KENAKALAN REMAJA
LITERATURE REVIEW
Oleh
SRI WAHYUNI GANI
NIM.751430116042
i
ii
BIODATA PENULIS
1. DATA UMUM
a. Nama : SRI WAHYUNI GANI
d. Agama : Islam
g. Nomor HP : 082163166765
h. E-Mail : Sriwahyunigani705@gmail.com
2. RIWAYAT PENDIDIKAN
a. SDN Impres Huntu Utara : 2004 – 2010
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa literatur review
yang disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian
akhir di Poltekkes Gorontalo merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-
bagian tertentu dalam penulisan yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah
dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah, etika penulisan
review ini bukan hasil karya saya sendiri atau terdapat plagiat dalam bagian-
bagian tertentu, maka saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik
yang saya sandang dan sanksi lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan kuasanyalah yang
dapat diberikan pada saya karena telah memberikan kemudahan sehingga dapat
Tua Dengan Kenakalan Remaja”. Literatur Review ini disusun sebagai salah
kemauan, arahan dan bantuan moril maupun materi dari berbagai pihak, maka
semua kesulitan itu dapat diatasi sehingga Literatur Review ini bisa terselesaikan
tepat pada waktunya. Saya ucapkan terima kasih kepada Papa tersayang saya Hi.
Thamrin Gani dan Mama tercinta Hj. Sunarti Doda, A,Md.Keb , yang selama ini
Literatur Review dan senantiasa juga mendoakan kesuksesan dimasa depan nanti,
serta Adik saya Moh. Nur Fadel Gani yang selalu mendukung saya dalam
berbagai hal. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan
1. DR. Dra. Henny Panai, S.Kep, Ns, M.Pd selaku Direktur Politeknik
v
2. Hafni Van Gobel, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua Jurusan
3. Rini Fahriani Zees, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi
4. Hafni Van Gobel, S.Kep, Ns, M.Kes, dan Gusti Ayu Putu Putri Ariani, S.Kep,
Literatur Review.
5. Rini Fahriani Zees, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji satu yang telah
Koniyo, S.Kep, Ns, M.Kes selaku penguji dua yang telah memberikan
Semoga Literatur Review ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga
Tuhan Yang Maha Esa terus melimpahkan kuasa dan karunia pada kita semua.
Penulis menyadari Literatur Review ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
vi
Gorontalo, Mei 2020
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
viii
B. Tinjauan tentang Remaja .................................................................. 21
C. Tinjauan terhadap Kenakalan Remaja .............................................. 42
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
ABSTRAK
Politeknik Kesehatan Gorontalo
Jurusan Keperawatan
Program Studi Diploma IV Keperawatan
Literatur Review, Mei 2020
xii
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan kinerja perawat
dengan kepuasan pasien di Poliklinik Umum Puskesmas Kabila Kabupaten Bone
Bolango.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma aturan dan tata hukum
masyarakat yang di lakukan pada usia remaja atau transisi dari masa anak-
anak ke dewasa. Perilaku yang menyimpang dari norma hukum pidana yang
dilakukan oleh remaja merupakan problem yang sering terjadi pada remaja
kriminal dan dapat membawa remaja tersebut ke dalam penjara. Bila ditelusuri
dalam mencegah kenakalan remaja. Salah satu cara yang dapat dilakukan
Keadaan fisik pada masa remaja di pandang sebagai suatu hal yang
penting, namun ketika kaadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya dapat
menimbulkan rasa yang tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga
pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing
1
2
Masa remaja dimana seseorang mencari jati dirinya sendiri maka dari itu,
setiap orang tua terutama ibu dan bapak. Ini berarti bahwa setiap orang tua
Atas dasar itu, orang tua diharapkan mampu menghadapinya secara tepat dan
bijaksana. Remaja hendaknya dijadikan subjek dan bukan objek dalam upaya
2015).
