai dengan bagian terbawah dan periksa ketelitian pemasangan tegak lurus
dan tidak boleh miring. Perkirakan penambahan panjang pipa pelindung
dengan pemasangan penyambung dengan perpanjangan atau perpendekan
pipa pelindung.
8) Bila bagian terbawah sudah mencapai dasar lubang, angkat sedikit dan putar
perlahan dan letakkan kembali ke dasar lubang. Pipa pelindung bagian atas
harus muncul diatas lubang bor. Masukkan probe dengan gerakan naik dan
turun dan lakukan pembacaan. Bila terjadi kegagalan probe tidak bisa turun
sepanjang pipa, maka tarik pipa ke atas dan teliti penyebab kegagalannya,
kemudian pasang kembali. Masukkan pipa grouting kedalam pipa tabung dan
catat panjang pipa grouting yang masuk. Juga pipa grouting agar selalu terisi
air agar pipa tidak tersumbat
9) Pompa air masuk ke pipa grouting keluar melalui pipa selubung lubang bor
dan periksa tidak ada penyumbatan.
10)Tarik pipa pelindung lubang bor keatas dengan tanpa memutar. Tutup ujung
pipa selubung inklinometer di sekeliling pipa grouting dengan selotip.
Masukkan campuran grouting dengan cara dipompa ke dalam lubang pipa
grouting sampai penuh dan keluar lewat lubang pengeboran. Catat volume
grouting dan bandingkan dengan volume rencana. Tarik pipa grouting keluar
dan cuci sampai bersih. Masukkan pipa pembersih ke dalam pipa selubung
inklinometer dan alirkan air untuk mencuci. Bila pipa selubung inklinometer
kemasukan dan tersumbat material grouting, maka cabut dan ulang pekerjaan
pemasangan seperti diatas.
11)Setelah pekerjaan grouting selesai, potong pipa inklinometer dan catat
elevasinya kemudian tutup dan pasang pelindung dilengkapi dengan nomor
kodenya.
12)Lakukan pembacaan pertama (awal) dan catat sebagai pembanding
pembacaan selanjutnya.

Pipa inklinometer yang telah ditanam di dalam fondasi tersebut harus


diperpanjang sesuai dengan kemajuan pekerjaan penimbunan sampai mencapai
puncak bendungan. Saat penyambungan pipa inklinometer, bila dikehendaki
dapat dipasang sejumlah alat pengukur penurunan (multilayer settlement) pada
pipa inklinometer.

Pemasangan dan Pembacaan Inklinometer


Pemasangan pipa inclinometer (kiri) dan spider magnet settlement (kanan)

C.2.4. Pelindung Instrumen


Bagian atas instrument (pipa bagian atas dari pisometer, pipa inklinometer,
ekstensometer, dll) perlu dilindungi terhadap rusaknya akibat lalu lintas, tertabrak
kendaraan dan perbuatan vandalisme lainnya. Pelindung tersebut dapat terbuat dari
logam/besi, beton atau material nonlogam yang kuat lainnya. Perlu diperhatikan di
bagian dalam boks pelindung tersebut harus dibuatkan lubang drainage untuk
mengalirkan air hujan.

