Anda di halaman 1dari 67

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

KENAKALAN REMAJA

LITERATURE REVIEW

Untuk Memenuhi Sebagai Persayaratan Menyelesaikan


Pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan

Oleh
SRI WAHYUNI GANI
NIM.751430116042

POLITEKNIK KESEHATAN GORONTALO


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2020

i
ii
BIODATA PENULIS

1. DATA UMUM
a. Nama : SRI WAHYUNI GANI

b. Tempat Tanggal Lahir : Gorontalo, 30 Juni 1998

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Agama : Islam

e. Status Perkawinan : Belum Kawin

f. Alamat : Jl. Dulohupa 1, Kel.Dulomo Utara,

Kec.Kota Utara Kota Gorontalo

g. Nomor HP : 082163166765

h. E-Mail : Sriwahyunigani705@gmail.com

2. RIWAYAT PENDIDIKAN
a. SDN Impres Huntu Utara : 2004 – 2010

b. MTs. N. 1 Gorontalo : 2010 – 2013

c. Madrasah Aliyah N. Model Gorontalo : 2013 – 2016

d. Poltekkes Gorontalo : 2016 – 2020

Gorontalo, Mei 2020


Penulis,

Sri Wahyuni Gani

iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa literatur review

yang disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian

akhir di Poltekkes Gorontalo merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-

bagian tertentu dalam penulisan yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah

dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah, etika penulisan

ilmiah dan pedoman literatur review Poltekkes Gorontalo. Apabila literatur

review ini bukan hasil karya saya sendiri atau terdapat plagiat dalam bagian-

bagian tertentu, maka saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik

yang saya sandang dan sanksi lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan kuasanyalah yang

dapat diberikan pada saya karena telah memberikan kemudahan sehingga dapat

menyelesaikan Literatur Review dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang

Tua Dengan Kenakalan Remaja”. Literatur Review ini disusun sebagai salah

satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma IV

Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo.

Dalam penyusunan Literatur Review ini penulis menyadari sepenuhnya

bahwa banyak kesulitan yang dihadapi, namun berkat petunjuk, ketekunan,

kemauan, arahan dan bantuan moril maupun materi dari berbagai pihak, maka

semua kesulitan itu dapat diatasi sehingga Literatur Review ini bisa terselesaikan

tepat pada waktunya. Saya ucapkan terima kasih kepada Papa tersayang saya Hi.

Thamrin Gani dan Mama tercinta Hj. Sunarti Doda, A,Md.Keb , yang selama ini

mendorong serta mensupport dan mendukung penulis selama Menyusun

Literatur Review dan senantiasa juga mendoakan kesuksesan dimasa depan nanti,

serta Adik saya Moh. Nur Fadel Gani yang selalu mendukung saya dalam

berbagai hal. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan

mendalam kepada yang terhormat :

1. DR. Dra. Henny Panai, S.Kep, Ns, M.Pd selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Gorontalo.

v
2. Hafni Van Gobel, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Gorontalo

3. Rini Fahriani Zees, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi

DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Gorontalo

4. Hafni Van Gobel, S.Kep, Ns, M.Kes, dan Gusti Ayu Putu Putri Ariani, S.Kep,

Ns, M.Kep selaku pembimbing 1 dan pebimbing 2 yang telah memberikan

masukan, bimbingan kritik serta saran kepada penulis demi kesempurnaan

Literatur Review.

5. Rini Fahriani Zees, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji satu yang telah

memberikan masukan dan kritikan pada penulis dan Mira Astria

Koniyo, S.Kep, Ns, M.Kes selaku penguji dua yang telah memberikan

masukan serta saran yang membangun pada penulis.

6. Bapak/ibu dosen dilingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Gorontalo, yang banyak mendukung penulis.

7. Terima kasih kepada Niryolandani Hasan, Siti Nurfadilah Bakri, Ade

Irma Laiya, Sri Rahayu Manan (Alm)

8. Serta semua pihak yang yang tidak sempat disebutkan satu-persatu

yang memberikan banyak bantuan dan dukungan selama ini.

Semoga Literatur Review ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga

Tuhan Yang Maha Esa terus melimpahkan kuasa dan karunia pada kita semua.

Penulis menyadari Literatur Review ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga

kritik dan saran yang bersifat membanggun sangat diharapkan penulis.

vi
Gorontalo, Mei 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERSETUJUAN PEM BIMBING DAN PENGUJI........................................ ii

BIODATA PENULIS ..................................................................................... iii

PERNYATAAN ............................................................................................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

ABSTRAK ...................................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8

A. Tinjauan tentang Pola Asuh Orang Tua ............................................ 8

viii
B. Tinjauan tentang Remaja .................................................................. 21
C. Tinjauan terhadap Kenakalan Remaja .............................................. 42

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 51

A. Desain Penelitian ............................................................................. 51


B. Subjek Penelitian ............................................................................. 51
C. Fokus Penelitian .............................................................................. 51
D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ............................................................. 51
E. Pengumpulan Data .......................................................................... 52
F. Analisa Data .................................................................................... 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 60


A. Hasil ............................................................................................... 61
B. Pembahasan ..................................................................................... 62

BAB V. PENUTUP ........................................................................................ 73


A. Kesimpulan...................................................................................... 73
B. Saran ................................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Hasil Review............................................................................................5

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Lembar Persetujuan Judul Proposal

Lampiran 2 Lembar Surat Permohonan Pengambilan Data Awal

Lampiran 3 Rekomendasi Izin Pengambilan Data Awal Dari SMK NEGERI 1

Bulango Selatan dan Polres Bone Bolango

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Bimbingangan Proposal

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Ujian Proposal

xi
ABSTRAK
Politeknik Kesehatan Gorontalo
Jurusan Keperawatan
Program Studi Diploma IV Keperawatan
Literatur Review, Mei 2020

SRI WAHYUNI GANI

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kenakalan Remaja, Pembimbing


Utama Hafni Van Gobel, S.Kep, Ns, M.Kes, Pembimbing Pendamping Gusti
Ayu Putu Putri Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep.

xii + 75 halaman + 1 Tabel + 5 lampiran


Daftar Pustaka 16 buah (2009-2020)
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma aturan
dan tata hukum masyarakat yang di lakukan pada usia remaja atau transisi dari
masa anak-anak ke dewasa. Masa remaja dimana seseorang mencari jati dirinya
sendiri maka dari itu, mengenal dan menghadapi remaja merupakan tugas dan
tanggung jawab setiap orang tua terutama ibu dan bapak, Ini berarti bahwa setiap
orang tua perlu memiliki pemahaman secara objektif tentang segala aspek
aspeknya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan Pola Asuh Orang
Tua dengan Kenakalan Remaja. Desain yang digunakan adalah desain naratif
deskriptif dengan pendekatan literature reviewi. Studi liretaure review adalah cara
yang dipakai untuk mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada
sebuah topik tertentu yang bisa didapat dari berbagai sumber, buku, internet dan
pustaka lain. Variabel bebas dalam penelitian adalah Pola Asuh Orang Tua , dan
variabel terikat Kenakalan Remaja
Hasil penelitian didapatkan Pola asuh orang tua terdiri atas pola asuh
demokratis, permisif dan otoriter dengan sebagian besar orang tua memiliki pola
asuh yang permisif pada remaja. Kenakalan remaja terjadi karena adanya pola
asuh orang tua terhadap remaja, jika pola asuh demokratis akan mengurangi
kenakalan remaja dan jika pola asuh permisif dan otoriter dapat menimbulkan
kenakalan remaja, ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kenakalan
remaja.

xii
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan kinerja perawat
dengan kepuasan pasien di Poliklinik Umum Puskesmas Kabila Kabupaten Bone
Bolango.

Kata Kunci : Kenalan Remaja, Pola Asuh Orang Tua

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era ini, kenakalan remaja sudah sangat sering terjadi. Kenakalan

remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma aturan dan tata hukum

masyarakat yang di lakukan pada usia remaja atau transisi dari masa anak-

anak ke dewasa. Perilaku yang menyimpang dari norma hukum pidana yang

dilakukan oleh remaja merupakan problem yang sering terjadi pada remaja

baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Jika tidak

ditangani dengan baik, kenakalan remaja dapat berubah menjadi perilaku

kriminal dan dapat membawa remaja tersebut ke dalam penjara. Bila ditelusuri

secara mendalam perkembangan kejahatan remaja banyak di pengaruhi dari

kehidupan keluarga dan masyarakat. Keluarga memiliki peranan penting

dalam mencegah kenakalan remaja. Salah satu cara yang dapat dilakukan

keluarga untuk mencegah kenakalan remaja adalah dengan menggunakan pola

asuh yang tepat. [ CITATION Adr19 \l 1033 ]

Keadaan fisik pada masa remaja di pandang sebagai suatu hal yang

penting, namun ketika kaadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya dapat

menimbulkan rasa yang tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga

perkembangan fisik yang tidak propolsional. Kematanganorgan reproduksi

pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing

oleh norma – norma yang dapat membawanya pada penyimpangan perilaku.

1
2

Masa remaja dimana seseorang mencari jati dirinya sendiri maka dari itu,

mengenal dan menghadapi remaja merupakan tugas dan tanggung jawab

setiap orang tua terutama ibu dan bapak. Ini berarti bahwa setiap orang tua

perlu memiliki pemahaman secara objektif tentang segala aspek aspeknya.