peserta didik (usia remaja) yang melanggar peraturan sekolah dan semakin
banyaknya remaja dan pelajar yang terlibat dalam tindakan kriminalitas dan
semakin memperparah keadaan saat ini bahkan peserta didik (usia remaja)
cenderung terlalu bebas dalam bersikap dan bertindak yang mengarah pada
KPAI pada tahun 2015, mencatat 67 kasus anak yang menjadi pelaku
kekerasan pada tahun 2014, sementara pada tahun 2015 meningkat menjadi 79
kasus. Pada kasus anak sebagai pelaku tawuran juga mengalami kenaikan dari
46 kasus di tahun 2014 menjadi 103 kasus pada 2015. Catatan Polda Metro
remaja sebanyak 11 kasus atau 36.66% di tahun 2012. Total kenakalan remaja
3
yang terjadi selama 2012 mencapai 41 kasus, sementara pada tahun 2011
kasus panah wayer pada tahun 2018, sementara pada tahun 2019 meningkat
menjadi 6 kasus. Pada kasus pencabulan terdapat 9 kasus pada tahun 2018,
dan pada tahun 2019 meningkat menjadi 11 kasus. Pada kasus penganiayaan
terdapat 15 kasus padatahun 2018 dan pada tahun 2019 terdapat 10 kasus. Dan
yang kebanyakan tindakan tersebut dilakukan oleh para remaja yang berstatus
sebagai siswa, di mana mereka sering melakukan teror panah wayer dan
mereka melakukan itu pada orang yang melintasi jalan yang di mana mereka
429 siswa yang terdiri dari putri 269 siswa, dan jumlah putra berjumlah 163
4
terlambat, tidak memakai atribut sekolah lengkap, dan memakai sepatu yang
tidak sesuai, membawa minuman keras dan senjata tajam, serta melawan
perintah guru,.
melanggar tata tertib sekolah, tawuran dan perkelahian antar kelas, pemalakan,
B. Rumusan Masalah
permasalahan sebagai berikut: “Apakah ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Remaja.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
penelitian, tidak hanya terpaku pada remaja yang nakal saja tetapi dapat
yang dapat menguatkan kecenderungan pola asuh dari ayah atau ibu yang
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu Pola dan Asuh. Menurut Kamus
bahwa “Pola adalah model, system, atau cara kerja”, Asuh adalah “menjaga,
bahwa “Pola asuh merupakan “Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam
berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi,
antara lain dari cara orang tua memberikan pengaturan kepada anak, cara
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pola asuh ialah sikap
atau cara yang dilakukan orang tua dalam berhubungan atau berinteraksi
dengan anak. Dalam interaksi antara orang tua dengan anak tersebut terdiri
membantu, dan mendisiplinkan anak agar anak tumbuh dengan baik sesuai
dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat.[ CITATION Adr19 \l 1033 ]
7
8
dalam penelitian ini yaitu ayah dan ibu kandung dari anak (anak tinggal
mendidik anak. Jadi pengertian pola asuh adalah suatu cara yang digunakan
lingkungan dan interaksi dengan orang tua. Tanpa adanya suasana hangat
kedekatan emosi antara orang tua dan anak, proses tumbuh kembang tidak
secara garis besar pola pengasuhan orang tua terhadap anak dapat
a. Autoritatif
alasan rasional yang mendasari tiap-tiap permintaan atau disiplin tetapi juga
9
menghargai antara anak dan orang tua. Orang tua tidak mengambil posisi
b. Otoriter
kerja, tradisi, tidak saling memberi dan menerima dalam komunikasi verbal.
kepada anak.