Boks pelindung bagian atas pipa pisometer

C.3. Pemasangan Pada Timbunan


C.3.1. Instrumen Sistem Tertutup
Pemasangan instrumen pada timbunan biasanya dilakukan untuk instrumen jenis
tertutup (jenis hidraulis, pneumatis dan elektrik), yakni : pisometer dan tekanan
tanah total.
Untuk pemasangan pada timbunan tanah, instrumen dipasang setelah timbunan
mencapai elevasi lebih tinggi dari elevasi tip yang direncanakan.
a) Pisometer (hydraulis, pneumatic dan elektrik)
Prosedur pemasangan pisometer pada timbunan adalah sebagai berikut :
1. Periksa kondisi mata pisometer sesuai pembacaan pada alat baca dan
kalibrasinya sesuaikan dan catat
2. Siapkan panjang kabel (biasanya dilebihi 10 %) dan beri tanda dengan
selotip warna kemudian Ietakkan di parit galian dengan posisi berkelok
tidak lurus (seperti ular).
3. Letakkan setiap kabel dengan jarak 15 cm, lakukan timbunan inti
disekeliling kabel dengan alat pemadat ringan (hand air rammer). Gulung
kabel yang muncul dipermukaan dan lindungi dengan pagar agar tidak
rusak terlanggar alat berat.
4. Sebelum mata pisometer disambung ke kabel, periksa dulu kebenarannya
kemudian sambung dan tutup dengan sarung kabel.
5. Lakukan galian selebar 0,4 m dan sedalam 0,3 m bila elevasi timbunan
mencapai 0,5 m diatas elevasi rencana kabel. Pada lokasi tip akan di
pasang bust galian lebih dalam 30 cm dari elevasi rencana mata
pisometer. Gunakan alat excavator kecil
6. Masukkan pasir saring setebal 15 cm sebagai dasar peletakan mata
pisometer. Catat posisi mata pisometer yang tepat. Kemudian urug
kembali dengan pasir saring setebal 15 cm dan padatkan dengan alat
pemadat air rammer. Gulung kelebihan kabel yang tersambung pada
mata pisometer.
7. Urug galian parit setebal 10 cm tiap lapis dan padatkan dengan
handtamper. Buang material timbunan yang berukuran besar dan bertepi
tajam agar tidak merusak kabel. Setelah pemadatan dengan handtamper
selesai lanjutkan pemadatan dengan baby vibration roller.
Pemasangan mata pisometer pada timbunan dan bidang transisi
Lakukan pembacaan pertama pada setiap pisometer yang telah dipasang dan
catat hasil pembacaannya. Pengaturan kabel/tubing dari pisometer tertutup
adalah seperti gambar di bawah.

Contoh penempatan kabel/tubing pisometer tertutup

b) Tekanan Tanah Total


Tekanan tanah total ini dipasang pada elevasi timbunan tertentu dan biasanya
dilakukan bersamaan dengan penimbunan dan pemadatan untuk mengetahui
tekanan tanah total dari timbunan akibat berat timbunan sendiri dan pengaruh
air waduk. Bila didekatnyan dipasang pisometer, maka dapat diperoleh
tekanan tanah efektif.
Untuk pemasangan pada timbunan, maka perlu digali terlebih dahulu, seperti
gambar di bawah. Beberapa cell (4 sampai 5 buah ) dipasang bedekatan
dengan posisi yang berbeda-beda dengan membentuk 45o rosette. Jarak
masing-masing paling sedikit 1.00 meter.

Pemasangan tekanan tanah total di timbunan


Seperti halnya pisometer, cara pengaturan kabel/tubing di dalam paritan
menuju ke rumah pembacaan dan pengamanannya, sama dengan pisometer
sistim tertutup yang telah dijelaskan di atas.
Penimbunan kembali dilakukan dengan cara dipadatkan secara cermat agar
sisi cell dapat dipertahankan untuk jangka lama. Semua tubing-tubing, kabel-
kabel dikumpulkan, dibuat berkelok-kelok (snaking) dan ditimbun tanah
paling tidak 15 cm.
Alat berat untuk memadatkan jangan lewat di atas cell-cell ersebut, kecuali
tebal timbunan sudah mencapai 1 m. Sedangkan pemasangan cell pada
rockfill atau bidang partemuan antara beton dan tanah adalah seperti gambar
di bawah. Cara ini dengan rosette 450 dan memasang pisometer di dekatnya
adalah penting untuk mengetahui stress state di dalam massa tanah pada inti
bendungan misalnya, karena dapat untuk memeriksa kapan dan arahnya
mulai terjadinya rekahan, bila terjadi suatu rekah hidraulis (hydraulic
fracturing).

C.3.2. Automatic Double Fluid Settement Device (ADFSD)


