Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KESUBURAN TANAH

Hubungan Hara,Tanah,dan Tanaman

DOSEN PEMBIMBING

1.Dewi Rezki,..SP.MP,

2. Irwin Mirza Umami,.Dr..SP.

Disusun Oleh :

Nama : Ratih Vionica

No. Bp : 2010243003

Kelas : Kesuburan Tanah Dhar B

Jurusan: Agroekoteknologi kampus III Dharmasraya

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong saya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-NYA mungkin laporan ini tidak
akan terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta Nabi Muhammad SAW.

Semua ini bisa diselesaikan tidak terlepas dari dukungan dosen yang telah bersedia dan
bersusah payah memberikan pelajaran demi pelajaran pada saya. Oleh karena itu, saya
mengharapkan masukan dari dosen terkait sebagai perbaikan dalam menyelesaikan
makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Dharmasraya, 17 September 2021

Penulis

Ratih Vionica
2010243003
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

BAB II PENGENALAN TANAH SEBAGAI MEDIA TANAMAN

2.1. Umum

2.2. Tanah (Soil)

2.3. Penyusun Tanah

2.4. Sifat Fisik Tanah

2.4.1. Tekstur Tanah

2.4.2. Struktur Tanah

2.5. Sifat Kimia Tanah

2.5.1. Kemasaman Tanah

2.5.2. Bahan Organik Dalam Tanah

2.6. Unsur Hara

2.6.1. Unsur Hara makro

2.6.2. Unsur Hara Mikro

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah, air, dan tanaman merupakan unsur-unsur penting yang akan terkait
satu sama lain, dalam pengelolaan dan budidaya pertanian. Pemahaman terkait ketiga unsur
tersebut menjadi penting, baik untuk konsep pemahaman masing-masing unsur, maupun
keterkaitannya dalam satu sistem pengelolaan.Secara umum fungsi tanah adalah sebagai
media tumbuh, yang menunjang keberlangsungan kehidupan tanaman, sebagai unsur yang
dibudidayakan. Sedangkan air sendiri lebih terkait dengan fungsi dukungan selama proses
pertumbuhan, disamping unsur-unsur penting dalam tanah, yang juga mendukung proses
tumbuh berkembangnya tanaman.Mengacu pada penjelasan tersebut di atas, diperlukan
pendekatan untuk mengkaji aspek-aspek yang terkait dengan unsur tanah, air, dan tanaman.
Secara lebih rinci, keterkaitan atau interaksi antara ketiga unsur, yaitu tanah, air, dan
tanaman, akan ditinjau sebagai satu kesatuan proses, yang sangat dipengaruhi oleh aspek
kebutuhan air bagi tanaman.
BAB II
PENGENALAN TANAH SEBAGAI MEDIA TANAMAN
2.1. Umum
Tanah merupakan salah satu unsur penting lingkungan hidup yang
digunakan sebagai tanah atau lahan diperlukan oleh manusia sebagai penunjang untuk
tempat tinggal dan aktifitas kehidupan, seperti bercocok tanam, beternak, budidaya
perikanan, dan lain sebagainya.kelestariannya. Ditinjau dari tujuan tata guna lahan agar
direncanakan, dimanfaatkan dan dipelihara kegunaannya sesuai dengan kemampuan dan
fungsinya. Hal ini berarti bahwa penggunaan lahan harus diperhatikan faktor- faktor
fisik, lingkungan, ekonomi dan sosial, sehingga kecocokan, kelayakan dan keapsahan
menurut hukum dapat dipenuhi.
Tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan medium, dimana akar-akar tanaman dapat
berkembang dan mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan dalam proses
pertumbuhannya. Medium tersebut dapat berupa tumbuh-tumbuhan lain, yang dapat
dikelompokkan menjadi tanaman parasit atau sapropit. Sebagai contoh tanaman parasit :
benalu, tali putri dan lain sebagainya, sedangkan untuk sapropit, misalnya : anggrek, lumut
dan lain sebagainya.
Adapun medium tanaman yang umum, dan akan menjadi fokus
pembicaraan disini, adalah tanah sebagai medium tanaman.Lahan meliputi semua elemen
lingkungan fisik yaitu; iklim, bentuk wilayah/ lereng, tanah, hidrologi dan vegetasi, dalam
luasan tertentu, dimana elemen- elemen itu mempunyai pengaruh terhadap tata guna
lahan. Oleh karena itu konsep lahan (land) ternyata tidak hanya tanah saja, tetapi juga
meliputi aspek- aspek geologi, bentuk kontur, iklim, hidrologi, tanaman penutup tanah,
fauna termasuk serangga dan mikro fauna yang dapat menimbulkan hama dan penyakit.
Demikian juga perlakuan manusia berupa penggunaan lahan pada masa lampau sampai
saat ini. Oleh karena itu apabila akan menggunakan lahan berarti harus menilai karakteristik
dari elemen tersebut, sehingga dapat diketahui pengaruh positif dan negatifnya terhadap
tata guna lahan yang akan dikembangkan dan juga disajikan dalam hasil analisis
kesesuaian lahan.
2.2. Tanah (Soil)
Konsepsi tentang soil menurut U.S Dept Agriculture (USDA), 1952 dan
R. Dudal, 1959, dikemukakan bahwa : “Soil is the collection of natural bodies occupying
portions of the earth’s surface that support plants and that have properties due to the
integrated effect of climate and living matter, acting upon parent material, as conditioned by
relief, over periods of time.”
Dari konsepsi tersebut memberikan pengertian bahwa tanah mampu
menunjang aktivitas jasad hidup dan pertumbuhan tanaman.Selanjutnya tanah mempunyai
property (sifat/corak fisik, kimia dan biologi) sebagai akibat hasil pengaruh integrasi dari
iklim dan jasad hidup terhadap batuan induk, yang dipengaruhi oleh bentuk wilayah dan
lamanya proses pembentukan.
Dengan demikian jelaslah bahwa dari konsepsi ini bahwa tanah dapat
dikatakan sebagai alat produksi tanaman dan memiliki sifat fisik, sifat kimia dan
biologi yang merupakan pengaruh gabungan antara iklim, jasad hidup, batuan induk,
bentuk wilayah (relief) dan lamanya pembentukan, sehingga pada akhirnya terbentuklah
morphogenetic yang mempunyai sifat, corak dan karakteristik tertentu.
2.3. Penyusun Tanah
Tanah atau dengan istilah lain adalah Pedosfera (Pedosphera) yang berada diatas
permukaan bumi ini adalah merupakan hasil perpaduan dari beberapa bagian penyusun
kerak/kulit bumi, yaitu litosfera (lithosphere), biosfera (Biosphere), Hidrosfera
(Hydrosphere), dan atmosfera (atmosphere).
Hubungan atau perpaduan tersebut dilukiskan oleh Patrick, F. (1974)
sebagai terlihat pada gambar II.1 dibawah ini