c. Permisif
Orang tua dengan pola asuh permisif menunjukan sikap menerima dan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh yang diberikan orang
tua yaitu Pendidikan orang tua, lingkungan, dan budaya. Pendidikan orang tua
yang berpengaruh terhadap persiapan orang tua dalam merawat dan mengasuh
anak. Semakin tinggi Pendidikan orang tua , semakin memudahkan orang tua
mendapatkan informasi yang banyak mengenai pola asuh yang baik dan
10
keluarga dan anak akan “melarikan diri” dari keluarga. Keluarga yang tidak
pekerti dalam keluarga dapat dilakukan melalui keteladanan orang tua atau
orang dewasa, bacaan yang sehat, pemberian tugas dan komunikasi efektif
antar anggota keluarga. Sebaliknya, apabila keluarga tidak perduli terhadap hal
ini, misalnya membiarkan anak tanpa komunikasi dan memperoleh nilai diluar
moral agama dan sosial, membaca buku dan menonton VCD porno, bergaul
remaja dalam menyelasaikan masalah. Perilaku pola asuh terbagi manjadi dua
a. Perilaku kontrol
bagi anak untuk menentukan perilaku sosial yang tepat. Perilaku control
11
dengan membantu kesadaran tentang perilaku yang tepat bagi remaja serta
b. Perilaku Pengasuhan
Menurut Ihsan Baihalqi, jika kita melihat fungsi orang tua, maka hal itu
dapat kita lihat pada fungsi keluarga pada umumnya, karena pada dasarnya
keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah,
keluarga. Pada dasarnya ada 8 fungsi orang tua, yaitu [ CITATION Mas191 \l
1033 ]:
a. Fungsi Efektif
sebuah keluarga terjalin hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan
12
afeksi. Hubungan efektif ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih
pribadi anak.
b. Fungsi Sosialisasi
c. Fungsi Pendidikan
realisasi salah satu tanggung jawab yang dipikul orang tua. Keluarga
d. Fungsi Rekreasi
pekerjaan rutin tetapi hal yang sifatnya santai dan merupakan hiburan yang
rekreasi, untuk itu sebagai tokoh inti yang bertanggung jawab terhadap
ini.
e. Fungsi Religius
agama, melainkan untuk menjadi insan beragama, sebagai abdi yang yang
diharapkan adalah bukan sekedar orang yang serba tahu tentang kaidah dan
beragama, orang tua sebagai tokoh-tokoh inti dalam keluarga itu, terlebih
dahulu harus menciptakan iklim religius dalam keluarga itu, yang dapat
14
sendiri.
f. Fungsi Proteksi
dan dengan perasaan yang aman. Karena apabila mereka merasa aman
pelayanan atau bantuan kepada anak, sedangkan dari pihak anak diperlukan
g. Fungsi Ekonomi
halnya orang dewasa, tetapi karena mereka umumnya belum bekerja maka
orang tua. Dalam hal ini fungsi ekonomi meliputi pencarian nafkah,
serta memanfaatkanya.
h. Fungsi Biologik
15
masyarakat. Dalam hal ini keluarga adalah kelompok sosial kecil yang
fungsi yaitu fungsi biologis. Berdasarkan 8 fungsi orang tua tersebut, pada
dasarnya kita memang dapat membedakan antara satu fungsi dengan fungsi
lainya, akan tetapi kita dapat melepaskan dan memisahkan. Serta sulit untuk
dirasa lebih diperlukan, sedangkan dalam situasi yang lain mungkin fungsi
diatas bukan menjadi rujukan bahwa fungsi orang tua yang berada diatas
lebih utama dari fungsi-fungsi orang tua yang berada dibawahnya. [ CITATION
Mas191 \l 1033 ]
Menurut surbakti (2008), peran orang tua terhadap anak terdiri dari
Selain itu nilai-nilai agama dan moral, terutama nilai kejujuran perlu
16
ditanamkan kepada anaknya sejak dini sebagai bekal dan benteng untuk
Orang tua perlu membagikan contoh dan teladan bagi anak, baik
bermasyarakat.
perlu lebih sabar dan mengerti tentang perubahan anak. Orang tua dapat
kesulitan atau masalah anak, sehingga anak merasa nyaman dan terlindungi.
perilaku anak agar tidak keluar jauh dari jati dirinya, terutama dari pengaruh
masyarakat.
