Anda di halaman 1dari 14

Vol. 6 No. 1, Mei 2019 (pp.

19-32)
ISSN : 2580-6181 (Print), 2599-2481 (Online)
Available online at:
http://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/index

MENIMBANG MODEL PEMBELAJARAN


(Kajian Teoretis-Kritis atas Model Pembelajaran dalam
Pendidikan Islam)

Abas Asyafah

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Indonesia


E-mail: abasasyafah@upi.edu

Abstract. This article examines the learning model. This study departs from the fact that there are
some people who still need a reference to weigh a learning model. A common problem to be answered
through this study is how to weigh a learning model. This study uses a descriptive method because the
researcher is analyzing the current problem and uses a qualitative approach. Through library, the
author concludes that a good learning model must be assessed in terms of validity, practical use, and
effectiveness. In weighing a learning model, we must first understand the concepts / theories about the
learning model as a whole. If there is still a gap between the theory and the model, it means that the
learning model must be revised and developed again.

Keywords: Learning Model, Considering Learning Model, and Islamic Education

Abstrak. Artikel ini mengkaji tentang model pembelajaran. Kajian ini berangkat dari fakta
bahwa masih ada kalangan yang masih membutuhkan suatu acuan untuk menimbang suatu model
pembelajaran. Masalah umum yang ingin dijawab melalui kajian ini adalah bagaimana cara
menimbang suatu model pembelajaran?. Kajian ini menggunakan metode deskriptif karena peneliti
sedang menganalisis permasalahan yang sedang terjadi saat ini dan menggunakan pendekatan
kualitatif. Melalui studi kepustakaan (library research), penulis berkesimpulan bahwa sebuah
model pembelajaran yang baik harus dapat dinilai dari sisi validitas (kesahihan), keprak-
tisan/keterpakaian, dan efektivitasnya. Untuk menimbang sebuah model pembelajaran, kita
terlebih dahulu harus memahami konsep/teori tentang model pembelajaran secara utuh dan
lengkap. Bila masih ditemukan kesenjangan antara teori dengan model tersebut berarti model
pembelajaran tersebut masih harus direvisi dan dikembangkan lagi.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Menimbang Model Pembelajaran, dan Pendidikan Islam

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 19


Abas Asyafah

PENDAHULUAN dapat digunakan sebagai landasan untuk


menimbang suatu model pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah dan menentukan instrumen lainnya.
satu komponen penting dalam
pembelajaran. Ada beberapa alasan METODE PENELITIAN
pentingnya pengembangan model pem-
belajaran, yaitu: a) model pembelajaran Kajian ini menggunakan metode deskritif
yang efektif sangat membantu dalam karena peneliti sedang menganalisis
proses pembelajaran sehingga tujuan permasalahan yang sedang terjadi saat-
pembelajaran lebih mudah tercapai, b) saat ini, sedangkan pendekatannya
model pembelajaran dapat memberikan menggunakan pendekatan kualitatif.
informasi yang berguna bagi peserta Data diperoleh dengan book survey
didik dalam proses pembelajarannya, c) sehingga dapat menjawab permasalahan
variasi model pembelajaran dapat yang diajukan dalam penelitian.
memberikan gairah belajar peserta didik, Pengumpulan, pengolahan dan
menghindari rasa bosan, dan akan analisis data dilakukan sekaligus
berimplikasi pada minat serta motivasi (serempak) karena merujuk pada tulisan
peserta didik dalam mengikuti proses Ali (2019, hal. 126), Creswell (2014, hal.
pembelajaran, d) mengembangkan ragam 277) dan Miles & Haberman (1994)
model pembelajaran sangat urgen karena bahwa analisis data terdiri dari tiga alur
adanya perbedaan karakteristik, kepri- kegiatan yang terjadi secara bersamaan
badian, kebiasaan-kebiasaan cara belajar yaitu: (1) reduksi data, (2) display data,
para peserta didik, e) kemampuan dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi.
dosen/guru dalam menggunakan model Ada-pun teknik yang digunakan adalahan
pembelajaran pun beragam, dan mereka teknik analisis komponensial (compo-
tidak terpaku hanya pada model tertentu, nential analysis).
dan f) tuntutan bagi dosen/guru Teknik ini digunakan untuk
profesional memiliki motivasi dan menganalisis unsur-unsur yang memiliki
semangat pembaharuan dalam menjalan- hubungan-hubungan yang kontras satu
kan tugas/profesinya. sama yang lain dalam domain-domain
Namun untuk mengembangkan, yang telah ditentukan untuk dianalisis
membuat, memilih, dan menggunakan secara lebih terperinci dengan urutan
suatu model pembelajaran, seorang kegiatan (1) penggelaran hasil searching
guru/dosen/peneliti dihadapkan suatu data dari referensi, (2) pemilihan hasil
tahap pengukuran, penilaian, dan meng- searching, dan (3) menemukan elemen-
evaluasi atau menimbang suatu model elemen kontras dan penting yang dapat
pembelajaran. Hal ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian. Dengan
memberi jawaban atas permasalahan metode dan prosedur penelitian ini,
umum “apa dan bagaimana konsep maka dapat disajikan hasil dan
model pembelajaran” dan instrumen apa pembahasan penelitian sebagai berikut.
saja yang dapat dipakai untuk
menimbang suatu model pembelajaran? HASIL PENELITIAN DAN
Sedangkan tujuan yang hendak dicapai PEMBAHASAN
adalah memperoleh jawaban atas
permasalahan umum di atas serta Untuk dapat menimbang suatu model
masalah-masalah khusus yang mengikuti- pembelajaran, kita menghajatkan sebuah
nya. Jawaban atas permasalahan ini kajian konseptual bahkan teori tentang
merupakan sebuah konsep tentang “model pembelajaran”. Dalam Kamus
“model pembelajaran” yang selanjutnya Besar Bahasa Indonesia, Moeliono (1990,

