Anda di halaman 1dari 10

MODEL-MODEL PENELITIAN

PENGEMBANGAN

Penelitian dan Pengembangan adalah proses penelitian untuk menciptakan atau


memberaiki produk. “Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang berupaya
mengembangkan produk tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Dalam
pendidikan jasmani, rancangan penelitian pengembangan dapat digunakan sebagai upaya
pencegahan masalah pendidikan dan pembelajaran” (Winarno, 2011:57). 
Metode Penelitian dan Pengembangan (research and development) mulai diterapkan
pada dunia industri dan merupakan ujung tombak dari suatu industri dalam menghasilkan
poduk baru yang dibutuhkan oleh pasar. Hampir 4% biaya digunakan untuk Penelitian dan
Pengembangan dalam bidang industri, bahkan untuk bidang-bidang tertentu seperti computer
dan farmasi yaitu hampir melebihi 4% (Borg and Gall, 1983). Sedangkan dalam bidang sosial
dan pendidikan, peranan research and development masih sangat kecil dan kurang dari 1%
dari biaya pendidikan secara keseluruhan. Hal ini dianggap sebagai salah satu alasan utama
mengapa kemajuan dalam bidang pendidikan agak tertinggal jika dibandingkan dengan
bidang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Borg and Gall (1989:773), Unfortunately, R & D
still plays a minor role in education. Less than one percent of education expenditures are for
this purpose. This is probably one of the main reasons why progress in education has logged
for behind progress in other field. 
Pendekatan Penelitian dan Pengembangan (research and development) merupakan
pendekatan penelitian untuk melakukan penelitian, pengembangan, dan pengujian suatu
produk. Untuk menghasilkan produk-produk tertentu memerlukan penelitian yang bersifat
dan mendasarkan pada analisis kebutuhan. Selain itu, Penelitian dan Pengembangan
dimaksudkan untuk menguji keefektifan produk tersebut, supaya produk tersebut dapat
berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat.
Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang diarahkan untuk menghasilkan
produk, desain, dan proses. Di dalam dunia pendidikan dan pembelajaran khususnya,
penelitian pengembangan memfokuskan kajiannya pada bidang desain atau rancangan,
berupa model desain dan desain bahan ajar maupun produk seperti media dan proses
pembelajaran. Penelitian pengembangan sering dikenal dengan istilah Research and
Development (R&D) ataupun dengan istilah research-based development. Dalam dunia
pendidikan, penelitian pengembangan ini memang hadir belakangan dan merupakan tipe atau
jenis penelitian yang relatif baru (Setyosari, 2015:276). Dalam dunia pendidikan, produk-
produk hasil Penelitian dan Pengembangan yang dimaksudkan sudah barang tentu berkaitan
dengan komponen-komponen pendidikan.
Produk-produk tersebut dapat berupa: kebijakan, sistem, metode kerja, kurikulum,
buku ajar, media, model pembelajaran, alat-alat peraga, media pembelajaran, prototipe,
simulator, training/science kit, instrumen asesment, dan sebagainya. Sebelum pengembangan
produk atau produk yang ingin dihasilkan sesuai perlu dipahami mengenai model Penelitian
Dan Pengembangan yang akan digunakan.
Penelitian dan Pengembangan pendidikan memiliki berbagai model, yaitu gambaran
mentah tentang pendidikan yang membantu manusia untuk memahami pendidikan yang tidak
dapat dilihat dan atau dialami secara langsung (Saryono, LP2-UM). Artinnya model
pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model
pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model
teoretik (Universitas Negeri Malang, 46:2010). Penelitian dan Pengembangan dalam konteks
pendidikan, sampai sekarang berkembang berbagai model penelitian dan pengembangan,
dikenal bermacam-macam model Penelitian dan Pengembangan sistem, model, proses, bahan
dan ataupun perangkat pendidikan (Saryono, LP2-UM).
Melihat paparan singkat mengenai model Penelitian dan Pengembangan dalam bidang
pendidikan begitu rumitnya untuk dipahami, maka perlu sebelum seorang peneliti ingin
meneliti dan mengembangkan suatu produk pendidikan, perlu memahami terlebih dahulu
mengenai model Penelitian Dan Pengembangan, sebagai kerangka alur proses penelitian yang
akan dilakukan nantinya. Tujuan penulisan artikel ini adalah (1) menjelaskan konsep model
penelitian dan pengembangan, (2) menganalisis dan mengkaji model-model penelitian dan
pengembangan.

