Oleh :
FAUZAN RIJUL R
NIM. E1B119083
Nama Organisasi : Sanggar Baca PANDA (Sanggar Baca Harapan Anak Desa)
Citra Organisasi :
Sanggar Baca PANDA merupakan sebuah organsisasi berbasis aksi kepemudaan yang
bergerak di bidang pendidikan alternatif (non-formal) bagi anak-anak di desa tertinggal di
seluruh Indonesia. Kami mendedikasikan diri bagi anak-anak desa dengan jalan memfasilitasi
pendirian rumah baca multimedia sekaligus sanggar seni (Studio Seni), untuk memberikan
kesempatan bagi mereka dalam mengekspresikan kebutuhan seni sekaligus membuka
cakrawala dunia.
Kami percaya bahwa seni dan kreativitas serta ilmu pengetahuan akan membawa perubahan
berarti bagi anak-anak bangsa. Namun keterbatasan perekonomian pedesaan, terutama di desa
–desa yang belum tersentuh pembangunan merata, selama ini masih menjadi kendala terbesar
dalam mewujudkan cita-cita mulia untuk membangun generasi muda. Banyak anak-anak desa
dengan latar belakang perekonomian keluarga berpenghasilan rendah, tidak mampu
memenuhi kebutuhan pendidikan dasar—apalagi untuk menjamin kebutuhan akan ekspresi
seni. Maka dari itu, dengan membukakan akses anak-anak desa terhadap seni dan literasi,
Sanggar Baca PANDA berharap dapat memberikan kesempatan belajar bagi mereka untuk
menciptakan generasi muda yang berwawasan luas dan memiliki kreatifitas tanpa batas.
Nama Sanggar Baca PANDA memiliki sejumlah makna yang mencerminkan tujuannya.
Sanggar merupakan tempat untuk mengekspresikan kebutuhan seni, baik itu seni tari, lukis,
musik, dan lain sebagainya. Kata 'Baca' menunjukkan visi kami untuk menyebarkan budaya
membaca yang diharapkan akan memperkaya pengetahuan maupun daya imajinasi anak-
anak. PANDA atau yang merupakan singkatan dari "Harapan Anak Desa" memperlihatkan
cita-cita kami untuk mengembangkan potensi generasi muda (anak-anak) yang nantinya akan
menggerakkan desanya menuju kesejahteraan.
Dengan demikian fokus kegiatan Sanggar Baca PANDA berlandaskan pada tujuan human
development dibidang pendidikan non-formal, melalui program pendirian rumah baca-
multimedia dan sanggar seni, donasi buku, donasi dana, kegiatan bermain dan belajar, dan
lain sebagainya.
Visi Organisasi
“Berdedikasi kepada anak negeri dengan jalan berbagi sumber ilmu pengetahuan serta ruang
mengekspresikan seni.”
Misi Organisasi
(1) Menjadi wadah kepedulian pemuda terhadap pendidikan non-formal bagi anak-anak
di wilayah pedesaan tertinggal.
(2) Memfasilitasi anak-anak desa terhadap media infomasi literasi dan ekspresi seni,
dengan mempelopori pendirian rumah baca dan pengelolaan sanggar seni multimedia
interaktif.
(3) Menyebarkan budaya baca dan ekspresi seni sebagai pendidikan alternatif untuk
mengembangkan potensi anak, melalui kegiatan-kegiatan yang dimotori oleh para
relawan.
(4) Membuka cakrawala anak-anak di desa tertinggal untuk tumbuh menjadi generasi
penerus yang berwawasan dan penuh kreatifitas serta inovasi.
Nilai-nilai
Nilai yang menjadi orientasi terpenting dalam Sanggar Baca PANDA adalah untuk peduli
terhadap kebutuhan anak-anak pedesaan, menyumbangkan tenaga dan ide untuk menciptakan
ruang belajar non formal yang menyenangkan, dan kemauan untuk memajukan pendidikan
bagi anak-anak di desa tertinggal.