Atas dasar itu, orang tua diharapkan mampu menghadapinya secara tepat dan

bijaksana. Remaja hendaknya dijadikan subjek dan bukan objek dalam upaya

mendidik dan mempersiapkan mereka menuju masa depanya (Setiawan,

2015).

Akhir-akhir ini kenakalan remaja semakin tidak terkendali, banyaknya

peserta didik (usia remaja) yang melanggar peraturan sekolah dan semakin

banyaknya remaja dan pelajar yang terlibat dalam tindakan kriminalitas dan

semakin memperparah keadaan saat ini bahkan peserta didik (usia remaja)

cenderung terlalu bebas dalam bersikap dan bertindak yang mengarah pada

perilaku menyimpang sehingga meyebabkan menjadi resah dengan tindakan

remaja semakin merajalela dan tidak terkendali. Kadang remaja dapat

melakukan tindak kriminal yang memyebabkan korban jiwa.

Kenakalan remaja di Indonesia telah mengalami peningkatan. Data

KPAI pada tahun 2015, mencatat 67 kasus anak yang menjadi pelaku

kekerasan pada tahun 2014, sementara pada tahun 2015 meningkat menjadi 79

kasus. Pada kasus anak sebagai pelaku tawuran juga mengalami kenaikan dari

46 kasus di tahun 2014 menjadi 103 kasus pada 2015. Catatan Polda Metro

Jaya pada tahun 2012 menyebutkan bahwa terjadi peningkatan kenakalan

remaja sebanyak 11 kasus atau 36.66% di tahun 2012. Total kenakalan remaja
3

yang terjadi selama 2012 mencapai 41 kasus, sementara pada tahun 2011

hanya 30 kasus. (Rosyidah, 2017)

Pada data yang didapatkan di Polres Bone Bolango dimana terdapat 4

kasus panah wayer pada tahun 2018, sementara pada tahun 2019 meningkat

menjadi 6 kasus. Pada kasus pencabulan terdapat 9 kasus pada tahun 2018,

dan pada tahun 2019 meningkat menjadi 11 kasus. Pada kasus penganiayaan

terdapat 15 kasus padatahun 2018 dan pada tahun 2019 terdapat 10 kasus. Dan

untuk kasus pencurian terdapat 3 kasus pada tahun 2019.

Menurut penelitian Nurlaila Rosyidah mengemukakan bahwa kenakal

remaja di SMK Yayasan Cengkareng Dua masih cenderung menunjukan

bahwa mayoritas responden cenderung melakukan kenakalan yang

menimbulkan korban fisik (57,4%) dan kenakalan yang melawan status

(55,9%) .(Rosyidah, 2017)

Akhir – akhir ini di daerah Gorontalo sering terjadi kejahatan kriminal

yang kebanyakan tindakan tersebut dilakukan oleh para remaja yang berstatus

sebagai siswa, di mana mereka sering melakukan teror panah wayer dan

mereka melakukan itu pada orang yang melintasi jalan yang di mana mereka

berkumpul. Dimana tindakan tersebut sering meresahkan masyarakat yang

tinggal di daerah tersebut.

Menurut survei data awal yang dilakukan peneliti di SMK Negeri 1

Bulango Selatan, jumlah siswa yang bersekolah di sekolah tersebut berjumlah

429 siswa yang terdiri dari putri 269 siswa, dan jumlah putra berjumlah 163
4

siswa. Dari hasil wawancara dengan guru BK di mana di sekolah tersebut di

temukan beberapa yang sering menyalahi aturan sekolah seperti datang

terlambat, tidak memakai atribut sekolah lengkap, dan memakai sepatu yang

tidak sesuai, membawa minuman keras dan senjata tajam, serta melawan

perintah guru,.

Adapun jenis pelanggaran dan kenakalan yang dilakukan oleh peserta

didik di SMK Negeri 1 Bulango Selatan adalah pelanggaran yang bersifat

internal dan eksternal yaitu merokok, berbohong, merusak fasilitas sekolah,

melanggar tata tertib sekolah, tawuran dan perkelahian antar kelas, pemalakan,

membuang sampah sembarangan, menggunakan zat adiktif, keluyuran, dan

kebut-kebutan. Selain itu ada beberapa siswa yang tergabung dalam

kelompok-kelompok geng yang melakukan panah wayer yang meresahkan

warga masyarakat. (BK & STP2K SMK Negeri 1 Bulango Selatan).

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan literature review

tentang “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kenakalan Remaja”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Apakah ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua

Dengan Kenakalan Remaja?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kenakalan Remaja.


5

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Pola asuh Orang Tua pada remaja.

b. Mengidentifikasi tingkat Kenakalan Remaja.

c. Menganalisis Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kenakalan

Remaja.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil literature review ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang pola asuh orang tua.

b. Menambah konsep baru sebagai bahan rujukan untuk penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi

Memberikan informasi mengenai tipe dan kecenderungan pola asuh

ayah dan ibu yang dapat menyebabkan kenakalan remaja. Diharapkan

informasi ini dapat dipertimbangkan dalam pengembangan intervensi

untuk mengatasi kecenderungan pola asuh yang kurang baik.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Penulis berharap peneliti selanjutnya dapat memperluas lagi objek

penelitian, tidak hanya terpaku pada remaja yang nakal saja tetapi dapat

dibandingkan dengan remaja biasa sehingga dapat menjadi perbandingan


6

yang dapat menguatkan kecenderungan pola asuh dari ayah atau ibu yang

dapat menyebabkan kenakalan remaja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu Pola dan Asuh. Menurut Kamus

Besar Indonesia (2008:1088) dalam Agustiawati (2014:10), menyatakan

bahwa “Pola adalah model, system, atau cara kerja”, Asuh adalah “menjaga,

merawat, mendidik, membimbing, membantu, melatih, dan sebagainya”

[ CITATION Adr19 \l 1033 ]

Sedangkan menurut Kohn (dalam Agustiawati,2014) mengemukakan

bahwa “Pola asuh merupakan “Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam

berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi,

antara lain dari cara orang tua memberikan pengaturan kepada anak, cara

memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua memberikan perhatian

tanggapan terhadap keinginan anak.[ CITATION Adr19 \l 1033 ]

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pola asuh ialah sikap

atau cara yang dilakukan orang tua dalam berhubungan atau berinteraksi

dengan anak. Dalam interaksi antara orang tua dengan anak tersebut terdiri

dari cara orang tua merawat, menjaga, mendidik, membimbing, melatih,

membantu, dan mendisiplinkan anak agar anak tumbuh dengan baik sesuai

dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat.[ CITATION Adr19 \l 1033 ]

7
8

Orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artinya

adalah ayah dan ibu (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Dari

pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa definisi orang tua

dalam penelitian ini yaitu ayah dan ibu kandung dari anak (anak tinggal

Bersama ayah dan ibu (Ulumudin,2014). Pola berarti model,contoh,system

atau cara kerja, sedangkan asuh berarti menjaga,merawat,memelihara dan

mendidik anak. Jadi pengertian pola asuh adalah suatu cara yang digunakan

orang tua dalam mendidik,menjaga,merawat, dan memelihara anak.

[ CITATION Dep08 \l 1033 ]

Perkembangan seorang anak dapat dipengaruhi oleh peranan

lingkungan dan interaksi dengan orang tua. Tanpa adanya suasana hangat

penuh kasih sayang yang mendasari terjadinya hubungan batin dan

kedekatan emosi antara orang tua dan anak, proses tumbuh kembang tidak

akan berjalan dengan optimal.

2. Klasifikasi Pola Asuh

Widyarini (2011) dalam [ CITATION Ros17 \l 1033 ] bependapat bahwa

secara garis besar pola pengasuhan orang tua terhadap anak dapat

diklasifikasian menjadi tiga jenis, yaitu: autoritatif,otoriter, dan permisif.

a. Autoritatif

Orang tua dengan pola asuh autoritatif berusaha untuk membuat

anaknya berpikir secara rasional, berorientasi pada masalah yang dihadapi,

menghargai komunikasi yang saling memberi dan menerima, menjelaskan

alasan rasional yang mendasari tiap-tiap permintaan atau disiplin tetapi juga
9

menggunakan bila perlu, mendidik anak untuk mandiri dan saling

menghargai antara anak dan orang tua. Orang tua tidak mengambil posisi

mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan pada kebutuhan semata.

b. Otoriter

Orang tua dengan pola asuh otoriter berusaha untuk membentuk,

mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku setiap sikap anak sesuai dengan

serangkain standar mutlak, nilai-nilai kepatuhan, menghormati otoritas,

kerja, tradisi, tidak saling memberi dan menerima dalam komunikasi verbal.