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 20


Menimbang Model Pembelajaran

hal. 456) mengartikan “konsep sebagai pembelajaran. Berikut ini uraian masing-
ide ataupun pengertian yang masing secara berurutan.
diabstrakkan dari peristiwa kongkret”.
Sedangkan Waney (1989, hal. 68-70) 1. Pengertian
mengungkapkan pula “makna konsep Secara etimologis model berarti pola
yaitu suatu istilah yang dipergunakan dari sesuatu yang akan dibuat atau
untuk mengelompokkan sejumlah objek, dihasilkan. Model dapat dipandang dari
peristiwa atau proses yang mempunyai ciri- tiga jenis kata yaitu: a) sebagai kata benda,
ciri sama”. Berdasarkan dua pengertian b) kata sifat, dan c) kata kerja. Sebagai
tersebut, maka Asyafah (2014, hal. 2) kata benda, model berarti representasi
menyatakan bahwa konsep itu dapat atau gambaran. Sebagai kata sifat model
diartikan sebagai gambaran atau abstraksi adalah ideal, contoh, dan teladan.
tentang sejumlah fenomena baik objek, Sebagai kata kerja model adalah
proses, atau apapun yang dibuat oleh memperagakan, memper-tunjukkan.
seseorang (pembuat konsep) pada waktu Dalam penelitian pengembangan model
tertentu dengan maksud membuat itu dirancang sebagai suatu
susunan, memberi makna atas penggambaran operasi dari prosedur
pengalamannya, yang mempunyai ciri-ciri penelitian pengembangan secara ideal
yang sama untuk memahami hal-hal lain. dengan tujuan untuk menjelaskan atau
Selanjutnya Asyafah (2014, hal. 3) menunjukkan alur kerja dan hubungan-
menjelaskan tingkat kompleksitas dari hubungan penting yang terkait dengan
setiap konsep, sangat tergantung dari penelitian.
banyaknya pengalaman dalam penciptaan Secara umum, model dipandang
konsep tersebut. Setiap konsep sebagai suatu representasi (baik visual
mengandung dua dimensi, yaitu 1) suatu maupun verbal) yang menyajikan
bentuk atau separangkat komponen isi, sesuatu atau informasi yang kompleks,
dan 2) struktur atau pola hubungan dari luas, panjang, dan lama menjadi sesuatu
komponen yang satu dengan yang gambaran yang lebih sederhana atau
lainnya dan hubungan secara mudah untuk dipahami. Dalam
keseluruhan. penelitian pengembangan model sengaja
Pembahasan kita dalam tulisan ini dibuat oleh peneliti sebagai bagian dari
merupakan upaya penelusuran penulis upaya pengembangan sesuai dengan
tentang konsep “Model Pembelajaran”. paradigma yang dianut oleh peneliti.
Upaya ini diharapkan sebagai dasar Bagi Dewey dalam Joice dan Weil
untuk untuk dapat menimbang suatu (2000, hal. 13) dinyatakan bahwa “the
model pembelajaran secara ilmiah. core of teaching process of invironments within
Keseluruhan konsep ini terdiri atas 1) which the students can interact and study how
pengertian model pembelajaran, 2) to learn”. Terkait dengan hal ini
landasan-landasan model pembelajaran, selanjutnya Joice & Weil mengatakan
3) fungsi model pembelajaran, 4) unsur- bahwa “A model of teaching is a description
unsur model pembelajaran, 5) ciri-ciri of a learning environment”. Sedangkan
model pembelajaran, 6) kriteria model pengertian model pembelajaran
pembelajaran, 7) jenis dan rumpun berdasarkan Permendikbud Nomor 103
model pembelajaran, 8) Cara memilih Tahun 2014 tentang “Pembelajaran
model pembelajaran, 9) cara menge- adalah kerangka konseptual dan
valuasi model pembelajaran, 10) dampak operasional pembelajaran yang memiliki
dari model pembelajaran, dan 11) nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan
keunggulan dan keterbatasan model budaya” (Anonim, 2018, hal. 3).

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 21


Abas Asyafah

Isitilah-istilah model, pendekatan, dengan kebutuhandalam pembelajaran.


strategi, metode, dan teknik merupakan Pengertian model pembelajaran ini lebih
istilah yang sangat familiar di lingkungan luas cakupannya dari pendekatan,
pendidikan, namun terkadang istilah- prosedur,strategi, metode, dan teknik
istilah tersebut membuat bingung, selain pembelajaran. Dengan kata lain, model
itu para ahli juga memiliki makna yang pembelajaran merupakan kerangka atau
berbeda-beda terhadap istilah-istilah bungkus dari penerapan suatu
tersebut. Pada beberapa referensi para pendekatan, prosedur,strategi, metode,
ahli membuat pengertian tentang “model dan teknik pembelajaran dari mulai
pembelajaran” yang apabila kita pelajari perencanaan sampai pasca pembelajaran.
secara seksama akan ditemukan Sekadar memberikan gambaran umum
keragaman, namun jika ditarik benang berikut ini dikemukanan pengertian dan
merahnya, maka akan kita dapati esensi contoh masing-masing. Pertama; Strategi
dari pemengertian-pengertian mereka itu. pembelajaran merupakan separangkat
Bagi saya, yang dimaksud dengan model kebijaksanaan yang dipilih oleh
pembelajaran adalah sebuah deskripsi dosen/guru setelah dipertimbangkan
yang menggambarkan disain pembela- faktor-faktor penentuan kebijakannya
jaran dari mulai perencanaan, proses sehingga tercapai tujuan pembelajaran
pembelajaran, dan pasca pembelajaran secara efektif dan efisien.Kedua;
yang dipilih dosen/guru serta segala Pendekatan pembelajaran merupakan
atribut yang terkait yang digunakan baik jalan atau arah yang ditempuh oleh guru-
secara langsung atau tidak langsung siswa dalam mencapai tujuan pem-
dalam disain pembelajaran tersebut. belajaran dilihat bagaimana materi itu
Berdasarkan pengertian ini, maka dalam disajikan (misalnya pendekatan induktif
suatu model pembelajaran diartikan >< deduktif, teacher centered >< student
sebagai suatu rancangan atau pola centered. Ketiga; Metode pembelajaran
konseptual yang memiliki nama, merupakan cara mengajar secara umum
sistematis dapat digunakan dalam yang dapat gunakan pada semua berbagai
menyusun kurikulum, memanaj materi, pelajaran, misalnya metode ceramah,
mengatur aktivitas peserta didik, ekspositori, tanya jawab. Keempat;
memberi petunjuk bagi pengajar, Teknik mengajar merupakan penerapan
mengatur setting pembelajaran, mencipta- secara spesifik suatu metode
kan lingkungan belajar yang mendukung, pembelajaran yang telah disesuaikan
mengarahkan pada tujuan yang dengan berbagai aspek yang
diharapkan, dan mengevaluasinya mempengaruhi pembelajaran, teknik
(mengukur, menilai, dan memberikan jembatan keledai َ‫( بَ ُج ِدطق‬baca: bajuditoqo)
feedback). Suatu model pembelajaran, juga merupakan teknik agar mudah
haruslah menggambarkan operasionali- mengingat huruf qolqolah).
sasi dari konsep di atas yang
mengungkapkan berbagai realitas yang 2. Landasan
sesuai dengan situasi kelas dan macam Kekokohan sesuatu bisa diukur dari
pandangan hidup yang dihasilkan dari landasan-landasan yang mendasarinya.
suatu kajian ekploratif. Pertimbangan pentingnya landasan
Derdasarkan deskripsi di atas, dapat dalam mengembangkan suatu model
diikhtisarkan bahwa model pembelajaran pembelajaran adalah karena fungsi model
itu merupakan suatu disain konseptual pembelajaran yang sangat strategis dalam
dan operasional pembelajaran yang mencapai tujuan pembelajaran dan
memiliki nama, ciri, urutan logis, diperolehnya dampak positif darinya.
pengaturandan fasilitas yang relevan Landasan-landasan yang dipandang