Gambar II. 1 – Tanah atau Pedosfer sebagai hasil perpaduan Litosfer, Hidrosfer,
Biosfer dan Atmosfir
Apabila diperhatikan tanah itu dengan seksama, maka akan jelas bahwa tanah itu
bukanlah terdiri dari benda padat yang pejal, tetapi ternyata tersusun dari empat bagian
penyusun tanah. Penyusun tanah tersebut adalah bahan mineral (anorganik), bahan-bahan
organik atau sisa tanaman dan hewan, air tanah dan udara tanah. Adapun susunan dari
bagian-bagian penyusun tanah tersebut dapat dilihat pada gambar II.2 berikut ini.
Susunan rata-rata ini atas dasar volume bagian yang dianggap optimal
bagi pertumbuhan tanaman pada lapisan atas tanah 0 – 30 cm dan bertekstur lempung
berdebu.Susunan rata-rata dari lapisan tanah bawah (sub-soil) tentu saja berbeda
dengan lapisan atas. Pada tanah bawah ini kandungan bahan organik lebih rendah, bahan
mineral lebih tinggi sehingga lebih padat dan pori-pori halus lebih banyak akibatnya daya
pegang air lebih tinggi dan presentase udara jauh lebih rendah. < = dalam Saifuddin, 1979
Gambar II. 2 – Tanah yang terdiri dari empat bagian penyusunan tanah
Keempat bagian penyusun tanah tersebut bergabung satu sama lain
membentuksuatu sistem yang komplek yaitu tanah, yang merupakan media yang baik bagi
perakaran tanaman, sebagai gudang unsur hara dan sanggup menyediakan air serta udara
bagi keperluan tanaman. Jumlah dan macamnya bahan penyusun tanah tadi bias
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain di permukaan bumi ini sehingga bisa dibedakan
satu jenis tanah dengan jenis tanah lainnya. Hal ini merupakan dasar dari pada klasifikasi
tanah.
Tanah tidaklah merupakan tumpukan bahan yang padat dan bahan organik sebagai
suatu sistem yang mati atau statis tetapi lebih merupakan suatu sistem yang hidup atau
dinamis yang selalu terjadi perubahan-perubahan dari waktu ke waktu. Bahan organic
tersusun dari bahan-bahan sisa tanaman dan hewan, jasad-jasad hidup baik makro
maupun mikro organisme dan humus. Pori-pori tanah yang berupa ruangan berisi udara
dan air tanah sangat penting peranannya bagi tanaman.
Jasad-jasad hidup tanah setiap saat bekerja menguraikan bahan organik,
sedangkan air tanah yang mengandung senyawa-senyawa asam atau basa menguraikan
dan melarutkan mineral-mineral tanah. Unsur-unsur dan senyawa- senyawa sebagai hasil
penguraian bahan organik dan mineral bergabung kembali dan membentuk senyawa-
senyawa baru yang berbeda dari semula. Komplek liat sebagai bagian dari bahan mineral
dan humus sebagai bagian dari bahan organik
merupakan bagian tanah yang aktif. Baik liat humus mempunyai peranan penting sebagai
gudang penyimpanan dan pengatur pelepasan unsur- unsur hara tanaman.
Setiap waktu dalam tanah selalu terjadi peristiwa perombakan atau penguraian baik
organik maupun bahan mineral dan juga peristiwa pembentukan kembali (konstruktif)
senyawa-senyawa baru dari hasil penguraian tadi. Unsur-unsur hara yang terlepas sebagai
hasil penguraian itu diikat dan disimpan oleh kelompok liat dan humus dan kemudian akan
dilepaskan kembali pada waktunya bila dibutuhkan oleh tanaman.Untuk menjelaskan
bagaimana tanah dapat dipergunakan sebagai medium tanaman maka terlebih dahulu
perlu dipahami tentang sifat-sifat dari tanah tersebut. Secara spesifik, sifat-sifat tanah dapat
diklasifikasikan menjadi sifat fisik, sifat kimia, serta ketersediaan unsur-unsur hara, serta
adanya air bagi tanaman.
2.4. Sifat Fisik Tanah
Dalam penjelasan mengenai sifat-sifat fisik tanah maka dibagi menjadi beberapa bagian
dari sifat-sifat fisik tanah yang pokok, yang satu dengan lainnya saling berkaitan, yaitu
tekstur tanah, struktur tanah.
2.4.1. Tekstur Tanah
Yang dimaksud dengan tekstur tanah ialah perbandingan kandungan fraksi pasir, debu dan
lempung dalam suatu masa tanah. Fraksi ini berkaitan dengan kisaran ukuran partikel
tanah, yaitu partikel penyusun tanah tertentu.
Tanah dalam kenyataannya, misalnya yang berupa bongkahan tanah terdiri dari bagian-
bagian kecil atau yang disebut partikel-partikel tanah yang dapat dibedakan menjadi tiga
bagian pokok yaitu pasir, debu, lempung dan bahan- bahan organik. Sedangkan batu atau
batuan induk merupakan bahan yang mengalami pelapukan dan akan berubah menjadi
tanah dalam jangka waktu yang lama.
Menurut ketentuan dari USDA (United State Departement of Agriculture) maka
ukuran dari bagian-bagian (partikel) tanah dibedakan dalam ukuran garis tengahnya
menjadi :
Tabel 2.1 – Ukuran dari bagian-bagian (partikel) tanah dibedakan dalam ukuran
garis tengahnya

