Menurut Sugiyono dalam bukunya, metode penelitian dan pengembangan (dalam bahasa Inggris Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk ersebut. Metode Research And Development Penelitian dan pengembangan (research and development-R&D) berasal dari dua kata yaitu penelitian (research) dan pengembangan (development). Frase ini merupakan gabungan 2 (dua) kata kerja yang memiliki tujuan aktivitas. Penelitian (research) merupakan suatu mekanisme atau kegiatan ilmiah dengan mengikuti aturan aturan atau norma- norma penelitian yang sudah standar dan diakui secara universal; sedangkan pengembangan (development) berarti suatu aktivitas yang merujuk pada penambahan, peningkatan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas dari suatu kegiatan atau objek yang menjadi kegiatan. Pandangan keliru terhadap metode R&D dapat terjadi ketika peneliti yang menggunakannya menginterpretasikan metode ini sesuai dengan susunan kata yakni penelitian dan pengembangan. Mereka berasumsi ada dua kegiatan yang berlangsung dalam suatu pekerjaan yaitu meneliti dan mengembangkan sesuatu. Dalam konteks R&D sebagai suatu metode penelitian yang utuh. Penelitian dan pengembangan adalah suatu kesatuan istilah yang secara kontekstual tidak dapat dipisahkan antara kata penelitian (research) dan pengembangan (development) baik secara struktur maupun arti/makna. Tentu penamaan tersebut terjadi karena penelitian dan pengembangan mempunyai tujuan yang berbeda dengan jenis metode penelitian yang lain. Metode Penelitian dan Pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis. Instrumen Penelitian R&D: Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2008). Menurut Sugiyono (2008) pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur tersebut dinamakan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas instrumen pada studi pendahuluan, instrumen pada validasi ahli dan instrumen uji coba terbatas. Research and Development dalam upaya pengambangan model bidang kependidikan merupakan jenis penelitian multi tahap, dimana setidaknya peneliti harus melakukan tiga jenis penelitian dalam satu periode penelitian. Beberapa instrumen yang dapat digunakan oleh peneliti berdasarkan tahapan penelitiannya: 1. Penelitian pendahuluan: dalam studi ini instrumen yang dapat digunakan oleh peneliti antara lain: angket, wawancara dan dokumentasi 2. Pengembangan model konseptual: dalam mengembangkan model konseptual, peneliti harus melalui beberapa tahap seperti: pengembangan model, serta validasi model. Instrumen penelitian dinedukan oleh peneliti nada fase validasi model. Instrumen yang dapat digunakan oleh peneliti dalam validasi model antara lain: angket atau daftar pertanyaan dalam kegiatan Focus Grup Discussion (FGD) dan wawancara terstruktur. 3. Uji Coba Model: dalam kegiatan uji coba model, peneliti harus mempersiapkan beberapa instrumen untuk mengevaluasi proses dan hasil eksperimen yang dilakukan. Dalam evaluasi proses peneliti dapat menggunakan angket (kuantitatif) jika peneliti bermaksud menggali lebih dalam tentang informasi dalam evaluasi proses (triangulation mixed method) maka penelim dapat juga melakukan triangulasi dengan wawancara dan bahkan observasi partisipan. Sedangkan dalam evaluasi hasil terutama untuk mengetahui keefektivan model intrumen yang digunakan adalah berupa angket. Ada dua Jenis angket yang digunakan oleh peneliti, yaitu angket test dan angket non test. Angket test bersisi beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauhmana tingkat pengetahuan subjek penelitian tentang mata pelajaran tertentu. Sedangkan angket non test berkaitan dengan perubahan aspek sikap yang menjadi tujuan penelitian. Analisis Penelitian R&D Analisis data dalam penelitian dan pengembangan (R&D) tergantung pada masalah dan desain penelitian yang digunakan. Berdasarkan berbagai model R&D yang telah disebutkan maka model penelitian dan pengembangan (R&D) dapat disederhanakan menjadi 3 kategori utama uji pendahuluan (bersifat hipotetik), pengembangan, dan uji coba produk. Borg and Gall (dalam Sugiyono:2009:11) menyatakan bahwa untuk penelitian analisis kebutuhan sehingga mampu dihasilkan produk yang bersifat hipotetik sering digunakan metode penelitian dasar (basic research) seperti metode survey atau kualitatif. Selanjutnya untuk menguji produk yang masih bersifat hipotetik tersebut, digunakan eksperimen (pre-eksperimen, kuasi-eksperimen, dan eksperimen sesungguhnya) atau class action research (PTK). Setelah produk teruji, maka dapat diaplikasikan. Proses pengujian produk dengan eksperimen tersebut dinamakan penelitian terapan (applied research). Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data dikumpulkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis data: 1. Analisis data mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data baik dengan tabel, bagan, atau grafik. 2. Data diklasifikasikan berdasarkan jenis dan komponen produk yang dikembangkan 3. Data dianalisis secara deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan kuantitatif. 