Anda di halaman 1dari 18

Bab XI

PENELITIAN PENGEMBANGAN

Selain berupa penelitian eksperimen, penelitian


pengembangan saat ini berkembang pesat dalam bidang
pendidikan, khususnya di jenjang perguruan tinggi. Penelitian
pengembangan sudah banyak dilakukan di beberapa lembaga yang
berkutat pada persoalan penilitian. Banyak dosen maupun
mahasiswa pasca sarjana (S2 dan S3) yang sudah melakukan
penelitian pengembangan, misalnya mengembangkan suatu model
pembelajaran, model layanan, model pengukuran maupun
pengembangan suatu metode pembelajaran. Oleh karena itu,
dosen maupun mahasiswa perlu memahami mengenai penelitian
pengembangan.

A. Komponen Utama Metode Penelitian Pengembangan


Berbeda dengan jenis penelitian lainnya, dalam penelitian
pengembangan tidak melakukan deskripsi suatu fenomena pada
diri suatu subjek, dan juga tidak menggunakan uji hipotesis.
Penelitian pengembangan lebih menekankan adanya suatu proses
untuk mengembangkan sesuatu sesuai rumusan atau identifikasi
kebutuhan. Oleh karena itu, untuk memenuhi persyaratannya,
dalam metode penelitian pengembangan terdapat 3 komponen

147
utama yang penting dikaji, yakni 1) Model Pengembangan, 2)
Prosedur Pengembangan, dan 3) Uji Coba Produk.
1. Model Pengembangan
Salah satu ciri penelitian pengembangan adalah adanya
sesuatu yang akan dikembangkan yakni berupa model.
Menurut Puslitjaknov (2008), model pengembangan
merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan
dihasilkan. Dengan demikian, dalam penelitian
pengembangan selalu memiliki produk yang dihasilkannya.
Sedangkan wujud produk penelitian pengembangan dapat
berupa model prosedural, model konseptual, dan model
teoritik.
Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif,
menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk
menghasilkan produk. Biasanya model ini dapat diwujudkan
dalam bentuk bagan atau gambar tentang langkah-langkah
suatu hal. Model konseptual adalah model yang bersifat
analitis, yang menyebutkan komponen-komponen produk,
menganalisis komponen secara rinci dan menunjukkan
hubungan antar komponen yang akan dikembangkan. Model
teoritik adalah model yang menggambarkan kerangka
berpikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dan
didukung oleh data empirik (Puslitjaknov, 2008).
Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan peneliti dalam
melakukan penelitian pengembangan. Dalam melakukan
penelitian pengembangan, menurut Puslitjaknov (2008),
peneliti memperhatikan 3 hal sebagai berikut:

148
a. Menggambarkan struktur model yang digunakan secara
singkat, sebagai dasar pengembangan produk
b. Apabila model yang digunakan diadaptasi dari model yang
sudah ada, maka perlu dijelaskan alasan memilih model,
komponen-komponen yang disesuaikan, dan kekuatan
serta kelemahan model dibanding model aslinya,
c. Apabila model yang digunakan dikembangkan sendiri,
maka perlu dipaparkan mengenai komponen-komponen
dan kaitan antar komponen yang terlibat dalam
pengembangan.
2. Prosedur Penelitian Pengembangan
Selain menekankan adanya produk yang akan dikembangkan,
penelitian pengembangan juga menekankan pada adanya
prosedur yang harus diikuti. Dalam prosedur penelitian
pengembangan selalu memaparkan prosedur yang ditempuh
oleh peneliti/pengembang dalam membuat produknya. Perlu
dipahami bahwa prosedur pengembangan berbeda dengan
model pengembangan dalam memaparkan komponen
rancangan produk yang dikembangkan. Prosedur
pengembangan menjelaskan mengenai langkah-langkah yang
dilakukan peneliti dalam melakukan penelitiannya. Dalam
prosedur pengembangan, peneliti menyebutkan sifat-sifat
komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan.
Sedangkan dalam model pengembangan yang dihasilkan,
terdapat pula prosedur untuk dapat memanfatkan produk
hasil pengembangan peneliti.
Salah satu prosedur penelitian pengembangan yang banyak
digunakan oleh peneliti adalah prosedur pengembangan yang