Model Penelitian Pengembangan


Suatu model dapat diartikan sebagai representatif baik visual maupun verbal. Model
menyajikan sesuatu atau informasi yang komplek atau rumit menjadi sesuatu yang lebih
sederhana atau mudah (Setyosari, 2015:282). Dengan model, seseorang lebih memahami
sesuatu daripada melalui penjelasan-penjelasan panjang. Suatu model dalam penelitian
pengembangan dihadirkan dalam bagian prosedur pengembangan, yang biasanya mengikuti
model pengembangan yang dianut oleh peneliti. Model dapat juga memberikan kerangka
kerja untuk pengembangan teori dan penelitian. Dengan mengikuti sejumlah model tertentu
yang dianut oleh peneliti, maka akan diperoleh sejumlah masukan (input) guna dilakukan
penyempurnaan produk yang dihasilkan, apakah berupa bahan ajar, media atau produk-
produk lainnya. Model Pengembangan juga merupakan dasar untuk mengembangkan produk
yang akan dihasilkan.
Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model
teoretik (Universitas Negeri Malang, 46:2010). Dalam bagian ini perlu dikemukakan secara
singkat struktur model yang digunakan, sebagai dasar pengembangan produk. Apabila model
yang digunakan diadaptasi dari model yang sudah ada, maka perlu dijelaskan alasan memilih
model, komponen-komponen yang disesuaikan, dan kekuatan serta kelemahan model
dibanding model aslinya. Apabila model yang digunakan dikembangkan sendiri, maka perlu
dipaparkan mengenai komponen-komponen dan kaitan antar komponen yang terlibat dalam
pengembangan.
Model prosedural adalah model deskriptif yang menggambarkan alur atau langkah-
langkah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan produk tertentu (Setyosari,
2015:284). Model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti
untuk menghasilkan produk. Model prosedural biasa dijumpai dalam model rancangan
pembelajaran, misalnya Dick & Carey, Model Borg & Gall, Dan Model Addie (Analysis,
Design, Development, Implementation, Evaluation) (Setyosari, 2015:284).
Model konseptual adalah model yang bersifat analistis yang menjelaskan komponen-
komponen produk yang akan dikembangkan dan berkaitan antar komponennya (UM,
2010:46). Model ini bersifat analitis, yang menyebutkan komponen-komponen produk,
menganalisis komponen secara rinci dan menunjukkan hubungan antar komponen yang akan
dikembangkan, misalnya model R2D2 (UM, 2010:46). Model ini memperlihatkan hubungan
antar konsep dan tidak memperlihatkan urutan secara bertahap, urutan boleh diawali dari
mana saja.
Model teoretik yang menggambar kerangka berfikir yang didasarkan pada teori-teori
yang relevan dan didukung oleh data empirik. Model ini menampilkan hubungan bermacam-
macam komponen dalam suatu situasi atau peristiwa yang merupakan kuantifikasi dari
berbaga komponen yang mempengaruhi suatu produk pendidikan.
Secara ringkas ketiga model Penelitian dan Pengembangan dapat dikemukakan dalam
tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Perbandingan Model Prosedural, Konseptual dan Teoritik
N KLASIFIKASI KONSEPSI KARATERISTIK
O MODEL
1 Model Prosedural Menampilkan deskripsi langkah langkah yang deskriptif,
didasarkan pada pengetahuan tertentu untk posivistis
menghasilkan suatu produk pendidikan berurutan serial
sistematis
2 Model Konseptual Menampilkan deskriptif verbal sebuah pandangan teoritis-analitis
atas realitas yang tidak memberikan penjelaan secara konstruktivistik
penuh meskipun komponen yang relevan disajikan berulang reflektif
dan didefinisikan secara penuh sistematis
3 Model Menampilkan hubungan bermacam-macam logis
Matematis/Teoritik komponen dalam suatu situasi, yang merupakan rasionalistis
kuantifikasi berbagai komponen yang mempengaruhi multi-hubungan
suatu produk pendidikan (nonlinier)
kuantitatif
sistematis
(Sumber Saryono, LP2-UM)

Secara teoritis dan atau aplikatif, pada dasarnya tidak ada satu pun model Penelitian
dan Pengembangan pendidikan yang dapat disebut paling baik atau paling tidak baik untuk
mengambangkan produk pendidikan (Saryono, LP2-UM). Semua model dapat digunakan
dengan kelebihan dan kelemahan masing masing, oleh karena itu dapat dikatakan ketiga
model Penelitian dan Pengembangan pendidikan tersebut sama-sama layak dan dapat
digunakan untuk mengembangkan berbagai kreativitas dan inovasi bidang pendidikan.