Jenis Partikel Ukuran garis tengah (mm)

Kasar 2,00 - 1,00

Pasir kasar 1,00 - 0,50

Pasir sedang 0,50 - 0,25

Pasir halus 0,15 - 0,10

Pasir sangat halus 0,10 - 0,05

Debu 0,05 - 0,002

Lempung/liat Lebih kecil dari 0,002

Adapun mengenai klasifikasi tekstur tanah dipengaruhi oleh banyaknya perbandingan


masing-masing partikel tanah penyusunannya. Sebagai dasar untuk mengklasifikasikan
tekstur tanah dapat dilihat tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2 – Ketentuan Umum untuk Klasifikasi Tekstur Tanah

Ketentuan Umum Klasifikasi Tekstur Tanah


Tanah Pasir - Tanah berstruktur sangat - pasir
kasar
- pasir bergeluh
Tanah geluh - Tanah berstruktur kasar - geluh berpasir
- geluh berpasir halus
-Tanah berstruktur sedang - geluh berpasir sangat halus

- geluh
- geluh berdebu
- debu
- Tanah berstruktur halus - geluh berlempung
- geluh lempung berpasir
- geluh lempung berdebu
Tanah - Tanah berstruktur sangat - lempung berpasir
berlempung halus
- lempung berdebu
- lempung

Data dari US. Dept. Agr. Handbook 18 Soil Survey Manual 503 P
(diterjemahkan) Klasifikasi tekstur tanah menurut USDA dapat dilihat pada gambar II-3.