CONTEXTUAL ANALYSIS
A. Problem Specifics
Sebagai sebuah kota yang telah lama dikenal dengan ikon ‘Kota Pendidikan’, setiap
tahunnya Kota Malang telah mampu menarik minat ribuan pendatang untuk mengenyam
pendidikan. Sektor pendidikan memang selalu menjadi daya tarik utama dari kota Kendari
karena didukung dengan banyaknya institusi pendidikan di berbagai jenjang, mulai dari
tingkat Playgroup yang berstandar Internasional, hingga jajaran Kampus yang menjulang
tinggi memenuhi ruang kota Kendari. Seiring potensi peningkatan jumlah pendatang yang
membutuhkan pendidikan, setiap institusi kini bersaing ketat untuk meningkatkan fasilitas
maupun pelayanan pendidikan mereka. Oleh sebab itu, tak heran apabila berbagai sarana
pendukung di masing-masing institusi mulai dilengkapi agar tetap menarik minat para
pelajar.
Fenomena pembangunan ini bahkan tidak hanya gencar dilakukan oleh institusi
pendidikan formal, melainkan telah merambah juga ke sektor pendidikan non formal seperti
lembaga bimbingan belajar, lembaga bimbingan bahasa, dan lain sebagainya. Dengan
demikian, maka sudah sewajarnya masyarakat Kota Kendari akan selalu memiliki pilihan
yang beragam dalam menentukan manakah institusi pendidikan yang terbaik bagi mereka,
yang dapat mengakomodasi tidak hanya kebutuhan akademis saja, namun juga kebutuhan
non akademis seperti seni dan keterampilan. Hal ini seringkali menjadi prioritas karena
adanya pertimbangan bahwa di era sekarang ini, seseorang tidak hanya dituntut memiliki
kecerdasan agar bisa bersaing dan sukses, namun juga perlu memiliki nilai plus dalam hal
skill tertentu serta berwawasan yang luas.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dalam kegiatan survei lapangan, penulis
berupaya melakukan pendekatan terhadap target sasaran masyarakat dalam memahami
permasalahan kurangnya akses terhadap pendidikan non formal. Temuan yang didapat
menunjukkan bahwa sekolah memang ada, namun fasilitas yang diberikan tidak dapat
menunjang kebutuhan siswa untuk mengembangkan potensi diri secara lebih maksimal agar
dapat bersaing di dunia kerja nantinya. Padahal, seni dan kreativitas serta luasnya cakrawala
pengetahuan adalah suatu modal yang akan membawa perubahan berarti bagi anak-anak
bangsa, terutama dalam menggerakkan kemajuan bagi desanya. Tidak cukup hanya dengan
belajar menyerap ilmu, namun salah satu yang terpenting adalah bagaimana individu dapat
membentuk identitas uniknya dengan kemampuan tertentu yang akan menjadi ‘nilai jual’
bagi dirinya di masa depan. Selama ini, kegiatan yang menjadi rutinitas anak-anak di desa
Tegalweru setelah sekolah hanyalah bermain-main saja, atau bagi mereka yang kurang
beruntung, harus membantu perekonomian keluarga.
Lokasi
Kampung Bajo, Kendari.
Isu
Seni Budaya – Pendidikan Non Formal.
Kultur
Budaya yang melatarbelakangi adanya kebutuhan ini adalah mengenai rendahnya
minat membaca di kalangan anak-anak desa Tegalweru karena kurangnya
keterbukaan akses terhadap buku bacaan, serta tidak adanya fasilitas atau sarana bagi
anak-anak untuk menyalurkan kebutuhan akan seni budaya. Akibatnya adalah anak-
anak kurang terbuka wawasannya, tidak memiliki tempat untuk mengembangkan
bakat minat (akses ke pusat kota Malang sangat jauh), serta hanya menghabiskan
waktu diluar sekolah untuk kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat seperti
bermain game.
Institusi
Sanggar Baca PANDA (Sanggar Baca Harapan Desa)
C. Actors
Proyek yang dilaksanakan Sanggar Baca PANDA melibatkan sejumlah pihak demi
keberhasilannya, diantaranya adalah pengurus organisasi, anggota organisasi,
Pemerintah Kota Malang, Kepala Desa Tegalweru Dau, Ketua RT/RW setempat,
Organisasi Mitra (1001 Buku, Komunitas Jendela, Sahabat Pulau), Mitra Sponsorship
(Greebel, Yamaha Music, Gramedia Pustaka Utama Warehouse), donatur tetap,
donatur tidak tetap (masyarakat kota Malang), serta dukungan penuh dari seluruh
warga setempat di wilayah Desa Tegalweru, Dau.
Para relawan dalam Sanggar Baca PANDA dapat berasal dari kalangan pelajar,
mahasiswa, maupun sarjana muda tanpa memperdulikan latar belakang keilmuan.