Sistem alat ini dipasang untuk mengukur penurunan secara menerus dengan suatu
tubing yang dipasang secara horizontal loop.
Tubing plastik dengan panjang tertentu (kasus di bendungan Wadaslintang
memerlukan panjang 1200 m untuk “melilit” tubuh bendungan arah memanjang pada
elevasi tertentu) ditempatkan dipondasi atau tubuh bendungan selama tahap
pembangunan dan membentuk horizontal loop yang menerus. Kedua ujungnya
dipasang didalam gardu pembacaan. Tubing plastic ini diisi air yang sudah bebas
dari gelembung udara dan air raksa, (interface) kedua cairan ini bergerak sepanjang
tubing dengan cara dipompa dengan kecepatan tetap.
Dengan mengamati perbedaan tinggi hidrolis dari bidang kontak (interface) air dan
air raksa tersebut, suatu perekaman menerus dari interface ini dapat dilakukan.
Setelah selesainya pembacaan ini, air raksa dikeluarkan dari tubing dan diganti
dengan air.
Sistem ini ada yang semi autoAlatic dan autoAlatic dimana yang terakhir ini dapat di
lengkapi oleh printer yang mencatat sama elevasi interface air - air raksa di
seluruh tubing ini secara berkala sesuai yang diinginkan.
Panjang tubing untuk tiap loop dibatasi sampai 1200 m, dapat dipasang lebih dari
satu loop pada elevasi yang sama karena luasnya daerah yang akan diamati,
(misalnya pada bendungan besar di elevasi yang dekat dengan dasarnya).
Sistem ini memantau perubahan elevasi sekitar 3.5 meter dengan ketelitian ± 1 cm.
Kecepatan mengalirnya air raksa adalah 2 meter (tubing) permenit.
Sistem ini dapat membaca penurunan lapisan tanah sampai 3.5 meter di bawah
panel operasional di dalam gardu pembacaan dengan ketelitian ± 1 cm.
Bila misalnya sitim ini dipasang pada suatu bendungan besar, seperti gambar di
bawah, gardu pembacaan harus terletak di lereng downstream kira-kira setinggi loop
yang terpasang.
Gardu tersebut dapat mengalami penurunan juga karena pondasinya terletak pada
lereng yang tentunya ikut turun. Sehingga koreksi elevasi gardu terhadap suatu titik
tetap (bench mark) di sekitar bendungan tersebut perlu diperhitungkan dalam
membuat plot curva penurunan yang sebenarnya.
ADFSD dengan tubing yang mengelilingi tubuh bendungan

Karena Sistem ini menggunakan air raksa dalam operasinya, maka gardu
pembacaan harus mempunyai ventilasi cukup mengingat bahaya yang bisa timbul
dari uap air raksa terhadap tubuh manusia.
Bendungan besar yang menggunakan instrumen ini misalnya Tarbela Dam
(Pakistan) dan Wadaslintang (Jateng).

C.3.3. Pemasangan Patok Geser Permukaan


Prosedur pemasangan patok geser adalah sebagai berikut :
- Siapkan dulu kotak beton bertulang pracetak dengan pipa galvanis dan besi
tulangan
- Sebelum dipasang, survai elevasi dari posisi alat dan urugan batu disekitar
lokasi tersebut.
- Setelah kotak beton, pipa galvanis dan besi tulangan terpasang, lakukan
penimbunan material disekitar kotak beton dengan menggunakan pemadat
tamper atau baby roller.
- Setelah kotak dan dalam kondisi stabil, ukur posisi dan elevasi alat dan catat
sebagai nilai awal

Pemasangan patok geser

C.4. Pemasangan Alat Ukur Rembesan


Pemasangan alat ukur rembesan dilakukan sebagai berikut :
a) Air rembesan pada kaki bendungan hilir sudah dikumpulkan melalui saluran
dan bak pengumpul, sesuai dengan gambar desain.
b) Pasang ambang V-notch pada posisi dan elevasi rencana, kemudian lakukan
pengecoran beton.dinding/ambang tempat V-notch dipasang.
c) Pasang pelat baffle pada posisi rencana kemudian lakukan pengecoran beton
bersamaan dengan pengecoran ambang V-nocth.
d) Pasang alat mistar umur (staff gauge) sesuai dengan gambar rencana, yakni
cukup jauh dari V-notch (diluar nappe), untuk memperoleh tinggi muka air
yang benar. Skala nol pada mistar harus sama dengan bibir V-notch.

Persyaratan pemasangan V-notch ini , antara lain adalah :


 Ukuran V-notch dan ambang harus tajam bersudut sudut 45° atau 22,5"
 Ukuran saluran sebelum air mengalir ke atas V-notch
 Air harus mengalir bebas (tidak terendam)
 Letakan mistar ukur pada kiri kanan V-notch
 Saluran dihilir dengaan kapasitas mencukupi untuk mengalirkan air rembesan
dengan lancar.