Model-Model Pengembangan dalam Pendidikan


Penelitian Pengembangan dalam konteks pendidikan, sampai sekarang telah
berkembang berbagai model penelitian dan pengembangan, dikenal bermacam-macam model
Penelitian dan Pengembangan sistem, model, proses, bahan dan ataupun perangkat
pendidikan (Saryono, LP2-UM). Suryono juga menjabarkan model pengembangan yang
populer sampai sekarang ada tujuh, yaitu Model Kemp (1994), Model Sistem Dick Dan
Carey (1990;2000), Model Smith Dan Ragan (1993), Model 4 D (1974), Model Borg Dan
Gall (1983/2003), Model R-D-R, Dan Model R2D2. Penjabaran dari model pengembangan
dalam dunia pendidikan sebagai berikut:

Model Kemp
Model kemp ditemukan oleh jerrod kemp, G.R. Morisson, dan S.M Ross  berlangsung
dari berbagai titik siklus, yang tidak memiliki titik awal yang mengharuskan pengembangan
melalui aktifitas pengembangan. Semua aktivitas pengembangan saling berhubungan secara
langsung dengan aktifitas revisi produk yang dikembangkan. Aktivitas
pengembangan Model Kemp ini terdiri atas sepuluh langkah yang lentur dan saling
bergantung. Maksudnya, Keputusan yang dikenakan pada satu langkah dapat memengaruhi
langkah lainnya pada satu sisi dan pada sisi lain langkah-langkah yang dilakukan dapat maju
mundur berdasarkan langkah awal pengembangan.
Menurut Kemp, sepuluh langkah pengembangan yang lentur dan saling bergantung
itu adalah (1) identifikasi kebutuhan belajar, (2) pemilihan topik atau tugas, (3) identifikasi
karakteristik pembelajar, (4) identifikasi isi dan analisis tugas, (5) perumusan tujuan
pembelajaran, (6) perancangan kegiatan belajar-mengajar, (7) pemilihan sumber-sumber
belajar, (8) penetapan faktor pendukung, (9) evaluasi belajar, dan (10) prates (Trianto,
2012:82-89).
Model Dick dan Carey
Model pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carey (1990)
memandang aktivitas pengembangan sebagai salah satu komponen sistem
pengajaran yang terkait langsung dengan komponen sistem pengajaran lainnya
(Saryono, LP2-UM). Aktivitas pengembangan itu merupakan langkah sistemis dan
terorganisasi secara ketat yang menggambarkan urutan prosedur pengembangan
dan hubungan antar-komponen secara serial.
Menurut Dick dan Carey dalam Saryono (LP2-UM), prosedur pengembangan
dan hubungan antar-komponen tampak pada sepuluh langkah pengembangan, yaitu
(1) analisis kebutuhan belajar, (2) analisis pembelajaran, (3) analisis karakteristik
pembelajar dan konteksnya, (4) perumusan tujuan umum dan khusus pembelajaran,
(5) pengembangan instrument asesmen, (6) pengembangan strategi pembelajaran,
(7) pengembangan dan pemilihan bahan pembelajaran, (8) perancangan dan
pelaksanaan penilaian formatif, (9) pelaksanaan revisi bahan pembelajaran, dan (10)
perancangan dan penilaian sumatif. Kesepuluh langkah tersebut mengikuti alur
berurutan secara prosedural, tidak dapat diacak langkah-langkahnya (Trianto,
2012:89-92). Urutan perencananya dapat dilihant pada gambar 1.