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 22


Menimbang Model Pembelajaran

penting dalam menimbang suatu model model dan rasional yang membedakan
pembelajaran setidaknya meliputi: a) antara model pembelajaran yang satu
landasan filosofis, b) landasan teoretis, c) dengan model pembelajaran yang
landasan psikologis-pedagogis, dan d) lainnya. Jadi sintaks masing-masing
landasan sosiologis. Jika model itu model pembelajaran memiliki karak-
dikembangkan dari nilai-nilai religious, teristik masing-masing. Langkah-langkah
hendaknya ditambah dengan e) landasan pembelajaran secara umum dapat
religious. merujuk pada model (generik) Gleser
(Asyafah, 2016, hal. 85)yang terdiri atas
3. Fungsi empat langkah, yaitu Intruksional
Adapun fungsi model pembelajaran Objectives, Entering Behavior, dan
adalah: a) Pedoman bagi para perancang Performance. Kedua; The social
pembelajaran dan para pengajar dalam system.Yaknisuasana dan norma yang
merencanakan kegiatan pembelajaran. b) berlaku dalam pembelajaran. Dalam
Pedoman bagi dosen/ guru dalam langkah ini ditunjukkan peran, aktivitas,
melaksanakan pembelajaran sehingga dan hubungan dosen/guru dengan
dosen/guru dapat menentukan langkah peserta didik serta lingkungan belajarnya.
dan segala sesuatu yang dibutuhkan Dalam hal ini peran dosen/guru bisa
dalam pembelajaran tersebut. c) bervariasi pada satu model dengan
Memudahkan para dosen/ guru dalam model lainnya. Pada satu model, guru
membelajarkan para muridnya guna berperan sebagai fasilitator namun pada
mencapai tujuan yang ditetapkannya. d) model yang lain guru berperan sebagai
Membantu peserta didik memperoleh sumber ilmu pengetahuan, sebagai
informasi, ide, ketrampilan, nilai-nilai, pengarah, dan lain-lain. Ketiga; Principles
cara berfikir, dan belajar bagaimana of reaction. Prinsip reaksi yang
belajar untuk mencapai tujuan menunjukkan bagaimana dosen/guru
pembelajaran. memperlakukan peserta didik dan
bagaimana pula ia merespon terhadap
4. Unsur-unsur apa yang dilakukan peserta didiknya.
Menurut Joyce dan Weil (2000, hal. Keempat; Support system. Sistem
14) bahwa unsur-unsur yang harus ada pendukung yang menunjukkan segala
dalam suatu model pembelajaran ada sarana, bahan, dan alat yang dapat
empat unsur, yaitu: 1) Syntax, 2) The social digunakan untuk mendukung
system, 3) Principles of reactio, dan 4)Support keberhasilan menggunakan model
system. Di samping empat unsur di atas tersebut. Kelima; Instructionaland
dalam buku “Model-Model nurturant effects. Dampak intruksional
Pembelajaran” yang dikeluarkan oleh merupakan hasil belajar yang diperoleh
Direktorat Pembinaan SMA Kementrian secara langsung berdasarkan tujuan yang
Pendidikan dan Kebudayaan RI (2018, ditetapkan (instructional effects) dan hasil
hal. 3)(2017) ditambah saru unsur lagi, belajar di luar yang ditetapkan disebut
yakni instructional dan nurturant effects. dengan dampak penyerta (nurturant
Pertama; Sintaks (syntax). Ia effects).
merupakan langkah-langkah operasional
pembelajaran yang menjelaskan pelak- 5. Ciri-Ciri
sanaannya secara nyata. Di dalamnya Model pembelajaran mempunyai
dimuat tahapan perbuatan/ kegiatan empat ciri khusus yang tidak dimiliki
dosen/guru dan peserta didik. Secara oleh strategi, metode, atau prosedur.
implisit, di balik tahapan tersebut Dalam wikipedia.org dikemukakan ciri-
terdapat karakteristik lainnya dari sebuah ciri tersebut antara lain: a) Rasional