Terkadang orang tua menolak anak dan sering menerapkan hukuman

kepada anak.

c. Permisif

Orang tua dengan pola asuh permisif menunjukan sikap menerima dan

sikap positif terhadap implus, keinginan, dan perilaku anakya, jarang

menggunakan hukuman, berkonsultasi kepada anak, hanya sedikit memberi

tanggung jawab rumah tangga, membiarkan dan tidak mengontrol anak

untuk mengatur aktivitasnya sendiri, berusaha mencapai sasaran tertentu

dengan memberi alasan, namun tidak menunjukan kekuasaan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh yang diberikan orang

tua yaitu Pendidikan orang tua, lingkungan, dan budaya. Pendidikan orang tua

yang berpengaruh terhadap persiapan orang tua dalam merawat dan mengasuh

anak. Semakin tinggi Pendidikan orang tua , semakin memudahkan orang tua

mendapatkan informasi yang banyak mengenai pola asuh yang baik dan
10

mengerti kebutuhan dalam memenuhi tumbuh kembang anak sehingga pola

asuh yang diberikan semakin positif .[ CITATION Ros17 \l 1033 ]

Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan

emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak. Sebaliknya,

orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam

keluarga dan anak akan “melarikan diri” dari keluarga. Keluarga yang tidak

lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga yang kurang,

dapat mempengaruhi perkembangan jiwa remaja. Penanaman nilai-nilai budi

pekerti dalam keluarga dapat dilakukan melalui keteladanan orang tua atau

orang dewasa, bacaan yang sehat, pemberian tugas dan komunikasi efektif

antar anggota keluarga. Sebaliknya, apabila keluarga tidak perduli terhadap hal

ini, misalnya membiarkan anak tanpa komunikasi dan memperoleh nilai diluar

moral agama dan sosial, membaca buku dan menonton VCD porno, bergaul

bebas, minuman keras dan merokok akan berakibat buruk terhadap

perkembangan jiwa remaja (Sumiati, 2009):

4. Perilaku pola asuh

Perilaku pola asuh mempengaruhi perkembangan dan pertahanan mental

remaja dalam menyelasaikan masalah. Perilaku pola asuh terbagi manjadi dua

fokus [ CITATION Ros17 \l 1033 ]:

a. Perilaku kontrol

Menurut Honskins perilaku kontrol dalam pola asuuh orang tua

merupakan aktivitas dalam mengatur, mengelola dan meyediakan petunjuk

bagi anak untuk menentukan perilaku sosial yang tepat. Perilaku control
11

melibatkan proses pemantauan dan kedisiplinan. Pemantauan dilakukan

dengan membantu kesadaran tentang perilaku yang tepat bagi remaja serta

mendampingi perkembangan remaja. Pendisiplinan yang konsisten

berhubungan dengan hasil yang positif pada perilaku remaja. Sedangkan

pendisiplinanyang keras seperti mengancam, menakuti, dan menggunakan

suara membentak sehungga berkontribusi menghasilakan perilaku yang

agresif atau kekerasan.

b. Perilaku Pengasuhan

Perilaku ini melibatkan dukungan dan kehangatan dari orang tua,

memberikan penjelasan terhadap pengasuh yang diberikan, dan

memperhatikan interaksi dalam komunikasi antara orang tua dengan anak.

5. Fungsi Orang Tua

Menurut Ihsan Baihalqi, jika kita melihat fungsi orang tua, maka hal itu

dapat kita lihat pada fungsi keluarga pada umumnya, karena pada dasarnya

keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah,

ibu dan anak-anaknya (nuclearfamily), dan didalam keluarga orang ataupun

merupakan tokoh-tokoh inti yang bertanggung jawab dalam fungsi-fungsi

keluarga. Pada dasarnya ada 8 fungsi orang tua, yaitu [ CITATION Mas191 \l

1033 ]:

a. Fungsi Efektif

Fungsi efektif adalah fungsi orang tua dalam menciptakan hubungan

perasaan dengan anak-anaknya yang dilandasi dengan cinta kasih. Di dalam

sebuah keluarga terjalin hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan
12

afeksi. Hubungan efektif ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih

yang menjadi dasar perkawinan, persaudaraan, persahabatan, kebiasaan,

identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai dasar cinta kasih

dan hubungan efektif ini merupakan faktor penting bagi perkembangan

pribadi anak.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua

persyaratan lainya yang di perlukan untuk membentuk kepribadian anak

melalui interaksi sosial. Dalam keluarga tersebut anak mempelajari pola

tingkah laku,sikap keyakinan, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam

rangka mengembangkan kepribadianya.

c. Fungsi Pendidikan

Fungsi Pendidikan adalah fungsi orang tua yang berkaitan dengan

Pendidikan anak. Fungsi Pendidikan ini tidak sekedar menyangkut

pelaksanaanya, melainkan menyangkut pula penentuan dan pengukuhan

landasan menyadari upaya Pendidikan itu, pengarah dan perumusan tujuan

Pendidikan, perencanaan dan pengolahan, penyediaan dana dan sarananya,

serta pengayaan wawasanya. Pelaksanaan fungsi Pendidikan merupakan

realisasi salah satu tanggung jawab yang dipikul orang tua. Keluarga

merupakan lingkungan Pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.

Dalam kedudukan ini wajarlah apabila kehidupan keluarga yang dihayati

terdidik sebagai iklim pendidik, yang mengundang untuk melalakukan

perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada tujuan Pendidikan.


13

d. Fungsi Rekreasi

Reaksi adalah mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan yang bukan

pekerjaan rutin tetapi hal yang sifatnya santai dan merupakan hiburan yang

bermanfaat. Megingat begitu pentingnya fungsi rekreasi maka sebagai

anggota keluarga yang masih dalam pertumbuhan dan perkembangan

menuju kedewasaan, anak-anak tentu saja sangat membutuhkan suasana

rekreasi, untuk itu sebagai tokoh inti yang bertanggung jawab terhadap

keluarga, maka orang tua berkewajiban untuk melaksanakan fungsi reaksi

ini.

e. Fungsi Religius

Orang tua mempunyai fungsi religious artinya bahwa orang tua

berkewajiaban memperkenalkan dan mengajak serta anak-anaknya kepada

kehidupan beragama, tujuanya bukan sekedar mengetahui kaidah-kaidah

agama, melainkan untuk menjadi insan beragama, sebagai abdi yang yang

sadar kedudukanya sebagai makhluk yang diciptakan dan dilimpahi hikmah

tampa henti sehingga menggugahinya untuk mengisi dan mengarahkan

kehidupanya untuk mengabdi sang pencipta, menuju ridhanya. Berarti yang

diharapkan adalah bukan sekedar orang yang serba tahu tentang kaidah dan

aturan hidup beragama, melainkan yang benar-benar merealisasikan dengan

penuh kesungguhan. Namun untuk melaksanakan dalam rangka kehidupan

beragama, orang tua sebagai tokoh-tokoh inti dalam keluarga itu, terlebih

dahulu harus menciptakan iklim religius dalam keluarga itu, yang dapat
14

dihayati oleh anak-anaknya dan mengundang mereka kearah pertemuan

dengan kepercayaan sebagai landasandan cara hidup dalam lingkunganya

sendiri.

f. Fungsi Proteksi

Keterlindungan baik fisik maupun sosial sangat diperlukan oleh anak-

anak agar mereka dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan bebas

dan dengan perasaan yang aman. Karena apabila mereka merasa aman

maka mereka dapat melakukan penjajahan atau eksploras terhadap

lingkunganya sebagai mana diharapkan fungsi sosialisasi anak. Maka dalam

melaksanakan fungsi perlindungan ini orang tua bertindak sebagai pemberi

pelayanan atau bantuan kepada anak, sedangkan dari pihak anak diperlukan

kesediaan untuk menerimanya.

g. Fungsi Ekonomi

Pada dasarnya anak-anak mempunyai kebutuhan ekonomi seperti

halnya orang dewasa, tetapi karena mereka umumnya belum bekerja maka

pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka tersebut adalah tanggung jawab

orang tua. Dalam hal ini fungsi ekonomi meliputi pencarian nafkah,

perencanaanya, serta pembelanjaan dan pemanfaatanya sehingga dapat

memenuhi kebutuhan keuangan anak-anaknya. Pada dasarnya ayahnya yang

bertugas mencari nafkah bagi keluarga, sedangkan ibu bertugas mengelola

serta memanfaatkanya.

h. Fungsi Biologik
15

Keluarga dapat menganggap dirinya adalah sentral dari seluruh

masyarakat. Dalam hal ini keluarga adalah kelompok sosial kecil yang

terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. Di dalam keluarga anak-anaknya

dilahirkan oleh orang tuanya dimana orang tua mengembangkan suatu

fungsi yaitu fungsi biologis. Berdasarkan 8 fungsi orang tua tersebut, pada

dasarnya kita memang dapat membedakan antara satu fungsi dengan fungsi

lainya, akan tetapi kita dapat melepaskan dan memisahkan. Serta sulit untuk

menyebutkan fungsi mana yang paling utama, karena masing-masing fungsi

tersebut sama pentingnya. Dalam situasi tertentu mungkin fungsi yang

dirasa lebih diperlukan, sedangkan dalam situasi yang lain mungkin fungsi

yang dirasa lebih menonjol dari yang lain.

Dengan demikian maka urutan penulisan fungsi-fungsi orang tua

diatas bukan menjadi rujukan bahwa fungsi orang tua yang berada diatas

lebih utama dari fungsi-fungsi orang tua yang berada dibawahnya. [ CITATION

Mas191 \l 1033 ]

6. Peran Orang Tua Terhadap Anak

Menurut surbakti (2008), peran orang tua terhadap anak terdiri dari

[ CITATION Mas191 \l 1033 ]:

a. Peran Sebagai Pendidik

Orang tua perlu menanamkan kepada anak-anak arti penting dari

Pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah.