Alat Ukur Rembesar Tipe Ambang V-notch

C.5. Pemasangan Alat Ukur Gempa


 Tentukan lokasi seismometer dilapangan dengan slat ukur survai elevasi dan
koordinat, buang permukaan batuan pondasi yang Iemah, periksa apakah
batuan pondasi kuat dan masif, kemudian catat jenis dan parameter batuan.
 Lakukan pengecoran beton perletakan dengan dimensi 0,7 m x 0,7 m x 0,2 m
dengan permukaan datar dilengkapi dengan besi angkur.
 Pasang alat seismometer diletakan diatas beton perletakan dan periksa
kekedapan kotak sensor. Sambungkan kabel kealat sensor dan periksa fungsi
alat sensor
 Pasang cetakan beton disekeliling pondasi beton dan alat, pasang pipa
galvanis, masukkan kabel kedalam pipa galvanis kemudian cor beton sampai
menutupi pondasi alat.
 Sambung kabel ke alat monitor di ruang kontrol.

Seismometer
C.6. Pemasangan Instrumen di dalam Galeri

Pemasangan di dalam galeri ini biasanya dilakukan untuk jenis instrumen-instrumen


tertentu , antara lain adalah :
 Jointmeter, untuk mengetahui pergerakan dari 2 blok beton atau keretakan
pada beton.
 Pipa pelepas (relief well) yang dapat juga berfungsi untuk mengukur tekanan
angkat.
 Pisometer jenis tertutup.
 Alat pengukur rembesan, berupa V-notch atau parshall flume.
 Kadang-kadang alat pengukur gempa juga dipasang di galeri, 1 unit dipasang
di bagian paling bawah, 1 unit di lereng bendungan (di tengah tinggi
bendungan) dan 1 unit lagi di puncak bendungan.

Vibrating Wire (VW) Jointmeter

Vibrating W ire crackmeter


Alat ukur retakan (ekstensometer mekanik)

Alat pengukur retakan, dipasang di galeri atau di bangunan pelengkap

D. Pembacaan dan Pelaporan


D.1. Pemeriksaan dan Pembacaan Awal
Pembacaan instrumentasi bendungan merupakan faktor terpenting dalam hal
pengelolaan bendungan dan berlanjutnya kinerja dari bendungan tersebut karena
hal ini merupakan aktualisasi dari pemantauan kinerja dan pengamanan bendungan
itu sendiri. Beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam pembacaan
instrumentasi ini adalah mengenai kalibrasi awal dari alat yang akan dibaca,
pembacaan awal, program pelatihan petugas dan frekuensi pembacaan instrument.
Pembacaan awal instrumen harus dilakukan secara cermat dan bertahap, karena
digunakan sebagai perbandingan terhadap pembacaan selanjutnya. Disamping itu
kajian dan evaluasi perilaku bendungan pada umumnya dilakukan berdasarkan
terjadinya perubahan yang terjadi daripada menggunakan hasil pembacaan yang
absolut.
 Pembacaan Perdana yang merupakan bagian dari uji penyerahan (Iihat
Kalibrasi, minimal 2 kali pembacaan.
 Pembacaan Harian yang dilakukan setiap hari hingga menunjukkan
pembacaan yang stabil.
 Pembacaan Formal, pembacaan resmi setelah stabilitas pertama tercapai.
 Pemantapan atau Stabilisasi yaitu beberapa hari pembacaan setelah
pembacaan formal sampai pembacaan menunjukkan kecenderungan yang
betul-betul stabil.

Untuk selanjutnya, frekuensi pembacaan secara rutin bisa dilakukan sesuai


kebutuhan dan atau kondisi bendungan.
Cara kerja pisometer hidraulis adalah seperti di uraikan pada gambar di bawah.

Sistim kerja pisometer hidraulik


Khusus untuk pisometer jenis hidraulis, sistem seluruhnya mulai dari gardu sampai
sistim harus bebas dari gelembung - gelembung udara dengan mengalirkan air yang
bebas gelembung udara dari suatu sumber yang disebut deairing unit. Setelah sistim
telah penuh dengan air (tanpa ada udara yang terperangkap), kemudian lakukan
pembacaan awal sekaligus melakukan chek terhadap semua unit pisometer.