1. Pengertian Remaja
diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang
sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa-masa
dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek
Remaja yang nakal sering kali berasal dari keluarga-keluarga dimana orang
18
a. Perubahan Fisik
b. Perubahan Emosional
19
Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa
kanak – kanak. Pola emosi itu berupa marah, takut cemburu, ingin tahu, iri
hati, gembira, sedih, dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan
yang ekstrim dan selalu merasa mendapatkan tekanan. Bila pada akhir masa
situasi dan kondisi lingkunagn dan dengan cara yang dapat diterima
2) Bersikap rasional.
3) Bersifat objktif.
c. Perubahan sosial
yaitu: memisahkan diri dari orang tua dan menuju kearah teman sebaya.
Remaja berusaha melepasakan diri dari otoritas orang tua dengan maksud
20
menemukan jati diri. Remaja lebih banyak di luar rumah dan berkumpul
sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap, penampilan,
Placeholder1 \l 1033 ]
3. Ciri-Ciri Remaja
mental dan pembentukan sikap, serta nilai dan minat baru agar mereka bisa
b. Masa Transisi
Ketidakjelasan ini memberi peluang bagi remaja untuk mencoba gaya hidup
yang berbeda dan menentukan pola tingkah laku, nilai, dan sifat yang paling
relevan denganya.
c. Masa Perubahan
d. Masa Bermasalah
mandiri, sehingga mereka sering menolak bantuan orang tua dan guru-guru.
Bagi remaja, identitas adalah hal sangat penting. Remaja akan terus
keinginan dan cita-cita tinggi, yang kadang tidak realistis. Emosi mereka
gampang marah ketika keinginanya tidak tercapai. Namun, tahapan ini juga
penting untuk dilalui agar remaja bisa belajar dan mendapatkan pengalaman
tidak sempurna.
banyak remaja yang belum siap untuk benar-benar menjadi orang yang
dari semua pihak. Kalau tidak, mereka mudah terjerumus dalam perilaku
obatan, dan perilaku seks. Namun, mereka takut resikonya dan cenderung
sikap dan pola perilaku kanak-kanak dan mempersiapkan sikap dan perilaku
orang dewasa. Rincian tugas-tugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut
a.) Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jenis
kelamin.
sosial
e.) Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainya.
h.) Memperoleh suatu set nilai dan system etis untuk mengarahkan perilaku.
patologis sosial pada remaja yang di sebabkan oleh suatu bentuk pengabdian
kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak diterima secara sosial
aspek fisik, psikis dan sosial sehingga remaja menjadi cenderung abai atau
tetap dalam batas yang bisa ditoleransi. Karena kenakalan remaja dapat
Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering
lain-lainya itu akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang
faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasanya secara ringkas [
a. Faktor Internal
1) Krisis identitas
kedua.
yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada
b. Faktor Eksternal
diliputi konfilk keras, ekonomi yang kurang, semua itu merupakan sumber
point pertama
4) Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua
bergaul,
27
ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan
harapan.
diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berpribadi yang kuat, sehat
menyimpang yang umum dilakukan oleh remaja, menurut Dr. Kartini Kartono
energi dan dorongan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan meneror
lingkungan.
sifatnya negatif.
malu dengan cara yang kasar. Ada seks dan cinta bebas tanpa kendali
kriminal.
remaja.
n. Perbuatan asosial dan anti sosial lain yang disebabkan oleh gangguan
(Adler, 1952).