Pada dasarnya, keanggotaan sangat terbuka bagi siapapun yang memiliki kepedulian
lebih terhadap pendidikan non-formal untuk anak-anak di desa tertinggal, dan bagi
mereka yang berkomitmen untuk bersedia turun lapangan mewujudkan cita-cita
organisasi tanpa mengharapkan imbalan materil. Struktur kerja yang fleksibel tetap
memungkinkan organisasi untuk merekrut tenaga yang ahli di bidang pendidikan,
namun tidak bersifat mandatoris. Para relawan juga akan diberdayakan untuk
membangun koneksi personal terhadap pejabat pemerintahan dalam Dinas Pendidikan
dan Dinas Sosial, dan Pemerintah Kota Malang.
Dalam gagsan proyek ini, organisasi Sanggar Baca PANDA melakukan serangkaian
tahapan yang diperlukan dalam mewujudkan kelangsungan proyek. Pertama-tama,
kami menentukan susunan kepengurusan proyek untuk menentukan tanggung jawab
dari masing-masing anggota, agar pelaksanaan dapat berlangsung lebih terarah karena
dikondisikan oleh masing-masing penanggung jawab. Langkah selanjutnya adalah
dengan merancang proposal untuk menggalang dana dari berbagai donatur dan mitra:
a. Proposal Pengajuan Proyek kepada Kepala Desa Tegalweru, Dau.
b. Proposal Bantuan Dana kepada Pemerintah Kota Malang, Dinas Pendidikan,
ataupun Dinas Pendidikan.
c. Proposal Kemitraan dengan Yamaha Music, Greebel, serta Gramedia Pustaka
Utama Warehouse.
d. Proposal Kemitraan Jangka Panjang dengan Organisasi 1001 Buku, Komunitas
Jendela, dan Sahabat Pulau.
Proyek ini bernama Sanggar Baca PANDA “DAU”. Tujuan utama dari didirikannya
organisasi serta pelaksanaan proyek ini adalah untuk membukakan akses bagi anak-anak di
Desa Tegalweru terhadap fasilitas seni dan literasi, yang selama ini tidak bisa mereka
dapatkan karena belum tersentuh pembangunan pendidikan yang lebih komprehensif.
Kebutuhan akan penguasaan kemampuan diluar akademis (kemampuan seni sebagai salah
satunya) menjadi mutlak dibutuhkan mengingat persaingan di era saat ini tidak hanya
mengandalkan kemampuan akademis saja. Anak-anak desa menjadi perlu untuk memiliki
wawasan yang terbuka, dan memiliki skill tertentu yang akan memberikan nilai tambah bagi
dirinya, agar tidak kalah dari mereka yang mengenyam pendidikan berstandar tinggi di kota.
Selain dari tujuan diatas, terdapat sejumlah tujuan khusus dari proyek ini sebagai berikut:
Output atau hasil yang diharapkan dari pelaksanaan proyek ini adalah anak-anak desa
Tegalweru memiliki kesempatan yang sama untuk berwawasan luas, serta berekspresi seni
dan mengembangkan potensinya agar ada nilai tambah yang bisa ia maksimalkan untuk
kebutuhan ekonomi di masa depan. Harapannya ialah bahwa anak-anak desa Tegalweru dapat
tumbuh menjadi pemuda-pemudi yang nantinya mampu menggerakkan desanya menuju
kemakmuran, karena dengan menjadi pandai dan berkemampuan, maka seseorang akan
memiliki potensi lebih untuk dapat memberikan gagasan baik bagi kemakmuran bersama.
Sementara itu indikator dari keberhasilan proyek dapat diukur dengan 2 hal:
sustainibilitas (keberlangsungan proyek yang tetap berjalan setelah dilepastangankan oleh
Organisasi untuk diserahkan sepenuhnya kepada pengelola desa), dan meningkatnya jumlah
donatur dan relawan, termasuk dengan terjalinnya kemitraan sinergis dengan organisasi-
organisasi lain yang serupa dalam merumuskan program-program yang baik bagi
pembangunan pendidikan non-formal, atau bahkan dalam poin tertinggi dapat tercipta joint
cooperation untuk mengatur penggunaan sumber daya (pendanaan, donasi fisik seperti buku
dan alat musik) secara bersama-sama. Namun dalam mencapai keberhasilan proyek, tentunya
kami juga mengadapi sejumlah hambatan tersendiri, diantaranya adalah hambatan dana yang
mungkin terjadi karena jumlah dana yang didapatkan mungkin tidak sebanding dengan
kebutuhan proyek. Kami menyadari bahwa proyek ini terbilang high-cost, dan maka dari itu
kami berupaya untuk menjalin koneksi seluas-luasnya kepada berbagai sumber dana dan
kemitraan agar dapat memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan.