Gambar II. 2 – Klasifikasi tekstur tanah menurut USDA

Di dalam survey di lapangan penentuan klasifikasi tekstur tanah diperkirakan dengan


memijat dan meraba-raba dan dipilin sambil dirasakan di antara telunjuk dan ibu jari,
maka dapat dibedakan dari hasil rabaan dan pengamatan tersebut secara garis besar
menjadi empat golongan pokok adalah sebagai berikut :
Tekstur Tanah Sifat-sifatnya :
Pasir : Jika dipilin kasar, lepas-lepas, tanpa daya kohesi (tidak
membentuk bola), baik basah maupun kering.
Geluh : Jika dipilin tidak begitu kasar dan tidak licin, membentuk
bola tetapi tidak teguh dengan permukaan agak
mengkilat dan tidak begitu melekat di kedua jari.
Debu : Jika dipilin terasa licin, bentuk bola sedikit teguh dengan
dilapisi permukaan mengkilat dan agak melekat di
kedua jari. Bila dalam keadaan kering diraba seperti
badak atau tepung
Lempung : Jika dipilin terasa berat, membentuk bola begitu baik
dan melekat di kedua jari.
Dari tiga macam jenis partikel penyusun tanah kenyataannya di lapangan
tergantung dari persentase masing partikel penyusun, maka kelas tekstur tanah dapat
berupa: lempung, lempung berpasir, geluh, geluh berdebu, geluh berpasir dan sebagainya
seperti terlihat pada gambar II-3.
Tanah dikatakan dalam golongan tanah pasir mencakup semua tanah yang
mempunyai kadar pasir 70% atau lebih dari berat tanah tersebut, dan disebut tanah
lempung jika paling sedikit mengandung 35% lempung.Adapun tanah geluh mempunyai
perbandingan komposisi fraksi pasir, debu dan lempung yang kira-kira sama.Sebagian
besar tanah pertanian mempunyai tekstur geluh yang mempunyai sifat tidak terlalu lepas
daya menahan air sedang, liat bergumpal gerakan air dan udara lambat.Penentuan
kelas struktur tanah secara rabaan dengan perasaan tersebut membutuhkan pengalaman
yang lama. Adapun cara lain yang lebih teliti melalui analisa di laboratorium dengan
memisah-misahkan masing-masing fraksi tanah dan ditentukan perbandingan beratnya
untuk masing-masing fraksi.
Kenyataan dalam tanah masing-masing partikel penyusun tanah tidak berdiri sendiri-sendiri
akan tetapi merupakan satu kesatuan kelompok terdiri dari beberapa jenis partikel tanah
yang diikat oleh bahan perekat yang berupa koloid tanah, senyawa besi, alumunium dan
lain-lain.
Kesatuan kelompok ini disebut agregat tanah, dan dibedakan antara
agregat primer dan agregat sekunder. Agregat primer merupakan kelompok yang terdiri
dari butir-butir/partikel tanah, sedangkan agregat-agregat primer, gabungan agregat-agregat
primer, gabungan agregat-agregat sekunder disebut gumpalan tanah.
2.4.2. Struktur Tanah
Struktur tanah dapat diartikan bangun atau bentuk alami dari beberapa agregat
primer yang merupakan satu kesatuan bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang- bidang.
Kenyataan di alam-alam bangun/ bentuk tanah dapat dibedakan menjadi empat tipe,
yaitu :
a) Pipih – Agregat pipih tipis, berlapis-lapis secara horizontal, yaitu bangun tanah
yang berlapis-lapis ukuran horisontal lebih besar dari ukuran vertikal.
b) Prismatik atau kolom – Berbentuk pilar-pilar vertikal, dengan sisi enam. Ukuran
vertikal lebih besar dari ukuran horisontal.
c) Blok- Blok tanah berbentuk kubus mencapai diameter 10 cm. Ukuran vertikal dan
horisontal hampir sama dapat seperti kubus atau bulat.
d) Kebulat-bulatan
Berbentuk butir/ ukuran ke segala arah sama, dapat berupa kersai atau remah.
Struktur tanah mempengaruhi banyak sedikitnya aliran air dan pergantian udara
di dalamnya serta kedalaman perakaran dan kemampuan tanah untuk dapat
memberikan unsur baranya kepada tanaman.
Struktur tanah mempunyai kaitan dengan partikel-partikel penyusunannya (pasir, debu dan
lempung) serta bahan penyusun tanah sekunder yang berupa agregat tanah (bahan
perekat) tanah yang berwujud koloid-koloid tanah yang dapat berasal dari bahan organik
maupun larutan dari beberapa jenis garam.
Beberapa tipe struktur tanah dalam hubungannya dengan kemampuan tanah untuk
meneruskan air, sebagai contoh adalah sebagai berikut :
1) Porositas tanah
Tanah dalam kenyataannya dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a) Butir-butir tanah padat (mineral dan bahan organik)
b) Air
c) Udara
Adapun yang dimaksud dengan porositas tanah adalah besarnya volume yang pori-pori
tanah (mikro dan makro) dapat terisi air atau udara bagi dengan volume keseluruhan contoh
tanah kali 100%.
Porositas tanah adalah dalam hubungannya dengan kemampuan tanah untuk menyerap air
dan kemampuan sirkulasi udara dalam tanah.