Gambar 1 Model Perencanaan Dan Pengembangan Pengajaran Dick Dan Carey


Sumber (Trianto, 2012:92)

Model Smith dan Ragan


Model Smith dan Ragan (1993) yang merupakan model sistem pembelajaran
mengacu pada proses sistematis dalam menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran ke
dalam perencanaan bahan dan aktivitas pembelajaran. Menurut Smith dan Ragan
dalam Saryono (LP2-UM), pembelajaran merupakan proses penyajian informasi dan
aktivitas yang memberikan kemudahan dan fasilitas bagi suatu pencapaian yang
diharapkan peserta didik berupa tujuan-tujuan pembelajaran. Dengan kata lain,
pembelajaran merupakan proses pengondisian kegiatan-kegiatan yang difokuskan
pada belajar peserta didik. Dalam konteks penelitian dan pengembangan,
pandangan Smith dan Ragan ini tampak pada tahapan-tahapan pengembangan yang
meliputi, (1) analisis konteks pembelajaran yang mencakup analisis kebutuhan dan
karakteristik lingkungan pembelajaran, (2) analisis karakteristik pembelajar yang
mencakup persamaan dan perbedaan pembelajar, latar belakang kemampuan
pembelajar, dan implikasi karakteristik pembelajar terhadap desain pembelajaran,
(3) analisis tugas pembelajaran yang mencakup analisis tujuan pembelajaran,
bentuk-bentuk tugas, strategi belajar dan pembelajaran, dan perbedaan tipe-tipe
pembelajaran, dan (4) penilaian kinerja pembelajaran yang mencakup tujuan
penilaian, desain penilaian, dan model penilaian kemampuan belajar.
Model 4D
Model 4D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel dan Smmel (1974)
dalam Saryono (LP2-UM), merupakan model pengembangan perangkat
pembelajaran. Model 4D ini memiliki siklus pengembangan yang terdiri atas 4
(empat) tahapan pengembangan, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan,
dan penyebarluasan. Tahapan pendefinisian meliputi analisis ujung depan, analisis
siswa, analisis tugas, analisis konsep dan perumusan tujuan pembelajaran. Tahapan
perancangan terdiri atas penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format dan
rancangan awal. Tahapan pengembangan terdiri atas penilaian ahli dan uji coba
terbatas. Kemudian tahapan penyebarluasan terdiri atas uji validasi, pengemasan
dan pengadopsian. Tahapan-tahapan pengembangan dalam model 4D tersebut
terfokus pada usaha mengembangkan perangkat pembelajaran, bukan model sistem
pembelajaran.

Model Borg dan Gall


Model Borg dan Gall memaknai Penelitian dan Pengembangan sebagai proses
yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dengan
mengikuti langkah-langkah siklus, prosedural, dan deskriptif. Penelitian dan
Pengembangan meliputi kajian produk yang dikembangkan, pengembangan produk
berdasarkan temuan tersebut melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar
penggunaan produk, dan revisi produk berdasarkan hasil uji lapangan.
Langkah-langkah model pengembangan (research and development) Borg
and Gall (1983:775) sebagai berikut: (1) Research and information collecting (Studi
pendahuluan), (2) Planning (Perencanaan), (3) Develop preliminary form of
product (Pengembangan rancangan produk awal), (4) Preliminary field testing (Uji
lapangan awal), (5) Main product revision (Revisi produk awal), (6) Main field
testing (Uji lapangan utama), (7) Operational product revision (Revisi produk
kedua), (8) Operational field testing ( Uji kelompok), (9) Final Product
Revision (Revisi produk akhir), (10) Dissemination and implementation (Diseminasi
dan implementasi).

Mode Model R-D-R


Model R-D-R (Research-Development-Research) merupakan model linier
dan sirkuler yang melihat pengembangan sebagai tahap-tahap menuju terwujudnya
produk pengembangan. Sesuai dengan namanya model ini memiliki tiga kegiatan
pokok pengembangan yang ringkas, yaitu melakukan penelitian pendahuluan,
mengembangkan perangkat produk, dan melakukan uji keefektifan produk.
Penelitian pendahuluan digunakan untuk memperoleh informasi awal kebutuhan,
kondisi lapangan, dan kelayakan pengembangan produk. Hasil studi pendahuluan
ini digunakan untuk merancang dan mengembangkan produk. Setelah itu,
rancangan produk diuji keefektifannya. Dalam model R-D-R, uji keefektifan produk
merupakan kegiatan amat penting karena tujuan pokok pengembangan adalah
mengembangkan produk dan menguji keefektifan produk (Saryono, LP2-UM).