Berikutnya adalah mengenai aktifitas yang dilakukan dalam proyek. Tahap pertama
adalah perkenalan organisasi yang akan membutuhkan promosi atau sosialisasi organisasi dan
apa yang menjadi tujuan organisasi untuk menggalang dukungan publik, mencari relawan,
dan menarik perhatian donator. Setelah dana terkumpul dan seluruh perijinan telah
diselesaikan, maka kami memulai pendirian Rumah Baca PANDA di salah satu lokasi yang
telah ditentukan. Studio Seni dibangun di lokasi yang sama apabila ruang yang disediakan
memungkinkan, namun juga dapat dibangun di lokasi yang berbeda. Dalam program
organisasi jangka panjang, pembangunan lokasi pertama akan menjadi sangat penting karena
menjadi pondasi pelaksaan program ditahun pertama yang nantinya akan berpengaruh dalam
menilai kebutuhan pembangunan di lokasi-lokasi berikutnya. Selanjutnya, relawan diminta
untuk aktif menggalang bantuan dana dari berbagai sumber dan bantuan literatur anak, dan
melakukan tahapan approaching kepada anak-anak di wilayah tersebut. Relawan mulai aktif
menyusun program harian untuk mengisi kegiatan baik di Rumah Baca Panda maupun Studio
Seni, dengan jenis kegiatan/program sebagai berikut:
1. Rumah Baca PANDA
Pendirian rumah baca yang terkoneksi dalam jaringan taman baca hasil dari
program kerja organisasi lainnya, untuk memungkinkan adanya sistem rotasi buku
yang memberikan bacaan baru dan lebih beragam setelah jangka waktu tertentu
(berkaitan dengan efisiensi dana pengadaan buku).
2. Sanggar Seni Multimedia “Studio Seni”
Pendirian Studio Seni yang memiliki fasilitas multimedia (audio-video), alat
musik, dan perlengkapan seni untuk menunjang aktifitas berkreasi seni. Fasilitas
multimedia juga dapat dimanfaatkan untuk program lain seperti pemutaran film
atau dongeng.
3. “Dari Negeri Dongeng”
Yakni kegiatan mendongeng cerita-cerita rakyat nusantara untuk memperkenalkan
keragaman budaya dan kearifan lokal.
4. “Layar Bercerita”
Program pemutaran film-film edukatif yang akan mengajarkan pesan moral
kehidupan sebagai bekal menanamkan nilai-nilai luhur bagi anak-anak. Termasuk
dalam hal ini adalah kreatifitas dari para relawan untuk mentranfromasikan isi
buku bacaan kedalam film-film indie untuk mengajarkan metode lain dalam
memahami literatur.
Dari seluruh hal dan kegiatan dalam pelaksanaan proyek ini, tentunya terdapat
sejumlah manfaat atau keuntungan yang diperoleh baik bagi para volunteer organisasi
maupun bagi anak-anak sebagai sasaran proyek. Bagi para volunteer, manfaat yang diperoleh
adalah sarana untuk menyalurkan kepedulian sosial, serta berperan dalam membangun jiwa
pendidik yang lebih kreatif dan berbudi luhur. Skill dalam hal soft skill dan kecerdasan
emosional dari tiap-tiap volunteer akan sangat dikembangkan dalam keseluruhan rangkaian
proyek ini. Kemudian yang paling utama ialah manfaat bagi para anak-anak desa Tegalweru
yang seperti telah berulangkali disinggung sebelumnya, adalah agar mereka mendapatkan
nilai-nilai tambahan dalam hal keterbukaan wawasan dan kemampuan di bidang seni yang
dapat menjadi bekal mereka di masa depan, baik bagi diri sendiri maupun bagi kemajuan
desanya.