Selain itu nilai-nilai agama dan moral, terutama nilai kejujuran perlu
16

ditanamkan kepada anaknya sejak dini sebagai bekal dan benteng untuk

mengahadapi perubahan-perubahan yang terjadi.

b. Peran Sebagai Pendorong

Sebagai anak yang sedang menghadapi masa peralihan, anak

membutuhkan dorongan orang tua untuk menumbuhkan keberanian dan rasa

percaya diri dalam menghadapi masalah.

c. Peran Sebagai Panutan

Orang tua perlu membagikan contoh dan teladan bagi anak, baik

dalam berkata jujur ataupun dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan

bermasyarakat.

d. Peran Sebagai Teman

Menghadapi anak yang sedang menghadapi masa peralihan. Orang tua

perlu lebih sabar dan mengerti tentang perubahan anak. Orang tua dapat

menjadi informasi, teman bicara atau teman bertukar pikiran tentang

kesulitan atau masalah anak, sehingga anak merasa nyaman dan terlindungi.

e. Peran Sebagai Pengawas

Kewajiban orang tua adalah melihat dan mengawasi sikap dan

perilaku anak agar tidak keluar jauh dari jati dirinya, terutama dari pengaruh

lingkungan baik dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan

masyarakat.

f. Peran Sebagai Konselor


17

Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai positif

dan negatif sehingga anak mampu mengambil keputusan yang terbaik.

B. Tinjauan Tentang Remaja

1. Pengertian Remaja

Word Health Organization (WHO) mendefinisikan bahwa remaja

adalah suatu masa ketika:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relative lebih mandiri.

Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan

diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang

sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa-masa

dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek

fisik,psikis, dan sosial. [ CITATION Mas191 \l 1033 ]

Pengaruh peran orang tua sebagai pengasuh dirumah sangat

memberikan kontribusi terhadap pembentukan kepribadian dan moral anak.

Remaja yang nakal sering kali berasal dari keluarga-keluarga dimana orang
18

tua jarang memantau anak-anak mereka, memberi sedikit dukungan dan

mendisiplinkan mereka secara tidak efektif .

2. Perubahan Masa Remaja

a. Perubahan Fisik

Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anatomi dan

aspekfisiologis, di masa remaja kelenjar hipofise menjadi masak dan

mengeluarkan beberapa hormon, seperti hormon gonotrop yang berfungsi

untuk memepercepat pemetangan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi

produksi hormon kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis,

testosteron, estrogen, dan suprenalis, yang mempengaruhi pertumbuhan

anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan (monks dkk,1999). Dampak

dari produkse hormone tersebut menurut Atwater 1992 adalah:

1) Ukuran otot bertambah dan semakin kuat.

2) Testoteron menghasilkan Sperma dan Oestrogen memprodukse sel telur

sebagai tanda kemasakan.

3) Munculnya tanda – tanda kelamin sekunder seperti membesarnya

payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut –

rambut halus di sekitar kemaluan ketiak dan muka

b. Perubahan Emosional
19

Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa

kanak – kanak. Pola emosi itu berupa marah, takut cemburu, ingin tahu, iri

hati, gembira, sedih, dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan

yang mengakibatkan emosi dan pengendalian dalam mengekspersikan

emosi. Remaja umumnya memiliki emosi yang labil pengalaman emosi

yang ekstrim dan selalu merasa mendapatkan tekanan. Bila pada akhir masa

remaja mampu menahan diri untuk tidak memgekspresikan emosi secara

ekstim dam mampu mengekspersikan emosi secara cepat sesuai dengan

situasi dan kondisi lingkunagn dan dengan cara yang dapat diterima

masyarakat, dengan kata lain remaja yang mencpai kematangan akan

memberikan emosi yang stabil[ CITATION Placeholder1 \l 1033 ].

Menurut Nuryoto (1992) menyebutkan ciri ciri kematanagan emosi

pada masa remaja yang ditandai dengan siikap sebagai berikut:

1) Tidak bersifat kanak – kanakan.

2) Bersikap rasional.

3) Bersifat objktif.

4) Dapat bertindak lebih lanjut.

5) Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan .

6) Mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi

c. Perubahan sosial

Monks, dkk, (1999) menyebutkan dua bentuk perkembangan remaja

yaitu: memisahkan diri dari orang tua dan menuju kearah teman sebaya.

Remaja berusaha melepasakan diri dari otoritas orang tua dengan maksud
20

menemukan jati diri. Remaja lebih banyak di luar rumah dan berkumpul

dengan teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan

mengekspresikan segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja

sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap, penampilan,

dan perilaku. Perubahan yang paling menonjol dalah berhubungan

heterosesksual. Remaja akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak

menyukai lawan jenis menjadi lebih meyukai. Remaja ingin diterima,

dipergatikan, dan dicintai oleh lawan jenis dan kelompoknya. [ CITATION

Placeholder1 \l 1033 ]

3. Ciri-Ciri Remaja

Menurut Muhammad al-Migh-far,M.Ag, ada beberapa ciri khusus dari

masa remaja, di antaranya [ CITATION Asm121 \l 1033 ]:

a. Masa yang Penting

Dampak jangka Panjang yang besar pada perilaku remaja menjadikan

fase remaja sebagai fase yang sangat penting. Dibutuhkan penyesuaian

mental dan pembentukan sikap, serta nilai dan minat baru agar mereka bisa

melewati masa yang indah ini secara positif.

b. Masa Transisi

Masa transisi atau masa peralihan menuntut remaja untuk cepat

beradaptasi dengan dunia baru. Sikap kekanak-kanakan sudah harus mulai

dihilangkan dan digantikan dengan sikap kedewasaan. Hal ini dikarenakan

pada periode transisi, tampak ketidakjelasan antara status individu dan

munculnya keraguan terhadap peran yang harus dimainkanya.


21

Ketidakjelasan ini memberi peluang bagi remaja untuk mencoba gaya hidup

yang berbeda dan menentukan pola tingkah laku, nilai, dan sifat yang paling

relevan denganya.

c. Masa Perubahan

Perubahan drastis remaja sulit dihindari, terutama pada:

1) Emosi yang tinggi

2) Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok

sosial sehingga menimbulkan masalah baru.

3) Perubahan nilai-nilai sehingga konsekuensi perubahan minat dan pola

tingkah laku, dan

4) Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

d. Masa Bermasalah

Masalah remaja cenderung sulit untuk diatasi oleh remaja sendiri.

Pertama, karena sebagian masalah yang terjadi selama masa kanak-kanak

diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga remaja tidak

berpengalaman dalam mengatasinya. Kedua, sebagian remaja sudah merasa

mandiri, sehingga mereka sering menolak bantuan orang tua dan guru-guru.

Remaja biasanya ingin mengatasi masalahnya sendiri.

e. Masa Pencarian Identitas

Bagi remaja, identitas adalah hal sangat penting. Remaja akan terus

berusaha menemukan identitasnya sendiri. Untuk itu, ia harus menyesuaikan

dengan kelompoknya. Selain itu, maka menggunakan symbol-simbol status


22

dalam bentuk kendaraan, pakaian, dan kepemilikan barang-barang lain yang

mudah dilihat. Mereka ingin menarik perhatian dan meneguhkan identitas.

f. Masa Munculnya Ketakutan

Banyak pihak yang takut terhadap remaja. Karena kenakalan remaja.

Dalam banyak hal, remaja memang cenderung sulit dikendalikan. Berbagai

persepsi negatif, seperti tidak dapat dipercaya, cenderung merusak, tidak

mampu mengendalikan emosi, dan suka berbuat onar adalah label-label

yang sering kali ditempelkan pada remaja.

g. Masa yang Tidak Realistis

Masa remaja adalah masa-masa yang dipenuhi dengan aneka

keinginan dan cita-cita tinggi, yang kadang tidak realistis. Emosi mereka

sering naik-turun secara tiba-tiba. Remaja bisa sangat bergembira, sekaligus

gampang marah ketika keinginanya tidak tercapai. Namun, tahapan ini juga

penting untuk dilalui agar remaja bisa belajar dan mendapatkan pengalaman

hidup, sehingga mereka lebih mampu berdamai dengan kehidupan yang

tidak sempurna.

h. Masa Menuju Masa Dewasa

Masa remaja adalah fase menuju masa dewasa, namun sesungguhnya

banyak remaja yang belum siap untuk benar-benar menjadi orang yang

berpikiran dewasa. Disinilah pentingnya bimbingan dan arahan yang cukup

dari semua pihak. Kalau tidak, mereka mudah terjerumus dalam perilaku

yang membahayakan, seperti minum-minuman keras, menggunakan obat-


23

obatan, dan perilaku seks. Namun, mereka takut resikonya dan cenderung

tidak bertanggung jawab.

4. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Semua tugas perkembangan remaja terfokus pada bagaimana melalui

sikap dan pola perilaku kanak-kanak dan mempersiapkan sikap dan perilaku

orang dewasa. Rincian tugas-tugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut

[ CITATION Placeholder1 \l 1033 ]:

a.) Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jenis

kelamin.

b.) Mencapai peran sosial feminim atau maskulin

c.) Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif

d.) Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab secara

sosial

e.) Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainya.

f.) Mempersiapkan untuk karir ekonomi

g.) Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga

h.) Memperoleh suatu set nilai dan system etis untuk mengarahkan perilaku.