q. Meskipun yang disampaikan oleh Dr. Kartini Kartono itu memang ada
dipahami melalui perspektif yang lebih berimbang. Orang tua dan guru tidak
boleh hanya sekedar menyalahkan remaja tanpa ada upaya untuk mewas diri
c. Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi orang
tua dan guru seperti membolos, mengendarai kenderaan dengan tanpa surat
semuanya menimbulkan dampak negatif yang tidak baik bagi dirinya sendiri
dari pendapat Hurlock (1973) dan Jansen (dalam Sarwono, 2002). Terdiri dari
Placeholder1 \l 1033 ]:
1.) Gangguan tingkah laku tak berkelompok yang sudah mulai terlihat pada
antara lain terlihat pada sikap kejam terhadap binatang, suka main api
dan lain-lain
2.) Kepribadian organik berupa perilaku impulsif, mudah marah, tak berpikir
Faktor pola asuh orang tua yang tidak sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak, misalnya: orang tua yang permisif, otoriter, dan masa
orang tua sebagai figure tauladan bagi anak (Hawari, 1997). Selain itu
remaja. Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994) orang tua dari remaja
1.) Rasa rendah diri, rasa tidak nyaman, rasa takut yang dikompensasi
2.) Pembentukan identitas diri yang kurang mantap dan keinginan mencoba
4.) Penanaman nilai yang salah, yaitu orang atau kelompok yang berbeda,
5.) Pengaruh media masa (majalah, film, TV) dapat memberikan contoh
mereka terlalu lamban, dan dalam banyak hal mereka lebih unggul ketimbang
orang tua mereka. Meskipun tidak salah, namun pandangan ini juga tidak
jalan pikiran anak remaja mereka sehingga menimbulkan konflik. Pada dunia
pendidikan, remaja yang memasuki yang kurang berwatak baik dan melakukan
kenakalan akan memberikan kesan kebebasan tanpa kontrol dari semua pihak
terutama dalam lingkungan sekolah. Hal itu juga mengganggu tingkat prestasi
anak itu sendiri dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh pihak sekolah.
bacaan yang buruk (misalnya novel seks), maka hal itu akan berbahaya dan
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
literature reviewi. Studi liretaure review adalah cara yang dipakai untuk
mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu
yang bisa didapat dari berbagai sumber, buku, internet dan pustaka lain.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diambil dalam literature review ini adalah orang
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini yang dibahas adalah hubungan pola asuh orang tua
1. Tipe studi
Desain penelitian yang diambil dalam penulusuran ilmiah ini adalah studi
2. Tipe intervensi
E. Pengumpulan Data
35
Pengumpulan data dilakukan melalui kajian literature dengan
ResearchGate, Google
36
37
Artikel atau jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi diambil
terbitan 5 tahun terakhir (2016-2020) yang diakses fulltext dalam format pdf
dan scholarly (peer reviewed journals). Kriteria jurnal yang direview adalah
remaja.
F. Analisa Data
yang diukur untuk menjawab tujuan Jurnal penelitian yang sesuai dengan
dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan tahun terbit jurnal dan sesuai
Untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca dan
terhadap isi jurnal yang direview. Data yang sudah terkumpul kemudian dicari
A. Hasil
yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi dikeluarkan sebanyak 47 artikel dan
yang paling sesuai dengan tema penelitian. Terdapat 7 artikel yang dianalisa
lebih lanjut dan hasil kajian terhadap 7 literature tersebut tergambar sebagai
berikut:
39
40
Surakarta. Sayekti, dengan metode sampling dengan dilakukan dengan asuh demokratis
dkk, 2016(Sayekti et survey analitik jumlah sampel 960 menggunakan angket dengan tingkat
al., 2016) dengan pendekatan siswa SMA Negeri atau kuesioner yang kenakalan remaja