D.2. Menghilangkan Gelembung Udara


Pada sistem pisometer/instrument jenis hidraulik, pembacaannya sangat
dipengaruhi hasil oleh kemungkinan masuknya udara ke dalam tubingnya, terutama
apabila pisometer tip berada di lapisan yang tidak seluruhnya jenuh air (partly
saturated). Udara di dalam tubing dan tip harus dikeluarkan secara berkala terutama
pada saat sebelum pembacaan.
Caranya adalah dengan mensirkulasikan air bebas udara ke tubingnya dengan alat
yang disebut deairing unit. Sistem ini telah dikembangkan supaya praktis dan terdiri
dari tiga silinder fibre glass A,B dan C (Penman, 1972)
Prinsipnya adalah sebagai berikut :
 Udara dipompakan ke dalam silinder A yang berisi air biasa sehingga
mengalir ke tabung karet dalam silinder B. Di luar tabung karet ini (blader)
telah diisi air yang bebas udara yaitu yang telah direbus dan divakum
sebelumnya.
 Air bebas udara ini mengalir ke tubing-tubing pisometer untuk disirkulasikan.
Volumenya terukur dari skala di silinder A dan teramati pula di silinder C yang
menampung sirkulasi air kembali dari pisometer, sambil juga memeriksa
apakah ada kebocoran di seluruh Sistem.
 Sirkulasi dilakukan terus sampai terlihat bahwa gelembung-gelembung udara
tidak terdapat lagi di dalam tubing.

Beberapa pisometer tip dapat dilayani oleh satu deairing unit ini secara bergantian.
Kapasitas sistem ini adalah 5 liter dan dapat mensirkulasi sampai sepanjang tubing
sekitar 800 m.

D.3. Time Lag Pembacaan


Dalam pengukuran tekanan air pori tanah diperlukan waktu (lag time) untuk
mengalirnya air melewati elemen filter pisometer (misal: keramik) sebelum
tercapainya keseimbangan antara tekanan air di dalam pisometer tip dan lapisan
tanah di sekitarnya.
Proses keseimbangan antara sistim pisometer, (pisometer tip, sensor device dan
hydraulic & electrical connection) dan tanah sekitarnya tergantung dari :
 Permeabilitas tanah, k
 koefisien konsolidasi, Cv
 Shape factor dari pisometer tip, F
 Volume factor dari pisometer system, V

Sedangkan volume factor , V ini tergantung dari :


 Adanya gelembung udara yang terperangkap didalam pisometer tip dan
tubingnya.
 Mengembangnya pisometer tip dan tubingnya karena ada perubahan
tekanan.
 Perubahan volume untuk menggerakkan sensor unit.

Hydrostatic time lag dapat dihitung dengan dasar banyaknya air masuk ke sistem
dalam waktu tertentu, yang dinyatakan oleh :

q = F . k . H = F . k (z - y)

Time lag pisometer


Jumlah volume yang mengalir selama proses keseimbangan adalah :
V = A H ………………………………………… (a)
Waktu yang diperlukan adalah T, maka :

Dari (a) dan (b) diperoleh :

Persamaan differensial tersebut digunakan untuk menentukan Hydrostatic Time Lag.


Beberapa ahli telah menggunakan persamaan ini untuk menerapkannya pada
pemakaian praktis. Misalnya pisometer tip berukuran 1 dan d, untuk 1/d > 4, shape
factor F : 7d + 1,65
Lamanya Time Lag ini bisa bervariasi dari beberapa menit sampai beberapa hari.
Jadi pembacaan yang dapat dipercaya harus menunggu selesainya proses
keseimbangan ini.
Sumber-sumber kesalahan pembacaan pisometer :
1) Hydrostatic Time Lag.
2) Stress adjustment Time Lag.
3) Kesalahan pada instrumen sendiri.
4) Terjadinya seepage di sekitar sistem pisometer.
5) Adanya cairan lain (misalnya minyak) di sekitar tip."
6) Gelembung - gelembung, udara di dalam sistem terbuka atau tertutup.
7) Gelembung - gelembung udara di dalam tanah sekeliling pisometer tip.
8) Adanya pengendapan butir-butir halus yang bisa mengakibatkan
penyumbatan (clogging).
9) Terjadinya perubahan kepadatan tanah di sekitar pisometer tip.
10)Kesalahan operator atau petugasnya.
Parameter Pemantau dan Intrumentasinya