Model R2D2
Model R2D2 (Reflective, Recursive Design and Development Model) yang
dikemukakan oleh Willis (1995) dalam Saryono (LP2-UM) merupakan model
konstruktivis-interpretivis, kolaboratif, dan non-linier yang (a) bersifat mengulang-
ulang (recursive) dan perenungan (reflective). Di samping itu, model R2D2 (b)
melibatkan pengguna secara kolaboratif dalam pengembangan produk sehingga
pengguna berpartisipasi, (c) tidak menempatkan tujuan sebagai pemandu
pengembangan, melainkan ditentukan bertahap selama proses pengembangan, (d)
meyakini perencanaan terus- menerus berkembang, (e) melakukan strategi evaluasi
proses secara otentik, dan (f) menggunakan data subjektif kualitatif sebagai bahan
untuk merevisi produk yang dikembangkan. Sebagai pendekatan atau metode
kualitatif yang konstruktivis-interpretivis, model R2D2 tidak menguji efektivitas
produk yang dikembangkan, melainkan hanya menguji kelayakan atau akseptabilitas
produk secara kualitatif, yang oleh Willis disebut strategi evaluasi atau uji coba
produk secara kualitatif. Lebih lanjut, model R2D2 tidak berorientasi pada langkah
pengembangan secara berurutan dan prosedural, melainkan berorientasi pada fokus
pengembangan. Dalam model R2D2, fokus pengembangan yang terdiri atas
penetapan (define), penentuan desain dan pengembangan (design and develop), dan
penyebarluasan (dissemination) (Saryono, LP2-UM).
Model pengembangan R2D2 terdapat 4 (empat) prinsip yang lentur dan
terbuka, yaitu rekursi, refleksi, nonlinier, dan partisipatoris. Dengan prinsip rekursi
atau mengulang-ulang sesuai keperluan, pengembang dapat menetapkan keputusan
sementara dan setiap saat meninjau kembali keputusannya tentang model
penjaminan mutu akademik internal pendidikan dan pelatihan kepemimpinan
aparatur pemerintah. Dengan prinsip refleksi, pengembang perlu merenungkan
secara jernih, memikirkan ulang secara sungguh-sungguh, mencari dan menemukan
berbagai balikan dan gagasan dari berbagai sumber selama proses pengembangan
untuk mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan. Kemudian dengan prinsip
nonlinier, pengembang dapat memulai proses pengembangan secara bebas, tidak
secara berurutan. Di sini pengembang dapat melaksanakan aktivitas persiapan
serempak memulai aktivitas pengembangan produk awal; atau bisa juga memulai
kegiatan persiapan dahulu, baru kemudian kegiatan pengembangan produk awal.
Selama proses pengembangan, pengembang telah diperbolehkan melakukan
penilaian secara autentik dan berkelanjutan. Dalam hubungan ini temuan, masukan,
komentar, kritik, saran pandangan, tanggapan, penelaahan, dan penilaian dari tim
partisipatif atau kolaboratif selama proses pengembangan dapat digunakan sebagai
bahan revisi atau perbaikan produk secara berkelanjutan. Selanjutnya, dengan
prinsip partisipatoris pengembang dapat melibatkan partisipan atau melakukan
kolaborasi dengan pihak lain dalam beberapa atau semua proses
pengembangan(Saryono, LP2-UM).
Uraian ringkas berbagai model Penelitian dan Pengembangan tersebut dapat disajikan
dalam bentuk Tabel 2 berikut ini. 
Tabel 2. Perbandingan Model-Model Pengembangan
N KELEBIHAN DAN
MODEL KARAKTERISTIK
O KEKURANGAN
1 Kemp Pengembangan berlangsung dari Kelebihan: Model ini tergolong
berbagai titik siklus, yang tidak model konseptual yang
memiliki titik awal yang positivistik, lentur dan terbuka.
mengharuskan pengembang memulai
aktivitas pengembangan.
Kelemahan: Tetapi terlalu rumit
Semua aktivitas pengembangan saling
berhubungan secara langsung dengan
langkah-langkah
aktivitas revisi produk yang pengembangannya.
dikembangkan. Peran pengembang juga sangat
Aktivitas pengembangan model Kemp dominan, mengabaikan keberadaan
ini terdiri atas sepuluh langkah yang dan peran calon pengguna,
lentur dan saling bergantung.
Uji efektivitas produk selalu
dilakukan atau diperlukan.
2 Dick dan Aktivitas pengembangan sebagai Kelebihan: Model ini tergolong
Carey salah satu komponen sistem model prosedural yang
pengajaran yang terkait langsung behavioristis dan sangat terperinci
dengan komponen sistem pengajaran jelas langkah- langkahnya,
lainnya.
Aktivitas pengembangan itu
merupakan langkah sistemis dan
Kelemahan: tetapi langkah-
terorganisasi secara ketat yang langkahnya terlalu rumit dan kaku
menggambarkan urutan prosedur satu arah. Demikian juga hanya
pengembangan dan hubungan antar- melibatkan pengembang, tidak
komponen secara serial yang sangat melihat keberadaan dan melibatkan
terperinci. calon pengguna.
Uji efektivitas produk selalu
dilakukan atau diperlukan.
3 Smith dan Model ini merupakan model sistem Kelebihan: Model ini tergolong
Ragan pembelajaran mengacu pada proses model prosedural dan positivistik