cross sectional 8 Surakarta tahun terdiri atas kuesioner biasa yaitu 38,5%
ajaran 2012/2013 kenakalan remaja dan yang menujukkan
dengan kuesioner pola asuh ada hubungan
menggunakan orang tua yang telah signifikan antara
rumus ukuran diuji validitas dan pola asuh orang tua
sampel penelitian reliabilitas. dengan kenakalan
sesuai rumah Kemudian, data yang remaja di SMA
Notoadmodjo telah dikumpulkan Negeri 8 Surakarta
(2005) menjadi dianalisis dengan uji dengan nilai p-
sebanyak 91 siswa korelasi Kendall’s value 0,000
Tau (p<0,05)
Pola Asuh Orang Tua Bandung Desain penelitian ini Sampel dalam Penelitian ini Hasil assessment
dan Kenakalan adalah studi kasus penelitian ini dilakukan dengan terhadap klien salah
Remaja di LPKA dengan survey dan adalah satu anak metode cognitive satu didik di LPKA
Sukamiskin, Bandung. wawancara mendalam didik lapas di restructuring therapy Sukamiskin
Utami dan Raharjo, dengan anak didik LPKA Sukamiskin, dan metode Bandung
2019(Nur Utami and LPKA Sukamiskin, Bandung yang Emotional Freedom mempunyai pola
Raharjo, 2019) Bandung membunuh nyawa Techinque dengan asuh permisif,
seseorang pada saat cara responden bahwa ibu
tawuran antar mengisi beberapa responden selalu
kelompok atau kuesioner untuk menuruti
“geng” mengembalikan kemauannya baik
ingatannya tentang itu positif atau
betapa berharganya negatif dan ayah
diri klien responden bersikap
42
A Longitudinal Study China Desain penelitian Sampel dalam Penelitian ini Hasil uji statistik
of Authoritative dalam penelitiani ini penelitian ini dilakukan dengan menunjukkan
Parenting, Juvenile adalah penelitian menggunakan menggunakan bahwa pola asuh
Delinquency and empiris dengan teknik stratified kuesioner tentang orang tua yang
Crime Victmization structural equation probability pola asuh yang otoriter secara
among Chinese modeling analysis proportionate yang otoriter (21 item langsung dan tidak
Adolescents. Xiong, untuk menganalisis dilakukan 3 tahap. terdiri atas 3 dimensi langsung
dkk, 2020(Xiong, De hubungan Pertama, sampel berdasarkan National menyebabkan
Li and Xia, 2020) dipilih secara acak Longitudinal Survey kenakalan pada
di 3 Kabupaten. of Youth 1997), remaja dengan nilai
Kedua, disetiap masalah kesehatan p-value -0,19
kabupaten dipilih 1 mental (Middle-
SMP di pinggiran School-Students
kota, 1 SMP di Mental Health
perkotaan, 1 SMA Inventory (MMHI)
di pinggiran kota yang dikembangkan
dan 1 SMA di Wang, dkk),
perkotaan dari 12 kenakalan antar
sekolah. Ketiga, teman (terdiri atas 5
setiap sekolah skala yang
diambil sampel dikembangkan
secara acak kelas Stouthamer-Loeber et
7,8,10 dan 11 yang al) ), kenakalan
menyetui formulir remaja (terdiri atas 18
perstujuan siswa item dari The
dan orang tua National Youth
Survey) dan kasus
kejahatan (6 tipe
45
kejahatan yang
pernah dalam
setahuh) dilakukan
yang telah diuji
validitas dan
reliabilitas. Kemudian
data yang diperoleh
dianalisis dengan uji
statistik korelasi
pearson
The Relatioship Malaysia Desain penelitian ini Sampel dalam Penelitian ini Hasil uji statistik
Between Parental adalah penelitian penelitian ini dilakukan dengan menunjukkan ada
Attachment Toward kuantitatif menggunakan meminta persteujuan hubungan antara
Delinquent Behavior teknik purposive secara resmi dari pola asuh orang tua
among Young sampling sebanyak lembaga rehabilitasi terhadap kenakalan
Offenders in 92 responden yang oleh The Prison remaja dengan nilai
Rehabilitation berusia 16-21 tahun Department of r=-0,337, k<0,05
Institutions in Kota Malaysia dengan yang menunjukkan
Kinabalu and menggunakan semakin tinggi pola
Keningau Sabah. Suis, kuesioner skala asuh orang tua,
dkk, 2016. [ CITATION kenakalan remaja semakin rendah
Sui16 \l 1033 ] (kenakalan fisik, perilaku kenakalan
kenakalan antisocial, pada remaja