C. Tinjauan Terhadap Kenakalan Remaja

1. Pengertian Kenakalan Remaja

Beberapa ahli mendefinisikan kenakalan remaja sebagai berikut:

Menurut Kartono, ilmuwan sosiologi. Kenakalan remaja atau dalam Bahasa

Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala


24

patologis sosial pada remaja yang di sebabkan oleh suatu bentuk pengabdian

sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang

menyimpang. Sedangkan menurut Santrock “Kenakalan remaja merupakan

kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak diterima secara sosial

hingga terjadi tindakan kriminal.” [ CITATION Sum17 \l 1033 ]

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja merupakan sesuatu

yang terjadi yang disebabkan oleh terjadinya perubahan-perubahan dalam

aspek fisik, psikis dan sosial sehingga remaja menjadi cenderung abai atau

resisten terhadap peraturan yang ada. Dalam fase remaja seseorang

membutuhkan peran orang tua untuk mencegah kenakalan tersebut agar

tetap dalam batas yang bisa ditoleransi. Karena kenakalan remaja dapat

berubah menjadi tindakan kriminal yang dapat membuat seseorang yang

melakukanya masuk kedalam penjara jika tidak ditangani dengan baik.

[ CITATION Sum17 \l 1033 ]

2. Penyebab Kenakalan Remaja

Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering

sekali mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang

mengganggu ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam

dan menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-

minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan

lain-lainya itu akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang

ada disekitarnya. [ CITATION Sum17 \l 1033 ]


25

3. Faktor-Faktor Kenakalan Remaja

Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan

remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat dikelompokan menjadi

faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasanya secara ringkas [

CITATION Sum17 \l 1033 ]:

a. Faktor Internal

1) Krisis identitas

Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan

terjadinya bentuk integrase. Pertama, terbentuknya perasaan akan

konsistensi dalam kehidupanya. Kedua, tercapainya identitas peran.

Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrase

kedua.

2) Kontrol Diri yang Lemah

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku

yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada

perilaku “nakal”. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui

perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan

kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuanya.

b. Faktor Eksternal

Kurang perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang

keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer

bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut


26

memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya

struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau

buruknya pertumbuhan kepribadian anak.

Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya

kenakalan remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah tangga yang

berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang

diliputi konfilk keras, ekonomi yang kurang, semua itu merupakan sumber

yang subur untuk memunculakan delinkuensi remaja.

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja akan

berdampak kepada diri remaja itu sendiri, keluarga, dan lingkungan

masyarakat. Solusi dalam menanggulangi kenakalan remaja dapat dibagi ke

dalam tindakan preventif, tindakan represif, dan tindakan kuratif dan

rehabilitasi. Adapun solusi internal bagi seorang remaja dalam

mengendalikan kenakalan remaja antara lain:

1) Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa

dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan

2) Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan

point pertama

3) Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif

4) Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua

memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus

bergaul,
27

5) Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika

ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan

harapan.

6) Segala usaha pengendalian kenakalan remaja harus ditunjukan kea rah

tercapainya kepribadian remaja yang mantap, serasi dan dewasa . remaja

diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berpribadi yang kuat, sehat

jasmani dan rohani, teguh dalam kepercayaan (iman) sebagai anggota

masyarakat, bangsa dan tanah air.

4. Macam-macam Kenakalan Remaja dalam Tingkat yang Ekstrem

Secara umum, kenalakan remaja memiliki wujud yang bermacam-macam

dan cenderung terus mengalami peningkatan. Berikut beberapa bentuk perilaku

menyimpang yang umum dilakukan oleh remaja, menurut Dr. Kartini Kartono

dalam buku [ CITATION Placeholder1 \l 1033 ]:

a. Kebut-kebutan dijalanan, sehingga mengganggu keamanan lalu lintas dan

membahayakan jiwa sendiri dan orang lain.

b. Perilaku ugal-ugalan, berandalan, dan urakan yang mengacaukan

ketentraman masyarakat sekitar. Tingkah laku ini bersumber pada kelebihan

energi dan dorongan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan meneror

lingkungan.

c. Perkelahian antargeng, antarkelompok, antarsuku (tawuran), sehingga

kadang-kadang membawa korban jiwa.


28

d. Membolos sekolah lalu nongkrong bersama disepanjang jalan atau

bersembunyi di tempat-tempat terpencil sambil mencoba hal-hal baru yang

sifatnya negatif.

e. Kriminalitas anak remaja dan dewasa muda, antara lain perbuatan

mengancam, intimidasi, memeras, maling, mencuri, mencopet, merampas,

menjambret, menyerang, merampok, melalukan pembunuhan dengan cara

mencekik, meracun, tindak kekerasan, dan berbagai pelanggaran lainya.

f. Berpesta-pesta sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas,

atau pesta orgy (mabuk-mabukan hebat dan menimbulkan keadaan yang

kacau balau) yang mengganggu lingkungan.

g. Perkosaan, akresivitas seksual, dan pembunuhan dengan motif seksual atau

didorong oleh reaksi-reaksi kompensatoris dan perasaan inferior, menuntut

pengakuan diri, depresi hebat, rasa kesunyian, emosi balas dendam,

kekecewaan ditolak oleh seorang wanita, dan lain-lain.

h. Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (drugs) yang erat kaitanya

dengan tindakan kejahatan.

i. Tindak-tindak immoral yang dilakukan secara terang-terangan, tanpa rasa

malu dengan cara yang kasar. Ada seks dan cinta bebas tanpa kendali

(promiscuity) yang didorong oleh hiperseksualitas, geltungsrieb (dorongan

menuntut hak), hak dan usaha-usaha kompensasi lainya yang sifatnya

kriminal.

j. Homoseksualitas,erotisme anal dan oral, dan gangguan seksual lain pada

anak remaja yang disertai tindakan sadistis.


29

k. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga

mengakibatkan akses kriminalitas.

l. Komersialisasi seks, pengguguran janin oleh gadis-gadis “nakal”, dan aborsi

bayi oleh ibu-ibu yang tidak menikah.

m. Tindakan radikal dan ekstrem, yang antara lain dilakukan melalui

kekerasan, penculikan, dan pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak

remaja.

n. Perbuatan asosial dan anti sosial lain yang disebabkan oleh gangguan

kejiwaan pada anak remaja psikopatik, psikotik, neurotik, dan gangguan-

gangguan jiwa lainya.

o. Tindak kejahatan disebabkan oleh penyakit tidur (encepbalitis letbargical),

gangguan meningitis, postencepbalitics, dan adanya luka dikepala dengan

kerusakan pada otak adakalanya mebuahkan kerusakan mental, sehingga

orang yang bersangkutan tidak mampu melalukan kontrol diri.

p. Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak

yang menuntut kompensasi, disebabkan adanya organ-organ yang inferior

(Adler, 1952).

q. Meskipun yang disampaikan oleh Dr. Kartini Kartono itu memang ada

benarnya, namun tidak semua remaja memiliki kenakalan ekstrem seperti

yang disebutkan tadi. Kenakalan remaja memang harus dicermati dan

dipahami melalui perspektif yang lebih berimbang. Orang tua dan guru tidak

boleh hanya sekedar menyalahkan remaja tanpa ada upaya untuk mewas diri

dan memperbaiki keadaan.


30

5. Jenis dan Bentuk Kenakalan Remaja

Jensen membagi kenakalan remaja menjadi empat bentuk yaitu

[ CITATION Placeholder1 \l 1033 ]:

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian,

perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.

b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi : perusakan, pencurian,

pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain:

pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.

d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai

pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah.

Sedangkan menurut Hurlock (1973) berpendapat bahwa kenakalan yang

dilakukan remaja terbagi dalam empat bentuk, yaitu:

a. Perilaku yang menyakiti diri sendiri dan orang lain.

b. Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain, seperti merampas,

mencuri, dan mencopet.

c. Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi orang

tua dan guru seperti membolos, mengendarai kenderaan dengan tanpa surat

izin, dan kabur dari rumah.

d. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, seperti

mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, memperkosa dan

menggunakan senjata tajam.


31

Dari beberapa bentuk kenakalan pada remaja dapat disimpulkan bahwa

semuanya menimbulkan dampak negatif yang tidak baik bagi dirinya sendiri

dan orang lain, serta lingkungan sekitarnya. Adapun aspek-aspeknya diambil

dari pendapat Hurlock (1973) dan Jansen (dalam Sarwono, 2002). Terdiri dari

aspek perilaku yang melanggar aturan dan status, perilaku yang

membahayakan diri sendiri dan orang lain, perilaku yang mengakibatkan

korban materi, dan perilaku yang mengakibatkan korban fisik.

6. Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Terganggunya daya penyesuaian sosial remaja, yang disebabkan oleh

beberapa faktor yang saling berinteraksi, yang meliputi [ CITATION

Placeholder1 \l 1033 ]:

a. Faktor Genetik/biologik, misalnya :

1.) Gangguan tingkah laku tak berkelompok yang sudah mulai terlihat pada

masa kanak-kanak, dan semakin parah dengan bertambahnya usia yang

antara lain terlihat pada sikap kejam terhadap binatang, suka main api

dan lain-lain

2.) Kepribadian organik berupa perilaku impulsif, mudah marah, tak berpikir

panjang, terjadi sesudah kerusakan permanen pada otak

3.) Gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas, yaitu gangguan

yang diakibatkan kerusakan minimal pada otak

b. Faktor Pola Asuh Orang Tua


32

Faktor pola asuh orang tua yang tidak sesuai dengan kebutuhan

perkembangan anak, misalnya: orang tua yang permisif, otoriter, dan masa

bodoh. Berdasarkan hasil beberapa penelitian ditemukan bahwa salah satu

faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya

orang tua sebagai figure tauladan bagi anak (Hawari, 1997). Selain itu

suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak

menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat

menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa

remaja. Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994) orang tua dari remaja

nakal cenderung memiliki aspirasi yang minim mengenai anak-anaknya,

menghindari keterlibatan keluarga dan kurangnya bimbingan orang tua

terhadap remaja. Sebaliknya, suasana keluarga yang menimbulkan rasa

aman dan menyenangkan akan menumbuhkan kepribadian yang wajar dan

begitu pula sebaliknya.

c. Faktor Psikososial, misalnya

1.) Rasa rendah diri, rasa tidak nyaman, rasa takut yang dikompensasi

dengan berperilaku resiko tinggi

2.) Pembentukan identitas diri yang kurang mantap dan keinginan mencoba

batas kemampuanya, menyebabkan remaja berani/nekat

3.) Proses identifikasi remaja terhadap tindak kekerasan

4.) Penanaman nilai yang salah, yaitu orang atau kelompok yang berbeda,

misalnya seragam sekolah, etnik, agama dianggap “musuh”


33

5.) Pengaruh media masa (majalah, film, TV) dapat memberikan contoh

yang tidak baik bagi remaja.

7. Dampak Kenakalan Remaja

Dampak yang dirasakan apabila kenakalan remaja tidak dapat teratasi. Di

dalam keluarga, akan membuat hubungan keharmonisan anatara remaja dengan

kelurganya semakin memburuk. Seringkali remaja memandang orang tua

mereka terlalu lamban, dan dalam banyak hal mereka lebih unggul ketimbang

orang tua mereka. Meskipun tidak salah, namun pandangan ini juga tidak

sepenuhnya benar. Kebanyakan orang tua terlambat menyadari kondisi dan

jalan pikiran anak remaja mereka sehingga menimbulkan konflik. Pada dunia

pendidikan, remaja yang memasuki yang kurang berwatak baik dan melakukan

kenakalan akan memberikan kesan kebebasan tanpa kontrol dari semua pihak

terutama dalam lingkungan sekolah. Hal itu juga mengganggu tingkat prestasi

anak itu sendiri dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh pihak sekolah.

Menurut Surbakti pada dunia masyarakat, remaja yang melalukan

kenakalan remaja biasanya lebih banyak menganggur sehingga akan

menimbulkan peningkatan kejahatan bahkan timbulnya niat jahat di kalangan

masyarakat. Di kalangan masyarakat sudah sering terjadi kejahatan seperti

pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan dan

pencurian. Bagi mereka yang mengisi waktu senggangnya dengan bacaan-

bacaan yang buruk (misalnya novel seks), maka hal itu akan berbahaya dan

dapat menghalang-halangi mereka untuk berbuat hal-hal yang baik. Demikian

pula tontonan yang berupa gambar-gambar porno akan memberi rangsangan


34

seks terhadap remaja, rangsangan seks tersebut akan berpengaruh negatif

terhadap perkembangan jiwa anak remaja. [ CITATION Mas191 \l 1033 ]


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan adalah desain naratif deskriptif dengan pendekatan

literature reviewi. Studi liretaure review adalah cara yang dipakai untuk

mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu

yang bisa didapat dari berbagai sumber, buku, internet dan pustaka lain.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diambil dalam literature review ini adalah orang

tua dengan remaja dalam keluarga.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini yang dibahas adalah hubungan pola asuh orang tua

dengan kenakalan remaja.

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Tipe studi

Desain penelitian yang diambil dalam penulusuran ilmiah ini adalah studi

deksriptif dan studi kasus.

2. Tipe intervensi

Intervensi utama yang ditelaah pada penulusuran ilmiah ini adalah

hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja.

E. Pengumpulan Data

35
Pengumpulan data dilakukan melalui kajian literature dengan

menggunakan tiga database dalam mencari sumber literature yaitu

ResearchGate, Google

36
37

Scholar dan NCBI. Penulisan menggunakan kata kunci pencarian yaitu

Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja.

Artikel atau jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi diambil

untuk selanjutnya dianalisis. Literature review ini menggunakan literature

terbitan 5 tahun terakhir (2016-2020) yang diakses fulltext dalam format pdf

dan scholarly (peer reviewed journals). Kriteria jurnal yang direview adalah

artikel jurnal penelitian berbahasa Indonesia dan Inggris dengan subyek

remaja.

F. Analisa Data

Literature Review ini di sintesis menggunakan metode naratif dengan

mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil

yang diukur untuk menjawab tujuan Jurnal penelitian yang sesuai dengan

kriteria inklusi kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi

nama peneliti, tahun terbit jurnal, negara penelitian,judul penelitian,metode dan

ringkasan hasil atau temuan. Ringkasan jurnal penelitian tersebut dimasukan ke

dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan tahun terbit jurnal dan sesuai

dengan format tersebut di atas.

Untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca dan

dicermati. Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi

yang terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan penelitian. Analisis

yang digunakan menggunakan analisis isi jurnal, kemudian dilakukan koding

terhadap isi jurnal yang direview. Data yang sudah terkumpul kemudian dicari

persamaan dan perbedaannya lalu dibahas untuk menarik kesimpulan.


38
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pencarian awal artikel dimulai dengan memasukkan kata kunci “Pola

Asuh Orangtua Dengan Kenakalan Remaja”, dan “Parenting Pattern with

Juvenile Delinquency” digabungkan mendapatkan hasil 54 artikel. Artikel

yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi dikeluarkan sebanyak 47 artikel dan

menyisahkan 22 artikel. 22 artikel kemudian diseleksi lagi menjadi 7 artikel

yang paling sesuai dengan tema penelitian. Terdapat 7 artikel yang dianalisa

lebih lanjut dan hasil kajian terhadap 7 literature tersebut tergambar sebagai

berikut:

39
40

Tabel 4.1 Hasil Review

Judul penelitian, Tempat Desain Sampel Prosedur Penelitian Hasil


penulis, tahun Penelitian
Hubungan Pola Asuh Samarinda Desain Metode yang Sampel dalam Penelitian ini Hasil uji statistik
Orang Tua dengan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menunjukkan ada
Kenalakan Remaja Di penelitian ini adalah menggunakan menggunakan hubungan yang
Wilayah Kerja kuantitaif dengan teknik total instrument penelitian signifikan pola asuh
Puskesmas Harapan desain cross sectional sampling dengan berupa kuesioner orang tua dengan
Baru. Pangesti dan jumlah sampel 337 yang telah divalidasi kenakalan remaja
Tianingrum, siswa SMP kelas yang terdiri dari 8 dengan p-value
2019(Pangesti, Dinar; VII dan VIII pada pertanyaan pola asuh 0,003 (p<0,05).
Tianingrum, 2019) dua sekolah menggunakan skala Pada nilai r=0,162
pertama di Wilayah lokert dan kuesioner yang artinya
Kerja Puskesmas 14 pertanyaan pada kekuatan hubungan
Harapan Baru kenakalan remaja korelasi sangat
menggunakan skala lemah karena 0,162
gutman. Kemudian, berada diantara
data yang telah 0,00-1,99. Dan
dikumpulkan didapatkan hasil
selajutnya dianalisis pola asuh orang tua
menggunakan uji terbanyak yaitu
korelasi spearman pola asuh otoriter
(rho) sebesar 94,7%
Hubungan Pola Asuh Surakarta Desain yang Sampel dalam Penelitian yang Hasil uji statistik
Orang Tua Dengan digunakan dalam penelitian ini dilaksanakan tanggal menunjukkan
Kenakalan Remaja Di penelitian ini adalah menggunakan 10 Maret sampai 10 sebagian besar
SMA Negeri 8 deskriptif korelatif teknik random April 2013 ini siswa memiliki pola
41