sistematis dalam menerapkan prinsip- yang tahapan-tahapan
prinsip pembelajaran ke dalam pengembangannya terperinci,
perencanaan bahan dan aktivitas
pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses
Kelemahan: tetapi sangat linier
penyajian informasi dan aktivitas sehingga terkesan kaku. Hanya
yang memberikan kemudahan dan melibatkan pengembang, calon
fasilitas bagi suatu pencapaian yang pengguna produk sama sekali tidak
diharapkan peserta didik berupa diperankan dalam proses
tujuan-tujuan pembelajaran. pengembangan.
Pembelajaran merupakan proses
pengondisian kegiatan-kegiatan yang
difokuskan pada belajar peserta didik.
Aktivitas pengembangan merupakan
tahapan- tahapan berurutan.
Uji efektivitas produk selalu
dilakukan atau diperlukan.
4 4D Model ini merupakan model Kelebihan: Model ini tergolong
pengembangan perangkat model prosedural yang positivistik
pembelajaran. yang langkah-langkahnya
Model ini memiliki siklus sederhana,
N KELEBIHAN DAN
MODEL KARAKTERISTIK
O KEKURANGAN
pengembangan yang terdiri atas 4
(empat) tahapan pengembangan, yaitu Kelemahan: tetapi terkesan linier
pendefinisian, perancangan, dan kaku. Satu- satunya yang
pengembangan, dan penyebarluasan. berperan dalam pengembangan
Tahapan-tahapan pengembangan adalah pengembang. Calon
dalam model ini prosedural atau
pengguna tidak diperankan.
runtut berurutan.
Uji efektivitas produk selalu
dilakukan atau diperlukan.
5 Borg dan Model Borg dan Gall (memaknai Kelebihan: Model ini tergolong
Gall Penelitian dan Pengembangan model prosedural yang positivistie
sebagai proses yang dipakai untuk yang langkah-langkahnya
mengembangkan dan memvalidasi terperinci dan runtut,
produk pendidikan dengan
mengikuti langkah-langkah siklus, Kelemahan: tetapi terkesan
prosedural, dan deskriptif. njelimet dan linier-kaku.
Penelitian dan Pengembangan Pengembangan hanya melibatkan
meliputi kajian produk yang pengembang, calon pengguna
dikembangkan, pengembangan sama sekali tidak diperankan dan
produk berdasarkan temuan dilibatkan.
tersebut, melakukan uji coba
lapangan sesuai dengan latar
penggunaan produk, dan revisi
produk berdasarkan hasil uji
lapangan. Secara rinci, prosedur
atau langkah pengembangan terdiri
atas 10 langkah.
Uji efektivitas produk selalu
dilakukan atau diperlukan.
6 R-D-R Model ini merupakan model linier Kelebihan: Model ini tergolong
dan sirkuler yang melihat model prosedural yang sederhana
pengembangan sebagai tahap- langkah- langkahnya,
tahap menuju terwujudnya produk
pengembangan. Sesuai dengan Kelemahan: tetapi terkesan
namanya, model ini memiliki tiga positivistik, terlalu sederhana dan
kegiatan pokok pengembangan umum. Peran pengembang sangat
yang ringkas, yaitu melakukan dominan. Calon pengguna tidak
penelitian pendahuluan, dilibatkan dalam proses
mengembangkan perangkat pengembangan.
produk, dan melakukan uji
keefektifan produk. Penelitian
pendahuluan digunakan untuk
memperoleh informasi awal
kebutuhan, kondisi lapangan, dan
kelayakan pengembangan produk.
Hasil studi pendahuluan ini
digunakan untuk merancang dan
mengembangkan produk. Setelah
itu, rancangan produk diuji
N KELEBIHAN DAN
MODEL KARAKTERISTIK
O KEKURANGAN
keefektifannya. Uji efektivitas
produk selalu dilakukan atau
diperlukan.
7 R2D2 Model ini merupakan model Kelebihan: Model ini tergolong
konstruktivis- interpretivis, model konstruktivis-interpretif
kolaboratif, dan non-linier yang (a) yang lentur dan terbuka. Langkah-
bersifat mengulang-ulang (recursive) langkah pengembangannya
dan perenungan (reflective). tergolong sederhana dan mudah
Model ini melibatkan pengguna
diikuti. Model ini melibatkan
secara kolaboratif dalam
pengembangan produk sehingga berbagai pihak dalam keseluruhan
pengguna berpartisipasi. proses pengembangan, antara lain
Model ini tidak menempatkan tujuan calon pengguna produk. Peran
sebagai pemandu pengembangan, pengembangan tidak sangat
melainkan ditentukan bertahap selama dominan.
proses pengembangan.
Model ini meyakini perencanaan
terus-menerus berkembang,
melakukan strategi evaluasi proses
secara autentik, dan (menggunakan
data subjektif kualitatif sebagai bahan
untuk merevisi produk yang
dikembangkan.
Sebagai pendekatan atau metode
kualitatif yang konstruktivis-
interpretivis, model ini tidak menguji
efektivitas produk yang
dikembangkan, melainkan hanya
menguji kelayakan atau akseptabilitas
produk secara kualitatif.
Model ini tidak berorientasi pada
langkah pengembangan secara
berurutan dan prosedural, melainkan
berorientasi pada fokus
pengembangan.
Uji efektivitas produk tidak dilakukan
atau tidak diperlukan. Cukup
dilakukan atau diperlukan uji
kelayakan secara kualitatif.
(Sumber Saryono, LP2-UM)