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 23


Abas Asyafah

teoretik yang logis, disusun oleh para Karakteristik model memperlihatkan


pencipta atau pengembangnya. b) hubungan antarkonsep yang satu dengan
Landasan pemikiran tentang apa dan yang lain, konsep-konsep itu tidak
bagaimana siswa belajar (tujuan memperlihatkan urutan secara bertahap.
pembelajaran yang akan dicapai). c) Model ini bersifat konstruktivistik,
Tingkah laku mengajar-pelajar yang artinya urutan bersifat terbuka, berulang
diperlukan agar model tersebut dapat dan fleksibel. Kedua model prosedural,
dilaksanakan dengan berhasil; d) yaitu deskriptif yang menggambarkan
Lingkungan belajar yang diperlukan agar alur atau langkah-langkah prosedural
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. yang harus diikuti untuk menghasilkan
suatu produk tertentu. Karakteristik yang
6. Kriteria menonjol pada model ini berupa urutan
Suatu model pembelajaran dapat langkah-langkah, yang diikuti secara
dikatakan baik jika memenuhi kriteria bertahap dari langkah awal hingga
tertentu. Dalam wikipedia.org langkah akhir. Ketigamodel sistematis,
dikemukakan tiga kriteria, yaitu valid, model ini menggambarkan sesuatu dalam
praktis, dan efektif. Sahih (valid) adalah hubungan yang teratur dan logis
kesahihan suatu model pembelajaran sehingga membentuk suatu sistem yang
dinilai dengan dua hal,yaitu: a) Apakah utuh, menyeluruh, terpadu, mampu
model pembelajaran yang didisain menjelaskan rangkaian sebab akibat
didasarkan pada rasionalitas dan teori menyangkut obyeknya.
yang kuat? b) Apakah terdapat Sekaitan dengan model-model
konsistensi internalnya?. Praktis, meru- pembelajaran, sepanjang upaya penelu-
pakan aspek kepraktisannya dapat diuji suran penulis, Joyce & Weil yang
dengan: a) Penilain para ahli dan para pertama kali mengekslorasi dan
praktisi yang menyatakan bahwa model mengklasifikasi model-model mengajar
yang dikembangkan dapat diterapkan dan ditulis dengan judul buku “Models of
secara praktis, b) uji lapangan Teaching”. Lebih dari 40 tahun Joyce dan
(implementasi model) yang menun- Weil (2000, hal. 13)terus-menerus
jukkan bahwa apa yang dikembangkan menelusuri model-model tersebut dan
tersebut dapat diterapkan. Efektif; Aspek mengklasifikasikannya menjadi empat
efektivitas dapat diuji dengan: a) rumpun model, yaitu: a)rumpun model
Penilaian para ahli dan praktisi interkasi sosial, b) rumpunmodel
berdasarkan pengalamannya menyatakan pemerosesan informasi, c) rumpunmodel
bahwa model tersebut efektif, b) Hasil personal – humanistik, dan d) rumpun
uji (penelitian) empirik yang menun- model modifikasi tingkah laku.
jukkan efektivitas model tersebut dalam
mencapai hasil yang diharapkan.
8. Pemilihan Model
7. Jenis-Jenis dan Rumpun Oleh karena model-model pem-
Setyosari (2013, hal. 228-239) belajaran itu banyak ragam atau jenisnya,
menun-jukkan tiga model penelitian dan tidak ada model pembelajaran yang
pengem-bangan, yaitu model konseptual, cocok untuk segala situasi dan kondisi,
model prosedural, dan model sistematis. serta suatu model yang digunakan dalam
Pertama model konseptual merupakan pembelajaran tertentu atau topik terntetu
model yang bersifat analitis yang pasti memiliki beberapa keunggulan dan
menjelaskan komponen-komponen keterbatansannya, maka seringkali guru/
produk yang dikembangkan dan dosen/ peneliti mendapatkan kesulitan
keterkaitan antar komponennya. dalam memilih atau menentukan sebuah

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 24


Menimbang Model Pembelajaran

model pembelajaran yang tepat yang meliputi setiap langkah yang dilakukan
akan digunakan dalam pembelajaran. Di dosen/guru dan peserta didik, dan (c)
samping itu boleh jadi dalam penerapan Melakukan pascates sesudah
model pembelajaran tidak berhasil, pembelajaran berakhir yang berbasis
padahal saat uji coba implementasi pada tujuan pembelanaran. Pengukuran
model sangat berhasil. Hal ini terkait dan penilaian ini untuk mengevaluasi
banyakvariabel yang harus diper- hasil pembelajaran. (3) Inventori
hitungkan oleh dosen/ guru/ peneliti. pendapat, tanggapan, atau respons
Secara umum, hal-hal yang dapat peserta didik terkait model pembelajaran
dipertimbangkan dalam memilih yang dipilih dan digunakan dalam
menentukan model pembelajaran adalah pembelajaran.Dalam hal ini peserta didik
kesesuaian antara “model pembelajaran” memberikan masukan sebagai refleksi
dengan hal-hal berikut. terhadap kegiatan pembelajaran dan
a. Karakteristik tujuan (kompetensi) model pembelajaran yang digunakan.
yang ditetapkan.
b. Indikator Pencapaian Kompetensi/ 10. Dampak
IPK yang dikembangkan. Ada dua kategori dampak, yaitu
c. Tujua-n pembelajaran yang spesifik instructional effects dan nurturant effects.
dalam mengembangkan potensi dan Dampak intruksional merupakan hasil
kompetensi. belajar yang diperoleh secara langsung
d. Kemampuan dosen/guru dalam berdasarkan tujuan yang ditetapkan
menggunakan model pembelajaran (instructional effects) dan hasil belajar di luar
yang dipilih. yang ditetapkan sebagai dampak
e. Karakteristik dan modalitas peserta penyerta/pengiring(nurturant
didik. effects).Misalnya, pada pembelajaran
f. Lingkungan belajar dan sarana dengan menggunakan teknik pem-
pendukung belajar lainnya. belajaran examples non examples dampak
g. Kesesuaian dengan pendekatan, instruksionalnya adalah:1) siswa menjadi
metoda, strategi, dan teknik yang lebih aktif, 2) siswa berani
digunakan. mengemukakan pendapat atau gaga-
h. Tuntutan dimensi tertentu, misalnya sannya sendiri, 3) siswa aktif berdiskusi,
untuk menyingkap sesuatu konsep. 4) siswa dapat belajar dari pengamatan
i. Jenis penilaian hasil belajar yang akan sendiri. Sedangkan dampak pengiringnya
digunakan. adalah: a) siswa mampu meningkatkan
kerjasama secara kooperatif untuk materi
9. Evaluasi yang ditugaskan, b) siswa memiliki sikap
Untuk mengevaluasi (mengukur dan bertanggung jawab, c) siswa berusaha
menilai) suatu model pembelajaran guna memahami materi dengan baik, dan d)
mengetahui kelayakannya, efektivitas, meningkatkan kemampuan siswa dalam
dan efesien-sinya dilakukan dengan memecahkan masalah.
beberapa cara, yaitu: (1) Penilaian para
ahli/pakar terkait dengan “model 11. Keunggulan dan Kelemahan
hipotetik” yang dikembangkan dan harus Suatu model yang digunakan dalam
berbasis pada teori-teori yang digunakan, pembelajaran tertentu atau topik terntetu
(2) Melalui uji eksperimen dengan pasti memiliki beberapa keunggulan dan
langkah-langkah (a) Melakukan prates keterbatansannya. Suatu disain model
sebelum pembelajaran dimulai untuk pembelajaran hendaknya secara definitif
mengetahui konsisi awal, (b) Melakukan dijelaskan sisi-sisi keunggulan dan
observasi dan penilaian proses yang kelemahannya. Hal ini penting sebagai