Surakarta. Sayekti, dengan metode sampling dengan dilakukan dengan asuh demokratis
dkk, 2016(Sayekti et survey analitik jumlah sampel 960 menggunakan angket dengan tingkat
al., 2016) dengan pendekatan siswa SMA Negeri atau kuesioner yang kenakalan remaja
cross sectional 8 Surakarta tahun terdiri atas kuesioner biasa yaitu 38,5%
ajaran 2012/2013 kenakalan remaja dan yang menujukkan
dengan kuesioner pola asuh ada hubungan
menggunakan orang tua yang telah signifikan antara
rumus ukuran diuji validitas dan pola asuh orang tua
sampel penelitian reliabilitas. dengan kenakalan
sesuai rumah Kemudian, data yang remaja di SMA
Notoadmodjo telah dikumpulkan Negeri 8 Surakarta
(2005) menjadi dianalisis dengan uji dengan nilai p-
sebanyak 91 siswa korelasi Kendall’s value 0,000
Tau (p<0,05)
Pola Asuh Orang Tua Bandung Desain penelitian ini Sampel dalam Penelitian ini Hasil assessment
dan Kenakalan adalah studi kasus penelitian ini dilakukan dengan terhadap klien salah
Remaja di LPKA dengan survey dan adalah satu anak metode cognitive satu didik di LPKA
Sukamiskin, Bandung. wawancara mendalam didik lapas di restructuring therapy Sukamiskin
Utami dan Raharjo, dengan anak didik LPKA Sukamiskin, dan metode Bandung
2019(Nur Utami and LPKA Sukamiskin, Bandung yang Emotional Freedom mempunyai pola
Raharjo, 2019) Bandung membunuh nyawa Techinque dengan asuh permisif,
seseorang pada saat cara responden bahwa ibu
tawuran antar mengisi beberapa responden selalu
kelompok atau kuesioner untuk menuruti
“geng” mengembalikan kemauannya baik
ingatannya tentang itu positif atau
betapa berharganya negatif dan ayah
diri klien responden bersikap
42

cuek dan tidak


perduli. Sehingga,
responden memiliki
kesulitan dalam
memahami nilai
dan norma yang ada
Hubungan Persepsi Bandung Desain penelitian ini Sampel dalam Penelitian yang Hasil uji statistik
Anak Tentang Pola adalah deskriptif penelitian ini dilaksanakan pada menunjukkan
Asuh Orang Tua korelasional dengan menggunakan bulan Maret sampai sebagian besar pola
dengan Kenakalan pendekatan cross teknik purposive dengan Juni 2008 asuh permisif
Remaja Di Sekolah sectional sampling dengan dilakukan dengan mengakibatkan
Menengah Atas jumlah sampel 243 menggunakan kenakalan remaja
Pasundan 3 Bandung. siswa yang terdiri kuesioner yang terdiri sebesar 89,4%,
Arifin, 2018(Arifin, atas 15 kelas yaitu atas kuesioner pola sehingga ada
2018) kelas X dan kelas asuh dibuat dari hubungan antara
XI pengembangan teori pola asuh orang tua
Baumrind dan dengan kenakalan
kuesioner kenakalan remaja di SMA
remaja dari Pasundan 3
pengembangan teori Bandung dengan
Santrock yang telah nilai p-value 0,045
dimodifikasi oleh dan pola asuh
peneliti menggunakan Neglectful
pola skala likert yang menyebabkan
telah diuji validitas kenakalan remaja
dan reliabilitas. sebesar 61,5%
Kemudian, data yang dengan nilai p-
diperoleh dianalisis value 0,002
43

dengan uji statistik


Chi-Square
Pola Asuh Orang Tua Yogyakarta Desain penelitian ini Sampel dalam Penelitian ini Hasil uji statistik
Pada Anak Usia 10-14 adalah kuantiatif penelitian ini dilakukan dengan menunjukkan
Tahun di Daerah metode survei menggunakan menggunakan bahwa tidak ada
Istimewa Yogyakarta. berbasis keluarga teknik multistage kuesioner, tetapi hubungan antara
Listyaningsih, dkk, yang akan random sampling untuk mengontrol pola asuh dan
2019(Listyaningsih et mengasilkan data dengan kebenaran dari kenakalan anak di
al., 2019) statistik untuk menggunakan jawaban responden, sebagian besar
mengidentifikasi jensi kecamatan sebagai peneliti menggunakan Kabupaten/Kota di
dan pola asuh cluster yang dipilih metodr triangulasi Daerah Istimewa
keluarga pada tahap pertama dengan Yogyakarta.
dan unit keluarga mewawancarai Sedangkan, pola
pada tahap terakhir tetangga di sekitar asuh dan kenakalan
dengan jumlah (kanan-kiri) anak memiliki
sampel 150 anak responden utama. hubungan yang
yang berusia 10-14 Kemudian, data signifikan di
tahun yang tersebar dianalisis dengan uji Kabupaten Kulon
di lima dusun korelasi Progo dengan arah
hubungan negatif
(p=-0,45 <0,05),
yaitu pola asuh
permisif dan acuh
akan menyebabkan
kenakalan
dibandingkan
dengan pola asuh
demokratis.
44

A Longitudinal Study China Desain penelitian Sampel dalam Penelitian ini Hasil uji statistik
of Authoritative dalam penelitiani ini penelitian ini dilakukan dengan menunjukkan
Parenting, Juvenile adalah penelitian menggunakan menggunakan bahwa pola asuh
Delinquency and empiris dengan teknik stratified kuesioner tentang orang tua yang
Crime Victmization structural equation probability pola asuh yang otoriter secara
among Chinese modeling analysis proportionate yang otoriter (21 item langsung dan tidak
Adolescents. Xiong, untuk menganalisis dilakukan 3 tahap. terdiri atas 3 dimensi langsung
dkk, 2020(Xiong, De hubungan Pertama, sampel berdasarkan National menyebabkan
Li and Xia, 2020) dipilih secara acak Longitudinal Survey kenakalan pada
di 3 Kabupaten. of Youth 1997), remaja dengan nilai
Kedua, disetiap masalah kesehatan p-value -0,19
kabupaten dipilih 1 mental (Middle-
SMP di pinggiran School-Students
kota, 1 SMP di Mental Health
perkotaan, 1 SMA Inventory (MMHI)
di pinggiran kota yang dikembangkan
dan 1 SMA di Wang, dkk),
perkotaan dari 12 kenakalan antar
sekolah. Ketiga, teman (terdiri atas 5
setiap sekolah skala yang
diambil sampel dikembangkan
secara acak kelas Stouthamer-Loeber et
7,8,10 dan 11 yang al) ), kenakalan
menyetui formulir remaja (terdiri atas 18
perstujuan siswa item dari The
dan orang tua National Youth
Survey) dan kasus
kejahatan (6 tipe
45

kejahatan yang
pernah dalam
setahuh) dilakukan
yang telah diuji
validitas dan
reliabilitas. Kemudian
data yang diperoleh
dianalisis dengan uji
statistik korelasi
pearson

The Relatioship Malaysia Desain penelitian ini Sampel dalam Penelitian ini Hasil uji statistik
Between Parental adalah penelitian penelitian ini dilakukan dengan menunjukkan ada
Attachment Toward kuantitatif menggunakan meminta persteujuan hubungan antara
Delinquent Behavior teknik purposive secara resmi dari pola asuh orang tua
among Young sampling sebanyak lembaga rehabilitasi terhadap kenakalan
Offenders in 92 responden yang oleh The Prison remaja dengan nilai
Rehabilitation berusia 16-21 tahun Department of r=-0,337, k<0,05
Institutions in Kota Malaysia dengan yang menunjukkan
Kinabalu and menggunakan semakin tinggi pola
Keningau Sabah. Suis, kuesioner skala asuh orang tua,
dkk, 2016. [ CITATION kenakalan remaja semakin rendah
Sui16 \l 1033 ] (kenakalan fisik, perilaku kenakalan
kenakalan antisocial, pada remaja
kenakalan seksual dan
kenakalan verbal)
untuk mengukur
46

frekuensi perilaku
nakal yang dilakukan
responden sebelum
menjalani program
rehabilitasi di
lembaga dan
menggunakan
kuesioner pola asuh
orang tua
44

B. Pembahasan

Hasil penelitian pertama menunjukkan sebagian besar siswa SMP di

Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Baru memiliki orang tua dengan pola asuh

otoriter sebesar 94,7% yang artinya pengasuhan yang ditunjukkan oleh orangtua

dengan tingkat pengontrolan perilaku yang harus memenuhi pengharapan orang

tua yang pengasuhannya ditunjukkan orang tua bersikap kaku, kepatuhan yang

wajib dipatuhi, serta tidak adanya pertanyaan yang menuntut tanpa adanya diskusi

dan penjelasan. Perilaku kenakalan remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan

Baru didapatkan sebanyak 102 responden dengan presentase 30,3% tidak ada

kenakalan, sedangkan 235 responden dengan presentase 69,7% ada kenakalan

remaja. Sehingga, ada hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan

kenakalan remaja dengan nilai p-value 0,003 (<0,05), karena pola asuh

merupakan salah satu dorongan atau faktor internal dari dalam diri seseorang

untuk melakukan suatau tindakan atau tujuan yang ingin dicapai.(Pangesti, Dinar;

Tianingrum, 2019)

Kemudian, penelitian Sayekti,dkk (2016) juga menunjukkan pola asuh

orang tua mempunyai hubungan dengan kenakalan remaja di SMA Negeri 8

Surakarta (p-value=0,000), didapatkan pola asuh terbesar dalam penelitian ini

adalah demokratis sebesar 50,5%, dimana pola asuh ini kedudukan orang tua dan

anak sejajar, keputusan diambil dengan mempertimbangkan kedua belah pihak.