Gambar II. 3 – Skematik pembagian tanah


Vu = Volume udara
Va = Volume air
Vp = Volume butir-butir tanah (padat)
V = Volume keseluruhan contoh tanah
Bu = Berat udara = 0
Ba = Berat air
Bp = Berat butir-butir tanah (padat)
B = Berat keseluruhan contoh tanah
 Pengertian-pengertian
2) Berat jenis butir-butir G = Bp/Vp= Berat butir tanah/Volume butir tanah
3 3
Satuan g/cm , lb/ ft
Harga G berkisar antara:
1,47 untuk tanah organik
2,66 untuk tanah pasir
2,75 untuk tanah lempung
3) Berat jenis semu tanah Ga = Bp/V =Berat butir tanah/ Volume seluruh
contoh tanah
3 3
(Bulk density) Satuan g/cm , lb/ft

Harga Ga berkisar antara:


1,0 – 1,6 untuk tanah tidak diolah
1,7 – 1,8 untuk tanah mampat
4) Porositas = n = Vpori/ V keseluruhan contoh tanah
V pori = (V - Vp) = (Volume keseluruhan – Volume butir tanah
(padat))
(V −Vp)
n¿ × 100 %
V
(1−Vp)
n= ×100 %
V
Untuk mengetahui volume pori-pori tanah sangat sukar, maka dalam perhitungan porositas
tanah disederhanakan menjadi :
(1−Vp )
n¿ ×100 %
V
Bp
G=
Vp
Bp
Vp=
G
Bp
V=
Ga
Bp
Ga=
V
Bp
n= 1−
( )
G
Bp
Ga
x 100 %

( BpG × Ga
n= 1−
Bp )
x 100 %

Ga
n=( 1− ) x 100 %
G
Berat Jenis Semu Tanah
porositas=n=( 1−
Berat Jenis Butir−butir Tanah )
x 100 %

Porositas tanah berkisar antara 35% untuk tanah-tanah yang mampat dan 65% untuk tanah
yang gembur.

5) Konsistensi Tanah (Keteguhan Tanah)

Konsistensi tanah memperlihatkan pengaruh dari gaya kohesi bagian-bagian tanah baik
dalam keadaan kering, lembab maupun basah. Konsistensi tanah diperlukan dalam
menentukan kapan tanah akan diolah, karena akan menentukan besar kecilnya tenaga
untuk mengerjakan tanah tersebut, terutama untuk pengolahan tanah dengan sistem kering
(tidak jenuh air).

Dasar penentuan konsistensi tanah adalah :

(a) mudah tidaknya tanah hancur

(b) daya lekat dari tanah

(c) keliatan tanah

(d) dan ketahanan terhadap tekanan

Mudah tidaknya tanah hancur dibedakan menurut sifat-sifatnya : lepas-lepas, sangat mudah
hancur, teguh, sangat teguh. Daya lekat tanah biasanya terjadi pada tanah basah yang
banyak mengandung lempung. Tanah ini mempunyai harga batas kandungan air tertentu,
apabila kandungan air kurang dari harga batas tersebut tanah menjadi keras dan sukar
diolah. Dan sebaiknya bila kandungan air tersebut sudah melebihi harga batas, maka tanah
akan menjadi lekat. Harga batas tersebut disebut jangka olah, jangka olah biasanya pada
kapasitas lapang. Besarnya jangka olah untuk tanah yang mengandung lempung berbeda-
beda tergantung banyaknya kandungan lempung yang ada pada tanah tersebut. Sedangkan
tanah-tanah yang mengandung lempung kurang dari 15 s/d 20% pada umumnya tidak
begitu lekat.

Untuk beberapa jenis tanah kandungan lengas tanah dalam keadaan kapasitas lapang
adalah sebagai berikut :
Tanah pasir ± 10%
Tanah geluh berpasir ± 20%
Tanah geluh 37,9%
Tanah lempung 34,5%

2.4. Sifat Kimia Tanah


Seperti halnya sifat-sifat fisik tanah yang terdiri dari bermacam-macam
partikel tanah air dan udara demikian juga sifat-sifat kimia, tanah merupakan kumpulan dari
senyawa-senyawa, mulai dari senyawa yang sederhana sampai dengan senyawa yang
kompleks baik organik maupun anorganik.
Proses kimia dalam tanah berjalan terus menerus karena mineral-mineral
tanah mengalami proses pelapukan fisik, kimia dan biologis dan senyawa-senyawa baru
dibebaskan sebagai hasil pelapukan, demikian juga jasad-jasad hidup tanah berkembang
biak maupun adanya pembusukkan-pembusukkan bahan organik. Adapun susunan kimia
tanah sangat bervariasi tergantung dari bahan induk tanah, proses pembentukannya,
keadaan iklim, bentuk wilayah, dari jenis tumbuh-tumbuhan. Secara fisika bagian padat
tanah terdiri dari fraksi pasir, debu, dan lempung yang merupakan pecahan batuan primer
dan sekunder. Sedangkan secara kimia unsur-unsur padat tersebut terdiri dari senyawa-
senyawa kimia dari banyak unsur.
Daftar menunjukkan contoh susunan kimia tanah
Unsur Rumus Kimia Kandungan %