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 25


Abas Asyafah

bahan pertimbangan bagi para 2. Mengukur Efektivitas Model


dosen/guru peneliti dalam memilih dan Pembelajaran
menggunakan model tersebut.Untuk Untuk mengukur efektivitas suatu model
dapat mengungkap keunggulan dan pembelajaran dapat dilakukan dengan
keterbatansan sebuah model pem- cara membandingkan kemampuan
belajaran harus dilakukan uji emprik dari peserta didik sebelum pembelajaran
lapangan. dengan kemampuan mereka setelah
Dari hasil penelusuran (searching) pembelajaran. Oleh karena itu harus
beberapa referensi berhasil diperoleh diketahui tingkat kesiapan belajar serta
sejumlah data, kemudian direduksi, kondisi awal kemampuan peserta didik
didisplay dan diverifikasi maka dapat dilakukan dengan tes (prates).
diperolehlah hasil cara menimbang Instrumennya diturunkan dari tujuan
sebuah model pembelajaran. Untuk pembelajaran atau Capaian Pembelajaran
menimbang sebuah model pembelajaran Lulusan (CPL) yang telah dirumuskan
dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai dalam mendisain pembelajaran, yang
berikut: (1) Penilaian pakar dan praktisi meliputi kompetensi sikap, pengeta-
pendidikan, (2) Pengukuran efektivitas huan, dan keterampilan. Adapun konten
model pembelajaran, (3) Mengukur atau materi pembelajarannya ditetapkan
proses (implementasi) pembelajaran, (4) berdasarkan penggunaan model pem-
Mengukur tingkat keterpakaian model belajaran tersebut dalam pokok bahasan
pembelajaran (5) Analisis disain faktorial, apa? Untuk mengetahui kemampuan
(6) Teknik Forum Group Discutian (FGD). peserta didik setelah proses pempelajaran
dilakukan pascates. Instrumen tesnya
1. Penilaian Pakar dan Praktisi sama dengan instrumen prates.
Pendidikan
Untuk dapat menimbang suatu model 3. Mengukur Proses (Implementasi)
pembelajaran antara lain dapat didisain Pembelajaran
dengan instrumen inventori tentang Untuk mengevaluasi proses pembe-
kelengkapan dan kualitas masing-masing lajaran dapat dilakukan dengan teknik
unsur dari konsep/teori “Model observasi partisipatif yang secara
Pembelajaran” sebagaimana telah langsung dosen/guru yang bersangkutan
disajikan secara padat di atas. melakukannya. Di itu dapat pula
Berdasarkan hasil pengukuran dan ditambah oleh observer lain (ahli/
penilaian pakar dan atau praktisi ini praktisi pendidikan) dengan teknik
dengan teknik instrumen, penimbang observasi non partitipatif. Dengan
dapat mengevaluasi suatu konsep model banyaknya pengamatan akan mening-
pembelajan tertentu. Lalu, kemampuan katkan reliabilitas data hasil pengamatan.
dan pengalaman para pakar dan para Alat yang dapat digunakan berupa
praktisi pendidikan dapat juga pedoman observasi tentang proses
dimanfaatkan untuk menilai model pembelajaran berdasarkan standar proses
tertentu terkait dengan keunggulan- yang berlaku. Pedoman observasi harus
keterbatasan model pembelajaran serta sudah disiapkan sebelum pembelajaran.
dampak dari model tersebut dalam Hasil observasi merupakan bahan untuk
berbagai aspeknya. Untuk hal ini bisa merefleksikan tentang proses (imple-
dilakukan juga dengan teknik “curah mentasi) pembelajaran sehingga dapat
pendapat” baik secara tertulis maupun tereksplorasi kebaikan-kebaikan model
secara lisan (wawancara). pembelajaran, kelemahan-kelemahan
model pembelajaran, bahkan dampak
intruksional dan dampak ikutannya.