kenakalan seksual dan
kenakalan verbal)
untuk mengukur
46
frekuensi perilaku
nakal yang dilakukan
responden sebelum
menjalani program
rehabilitasi di
lembaga dan
menggunakan
kuesioner pola asuh
orang tua
44
B. Pembahasan
Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Baru memiliki orang tua dengan pola asuh
otoriter sebesar 94,7% yang artinya pengasuhan yang ditunjukkan oleh orangtua
tua yang pengasuhannya ditunjukkan orang tua bersikap kaku, kepatuhan yang
wajib dipatuhi, serta tidak adanya pertanyaan yang menuntut tanpa adanya diskusi
Baru didapatkan sebanyak 102 responden dengan presentase 30,3% tidak ada
remaja. Sehingga, ada hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan
kenakalan remaja dengan nilai p-value 0,003 (<0,05), karena pola asuh
merupakan salah satu dorongan atau faktor internal dari dalam diri seseorang
untuk melakukan suatau tindakan atau tujuan yang ingin dicapai.(Pangesti, Dinar;
Tianingrum, 2019)
adalah demokratis sebesar 50,5%, dimana pola asuh ini kedudukan orang tua dan
artinya apa yang dilakukan tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat
pola asuh orang tua yag permisif memiliki tingkat kenakalan remaja yang tinggi
sebesar 8,8% dan yang pola asuh orang tuanya otoriter memiliki tingkat kenakalan
pada salah satu anak laki-laki berusia 18 Tahun kelas 12 SMA di LPKA
Sukamiskin Bandung atas kasus membunuh nyawa seseorang pada saat tawuran
antar kelompok atau geng yang dilakukan bersama teman-temannya. Penelitin ini
juga dilakukan dengan cara yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu
serta klien klien juga menceritakan bahwa sering merasa cemas dan gelisah,
sehingga digunakan teknik ini dalam penelitian. Didapatkan, ada pengaruh pola
asuh orang tua terhadap kenakalan yang dilakukan responden, karena pola asuh
orang tua adalah permisif yang selalu menuruti kemauan baik positif maupun
negatif sehingga klien sulit memahami nilai dan normal yang ada yang cenderung
menujukkan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja,
yaitu pola asuh permisif (p-value 0,045) dan neglectful (p-value 0,002) sebagian
besar menyebabkan kenakalan remaja. Sedangkan, pola asuh orang tua yang
dengan nilai p-value 1,000. Menurut peneliti tentang pola asuh, pertama pola asuh
yang permisif akan menghasilkan karakteristik anak yang impulsive, agresif, tidak
patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan
tidak mau mengalah, harga diri rendah, sering bolos dan bermasalah dengan
teman.(Arifin, 2018)
pola asuh dan kenakalan pada remaja. Menurut peneliti, hal ini disebabkan oleh
kombinasi pola asuh yang diterapkan orang tua, yaitu demokratis, otoriter dan
permisif. Pada usia tertentu, yaitu kurang dari 12 tahun, orang tua akan
menerapkan pola asuh otoriter. Tetapi, seiring dengan penambahan umur, pola
asuh yang diterapkan berbeda dan cenderung bersifat bebas. Artinya, ketika sudah
mampu membedakan mana yang baik dan benar, orang tua cenderung memberi
Penelitian Suis, dkk (2016) dan Xiong, dkk (2020) menunjukkan terdapat
hubungan antara pola asuh orang tua deengan kenakalan pada remaja dengan nilai
p-value < 0,05. Ketujuh hasil penelitian yang telah ditemukan pola asuh orang tua
yang permisif dan otoriter dapat menyebabkan kenakalan pada remaja karena
adanya sikap acuh dan tuntutan dari orang tua terhadap anak. Sedangkan, pola
asuh orang tua yang demokratis dapat mencegah kenakalan pada remaja Tetapi,
47
yang menunjukkan bahwa pola asuh permisif orang tua tidak efektif terhadap
variabel kenakalan remaja dan tidak adanya hubungan yang positif dan tidak
signifikan terhadap kenakalan remaja. Hal ini terjadi karena pola asuh permisif
orangtua dipengaruhi oleh persepsi subjek terhadap orangtua yang sesuai dengan
remaja.