1. Silisium Si O2 44 – 98

2. Aluminium Al2 O3 1 – 28

3. Besi Fe2 O3 0,02 – 16

4. Kalium K2 O 0,01 – 4,1

5. Natrium Na2 O 0,01 – 21

6. Kapur Ca O 0,01 – 1,7

7. Magnesium Mg O 0,01 – 1,9

8. Fosfor P2 O5 0,03 – 0,22

Beberapa sifat kimia antara lain sifat koloid lempung misalnya pertukaran koloid humus dan
sebagainya namun dalam uraian ini hanya menjelaskan suatu kimia yang sangat penting
yaitu kemasaman tanah dan kesuburan tanah yang sangat berpengaruh langsung terhadap
pemupukan dan pertumbuhan tanaman.
2.5.1. Kemasaman Tanah
Tanah dapat bereaksi masam, netral atau basa (alkabis), pengetahuan
mengenai kemasaman tanah ini sangat penting dalam hubungannya dengan pemupukan,
pengapuran perbaikan keadaan fisika dan kimia tanah. Kemasaman tanah mempengaruhi
terhadap penyediaan unsur hara tanah dan langsung berpengaruh atas pertumbuhan
tanaman.
Derajat kemasaman maupun kebasaan tanah dinyatakan dengan PH
Tanah, yaitu logaritma negatif konsentrasi ion-ion H bebas dalam larutan tanah.
Dalam larutan tanah sebagian dari molekul air mengurai atau mengionisasi menjadi

+ -
hydrogen (H ) dan hidroksil (OH ).

+ -
H2O H - OH

Air
+ - +
Jumlah ion H dan ion OH tidak sama, apabila lebih banyak ion H maka tanah bersifat

-
masam, dan apabila lebih banyak ion OH tanah akan bersifat basa. Tanah dalam
keadaan ion H dan ion OH hampir sama tanah tersebut bereaksi netral.
Besarnya konsentrasi ion H maupun ion OH dipengaruhi adanya koloid-koloid
tanah, Koloid yang jenuh ion hidrogen akan menambah reaksi tanah menjadi asam
dan sebaliknya koloid-koloid yang jenuh ion hidroksil akan menambah reaksi tanah
menjadi basa. Koloid-koloid yang berasal dari bahan-bahan organik (humus) cenderung
membuat tanah menjadi asam misalnya: asam okselat, asam sitrat, asam sulfat. Demikian
juga penambahan pupuk Za dan pupuk Natrium (NaNO3) akan menambah sifat asam
tanah, sedang pemberian kapur akan menambah basa. Klasifikasi kemasaman tanah
dapat dilihat pada daftar sbb :
Daftar Skala Reaksi Tanah
Reaksi Tanah P.H

1. Sangat masam sekali 3,6

2. Sangat masam 3,6 – 4,5

3. Masam 4,6 – 5,5

4. Agak masam 5,6 – 6,5

5. Netral 6,6 – 7,5

6. Agak alkalis 7,6 – 8,0

7. Alkalis 8,1 – 9,0

8. Sangat alkalis lebih dari 9,0


Pada umumnya PH tanah berkisar antara 4 – 8. PH tanah dengan
pertumbuhan tanaman sangat erat hubungannya karena setiap jenis tanaman
menghendaki lingkungan reaksi tanah tertentu.
Pada umumnya reaksi tanah yang optimal terletak di sekitar pada PH
6,5 di mana tersedianya unsur hara maksimal. Reaksi tanah yang terlalu masam seperti PH
lebih kecil dari 3,6 atau terlalu besar PH lebih besar dari 10 akan merusak tanaman. Dan
pengaruh tidak langsung tidak tersedianya unsur hara tanaman dan kemungkinan
timbulnya keracunan alomonium dan mangan yang banyak tersedia pada PH tanah
rendah. Hubungan antara PH tanah dengan jenis tanaman dalam daftar berikut.
Pemilihan jenis pupuk menentukan keberhasilan dalam pemupukan. Pupuk asam dapat
digunakan pada tanah agak asam, netral atau basa pupuk alkali (basa) sebaiknya
digunakan pada tanah masam. Sedangkan pupuk masam yang digunakan pada tanah
masam akan merusak struktur koloid tanah.
Daftar Hubungan antara PH tanah dengan jenis tanaman.
Tanaman PH
Padi 5 – 6,5
Jagung 5,5 – 7,5
Ketela Rambat 5,2 – 6
Kentang 4,5 – 6,5