149
disusun oleh Borg dan Gall. Menurut Borg dan Gall, terdapat
10 langkah pengembangan dalam pembelajaran mini (mini
course) sebagai berikut:
1) Melakukan penelitian pendahuluan (prasurvei) untuk
mengumpulkan informasi (kajian pustaka, pengamatan
kelas), identifikasi permasalahan yang dijumpai dalam
pembelajaran, dan merangkum permasalahan. Langkah
pertama ini merupakan upaya melakukan identifikasi
masalah dan identifikasi kebutuhan untuk melandasi
pentingnya suatu model untuk dikembangkan.
2) Melakukan perencanaan (identifikasi dan definisi
keterampilan, perumusan tujuan, penentuan urutan
pembelajaran, dan uji ahli atau ujicoba pada skala kecil,
atau expert judgement). Kegiatan ini menekankan pada
kegiatan penyusunan rancangan (draf) model, yang
berisi mengenai konsep model, tujuan
dikembangkannya model tersebut, langkah-langkah
(prosedur) penerapan model yang akan dikembangkan,
dan melakukan uji ahli.
3) Mengembangkan jenis/bentuk produk awal meliputi:
penyiapan materi pembelajaran, penyusunan buku
pegangan, dan perangkat evaluasi. Dalam langkah ini,
peneliti sudah mulai melakukan mengembangkan
produk awal (prototype) model yang dimaksud sesuai
masukan dari ahli. Jika dalam dunia pendidikan, salah
satu contoh peneliti mengembangkan model
pembelajaran; maka peneliti menyusun panduan
penggunaan model, menyiapkan materi pembelajaran,
instrumen pengamatan dan evaluasi.

150
4) Melakukan uji coba lapangan tahap awal, dilakukan
terhadap 2-3 sekolah dengan menggunakan 6-10 subjek
ahli. Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan
informasi/data dengan menggunakan observasi,
wawancara, dan kuesioner, dan dilanjutkan dengan
analisis data. Revisi pengembangan model hasil uji ahli,
diujicobakan ke beberapa sekolah. Selama melakukan
ujicoba, peneliti mengumpulkan data tentang proses
penggunaan model melalui observasi. Selain itu, peneliti
juga mengumpulkan data tentang pandangan pengguna
terhadap model, serta penilaian pengguna terhadap
model dengan menggunakan wawancara atau
kuesioner.
5) Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan
masukan dan saran-saran dari hasil uji lapangan awal.
Data tentang pandangan pengguna terhadap model,
serta penilaian pengguna terhadap model merupakan
hal penting untuk merevisi produk. Data tersebut diolah
sesuai materi (isi data) sehingga terekap data mengenai
tanggapan, data tentang masukan, dan data mengenai
saran terhadap model yang dikembangkan. Berdasar
data-data tersebut, selanjutnya peneliti melakukan
revisi terhadap produk utama.
6) Melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan terhadap
3-5 sekolah, dengan menggunakan 30-80 subyek.
Setelah produk utama direvisi sebagai upaya
pengembangan model, maka dilakukan lagi uji coba
pada 3 hingga 5 sekolah. Sebelumnya peneliti,
melakukan pre-test terlebih dahulu untuk mengukur
keberadaan subjek sebelum model diterapkan. Setelah

151
model diujicobakan, subjek diberi post-test, untuk
mengukur keberadaan subjek setelah menggunakan
model. Peneliti juga mengumpulkan data tentang
pandangan pengguna terhadap model, serta penilaian
pengguna terhadap model. Data tersebut diolah sesuai
materi (isi data) yang dimanfaatkan untuk revisi hasil uji
coba lapangan utama.
7) Melakukan revisi terhadap produk operasional,
berdasarkan masukan dan saran-saran hasil uji lapangan
utama. Peneliti melakukan revisi terhadap produk
operasional berdasar data tentang pandangan
pengguna terhadap model, serta penilaian pengguna
terhadap model.
8) Melakukan uji lapangan operasional (dilakukan
terhadap 10-30 sekolah, melibatkan 40-200 subyek),
data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan
kuesioner. Selanjutnya peneliti melakukan uji lapangan
pada 10 hingga 30 sekolah. Selama uji lapangan tersebut
peneliti tetap mengumpulkan data tentang pandangan
pengguna terhadap model, serta penilaian pengguna
terhadap model.
9) Melakukan revisi terhadap produk akhir, berdasarkan
saran dalam uji coba lapangan. Peneliti melakukan revisi
produk akhir berdasar data tentang pandangan
pengguna terhadap model, serta penilaian pengguna
terhadap model.
Dalam tahap ini, menurut Puslitjaknov (2008) beberapa
hal yang perlu dipahami sbb:

152
a. Simpulan yang ditarik dari hasil analisis data uji coba
menjelaskan produk yang diujicobakan sebagai
dasar pengambilan keputusan apakah model atau
produk yang dihasilkan perlu direvisi atau tidak
b. Pengampilan keputusan untuk mengadakan revisi
model atau produk perlu disertai dengan dukungan
atau pembenaran bahwa setelah direvisi model atau
produk itu akan lebih baik, lebih efektif, efisien, lebih
menarik, dan lebih mudah digunakan bagi pemakai.
c. Komponen-komponen yang perlu dan akan direvisi
hendaknya dikemukakan secara jelas dan rinci.
10) Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk,
melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui
pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan
penerbit untuk sosialisasi produk untuk komersial, dan
memantau distribusi dan kontrol kualitas.

Prosedur penelitian pengembangan yang disusun Borg dan


Gall cukup panjang dan membutuhkan banyak tenaga, pikiran
dan biaya. Supaya dapat efisien, peneliti dapat melakukan
penelitian pengembangan dengan langkah-langkah yang
lebih sederhana. Menurut Puslitjaknov (2008), langkah-
langkah penelitian pengembangan Borg dan Gall dapat
disederhanakan menjadi 5 langkah utama, sebagai berikut:
1. Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan
2. Mengembangkan produk awal
3. Validasi ahli dan revisi

153
4. Uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk
5. Uji coba lapangan skala besar dan produk akhir
Bahkan, untuk mahasiswa S1, penelitian pengembangan
dapat dilakukan hanya sampai langkah validasi ahli dan revisi
produk.
3. Uji Coba Model atau Produk
Uji coba model atau produk tidak dapat dilepaskan dalam
langkah-langkah penelitian pengembangan. Menurut
Puslitjaknov (2008), uji coba model atau produk merupakan
bagian yang sangat penting dalam penelitian
pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk
selesai. Uji coba model atau produk bertujuan untuk
mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan
atau tidak. Selain itu, uji coba model atau produk juga
melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai
sasaran dan tujuan.
Model atau produk yang baik memenuhi 2 kriteria yaitu :
kriteria pembelajaran (instructional criteria) dan kriteria
penampilan (presentation criteria), (Puslitjaknov, 2008).
Kriteria pembelajaran yang dimaksud, bahwa produk
memang sesuai materi dan menunjang tujuan
pembelajaran. Sedangkan kriteria penampilan berupa
kemudahan penggunaan produk, dan produk memiliki
penampilan yang menarik bagi penggunanya.
Mengenai ujicoba model atau produk terdapat 3 macam
yaitu (1) Uji-ahli, (2) Uji terbatas dilakukan terhadap
kelompok kecil sebagai pengguna produk, dan (3) Uji-
lapangan (field testing). Melalui ketiga macam uji coba

154
tersebut maka diharapkan kualitas model atau produk yang
dikembangkan betul-betul teruji secara empiris.
a. Uji ahli atau validasi
Uji ahli dilakukan oleh para ahli perancangan model atau
produk dan ahli sesuai substansi model. Uji ahli
dilakukan guna mereview produk awal yakni
memberikan masukan tentang ketepatan rancangan
model, kelengkapan dan ketepatan substansi, serta
kelengkapan dan ketepatan instrumen evaluasinya.
Validasi selama tahap uji ahli ini disebut dengan expert
judgement atau teknik Delphi.
Menurut Puslitjaknov (2008), expert judgement atau
pertimbangan ahli dilakukan melalui: (1) Diskusi
Kelompok (group discussion), dan (2) Teknik Delphi,
yang dijelaskan sebagai berikut:
1) Group discussion. Group discussion adalah sutau proses
diskusi yang melibatkan para pakar (ahli) untuk
mengidentifikasi masalah analisis penyebab masalah,
menentukan cara-cara penyelesaian masalah, dan
mengusulkan berbagai alternatif pemecahan masalah
dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia.
Dalam diskusi kelompok terjadi curah pendapat (brain
storming) diantara para ahli dalam perancangan model
atau produk. Mereka mengutarakan pendapatnya
sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Peneliti
menyimpulkan masukan hasil group discussion ini, dan
digunakan untuk perbaikan model yang akan
dikembangkan.