4. Penyajian hasil analisis dibatasi pada hal-hal yang bersifat faktual, dengan tanpa interpretasi pengembang. sehingga sebagai dasar dalam melakukan revisi produk. 5. Dalam analisis data penggunaan perhitungan dan analisis statistic sejalan produk yang akan dikembangkan. 6. Laporan atau sajian harus diramu dalam format yang tepat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan konsumen, atau calon pemakai produk Model-model R&D 1. Model Borg and Gall Borg dan Gall (1989) menyatakan bahwa penelitian R & D dalam dunia pendidikan meliputi 10 langkah, yakni (1) Research and Information colletion; (2) Planning; (3) Develop Preliminary form of Product; (4) Preliminary Field Testing; (5) Main Product Revision; (6) Main Field Testing; (7) Operational Product Revision; (8) Operational Field Testing: (9) Final Product Revision: dan (10) Disemination and Implementasi. 2. Model Addie and Assure a). Model Addie Salah satu model desain pembelajaran yang sifatnya lebih generik adalah model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990- an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri. Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni : a. Analisa b. Desain atau perancangan c. Pengembangan d. Implementasi e. Evaluasi b.) Model Assure Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Perencanaan pembelajaran model ASSURE dikemukakan oleh Sharon E. Maldino, Deborah L.Lowther dan James D. Russell dalam bukunya edisi 9 yang berjudul Instructional Technology & Media For Learning Desain Instruksional Desain instruksional adalah proses merencanakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan pengalaman pembelajaran yang efektif dan efisien. Ini melibatkan identifikasi kebutuhan pembelajaran, pengembangan tujuan pembelajaran yang jelas, pemilihan metode dan strategi pembelajaran yang tepat, serta evaluasi hasil pembelajaran untuk memastikan pencapaian tujuan pembelajaran. Prinsip-Prinsip Desain Instruksional Menurut Filbeck terdapat dua belas prinsip pembelajaran dalam pembelajaran untuk dijadikan perhatian para perancang pembelajaran, yaitu: a) Respon-respon baru diulang sebagai akibat dari respon tersebut. b) Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda yang terdapat dalam lingkungan peserta didik. c) Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang bila tidak diperkuat dengan. pemberian akibat yang menyenangkan. d) Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula. e) Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti pemecahan masalah. f) Starus mental peserta didik untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan peserta didik selama proses belajar. g) Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik untuk penyelesaian setiap langkah akan membantu sebagian besar peserta didik. Implikasinya adalah digunakannya bahan belajar terprogram dan analisis pengalaman belajar peserta didik menjadi kegiatan-kegiatan kecil disertai latihan dan pemberian umpan balik. h) Kebutuhan memecah materi belajar yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil akan dapat dikurangi bila materi belajar yang kompleks dapat diwujudkan dalam suatu model. i) Keterampilan tingkat tinggi seperti keterampilan memecahkan masalah adalah perilaku kompleks yang terbentuk dari komposisi keterampilan dasar yang lebih sederhana. j) Belajar cenderung menjadi cepat dan efisien serta menyenangkan bila peserta didik diberi informasi bahwa menjadi lebih mampu dalam keterampilan memecahkan masalah. k) Perkembangan dan kecepatan belajar peserta didik bervariasi, ada yang maju dengan cepat, ada yang lebih lambat. l) Dengan persiapan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan meng- organisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar. Model penelitian desain instruksional 1. Model Quasi-Experimental: Penelitian ini menguji efektivitas suatu intervensi pembelajaran dengan membandingkan kelompok yang menerima intervensi dengan kelompok kontrol. Namun, penelitian ini tidak memungkinkan untuk mengendalikan semua faktor yang mempengaruhi hasil. 2. Penelitian Eksperimen: Model ini melibatkan pengujian efektivitas suatu intervensi pembelajaran dengan mengendalikan variabel-variabel yang mempengaruhi hasil. Kelompok eksperimen menerima intervensi, sementara kelompok kontrol tidak. 3. Penelitian Survei: Penelitian ini menggunakan kuesioner atau wawancara untuk mengumpulkan data tentang pandangan dan pengalaman peserta didik terhadap suatu intervensi pembelajaran. 4. Penelitian Kualitatif: Penelitian ini mengeksplorasi pemahaman mendalam tentang pengalaman belajar peserta didik melalui wawancara, observasi, atau analisis konten. 5. Penelitian Tindakan: Model ini melibatkan proses berkelanjutan di mana seorang guru atau desainer instruksional secara sistematis merencanakan, menerapkan, dan mengevaluasi intervensi pembelajaran dalam lingkungan nyata. 6. Penelitian Meta-Analisis: Penelitian ini menggabungkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya untuk menyimpulkan efektivitas berbagai intervensi pembelajaran.