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 26


Menimbang Model Pembelajaran

4. Mengukur Tingkat Keterpakaian Dari hasil penilaian peserta didik


Model Pembelajaran tersebut dapat dijadikan data untuk
Agar dapat mengetahui apakah suatu menimbang keterpakaian model pem-
model pembelajaran terpakai atau tidak, belajaran, keunggulan-kelemahan model
dapat diketahui dari respons peserta pembelajaran, dan dampak model
didik disamping dari hasil pascates dan pembelajaran.
observasi proses pembelajaran sebagai-
mana telah dideskripsikan di atas.Di 5. Analisis Disain Faktorial
samping itu juga dapat diketahui dari Disain faktorial merupakan solusi atas
respons praktisi pendidikan yang kelemahan disain eksperimen murni (true
menguji coba model pembelajaran experimental), yaitu dengan mem-
tersebut di kelas-kelas mereka secara perhatikan kemungkinan adanya variabel
terbatas. Adapun instrumen yang dapat moderator yang mempengaruhi per-
dikembangkan antara lain berupa tes lakuan (variabel independen) terhadap
“skala diferensiasi semantik” yang hasil atau variabel dependen (Sugiyono,
modelnya disajikan berikut ini: 2015, hal. 113), Sudjana dan dan Ibrahim
(1989, hal. 48) menyatakan bahwa disain
faktorial merupakan disain yang dapat
memberikan perlakuan atau manipulasi
PENILAIAN PESERTA DIDIK dua variabel bebas atau lebih pada waktu
TENTANG MODEL PEMBELAJARAN yang bersamaan untuk melihat efek
...............
masing-masing variabel bebas, secara ter-
Petunjuk: pisah dan secara bersamaan terhadap
 Anda diminta untuk menilai model variabel terikat dan efek-efek yang terjadi
pembelajaran .... yang baru saja digunakan. akibat adanya interaksi beberapa variabel.
 Berilah tanda √ pada kolom yang disediakan. Pada umumnya peneliti melakukan
 Untuk penilaian sangat positif pilih angka 3,
manipulasi variabel bebas untuk melihat
positif pilihlah angka 2, agak positif pilihlah
angka 1, dan angka 0 bila Anda ragu atau efeknya pada variabel terikat. Dalam
tidak berpendapat. praktiknya di lapangan pendidikan,
 Untuk penilaian sangat negatif pilih angka 3, perlakuan murni variabel bebas dan
negatif pilihlah angka 2 agak negatif pilihlah efeknya terhadap variabel terikat sulit
angka 1, dan angka 0 bila Anda ragu atau dilaksanakan, sebab bagaimanapun juga
tidak berpendapat
 Bila Anda akan bemberi penilaian tambahan ada variabel lain yang berinteraksi akibat
dapat mengisinya pada kolom yang masih kompleksnya kondisi eksperimen. Sujana
kosong di bawah. dan Ibrahim (1989, hal. 48) memberi
komentar bahwa dalam penelitian
pendidikan tidak mungkin dapat
memisahkan satu variabel dari variabel
lain sebab dalam proses pendidikan
banyak melibatkan interaksi
antarmanusia dan manusia dengan
lingkungan pendidikan.
Langkah awal agar dapat
menganalisis data dengan menggunakan
disain faktorial adalah memilih dan
menentukan variabel lain di samping
variabel independen dan dependen.
Variabel-variabel lain yang dapat

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 27


Abas Asyafah

mengintervensi efektivitas perlakuan Disain di atas dimaksudkan untuk


model pembelajaran tertentu terhadap menimbang efektivitas Model Pembe-
hasil pembelajaran, misalnya kemampuan lajaran Tadabur Qurani pada mahasiswa
guru, suasana belajar, kedisiplinan pada hasil pembelajaran. Subjek yang
peserta didik, kelengkapan alat dan diteliti adalah mahasiswa semester
media pembelajaran, durasi waktu, tertentu yang terdiri atas dua kelompok,
pengalaman belajar, jenis asal sekolah, yakni kelompok laki-laki dan kelompok
jenis kelamin, usia, inteligensi, sosial perempuan.Jumlah mahasiswa pada
ekonomi dan lain-lain. Variabel atribut masing-masing kelompok harus sama,
tersebutdapat dibuat skala tertentu, misalnya 30 orang. Pada disain ini
misalnya status sosial ekonomi peneliti memanipulasi satu variabel bebas
dikategorikan tinggi - sedang – kurang. utama (Tadabur Qurani) dengan
Inteligensi dikategorikan tinggi-rendah, mempertimbangkan variabel lain (jenis
dan lain-lain. Variabel-variabel ini kelamin) untuk dilihat efeknya pada
bagaimanapun bisa berpengaruh variabel terikat (hasil pembelajaran) baik
terhadap hasil pembelajaran, yang hasil pada kelompok laki-laki maupun pada
analisis datanya dapat dipakai untuk kelompok perempuan. Hasilnya akan
menentukan kesimpulan penelitian menujukan apakah efektivitas model
tentang keunggulan-keterbatasan suatu tersebut karena perbedaan jenis kelamin
model pembelajaran. atau bukan? Pada akhirnya bisa
Ada dua kategori disain faktorial. digunakan untuk analisis keunggulan
Kategori pertama disain yang atau kelemahan model tersebut dilihat
memanipulasi satu variabel bebas utama dari jenis kelamin. Demikianlah
dengan mempertimbangkan variabel lain selanjutnya dengan menggunakan
untuk dilihat efeknya pada variabel variabel/atribut lain yang diduga dapat
terikat. Kategori keduavariabel bebas mempengaruhi hasil pembelajaran
utama diberikan perlakuan secara dengan menggunakan model
bersamaan dengan memperhitungkan pembelajaran manajemen informasi.
variabel atribut untuk dilihat efek dari Contoh lain paradigma disainfaktorial
masing-masing variabel bebas utama, dapat digambarkan seperti berikut.
baik secara terpisah maupun secara
bersama-sama, efek variabel atributnya,
dan interaksi variabel bebas dengan
variabel atribut pada variabel terikat.

Model pembelajaran X dicobakan


1) Faktorial Kategori 1. pada kelompok eksperimen pertama dan
Disain kategori pertama kedua yang telah diberi prates (01dan
digambarkan sebagai berikut: O3= kelompok laki-laki) dan kelompok
eksperimen ketiga dan keempat yang
telah diberi prates (05dan O7 =
kelompok perempuan). Pengaruh
perlakuan X (Tadabur Qurani) terhadap
kepuasan mahasiswa untuk kelompok
Keterangan: laki-laki = (02- 01) - (04 - 03). Pengaruh
X = Model Pembelajaran Tadabur
Qurani
perlakuan (MSI) terhadap kepuasan
Y1 = Laki-laki perkuliahan PAI untuk kelompok
Y2 = Perempuan perempuan = (06- 05) - (08- 07).
O , O , = Hasil belajar masing-masing

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 28


Menimbang Model Pembelajaran

Bila terdapat perbedaan pengaruh dan Y2), pada variabel terikat (O1, O2, O3,
model pembelajaran baru (X) terhadap dan O4).
kepuasan mahasiswa antara kelompok Mencermati gambaran di atas,
pria dan wanita, maka penyebab variabel atribut lebih berfungsi sebagai
utamanya adalah bukan karena treatment variabel kontrol. Disain ini dapat melihat
yang diberikan (karena treatment yang dan menganalisis efek utama kedua jenis
diberikan sama), tetapi karena adanya variabel bebas dan interaksi antara
variabel moderator, yang dalam hal ini perlakuan variabel bebas.Disain faktorial
adalah jenis kelamin, Pria dan wanita seperti ini disebut disain faktorial
menggunakan model pembelajaran X sederhana dua kali atau 2 x 2, sebab
yang sama, tempat pembelajaran mengandung dua variabel bebas yang
diusahakan sama nyamannya, luasnya dll. masing-masing variabel bebas
tetapi pada umumnya, kelompok wanita mempunyai dua kategori atau dua nilai.
lebih ramah lebih halus dalam Dua variabel yang dimanipulasi
berkomunikasi, sehingga dapat berfungsi sebagai variabel eksperimen
meningkatkan kepuasan bagi mereka dan dua variabel bebas lainnya
(mahasiswa). berfungsisebagai variabel kontrol. Efek
2) Faktorial Kategori 2 pada variabel terikat dari variabel
Disain kategori 2 digambarkan eksperimen dinilai pada setiap variabel
sebagai berikut: kontrol.
Dari disain dan contoh hasil
observasi atau pascates di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Efek utama variabel bebas yang
dimanipulasi, yakni (X1) dan (X2) pada
hasil belajar. Skor rata-rata hasil
Keterangan:
belajar dari kedua perlakuan tanpa
X1 = Tadabur Qurani (misal)
mempertimbangkan perbedaan jenis
X2 = Tadzkirah (misal)
Y1 = Laki-lakiI
kelamin untuk sebagai berikut:
Y2 = Perempuan
O1, O2, O3, dan O4 = Hasil belajar
a. Penggunaan 70 + 66 = 68
masing-masing
model 2
sel MSI(X1)
Pada disain faktorial kategori 2 ini b. Penggunaan 80 + 60 = 70
ada dua variabel bebas utama yang model PBL 2
dimanipulasi (diberikan perlakuan) (X2)
misalnya Tadabur Qurani(X1) dan model
pembelajaran lain misalnya model Perbedaan skor dari kedua metode
pembelajaran Tadzkirah(X2) secara pengajaran di atas, yakni 70 - 68 = 2.
bersamaan dengan memperhitungkan Secara sederhana ada perbedaan
variabel atribut jenis kelamin (Y1 = laki- antara efek dari kedua model
laki dan Y2 = perempuan). Peneliti pembelajaran tersebut, model MSI(X1)
hendak melihat efek dari masing-masing lebih efektif dibanding model PBL
variabel bebas utama (X1 dan X2), baik (X2). Artinya, ada efek dari model
secara terpisah maupun secara bersama- pembelajaran pada hasil belajar.
sama tentang efek variabel atributnya b. Efek dari perbedaan jenis kelamin
(Y1 dan Y2), dan interaksi variabel bebas pada hasil belajar tanpa
(X1 dan X2) dengan variabel atribut (Y1 memperhitungkan perlakuan, yakni
rata-rata skor hasil belajar untuk

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 29


Abas Asyafah

mahasiswa laki-laki dan rata-rata skor


hasil belajar pada mahasiswi Grafik di atas menggambarkan
(perempuan) sebagai berikut: efektivitas model pembelajaran ber-
c. Mahasiswa 70 + 80 = 75 gantung kepada perbedaan jenis kelamin.
(Y1) 2 Satu modelpembelajaran(X1) lebih efektif
d. Mahasiswi 60 + 66 = 63 pada satu taraf jenis kelamin (Y1), dan
(Y2) 2 satu modelpembelajaran lain (X2) lebih
efektif pada jenis kelamin yang lain (Y2).
Secara sederhana, hasil perhitungan di Ini menunjukkan bahwa terdapat
atas menunjukkan bahwa ada efek interaksi kedua variabel di atas (model
dari perbedaan jenis kelamin pada pembelajaran dengan perbedaan jenis
hasil pembelajaran terlihat jelas kelamin).
perbedaannya (75 -63 = 12), yang
berarti mahasiswa lebih efektif 6. Teknik FGD
daripada mahasiswi. Istilah Focus Group Discation (FGD) saat
c. Efek interaksi antara kedua variabel ini sangat mashur dan banyak digunakan
bebas, yakni efek-efek yang berbeda sebagai teknik pengumpulan data. FGD
dari salah satu variabel model adalah diskusi yang dilaksanakan oleh
pembelajaran pada perbedaan jenis peneliti dalam kelompok khusus untuk
kelamin. Jika ada interaksi efek mengumpulkan informasi atau data dari
perlakuan medelpembelajaran pada beragam sudut pandang yang dilakukan
hasil belajar pada kedua jenis kelamin secara bersama dalam suatu waktu dan
akan berbeda. Sebaliknya dikatakan tempat untuk memecahkan masalah
tidak ada interaksi jika efek perlakuan penelitian sesuai dengan topik yang
medelpembelajaran pada hasil belajar dibahasnya.
pada kedua jenis kelaminakan sama. Ada beberapa tujuan dan
Dari rerata skor hasil belajar di atas, kepentingan FGD, antara lain: a) peneliti
X1lebih efektif bagi mahasiswa sebab membutuhkan pemahaman dari berbagai
skor 80 > 70, sedangkan X2 lebih sudut pandang dan lebih bervariasi
efektif bagi mahasiswi sebab 66 > 60. dalam waktu dan tempat yang
Ini berarti pasangan perlakuan model bersamaan, b) peneliti membutuhkan
pembelajaran tertentu dengan informasi tambahan, c)sebagai bahan
perbedaan jenis kelamin menun- untuk mengeksplor lebih dalam lagi, c)
jukkan hasil yang berbeda dengan untuk menyingkap fakta lebih detail dan
pasangan perlakuan model kaya, d) untuk keperluan verifikasi data
pembelajaran lain dengan perbedaan hasil temuan di lapangan, dan e)
jenis kelamin lainnya. Jadi, ada efek peneliti memperoleh kepuasan dan nilai
interaksi antara model pembelajaran akurasi yang tinggi.
dengan perbedaan jenis kelamin. Data Dalam pandangan Awaludin (2011,
interaksi tersebut jika divisualkan hal. 2) teknik FGD memiliki kelebihan-
adalah sebagai berikut: kelebihan: a) memberikan kemudahan
dan peluang untuk menjalin keterbukaan
kepada publik tentang penelitiannya, b)
membangun keperca-yaan diri karena
hasil penelitiannya sudah didiskusikan
secara intensif dan mendapatkan
masukan yang berharga, c) dapat
mengetahui dan memahami persepsi dan
sikap kelompok dalam FGD tentang

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 30


Menimbang Model Pembelajaran

temuan sementara dan gagasan peneliti, pertanyaan umum/khusus yang efektif


d) mendapatkan data dari pengalaman dan strategis.
para informan serta memungkinkan Dalam pelaksanaan FGD,
peneliti dan informan berdiskusi secara moderator memegang peran penting
intensif dan tidak kaku dalam membahas karena bertugas dalam a) membuka
isu-isu yang sangat spesifik, e) FGD dan mengkondisikan situasi, b)
memungkinkan peneliti mengumpulkan meminta klarifikasi, c) melakukan
informasi penting secara cepat, refleksi, d) memotivasi peserta FGD
konstruktif dari peserta yang memiliki untuk memberikan kontribusinya, e)
latar belakang berbeda-beda, d) dinamika memprobing (penggalian lebih dalam), f)
kelompok memberikan informasi yang melakukan blocking dan distribusi, g) me-
penting, menarik, bahkan kadang tidak reframing, h) me-refocusing, i) merilai
terduga, e) alat untuk meyakinkan perdebatan yang tidak kondusif dan
peneliti sekaligus alat re-check terhadap tidak produktif, j) memanfaatkan jeda
berbagai keterangan/ informasi. Sedang- (pause) jika dibutuhkan, k) mengatur
kan keterbatasannya, antara lain bahwa materi dan waktu berbicara, dan l)
hasil dari kegiatan FGD ini tidak dapat membuat kesimpulan dan menutup
dipakai untuk melakukan generalisasi. FGD.
Adapun prosedur FGD meliputi Dalam mengolah data, kategorisasi-
tahap persiapan, pelaksanaan, dan kan ragam pendapat yang muncul: a)
pelaporan. Perencanaan matang diper- konsensus atau kesepatatan, b)
lukan beberapa persiapan, misalnya perbedaan pendapat, mungkin berseb-
membentuk tim, memilih tempat dan rangan atau pertentangan, c) pengalaman
mengaturnya, menyiapkan logistik, yang berbeda atau pemahaman yang
menentukan peserta dapat memberikan berbeda, d) ide-ide inovatif yang muncul,
kontribusi maksimal. dan sebagainya, dan e) saran/kritik.
Peran moderator yang berfungsi Setelah klasifikasi lalu buat coding
strategis sebagai fasilitator dan (pengkodean), lalu lanjutkan pada
memimpin jalannya diskusi sebaiknya langkah-langkah menganalisis data dan
peneliti sendiri, karena dialah yang paling terakhir buatlah laporan sebagai salah
memahami permasalahan penelitian. satu instrumen untuk menimbang suatu
Notulen berperan strategis dalam model pembelajaran.
merekam dan mengolah data. Dalam
merekrut peserta mesti diperhatikan KESIMPULAN
derajat homogenitas atau heterogenitas
yang harus sesuai dengan tujuan awal Kualitas suatu model pembelajaran dapat
FGD. Hal yang tak kalah pentingnya dinilai dari validitas (kesahihan), keprak-
adalah menyusun dan membuat panduan tisan/keterpakaian, dan efektivitasnya.
diskusi yang terarah. Moderator Untuk dapat menimbang sebuah model
sebaiknya menyusun pertanyaan- pembelajaran, dosen/ guru/ peneleliti
pertanyaan kunci dengan rambu- harus terlebih dahulu memahami
rambunya disusun sebagai berikut: a) konsep/teori tentang model pembelaja-
pahami tujuan penelitian serta data apa ran secara utuh dan lengkap. Ber-
yang dibutuhkan, b) pahami tujuan dasarkan konsep/teori tersebut
FGD, c) pahami jenis informasi yang penimbang dapat memperoleh standar
ingin didapatkan, d) bagaimana ideal sebuah model dan membanding-
menggunakan dan mengolah informasi kannya dengan model yang sedang
yang diperoleh dari FGD, dan e) buat ditimbangnya.

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 31


Abas Asyafah

Bila masih ditemukan kesenjangan Miles and Haberman. (1994). Qualitative


antara teoretis dengan model tersebut Data Analysis Data Kualitatif.
berarti model pembelajaran tersebut Oaks: Sage Publication.
masih harus direvisi dan dikembangkan Moeliono, A. M. (1990). Kamus Besar
lagi. Kualitas suatu model pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
di samping adanya kesesuaian dengan Pustaka.
konsep/teori yang mendasarinya, dapat Nana Sujana, Ibrahim. (1989). Penelitian
ditimbang dengan instrumen: a) dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
penilaian pakar dan praktisi pendidikan, Sinar Baru.
b) pengukuran efektivitas model pem- Setyosari, P. (2013). Metode Penelitian
belajaran, c) pengukuran proses pembe- Pendidikan dan Pengembangan.
lajaran (implementasi model), d) Jakarta: Kencana Prenadamedia
pengukuran tingkat keterpakaian model Group.
pembelajaran, e) analisis disain faktorial, Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
dan f) hasil diskusi terfokus (FGD). Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Waney, M. H. (1989). Wawasan Ilmu
REFERENSI Pengetahuan Sosial. Jakarta:
P2LPTK Dikti, Depdikbud.
Ali, M. (2019). Research Methods in
Sustainability Education. Bandung:
UPI Press.
Anonim. (2018). Model-Model
Pembelajaran. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA Kementrian
Pendidikan dan Kebudayan RI.
Asyafah, A. (2014). Konsep Tadabur Al-
Quran. Bandung: Maulana Media
Grafika.
Asyafah, A. (2016). Metode Tadabur
Qurani dalam Pembelajaran PAI.
Bandung: Maulana Media
Grafika.
Awaludin, I. (2011, Maret 28).
https://bincangmedia.wordpress.com.
Dipetik April Selasa, 2018, dari
https://bincangmedia.wordpress.
com:
https://bincangmedia.wordpress.
com
Bruce Joyce, M. W. (2000). Models of
Teaching. Boston: Allyn and
Bacon.
Creswell, J. W. (2014). Research Design;
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. (A. Fawaid, Penerj.)
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 (2019) | 32

Anda mungkin juga menyukai