Harapan kami dari terlaksananya proyek ini adalah agar pendidikan tidak lagi hanya
dinilai sebagai segala sesuatu dibidang akademis, atau untuk mengejar nilai-nilai berupa
angka saja. Di era sekarang hingga masa depan, setiap individu ditantang untuk
mengembangkan potensi dirinya, untuk menemukan apa keistimewaan pada diri mereka yang
menjadikan mereka berbeda dari orang lain. Setiap anak pasti terlahir memiliki desire for art,
entah dalam wujud apapun baik itu di bidang seni lukis, seni tari, seni musik, atau seni-seni
lainnya. Namun yang menjadi tugas kita adalah bagaimana kita dapat memfasilitasi hal
tersebut, memastikannya agar dapat dikembangkan secara maksimal untuk membentuk
individu yang tidak hanya terkungkung karena keterbatasan. Hadirnya Sanggar Baca
“PANDA” adalah demi mendukung sebuah tujuan mulia yang kami letakkan sebagai
prioritas utama: harapan bagi kesejahteraan anak-anak desa.
MANAGEMENT & ARRANGEMENT
Dalam tujuan agar pelaksanaan proyek Sanggar Baca PANDA ini dapat berjalan
dengan lancar dan terstruktur, maka kami menyusun sistem kepengurusan bagi setiap anggota
Sanggar Baca PANDA sesuai dengan tanggung jawab masing-masing bidang, dengan
susunan sebagai berikut:
1. Ketua Organisasi
Bertanggung jawab atas segala bidang dalam kelangsungan organisasi, yakni
bertindak sebagai pemimpin yang mampu untuk membimbing dan menetukan
garis besar arah organisasi dalam jangka panjang. Tanggung jawab ini meliputi
kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dari dalam dan luar organisasi.
2. Ketua Pelaksana Proyek
Ketua Pelaksana Proyek memiliki masa jabatan satu kali selama proyek, yang
artinya dalam setiap pergantian proyek akan diikuti dengan pergantian Pelaksana.
Ketua pelaksana proyek bertindak sebagai pemimpin yang mengarahkan setiap
divisi agar proyek dapat berjalan dengan baik, serta memastikan agar proyek yang
dijalankan dapat selesai tepat sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Ketua
pelaksana juga bertugas merancang proyek dan proposal dengan renstra yang
terukur.
3. Koordinator Penggalangan Donasi
Bertugas sebagai penanggung jawab Divisi Penggalangan Donasi. Tanggung
jawabnya meliputi merencanakan strategi-strategi untuk menggalang donasi
secara efisien, serta menjalin komunikasi dengan mitra sponsorship, donatur tetap
maupun tidak tetap. Pelaksanaan penggalangan menjadi bagian dari tugas anggota
divisi penggalangan donasi.
4. Sekretaris
Bertugas mencatat seluruh inventaris yang dimiliki, dan menghimpun data
kebutuhan dalam pelaksanaan proyek. Termasuk juga bertugas untuk mencatat
seluruh laporan kegiatan dan progress kegiatan selama proyek berjalan, dan
menyediakan surat-surat yang dibutuhkan untuk keperluan perizinan.
5. Bendahara
Bertugas mengelola keuangan organisasi (seluruh pengeluaran dan pemasukan),
serta merumuskan anggaran sesuai dengan kebutuhan proyek, dan menyusun
laporan keuangan.
6. Koordinator Humas
Bertanggung jawab dalam melaksanakan upaya-upaya membangun koneksi
dengan Pemerintah dan Dinas, menjembatani komunikasi antara organisasi
dengan warga sasaran, dan membangun koneksi dengan kemitraan.
7. Koordinator Divisi Publikasi, Dokumentasi & Media
Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan publikasi kegiatan selama
proyek berlangsung, mendokumentasikan setiap kegiatan, mengelola media sosial
milik organisasi, dan keperluan digital lainnya.
8. Koordinator Transportasi dan Perlengkapan
Bertanggung jawab di bidang penyediaan transportasi dan perlengkapan dalam
pembangunan selama proyek berlangsung.
9. Koordinator Pengadaan
Mengkoordinasikan kepada divisi untuk melakukan pengadaan berbagai
kebutuhan proyek (buku, almari, komputer, alat musik, alat seni, dsb) dan
bertanggung jawab dalam peremajaan inventori proyek maupun organisasi.
APPENDIX
Means of
Project Description Indicators Assumptions
Verification
Goal
[+]
Pembangunan
yang
dimaksud
hanya
dilakukan
secara
sederhana,
sehingga tidak
membebanka
n biaya yang
sangat berat.