Siswa-siswa dalam penelitian ini diberikan kebebasan yang bertanggung jawab,

artinya apa yang dilakukan tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat

dipertanggungjawabkan secara moral, sehingga diberi kepercayaan dan dilatih


45

untuk mempertanggungjawabkan tindakannya. Penelitian ini juga menunjukkan

pola asuh orang tua yag permisif memiliki tingkat kenakalan remaja yang tinggi

sebesar 8,8% dan yang pola asuh orang tuanya otoriter memiliki tingkat kenakalan

remaja sedang sebesar 26,4%.(Sayekti et al., 2016)

Temuan penelitian yang ketiga berbeda dengan penelitian sebelumnya,

penelitian Utami dan Raharjo (2019) dilakukan dengan wawancara mendalam

pada salah satu anak laki-laki berusia 18 Tahun kelas 12 SMA di LPKA

Sukamiskin Bandung atas kasus membunuh nyawa seseorang pada saat tawuran

antar kelompok atau geng yang dilakukan bersama teman-temannya. Penelitin ini

juga dilakukan dengan cara yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu

menggunakn metode cognitive restructuring therapy dan metode Emotional

Freedom Technique karena klien memiliki masalah dalam pengendalian emosi

serta klien klien juga menceritakan bahwa sering merasa cemas dan gelisah,

sehingga digunakan teknik ini dalam penelitian. Didapatkan, ada pengaruh pola

asuh orang tua terhadap kenakalan yang dilakukan responden, karena pola asuh

orang tua adalah permisif yang selalu menuruti kemauan baik positif maupun

negatif sehingga klien sulit memahami nilai dan normal yang ada yang cenderung

berlaku semaunya.(Nur Utami and Raharjo, 2019)

Temuan penelitian keempat yaitu penelitian Arifin (2018) yang

menujukkan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja,

yaitu pola asuh permisif (p-value 0,045) dan neglectful (p-value 0,002) sebagian

besar menyebabkan kenakalan remaja. Sedangkan, pola asuh orang tua yang

demokratis dan otoriter sebagian besar tidak menyebabkan kenakalan remaja


46

dengan nilai p-value 1,000. Menurut peneliti tentang pola asuh, pertama pola asuh

yang permisif akan menghasilkan karakteristik anak yang impulsive, agresif, tidak

patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan

kurang matang secara sosial. Kedua, pola asuh neglectful menghasilkan

karakteristik anak yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab,

tidak mau mengalah, harga diri rendah, sering bolos dan bermasalah dengan

teman.(Arifin, 2018)

Penelitian Listyaningsih, dkk (2019) menunjukkan hasil yang berbeda

dengan penelitian sebelumnya, sebagian besar anak usia 10-14 tahun di

Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak memiliki hubungan antara

pola asuh dan kenakalan pada remaja. Menurut peneliti, hal ini disebabkan oleh

kombinasi pola asuh yang diterapkan orang tua, yaitu demokratis, otoriter dan

permisif. Pada usia tertentu, yaitu kurang dari 12 tahun, orang tua akan

menerapkan pola asuh otoriter. Tetapi, seiring dengan penambahan umur, pola

asuh yang diterapkan berbeda dan cenderung bersifat bebas. Artinya, ketika sudah

mampu membedakan mana yang baik dan benar, orang tua cenderung memberi

kebebasan dengan tetap melakukan pengawasan.(Listyaningsih et al., 2019)

Penelitian Suis, dkk (2016) dan Xiong, dkk (2020) menunjukkan terdapat

hubungan antara pola asuh orang tua deengan kenakalan pada remaja dengan nilai

p-value < 0,05. Ketujuh hasil penelitian yang telah ditemukan pola asuh orang tua

yang permisif dan otoriter dapat menyebabkan kenakalan pada remaja karena

adanya sikap acuh dan tuntutan dari orang tua terhadap anak. Sedangkan, pola

asuh orang tua yang demokratis dapat mencegah kenakalan pada remaja Tetapi,
47

tidak sejalan dengan penelitian Situmorang, dkk (2018)(Situmorang et al., 2018)

yang menunjukkan bahwa pola asuh permisif orang tua tidak efektif terhadap

variabel kenakalan remaja dan tidak adanya hubungan yang positif dan tidak

signifikan terhadap kenakalan remaja. Hal ini terjadi karena pola asuh permisif

orangtua dipengaruhi oleh persepsi subjek terhadap orangtua yang sesuai dengan

pengalaman serta faktor lain yang menyebabkan subjek memiliki kenakalan

remaja.

Menurut Is (2017), pola asuh otoriter didominasi oleh pemaksaan orangtua

kepada anak. Orang tua cenderung menggunakan ancaman-ancaman kepada anak

apabila anak melakukan kesalahan ataupun tidak melakukan hal yang diinginkan

orang tua, seperti melarang bergaul dengan orang- orang yang tidak disukai orang

tua, menghukum anak dengan melarang hal-hal yang disukai anak. Orang tua

dengan pola asuh permisif dengan mengacuhkan anak, orang tua tidak tahu apa

saja yang diperbuat anak jika anak sedang berada diluar rumah bersama teman-

temannya, orangtua pergi meninggalkan anak tanpa berkata sepatah katapun

apabila anak melakukan kesalahan, orang tua jarang sekali memperhatikan nilai

rapot anak di sekolah, dan orang tua tidak peduli apakah anak ada atau tidak ada

di rumah. Sedangkan, semakin demokratis tipepola asuh orang tua maka

perkembangan sosialisasi remaja akan semakin baik. Pola asuh demokratis

memungkinkan setiap anggota dalam keluarga untuk bebas mengungkapkan

setiap hal yang dialaminya, termaksud hal-hal yang tidak disukainya dalam

berinteraksi dengan masing-masing anggota keluarga. Orang tua yang demokratis


48

memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak sehingga tercipta

kondisi keluarga yang hangat dan harmonis.(Is, 2017)


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil literature review dapat disimpulkan diantaranya:

1. Pola asuh orang tua terdiri atas pola asuh demokratis, permisif dan otoriter

dengan sebagian besar orang tua memiliki pola asuh yang permisif pada

remaja.

2. Kenakalan remaja terjadi karena adanya pola asuh orang tua terhadap

remaja, jika pola asuh demokratis akan mengurangi kenakalan remaja dan

jika pola asuh permisif dan otoriter dapat menimbulkan kenakalan remaja.

3. Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja.

B. Saran

1. Bagi Institusi

Diharapkan informasi ini dapat dijadikan referensi dalam

pengembangan intervensi untuk mengatasi kecenderungan pola asuh yang

kurang baik.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas lagi objek

penelitian dan menjadikan hasi literature review ini sebagai sumber

informasi untuk menjadi perbandingan pada penelitian-penelitian

selanjutnya.

48
Daftar Pustaka

Arifin, R. F. (2018) ‘( Relationship of Children’s Perception About Nurturing


Parent Patterns With the Adolescent Person in Secondary School )’, 5(1),
pp. 54–63.

Asmani, J. M., 2012. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja. Jogjakarta: Buku


Biru.

Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Is, J. M. (2017) ‘Analisis Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan


Sosialisasi Remaja Di Sma Negeri 1 Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat’,
Seminar Nasional Kemaritiman Aceh, 1, pp. 466–474.
Listyaningsih, U. et al. (2019) ‘Populasi Pola Asuh Orang Tua pada Anak Usia
10-14 Tahun di Daerah Istimewa Yogyakarta Children Aged 10-14 Years
Parenting in the Special Region of Yogyakarta’, 27, pp. 1–12.

Masdin, Sri Rahayu, 2019. Peran Orang Tua dalam Menyikapi Kebiasaan
Merokok dan Minuman Keras Pada Remaja Di Desa Ulapato A
Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontao, Gorontalo: Poltekkes
Kemenkes Gorontalo.

Nur Utami, A. C. and Raharjo, S. T. (2019) ‘Pola Asuh Orang Tua Dan
Kenakalan Remaja’, Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(1), p. 150. doi:
10.24198/focus.v2i1.23131.
Pangesti, Dinar; Tianingrum, N. A. (2019) ‘Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dengan Kenakalan Remaja Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan
Baru’, Borneo Student Research Hubungan, pp. 99–104.
Rosyidah, N. (2017) ‘Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat
Kenakalan Remaja Pada Remaja SMK Yayasan Cengkareng 2’, Skripsi.
Available at:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36741/1/Nurlail
a Rosyidah-FKIK.pdf.
Sayekti, S. et al. (2016) ‘Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kenakalan
Remaja Di Sma Negeri 8 Surakarta Relationship The Parenting Pattern
And The Juvenile Delinquency At State Senior Secondary School 8
Surakarta’, IJMS-Indonesian Journal On Medical Science, 3(2), pp.
2355–1313.
Setiawan, M. (2015) Karakteristik Kriminalitas Anak dan Remaja. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Situmorang, Z. et al. (2018) ‘Kenakalan Remaja Dilihat Dari Pola Asuh
Permisif Orangtua dan Kontrol Diri Siswa SMU di Kota Ternate’, pp. 1–

49
7.

Sumara, D. & Humaedi, S., 2017. Kenakalan Remaja dan Penanganannya.


Jurnal Penelitian & PPM, pp. 347-352.

Sumiati (2009) Kesehatan Jiwa dan Remaja dan Konseling. Jakarta: Trans Info
Media.
Suis. et al. (2016) 'The Relationship Between Parental Attachment Toward
Delinquent Behavior among Young Offenders', Southeast Asia
Psychology Journal, 3, pp. 15-23.
Xiong, R., De Li, S. and Xia, Y. (2020) ‘A longitudinal study of authoritative
parenting, juvenile delinquency and crime victimization among Chinese
adolescents’, International Journal of Environmental Research and
Public Health, 17(4). doi: 10.3390/ijerph17041405.

50

Anda mungkin juga menyukai