Kacang Tanah 5,3 – 7,8


Sorgum 5,5 – 7
Kedelai 6–7
Bunga Matahari 6 – 7,5
Tembakau 5,5 – 7,5
Kapas 5–6
Tomat 5,5 – 7,5
Kubis 5,5 – 6,5
Bawang 6–7
Cabe 5,5 – 6,5
Tebu 6–8
Pisang 6 – 7,5
Teh 4 – 5,5
Karet 3,5 – 8
Kopi 4,5 – 7,5
Kelapa 6 – 7,7
2.5.2. Bahan Organik Dalam Tanah
Bahan organik dalam tanah yang sangat penting pengaruhnya terhadap
kesuburan tanah yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sifat-sifat
fisika, sifat kimia dan populasi jasad hidup dalam tanah.
Adapun tanah mendapat bahan organik berasal dari beberapa sumber
bahan organik antara lain :
a) Pada tanah-tanah, hutan, daun-daun dan berbagai tanaman dan hewan
mati tertimbun di permukaan tanah membentuk lapisan sersah yang tebal.
Diperkirakan hutan di daerah trpopika seperti Indonesia mempunyai 100 – 200
ton bahan organik setiap ha setiap tahun.
b) Pada tanah-tanah pertanian bahan organik diperoleh dari sisa-sisa tanaman
dan rumput-rumput yang dibenamkan ke dalam tanah bersamaan dengan
pengolahan tanah. Atau memang sengaja ditanami pupuk hijau pada waktu
tanah biro.
c) Sumber-sumber lain bahan organik tanah adalah pupuk kandang, kompos dan
berbagai jasad-jasad hidup dalam tanah yang sudah mati.
Proses pembentukan humus dalam penguraian bahan organik disebut huminifikasi.
Sedangkan proses pelepasan unsur-unsur mineral dalam penguraian bahan organik ke
dalam tanah disebut mineralisasi.
Bentuk humus dalam tanah relatip stabil dan berwarna coklat atau kehitaman,
bersifat koloid, sedangkan pada mineralisasi dilepaskan unsur hara bagian tanaman.
Pengaruh bahan organik terhadap tanah: Pengaruf fisik terhadap tanah :
a) Membentuk warna coklat kehitam-hitaman pada tanah
b) Bahan organik mempertinggi daya pengikatan tanah dan mengurangi aliran
permukaan. Pada tanah-tanah lempung yang biasanya padat dan drainase
jadi agak remah, aerasi udara lancar, perembesan air lebih lancar dan
mempermudah pengolahan tanah. Sedangkan pada tanah- tanah pasir yang
lepas-lepas dan prous dan tidak dapat mengikat air hujan, maka penambahan
bahan organik dapat menambah bahan perekat tanah untuk membentuk
agregat-agregat tanah sehingga mampu mengikat air.
c) Tanah yang mengandung bahan organik, berwarna gelap sehingga lebih
banyak menyerap intensitas panas sehingga merangsang perkecambahan
benih dan meningkatkan kegiatan microbia.
d) Bahan organik bekerja sebagai pengikat butir-butir tanah primer sehingga
memantapkan struktur tanah dan tidak mudah rusak oleh air.
2.5. Unsur Hara
Unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman yang berada dalam tanah yang
dibedakan atas unsur hara makro (primer) sekunder dan unsur hara mikro.
2.6.1. Unsur Hara makro
a) Unsur Nitrogen (N)
Sumber utama adalah bahan-bahan organik dan senyawa Netrogen lainnya.
Diambil oleh akar dalam bentuk omonium (NH4+) dan nitrat NO3-. Peranan
untuk tanaman adalah merangsang pertumbuhan vegetatif dan memberi warna
hijau pada daun, sebagai bahan pembentuk hijau daun protein dan lemak.
Nitrogen ini bila terlalu banyak diberikan akan menghambat pembungaan dan
pembuahan. Gejala-gejala yang timbul bila kekurangan N daun berwarna hijau
kekuning-kuningan sampai menguning seluruhnya.
b) Unsur Fosfor (P)
Sumber utama dalam tanah berasal dari bahan organik dan mineral apatit dan

-2 -
kalsium fosfat diambil akar dalam bentuk ion HPO4 dan H2PO4 . Peranan
fosfor untuk merangsang pertumbuhan dari benih atau tanaman muda,
mempercepat pembungaan dan pemasakan buah. Fosfor sebagai penyusun
inti lemak dan protein. Gejala-gejala yang timbul bila kekurangan P pada tepi-
tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah agak ungu selanjutnya
tanaman menjadi kuning. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, pemasakan
buah lambat, produktivitas buah biji merosot.
c) Unsur Kalium (K)
Sumber dalam tanah berasal dari mineral-mineral Ortoklas, leusit, muskovit dan

