Anda di halaman 1dari 2

Menjadi Manusia yang Pandai Bersyukur

Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya mengingatkan utamanya kepada diri saya
pribadi dan juga kepada kaum muslimin dan muslimat pada umumnya, untuk senantiasa
meningkatkan taqwa kepada Alloh, dengan sebenar-benarnya takwa yaitu ikhlas menjalankan
apa yang telah diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang telah dilarang. Kemudian
marilah kita senantiasa mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT semata. Allah telah
melimpahkan kepada kita sedemikian banyak ni’mat. Jauh lebih banyak nikmat yang telah kita
terima dibandingkan kesadaran dan kesanggupan kita untuk bersyukur. Sebagaimana telah
Allah firmankan dalam QS Ibrahim: 34:

Selanjutnya saya mengajak kaum muslimin dan muslimat sekalian untuk senantiasa
berdoa kepada Allah agar melimpahkan setinggi-tingginya penghargaan dan penghormatan,
yang biasa kita kenal dengan istilah sholawat dan salam-sejahtera kepada pemimpin kita
bersama, teladan kita bersama… imamul muttaqin pemimpin orang-orang bertaqwa dan qaa-
idil mujahidin panglima para mujahid yang sebenar-benarnya nabiyullah Muhammad Sallalahu
‘alaihi wa sallam, keluarganya, para shohabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman. Dan kita berdo’a kepada Allah, semoga kita yang hadir di tempat yang baik ini
dipandang Allah layak dihimpun bersama mereka dalam kafilah panjang yang penuh berkah.
Amien, amien ya rabbal ‘aalaamien.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,
Ketika kita menggemakan takbir-terutama saat berhari raya-tersirat pemahaman bahwa
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Allah Mahabesar, sementara kita yang diciptakannya
adalah kecil. Kita hina dan tak punya daya dan kekuatan untuk berkiprah, kecuali karena
kemurahan dan kebesaran Allah. Karena itu, ketika kita telah merampungkan sebuah
perjuangan (baca; Ramadhan), maka perbanyaklah takbir.
“Dan hendaklah bertakbir atas anugerah yang telah Allah berikan. Semoga kalian
menjadi hamba-Nya yang bersyukur.” (QS al-Baqarah [2]: 185). Ayat ini merupakan satu
rangkaian dengan perintah puasa (QS [2]: 183).
Ramadhan mencetak kita menjadi hamba-Nya yang bertakwa. Dan orang yang
bertakwa, akan senantiasa mengingat kebesaran Allah, termasuk semua nikmat yang telah
diberikan kepadanya.
Di lidah ia mengucapkan kalimat takbir, dalam amal perbuatan ia menerjemahkannya
dengan rasa syukur. Karena itu, menjadi pribadi yang bertakwa belum cukup bila tidak
dibarengi dengan pribadi yang bersyukur. Kenapa? Karena maqam syukur lebih tinggi dari
maqam takwa. Sebab, syukur menjadi maqam-nya para nabi dan rasul. Karenanya, Allah
menegaskan, hanya sedikit dari hamba-Nya yang pandai bersukur (QS Saba [34]: 13).
Syukur merupakan satu stasiun hati yang akan menarik seseorang pada zona damai,
tenteram, dan bahagia. Ia juga akan mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat,
sekaligus mendapatkan insentif pahala dan kenikmatan yang terus bertambah dari Allah SWT
(QS Ibrahim [14:] 7).
Rasul SAW adalah manusia yang pandai bersyukur. Suatu ketika, beliau pernah ditanya
Bilal, “Apakah yang menyebabkan baginda menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa-
dosa baginda, baik yang dahulu maupun yang akan datang?” Beliau menjawab, “Tidakkah
engkau suka aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?”
Dzunnun al-Mishri memberi tiga gambaran tentang manifestasi syukur dalam
kehidupan sehari-hari. Pertama, kepada yang lebih tinggi urutan dan kedudukannya, maka ia
senantiasa menaatinya (bit-tha’ah). “Hai orang-orang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan
taatlah kepada Rasul dan kepada ulil amri  di antara kalian …” (QS an-Nisa [4]: 59).
Kedua, kepada yang setara, kita mengejawantahnya dengan bil-hadiyyah. Saling tukar
pemberian. Kita harus sering-sering memberi hadiah kepada istri atau suami, saudara, teman
seperjuangan, sejawat dan relasi. Dengan cara itu, maka akan ada saling cinta dan kasih.
Ketiga, kepada yang lebih bawah dan rendah dari kita, rasa syukur dimanifestasikan
dengan bil-ihsan. Selalu memberi dan berbuat yang terbaik. Kepada anak, adik-adik, anak
didik, para pegawai, buruh, pembantu di rumah dan semua yang stratanya di bawah kita,
haruslah kita beri sesuatu yang lebih baik. Jalinlah komunikasi dan berinteraksilah dengan
baik, dan kalau hendak men-tasharuf-kan rezeki, berikan dengan sesuatu yang baik (QS as-
Syu’ara [26]: 215 dan al-Baqarah [2]:195). Wallahu a’lam.
Marilah kita tutup ceramah ini dengan berdoa bersama-sama.
A’udzubillahiminasyaithonirrojim,
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirobbil’alamin
allahummagh fir lil mu'miniina wal mu'minaat
wal muslimiina wal muslimaat
al-ahyaa-i minhum wal amwaat
innakas samii'un qariibun mujiibud da'wat
wa yaa qaadhiyal haajaat
Ya Allah, jadikanlah hari ini menjadi hari ampunan bagi segala dosa kami,
Hari dimana Engkau singkapkan tabir dari hati kami,
Hari dimana Engkau gantikan segala kegelapan dengan cahaya di hati kami.
Ya Allah, sucikanlah kami dari dosa-dosa,
Dan bersihkanlah diri kami dari segala aib,
Tanamkanlah ketaqwaan di dalam hati kami,
Hiasilah diri kami dengan kesabaran dan kesucian,
Tutupilah diri kami dengan pakaian qanaah dan kerelaan.
Jadikan amal-amal kami sebagai amalan yang tulus hanya kepada-Mu,
Ya Allah, sediakanlah untuk kami sebagian dari rahmat-Mu yang luas,
Berikanlah kami petunjuk kepada ajaran-ajaran-Mu yang terang,
Dan bimbinglah kami kepada kerelaan-Mu yang penuh.
Rabbana atina fiddunya hasanah, wafilakhirati hasanah, waqina ‘adza bannar,
Subhanarobbika robbil ‘izzati ‘amma yasifun, wassalamun’alal mursalin,
Walhamdulillahirobbil’alamin.

Anda mungkin juga menyukai