155
2) Teknik Delphi. Teknik Delphi adalah suatu cara untuk
mendapatkan konsensus diantara para pakar melalui
pendekatan intuitif. Langkah-Langkah penerapan teknik
Delphi dalam uji ahli dalam penelitian pengembangan
adalah sebagai berikut :
i) Problem identification and specification. Peneliti
mengidentifikasi isu dan masalah yang
berkembang di lingkungannya (bidangnya),
permasalahan yang melatar belakangi, atau
permasalahan yang dihadapi yang harus segera
perlu penyelesaian
ii) Personal identification and selection. Berdasarkan
bidang permasalahan dan isu yang telah
teridentifikasi, peneliti menentukan dan memilih
orang-orang yang ahli, manaruh perhatian, dan
tertarik bidang tersebut, yang memungkinkan
ketercapaian tujuan. Jumlah responden paling
tidak sesuai dengan sub permasalahan, tingkat
kepakaran (experetise), dan atau kewenangannya
iii) Questionaire Design. Peneliti menyusun butir-butir
instrumen berdasarkan variabel yang diamati atau
permasalahan yang akan diselesaikan. Butir
instrumen hendaknya memenuhi validitas isinya
(content validity). Pertanyaan dalam bentuk open-
ended question, kecuali jika permasalahan memang
sudah spesifik
iv) Sending questioner and analisis responded for first
round. Peneliti mengirimkan kuesioner pada
putaran pertama kepada responden, selanjutnya

156
mereview instrumen dan menganalisis jawaban
instrumen yang telah dikembalikan. Analisis
dilakukan dengan mengelompokkan jawaban yang
serupa. Berdasarkan hasil analisis, peneliti merevisi
instrumen
v) Development of subsequent Questionaires.
Kuesioner hasil review pada putaran pertama
dikembangkan dan diperbaiki, dilanjutkan pada
putaran kedua, dan ketiga. Setiap hasil revisi,
kuesioner dikirimkan kembali kepada responden.
Jika mengalami kesulitan dan keraguan dalam
merangkum, peneliti dapat meminta klarifikasi
kepada responden. Dalam teknik delphi biasanya
digunakan hingga 3-5 putaran, tergantung dari
keluasan dan kekomplekan permasalahan sampai
dengan tercapainya konsensus
vi) Organization of Group Meetings. Peneliti
mengundang responden untuk melakukan diskusi
panel, untuk klarifikasi atas jawaban yang telah
diberikan. Disinilah argumentasi dan debat bisa
terjadi untuk mencapai konsensus dalam
memberikan jawaban tentang rancangan suatu
produk atau intrumen penelitian. Dengan face-to-
face contact, peneliti dapat menanyakan secara
rinci mengenai respon yang telah diberikan.
Keputusan akhir tentang hasil jajak pendapat
dikatakan baik apabila dicapai minimal 70%
konsensus

157
vii) Prepare final report. Peneliti perlu membuat
laporan tentang persiapan, proses, dan hasil yang
dicapai dalam Teknik Delphi. Hasil Teknik Delphi
perlu diujicoba di lapangan dengan responden yang
akan memakai model atau produk dalam jumlah
yang jauh lebih besar.
b. Uji Terbatas
Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai
pengguna produk. Seperti yang dijelaskan di bagian
sebelumnya bahwa uji coba lapangan tahap awal ini,
dilakukan terhadap 2-3 sekolah, dengan menggunakan
6-10 subyek (misalnya guru). Selama melakukan ujicoba,
peneliti mengumpulkan data tentang proses
penggunaan model melalui observasi, juga
mengumpulkan data tentang pandangan pengguna
terhadap model, serta penilaian pengguna terhadap
model dengan wawancara atau melalui kuesioner.
c. Uji-lapangan (field testing)
Uji lapangan (field testing) dilakukan pada lebih dari 10
sekolah, dengan melibatkan lebih dari 40 guru (subjek).
Dealam uji lapangan ini peneliti mengumpulkan data
tentang pandangan pengguna terhadap model, serta
penilaian pengguna terhadap model melalui
wawancara, observasi, dan kuesioner. Data tersebut
dimanfaatkan sebagai bahan masukan guna revisi
produk atau model.