Keterangan :
U = Bendungan Urugan
B = Bendungan Beton

D.4. Interval Pembacaan

Pada prinsipnya, semakin sering semakin baik. Namun agar efektif dan efisien,
frekuensi pembacaan pada kondisi normal biasanya ditentukan berdasarkan
kebutuhan, yakni dengan mempertimbangkan faktor - faktor seperti tingkat risiko dan
kelas bahaya bendungan, dimensi bendungan dan volume tampungan waduk serta
tingkat permasalahan bendungan yang bersangkutan. Semakin tinggi faktor - faktor
tersebut, frekuensi pembacaannya semakin sering. Pada kondisi tidak normal atau
kondisi khusus, frekuensi pembacaan di atas (kondisi normal) hendaknya lebih
ditingkatkan lagi guna menghindari yang tidak diinginkan, yang sewaktu-waktu dapat
terjadi. Kondisi khusus adalah kondisi internal dan atau eksternal di luar kebiasaan
yang dapat mempengaruhi atau "mengancam" keamanan bendungan, sebagian
atau keseluruhan, dan biasanya ditunjukkan oleh adanya penyimpangan-
penyimpangan secara signifikan terhadap pola atau kecenderungan perilaku atau
parameter-parameter yang telah ditetapkan di dalam desain.
Tabel jadwal pemantauan instrumentasi dan inspeksi dapat digunakan sebagai
acuan dan pertimbangan di dalam menetapkan frekuensi pembacaan instrumen
untuk pemantauan perilaku bendungan.
Jadwal Pemantauan Instrumentasi & Inspeksi

D.5. Kaliberasi dan Perawatan


Kalibrasi dan perawatan instrumen merupakan hal yang sangat penting dalam
rangka menghindari kesalahan interpretasi yang menyesatkan, bahkan dapat
menyebabkan tidak bermafaatnya sistem pemantauan secara keseluruhan.
D.5.1. Kaliberasi Instrumen
Kalibrasi instrumen adalah mencocokkan kinerja dan ketepatan pembacaan
instrumen dengan peralatan standar. Selain penerapan parameter-parameter
tertentu dan terukur sesuai standar, kalibrasi dapat pula berarti pengujian awal
fungsi instrumen yang dilakukan segera setelah instalasinya. Secara umum kalibrasi
instrumentasi dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:
1. Kalibrasi Pabrik yang dilakukan sebelum pengiriman instrumen kepada calon
pengguna. Kalibrasi ini seringkali tidak diberikan oleh Pabrik secara otomatis,
oleh karena itu harus diminta/disebutkan di dalam dokumen pembelian,
termasuk jaminan mutu dan pelayanan purna jualnya.
2. Kalibrasi Lapangan yakni pada saat instrument diserahkan/diterimakan
kepada pengguna. Bila tidak dapat dilakukan secara komprehensif, kalibrasi
ini bisa berupa uji pembacaan/pengukuran segera setelah instrumen
terpasang.
3. Kalibrasi Penggunaan yang dilakukan dalam rangka mengecek fungsi dan
ketepatan pembacaan instrumen selama masa penggunaannya dan bisa
dilakukan secara insitu atau dibawa ke Laboratorium dengan jadwal yang
teratur.

Kalibrasi instrumen, prosedur maupun jadwal pelaksanaannya biasanya telah


diuraikan secara rinci di dalam Buku Panduan Operasi dan Pemeliharaan (OP)
Instrumen yang diterbitkan oleh pabrik pembuatnya.

D.5.2. Perawatan Instrumen


Seperti halnya kalibrasi, tata cara perawatan instrumentasi adalah cara untuk
mengatasi permasalahan, pembersihan, pelumasan, dan lain - lain, biasanya telah
diuraikan secara rinci di dalam Buku Panduan Operasi dan Pemeliharaan Instrumen.
Di bawah ini adalah hal-hal yang perlu dicermati dalam merawat instrumen:
 Instrumen harus diusahakan tetap bersih dan kering agar dapat befungsi
lama dan dapat diandalkan.
 Bagian-bagian tertentu yang bergerak/berputar harus dibersihkan dan
diminyaki secara teratur pada selang waktu tertentu.
 Pita-pita ukur harus dicuci setelah digunakan agar terhindar dari bahan-bahan
pengikis dan/atau bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan karat.
 Baterai (aki) yang digunakan untuk peralatan baca harus diupayakan agar
tidak mati dengan cara mengecek/mengisi air aki secara teratur. Hal ini untuk
mencegah pengaruhnya terhadap memori pembacaan.
 Tutup dan sumbat yang digunakan pada peralatan baca harus dibersihkan
dan diganti, yakni apabila peralatan sedang tidak digunakan.
 Komponen-komponen elektrik dan mekanik pada peralatan baca, hendaknya
dijaga secara hati-hati, baik penempatan / penyimpanannya,
pengangkutannya maupun instalasinya.

Bagian-bagian tertentu mungkin memerlukan peralatan cadangan untuk persediaan


penggunaan jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai