Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TIGA MODEL PEMBELEJARAN IPA TERPADU


Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pembelajaran Terpadu
Dosen Pengampu : Restu Wibawa Spd. Mpd

Disusun oleh :
HENDRI WIJAYA (19011034)
AZMIL UMUR (19011035)
MUHAMMAD ERZAN ANGGI P (19011036)
RILO WAHYU AL-HAIDAR (19011037)
MUHAJIR (19011038)
ZUR MAYANGSARI (19011039)
TINTO TRI HARMOKO (19011040)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu.

Makalah ini berjudul “ Tiga Model Pembelajran IPA Terpadu” yang berisikan
tentang pengertian dari masing-masing model, tujuan, kelebihan, kekurangan, dan
contoh dari masing-masing mdel.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan


dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dan mendidik dari dosen pengampu dan para pembaca untuk
perbaikan selanjutnya. Walaupun demikian penulis tetap berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terimakasih.

Mataram, 23 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian 3 Model Pembelajaran IPA Terpadu 3

B. Langkah- langkah 3 Model Pembelajaran IPA Terpadu 6

C. Tujuan dan Manfaat 3 Model Pembelajaran IPA Terpadu 10

D. Kekurangan dan Kelebihan 3 Model Pembelajaran IPA Terpadu 11

E. Contoh 3 Model Pembelajaran IPA Terpadu 14

BAB III PENUTUP 16

A. Kesimpulan 16

B. Kritik dan Saran 16


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan

beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi

siswa. Melalui pembelajaran terpadu ini siswa dapat memperoleh pengalaman langsung

sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi

hal-hal yang dipelajarinya. Siswa akan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai

konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif.

Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh

terhadap kebermaknaan belajar bagi para siswa sekolah dasar. Bermakna disini

memberikan arti bahwa, pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami

konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang

menghubungkan antar konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Dalam

pelaksanaannya, perlu mengikuti prosedur yang dirancang sesuai dengan prinsip-prinsip

pembelajaranterpadu.

Untuk itu, dalam makalah ini akan dijelaskan apa saja yang perlu dipelajari

persyaratan pelaksanaan pembelajaran terpadu agar pelaksanaannya dapat maksimal dan

bermakna bagi peserta didik.Selain itu, perlu dipelajari pula mengenai model-model dari

pembelajaran terpadu, sehingga guru dapat memilih model yang tepat pada saat

pembelajaran. Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak topik-topik yang

tertuang disetiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh

siswa.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian 3 model pembelajaran IPA terpadu?

2. Bagaimana langkah- langkah 3 model pembelajaran IPA terpadu?

3. Apa tujuan dan manfaat 3 model pembelajaran IPA terpadu?

4. Bagaimana kekurangan dan kelebihan 3 model pembelajaran IPA terpadu?

5. Bagaimana contoh 3 model pembelajaran IPA terpadu?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian 3 model pembelajaran IPA terpadu.

2. Untuk mengetahui langkah- langkah 3 model pembelajaran IPA terpadu.

3. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat 3 model pembelajaran IPA terpadu.

4. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan 3 model pembelajaran IPA


terpadu.

5. Untuk mengetahui contoh 3 model pembelajaran IPA terpadu.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian 3 Model Pembelajaran IPA Terpadu

Model pembelajaran IPA terpadu terbagi kedalam 3 model, diantaranya :

1. Model Pembelajran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Model Project Based Learning adalah metode pembelajaran yang menggunakan


proyek atau kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan


masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam baeraktifitas secara nyata.
Pembalajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks
yang diperlukan peserta didik dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Melalui
PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun dan
membimbing peserta didik dalam sara langsung peserta didika dapat melihat ebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
Pada saat pertanyaan dijawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai
elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang
dikajikannya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata,
hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Pembalajaran berbasis proyeksi memiliki karakteristik seperti :

1. Peserta didik membuat keputusan tentang sseuah kerangka kerja.

2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.

3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukn solusi ataspermasalahan atau


tantangan yang diajukan.

4. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan


mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.
5. Proses evaluasi dijalankan secara kontinue.

6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas ktifitas yang sudah
dijalankan.

7. Produk akhit aktifitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.

8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Peran guru dalam pembelajaran berbasis proyek ini adalah sebagai fasilitaor,
pelatih, penasehat dan perantara untuk menghasilkan hasil yang optimal sesuai dengan
daya imaginasi, kreasi dan inovasi dari siswa.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning)

Problem Based Learning adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam


kurikulumnya dirancang masalah- masalah yang menuntut peserta didik mendapat
pemgetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan
memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.
Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan
masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran


yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
Dalam kelas yang menerapkan pembelajran berbasis masalah, peserta didik bekerja
dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata atau real world.

Model pembelajaran berbasis maslah dilakukan dengan adanya pemberian


rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan maslah oleh
peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam
pencapaian materi pembelajaran.

Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah


(PBL) , yaitu :

1. Permasalahan sebagai kajian.

2. Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.


3. Permasalahan sebagai contoh.

4. Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.

5. Permasalahan sebagai stimulus aktivitas otentik.

Peran guru dalam pembelajran berbasis masalah adlah sebagai monitor


pembelajaran, sebagai penantang peserta didik untuk berfikir, sebagai penjaga peserts
didik agar terlibat, sebagai pengatur dinamika keslompok, dan sebagai penjaga
berlangsungnya proses.

3. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Model pembelajaran penemuan merupaka teori yang didefinisikan sebagai


proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat
Bruner yang menyatakan bahwa : “ Discovery Learning can be defined as the learning
that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form,
but rather is requerd to organize it him self” (Lefancios dalam Emetembun.1986:103).

Burney memakai metode Discovery Learning bermaksud agar murid


mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. metode Discovery
Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih.2005:43). Discovery dilakukan
melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi.

Discovery Learning memiliki prinsip yang sama dengan inquiry dan problem
solving . tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah tersebut, pada Discovery
Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya
tidak diketahui. Perbedaanya dengan Discovery ialah bahwa pada discovery masalah
yang dihadapka kepada siswa adalah masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan
pada inquiry masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan didalam
masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan problem solving lebih memberikan
tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Akan tetapi, prinsip belajar yang
nampak jelas dalam Discovery Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan
disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin dikatahui yang kemudian dilanjutkan dengan mencari
informasi sendiri selanjutnya mengorganisasi atau membentuk apa yang mereka ketahi
dan yang mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.

B. Langkah- Langkah 3 Model Pembelajaran IPA Terpadu

1. Model Pembelajran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai


berikut :

a. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)

Pembelajran dimulai dengan pertanyaan mendasar ialah pertanyaan yang dapat


memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik
yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam, pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta
didik.

b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

Pernecanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik.


Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek
tersebut. Perncanaan proyek ini berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang
dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan yang esensial, dengan cara
mengintergrasikan berbagai subjek yang mungkin serta mengatahui alat dan bahan yang
dapat diakses untuk mambantu penyelesaian proyek.

c. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain :

1) Membuat timeline untuk meyelesaikan proyek.

2) Membuat deadline penyelesaian proyek


3) Membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang
berbhubungan dengan proyek.

4) Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan atau alasan tentang


pemilihan suatu cara.

d. Memonitor Peserta Didik dan Kemajuan Proyek (Monitor the student and
the progress of the project)

Pengajar bertanggungjawab untuk meonitori aktivitas peserta didik selama


menyelesaikan proyek. Memonitor ini dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta
didkik pada setiap roses. Agar mudah memonitoring dibuat sebuah rubrik yang dapat
merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

e. Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian


standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi
umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu
pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

f. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajara dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya ketike menyelesaikan proyek. Pengajarar
dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama
proses pembelajaran, sehingga pada kahitnya ditemukan suatu temuan baru untuk
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning)

Pembelajaran suatu mater pembelajaran dengan menggunakan problem based


learning sebagai basis model dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah problem
based learning dengan bobot atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan
materi mata pelajaran yang bersangkutan.
a. Konsep Dasar (Basic Concept)

Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikankonsep dasar


,petunjuk,referensi ,atau linka dan skill dan di perlukan dalam pembelajaran tersebut .
hal ini di maksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran
dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Konsep yang
diberikan tidak perlu detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta
didik dapat mengembangkannya secara mandiri dan mendalam.

b. Pendefisinian Masalah ( Defining the Problem)

Dalam langkah ini pendidik menyampaikan skenario atau permasalahan dan


dalam kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama,
brainstorming yang dialaksanakan dengan cara semua anggota kelompok
mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga
dimungkinkan muncul berbagai maca alternatif pendapat. Kedua, dengan melakukan
seleksi alternatif yang memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga, menentukan
permaslahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi
penyeleaian dari isu permasalahn yang didapat.

c. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Setelah mengetahui tugasnya, peserta didik mencari sumber yang dapat


memperjelas isu yang sedang di investigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk
artikel yang tertulis, halalaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
Tujuan investigasi ini bertujuan untuk peserta didik mengembangkan pemahamannya
yang relevan dengan masalah yang telah didiskusikan dikelas, dan untuk
dipresentasikan di depan kelas informasi tersebut.

d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah


pembelajaran mandiri,selanjutnya pada pertemuan selanjutnya peserta didik berdiskusi
dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaian yang merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran ini dapat dilakukan dengan cra peserta didik
berkumpul dan fasilitatornya.
e. Penilaian (Assesment)

Penialain dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (Knowledge),


Kecakapan (Skill), dan sikap (Attitude). Penilaian terhadap pengeuasaan pengetahuan
yang mnecakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen dan laporan.
Penialain terhadap kecakapan dapat diukur penguasaan alat bantu pembelajaran, baik
sofrware, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan
penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan Soft skill yakni keaktifan dan
partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam
pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan.

3. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Langkah-langkah dalam mengaplikasikan model pembelajaran ini di kelas


adalah sebagia berikut:

a. Menetukan tujuan pembelajaran.

b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,


gaya, belajar,dan sebagianya).

c. Memilih materi pelajaran.

d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajarai siswa secara induktif


(dari contoh-contoh generalisasi).

e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,


ilustrasi, tugas dan sebgainya untuk dipelajari siswa.

f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke yang leboh


kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik
sampai kesimbolik.

g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.


C. Tujuan dan Manfaat 3 Model Pembelajaran IPA Terpadu

Pembelajaran 3 model terpadu ini dikembangkan selain untuk mencapai tujuan


pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan peserta didik juga dapat:

1. meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.


2. mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan
informasi.
3. menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang
diperlukan dalam kehidupan.
4. menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
5. meningkatkan gairah dalam belajar.
6. memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh ketika menggunakan pembelajaran terpadu:

1. Banyak topik-topik yang tertuang disetiap mata pelajaran mempunyai


keterkaitan konsep dengan yang dipelajari siswa.
2. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan
keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antar mata
pelajaran.
3. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan
inter dan antar mata pelajaran, sehingga siswa mampu memproses informasi
dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya
jaringan konsep-konsep.
4. Pembelajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir
kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi nyata.
5. Daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan
dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai
ragam kondisi.
6. Dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila
situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata.
D. Kekurangan dan Kelebihan 3 Model Pembelajaran IPA Perpadu.

1. Model Pembelajran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

a. Kelebihan pembelajaran berbasis proyek diantaranya :

1) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik


dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

2) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara


kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

3) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan


menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.

4) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik


maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

5) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik


dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

6) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara


kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

7) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan


menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.

8) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik


maupun pendidik menikmati proses pembelajaran

b. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek , ialah:

1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak


3) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas.

4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

5) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan


informasi akan mengalami kesulitan.

6) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.

7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,


dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning)

a. Kelebiahan pemebelajaran berbasis masalah ialah:

1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Pesertra didik yang


belajara memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapka
pengetahuan yang dimilikinya atau beruasaha mengetahui yang
diperlukan.

2) Belajara akan semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik
berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.

3) Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan


keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks
yang relevan.

4) PBL dapat menigkatkan pengetahuan berfikir kritis, menumbuhkan


inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

b. Kekurangan pembelajaran berbasis masalah ialah:


1) PBL ini akan diras sangat kurang efektif untuk peserta didik memiliki
kemampuan yang kurang dalam hal pemikiran nya, jadi akan menimbulkan hanya
peserta didik tertentu sja yang akan aktif dalam kelompoknya.

3. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning),

a. Kelebihan model pembelajaran penemuan diantaranya :

1) Membantu siswan untuk memeperbaiki dan meningkatkan keterampilan-


keterampilan dan proses- proses kognitif.

2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.

3) Membantu siswa menghilangkan skeptisme atau keragu-raguan karena


mengarah pada kebenaran dan tertentu atau pasti.

4) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan peserta didik.

5) Memebantu mengembangkan ingatan dan tranfer kepada situasi proses


belajar yang baru.

b. Kekurangan metode pemelajaran penemuan, diantaranya :

1) Metode ini menimbilkan asumsi bahwa ada kesipan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami keslutian abstrak atau
berfikir dengan mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

2) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan


ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan


siswa dengan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang sama.

4) Lebih cocok untuk mengembangkan pdemahaman, sedangkan


mengembangkan aspek, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan oleh siswa.

E. Contoh 3 Model Pembelajaran IPA Perpadu

1. Model Pembelajran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Contoh pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek dapat dilakukan dengan


pertama-tama pendidik harus melakukan pemberian suatu pertanyaan kepada peserta,
kemudian berikan suatu media untuk mendukung pertanyaan yng diberikan, selanjutnya
pendidik memonitori anak didiknya kemudian megujinya terhadap apa ynag telah
diperolehnya baru akhirnya pendidik mengevaluasi terhadap pembelajaran tersebut.
Pembeljaran ini biasa diterapkan kepada anak-anak, smp, sma, juga perkuliahan.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning)

Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih


dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta
didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.

Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis
dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik
untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari
mereka.

Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.


Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan
peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman
langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas
belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar
kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
Tahapan-Tahapan Model PBL

3. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Contoh penerapan model pembelajaran penemuan yakni dengan melakukan :

a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang


menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi,
agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai
kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada
tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.

b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi


kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan


beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi
siswa. 3 model pembelajaran ipa tepadu yang bisa digunakan dalam pembelajaran ialah
model pembelajaran berbasis proye, model pembelajaran berbasis masalah dan model
pembelajaran penemuan. Ketiga model tersebut dapat diaplikasikan dengan masing-
masing langkahnya sesuai dengan modelnya.

Semua model pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan semnagat


belajar peserta didik, memberikan nilai yang positif terhadap peserta didik,
mempermudah proses pemasukan materi kepada pesrta didik dan tentunya diharapkan
menghasilkan cetakan-cetakan anak bangsa yang akan memajukan Indonesia ini.

B. Kritik dan Saran

Kami sebagai penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena
kami memiliki kekurangan dan keterbatasan yang tidak dapat dipungkiri, untuk itu kami
harapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen pengampu dan para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, RW.1991.Teori-Teori Belajar.Jakarta.Erlangga.


Ibrahim, Nur.2005.Pengajaran Berdasarkan Masalah.Surabaya:UP.

Siburian, Jodion.2010.Model Pembelajaran Sains.Jakarta.UJ.

Syakh, M.1996.Psikologi Suatu Pendidikan Baru.Bandung.Rosdakarya.

Yamin, Martinis.2011.Paradigma Baru Pembelajaran.Jambi:Gaung Persada.

Duch.2001.faktor-PBL.http://www.ude.edu/problemstet.htm. Diakses pada tanggal 22


November 2020.Pukul 12.13 WIB.

Karim.2011. Tujuan-manfaat model.http://www.lace.eca.com.Diakses pada tanggal 22


November 2020.Pukul 14.23 WIB.

Anda mungkin juga menyukai