+
biotit diambil oleh akar dalam bentuk ion K . Peranan K :

1) Membantu pembentukan protein dan karbohidrat


2) Mengeraskan jerami dan bagian kayu dan tanaman
3) Meninggikan mutu buah-buahan
4) Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit
Gejala-gejala yang timbul bila kekurangan K adanya bercak-bercak atau
keriput- keriput pada daun kemudian mengering.
d) Unsur Calsium (Ca) Unsur Hara Sekunder
Sumber dalam tanah berasal dari mineral hipertin, horn blendo dan Calait,

++
diambil oleh akar dalam bentuk ion Ca . Peranan Ca untuk merangsang
pembentukan bulu- bulu akar, mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman
dan merangsang pembentukan biji-bijian. Peranan yang penting pula dari
unsur Ca untuk perbaikan struktur tanah dan mengurangi keasaman tanah.
Gejala-gejala yang timbul bila kekurangan Ca pada daun-daun muda dan
kuncup berkeriput dan akhirnya mengering.
e) Unsur magnesium (Mg) Unsur Hara Sekunder
Sumber dalam tanah adalah mineral biotit, chlorit dan dlomit; diambil akar
dalam bentuk ion Mg. Peranannya sebagai penyusun utama hijau daun,
pembentukan karbohidrat, lemak dan sebagai pembawa unsur hara fosfor.
Gejala yang timbul bila kekurangan Mg :
1) Menghilangkan warna hijau tua pada daun mula dari daun bagian bawah
terus ke atas.
2) Batang menjadi kurus.
3) Permukaan daun terdapat garis-garis hijau kekuningan, kering muda,
putih.
f) Unsur belerang (S) Unsur Hara Sekunder
Sumber dalam tanah mineral gips, basit pirit. Diambil akar dalam bentuk ion
sulfat (SO4-2). Peranan (S) membantu dalam pembentukkan bintil-bintil akar
(kedelai, kacang tanah), merangsang hasil tanaman biji-bijian dan
mempercepat pertumbuhan. Gejala kekurangan S pertumbuhan menjadi
lambat dan kerdil, batang pendek, kurus dan berwarna kuning.
2.6.2. Unsur Hara Mikro
a) Chlor (Cl)
Sumber: mineral holit (NaCl), Silvit (KCl)
Peranan: meninggikan hasil dan mutu tanaman tembakau sayur-sayuran.
Gejala kekurangan Cl: pertumbuhan tidak normal.
b) Besi (Fe)
Sumber: mineral hematit, magnetit. Peranan: dalam pembentukan hijau daun
Gejala kekurangan Fe : daun berwarna kekuning-kuningan.
c) Mangan (Mn)
Sumber : mineral peralusit (MnO2), mangamit MnO (OH) dan braumit
(MO7SiO12)
Peranan : pembentukan hijau daun, proses asimilasi merangsang
perkecambahan biji dan pemasukan buah.
Gejala kekurangan Cu : pertumbuhan kerdil, terdapat warna kuning/ merah
pada daun.
d) Tembaga (Cu)
Sumber : mineral-mineral sekunder
Peranan : membantu proses-proses enzim
Gejala kekurangan Cu : pertumbuhan tidak normal
e) Seng (Zn)
Sumber: mineral-mineral sekunder
Peranan: Pembentukan hijau daun.
Gejala kekurangan Zn: pertumbuhan tidak normal. Timbul warna abnormal
pada daun seperti warna kekuningan coklat kemerahan dan akhirnya daun
berlubang-lubang. Unsur Cu dan Zn biasanya diperlukan pada tanah
bereaksi alkalir (basa) dan tanah-tanah organik.
f) Borium (BO)
Sumber : mineral termalin dan borat diambil akar dalam bentuk CO3-2
Peranan : menaikkan hasil dan mutu tanaman sayur-sayuran.
Gejala kekurangan BO : gangguan pada proses fisiologi tanaman
menyebabkan tongkol jagung berbiji jarang.
g) Molibdin (MO)
Sumber: mineral granit, diambil oleh akar dalam bentuk MO O4-2
Peranan: membantu proses penyerapan Nitrogen
Gejala kekurangan MO: perubahan warna daun menjadi keriput.
Pada umumnya kekurangan unsur mikro terdapat pada tanah-tanah organik
(gambut) tanah-tanah alkalis atau tanah kapur.
Tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan pada umumnya sensitif/peka terhadap
kekurangan unsur mikro dan berakibat produksi merosot
DAFTAR PUSTAKA

KP Irigasi Departemen Pekerjan Umum, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Paul Santosa, Pengetahuan Umum Tentang Irigasi, 1988, Jakarta

Soenarno, Pengembangan Irigasi di Indonesia

Syamsuddin Mansoer, Perencanaan Peta Petak, 2013

Anda mungkin juga menyukai