Berdasarkan Tabel 2 tersebut di atas dapat diketahui bahwa berbagai model Penelitian
dan Pengembangan yang ada memiliki atau mengandung tiga komponen utama, yaitu (1)
pengkajian pendahuluan atau pra-pengembangan, (2) proses pengembangan, dan (3) pasca-
pengembangan. Sesuai yang di jelaskan Sukmadinata, dkk (2015:184) secara garis besar
langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan yang dikembangkan terdiri atas tiga tahapan,
yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) pengembangan model, dan (3) uji model.  hal ini perlu diberi
3 (tiga) catatan pokok.
Pertama, ketiga komponen utama tersebut tidak selalu berurutan, linier, prosedural,
dan gradual dalam arti bahwa pertama-tama harus dilakukan pengkajian pendahuluan,
barulah kemudian dilakukan proses pengembangan, dan selanjutnya diakhiri dengan pasca-
pengembangan. Dapat saja pengkajian pendahuluan dan proses pengembangan dilakukan
secara serempak, siklis atau sirkular atau proses pengembangan dan pasca-pengembangan
dilakukan secara siklis atau sirkuler. Hal tersebut sangat bergantung pada model penelitian
dan pengembangan: Model Borg dan Gall atau R-D-R tentu saja harus mengikuti langkah
linier, prosedural, dan gradual, tetapi Model R2D2 mengikuti prinsip siklis dan sirkuler.
Kedua, ketiga komponen utama Penelitian dan Pengembangan mengandung atau
memiliki berbagai aktivitas yang bermacam-macam dan bisa berbeda-beda dengan nama
berbeda pula. Misalnya, pengkajian pendahuluan atau pra-pengembangan dalam Model Borg
dan Gall dengan pra-pengembangan dalam Model R2D2 berisi kegiatan yang berbeda-beda
dengan nama berbeda pula.
Selanjutnya ketiga, proses pengembangan dalam Penelitian dan Pengembangan ada
yang mengharuskan uji coba dengan desain uji coba tertentu, namun ada juga yang tidak
mengharuskan uji coba. Misalnya, Model R-D-R dan Model Borg dan Gall mengharuskan
adanya proses uji coba dengan desain uji coba tertentu (bisa desain eksperimental,
eksperimental-semu, dan deskriptif), namun Model R2D2 tidak mengharuskan uji coba
karena sejak awal pengembangan sudah melibatkan semua pihak yang berkepentingan
dengan penelitian dan pengembangan. Biasanya Model R2D2 dimodifikasi dengan ditambah
uji coba karena berbagai pertimbangan.

Anda mungkin juga menyukai