apabila anak melakukan kesalahan ataupun tidak melakukan hal yang diinginkan
orang tua, seperti melarang bergaul dengan orang- orang yang tidak disukai orang
tua, menghukum anak dengan melarang hal-hal yang disukai anak. Orang tua
dengan pola asuh permisif dengan mengacuhkan anak, orang tua tidak tahu apa
saja yang diperbuat anak jika anak sedang berada diluar rumah bersama teman-
apabila anak melakukan kesalahan, orang tua jarang sekali memperhatikan nilai
rapot anak di sekolah, dan orang tua tidak peduli apakah anak ada atau tidak ada
setiap hal yang dialaminya, termaksud hal-hal yang tidak disukainya dalam
memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak sehingga tercipta
A. Kesimpulan
1. Pola asuh orang tua terdiri atas pola asuh demokratis, permisif dan otoriter
dengan sebagian besar orang tua memiliki pola asuh yang permisif pada
remaja.
2. Kenakalan remaja terjadi karena adanya pola asuh orang tua terhadap
remaja, jika pola asuh demokratis akan mengurangi kenakalan remaja dan
jika pola asuh permisif dan otoriter dapat menimbulkan kenakalan remaja.
3. Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja.
B. Saran
1. Bagi Institusi
kurang baik.
selanjutnya.
48
Daftar Pustaka
Masdin, Sri Rahayu, 2019. Peran Orang Tua dalam Menyikapi Kebiasaan
Merokok dan Minuman Keras Pada Remaja Di Desa Ulapato A
Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontao, Gorontalo: Poltekkes
Kemenkes Gorontalo.
Nur Utami, A. C. and Raharjo, S. T. (2019) ‘Pola Asuh Orang Tua Dan
Kenakalan Remaja’, Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(1), p. 150. doi:
10.24198/focus.v2i1.23131.
Pangesti, Dinar; Tianingrum, N. A. (2019) ‘Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dengan Kenakalan Remaja Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan
Baru’, Borneo Student Research Hubungan, pp. 99–104.
Rosyidah, N. (2017) ‘Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat
Kenakalan Remaja Pada Remaja SMK Yayasan Cengkareng 2’, Skripsi.
Available at:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36741/1/Nurlail
a Rosyidah-FKIK.pdf.
Sayekti, S. et al. (2016) ‘Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kenakalan
Remaja Di Sma Negeri 8 Surakarta Relationship The Parenting Pattern
And The Juvenile Delinquency At State Senior Secondary School 8
Surakarta’, IJMS-Indonesian Journal On Medical Science, 3(2), pp.
2355–1313.
Setiawan, M. (2015) Karakteristik Kriminalitas Anak dan Remaja. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Situmorang, Z. et al. (2018) ‘Kenakalan Remaja Dilihat Dari Pola Asuh
Permisif Orangtua dan Kontrol Diri Siswa SMU di Kota Ternate’, pp. 1–
49
7.
Sumiati (2009) Kesehatan Jiwa dan Remaja dan Konseling. Jakarta: Trans Info
Media.
Suis. et al. (2016) 'The Relationship Between Parental Attachment Toward
Delinquent Behavior among Young Offenders', Southeast Asia
Psychology Journal, 3, pp. 15-23.
Xiong, R., De Li, S. and Xia, Y. (2020) ‘A longitudinal study of authoritative
parenting, juvenile delinquency and crime victimization among Chinese
adolescents’, International Journal of Environmental Research and
Public Health, 17(4). doi: 10.3390/ijerph17041405.
50