158
B. Subjek Uji Coba
Cara penentuan subjek uji coba baik tentang jumlah
maupun cara menentukannya perlu dipaparkan secara jelas.
Pada umumnya subjek penelitian dalam penelitian
pengembangan dipilih secara purposive. Oleh karena itu,
peneliti harus memiliki syarat-syarat (ciri-ciri) dalam
menentukan subjek, seperti yang ditulis oleh Puslitjaknov
(2008) antara lain sbb:
a. Penentuan sampel (subjek) yang digunakan disesuaikan
dengan tujuan dan ruang lingkup dan tahapan penelitian
pengembangan,
b. Subjek yang dipilih benar-benar representatif, terkait
dengan jenis produk yang akan dikembangkan, terdiri
atas tenaga ahli dalam bidang studi, ahli perancangan
produk, dan subjek pengguna produk,
c. Jumlah sampel uji coba tergantung tahapan uji coba
tahap awal (preliminary field test)

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data


Salah satu tugas peneliti adalah melakukan survei dalam arti
luas (antara lain melalui observasi, wawancara, penyebaran
kuesioner) untuk mengukur terhadap variabel yang
dianggap penting. Menurut Azwar (1999), akurasi dan
kecermatan hasil pengukuran dicerminkan melalui tingkat
reliabilitas dan validitas alat ukurnya. Apabila alat ukur yang
digunakan dalam penelitian tidak memenuhi syarat
reliabilitas dan validitas maka kesimpulan hasil penelitian
yang bersangkutan sulit untuk dikatakan valid. Oleh karena

159
itu sangatlah penting untuk menggunakan alat pengukuran
yang valid yang reliabel.
Dalam uji coba penelitian pengembangan, data digunakan
sebagai dasar untuk menentukan keefektifan, efisiensi, dan
daya tarik produk yang dihasilkan. Jenis data yang akan
dikumpulkan dalam penelitian pengembangan harus sesuai
dengan produk yang akan dikembangkan, dan tujuan
terciptanya model yang dikembangkan. Data yang
dikumpulkan dapat hanya berupa data tentang pemecahan
masalah yang terkait dengan keefektifan dan efisiensi suatu
model, atau berupa data tentang daya tarik suatu produk.
Data mengenai kecermatan atau ketepatan isi (substansi)
dapat digali dari subjek (pengguna), ahli isi, kelompok kecil,
atau ketiganya. Sedangkan dalam uji ahli, data yang
terungkap antara lain, ketepatan substansi, ketepatan
metode, dan ketepatan desain produk.
Dalam pengumpulan beragam data tersebut, peneliti dapat
menggunakan berbagai teknik pengumpulan data atau
pengukuran, yang disesuaikan dengan karakteristik data
yang akan dikumpulkan dan sesuai juga dengan responden
penelitian seperti berikut:
a. Teknik pengumpulan data seperti observasi,
wawancara, dan kuesioner. Observasi dapat digunakan
untuk mengumpulkan data tentang proses penggunaan
model. Wawancara dapat digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai pandangan maupun
pendapat pengguna terhadap model yang digunakan.
Sedangkan kuesioner dapat digunakan untuk

160
mengumpulkan tentang pendapat, pandangan dan
evaluasi pengguna terhadap model yang digunakan.
b. Jika pengumpulan data berupa instrumen yang sudah
ada, maka perlu kejelasan mengenai karateristik
instrumen, mencakup kesahihan (validitas), kehandalan
(reliabilitas), dan pernah dipakai dimana dan untuk
mengukur apa
c. Jika instrumen dikembangkan sendiri oleh oleh peneliti,
maka perlu kejelasan tentang prosedur
pengembangannya, tingkat validitas dan reliabilitasnya.

D. Teknik Analisis Data


Pemilihan teknik analisis dalam suatu penelitian selalu
disesuaikan dengan tujuan dan jenis data dikumpulkan.
Menurut Puslitjaknov (2008), beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam analisis data dalam penelitian
pengembangan sbb:
1) Analisis data mencakup prosedur organisasi data,
reduksi, dan penyajian data baik dalam bentuk tabel,
bagan, maupun grafik
2) Data perlu diklasifikasikan berdasarkan jenis dan
komponen produk yang dikembangkan
3) Data dianalisis secara deskriptif maupun dalam bentuk
perhitungan kuantitatif
4) Penyajian hasil analisis dibatasi pada hal-hal yang
bersifat faktual, tanpa ada interpretasi pengembang,
sehingga sebagai dasar dalam melakukan revisi produk

161
5) Dalam analisis data penggunaan perhitungan dan
analisis statistik sejalan dengan permasalahan yang
diajukan, dan produk yang akan dikembangkan
6) Laporan atau sajian harus diramu dalam format yang
tepat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan
pengguna atau calon pemakai produk.

E. Penyajian Hasil Pengembangan


Langkah terakhir dalam setiap kegiatan penelitian adalah
melaporkan hasil penelitiannya. Setiap hasil penelitian perlu
dipublikasikan atau disebarluaskan sehingga bermanfaat
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan memiliki nilai
praktis yang tinggi. Oleh karena itu, adalah kewajiban setiap
peneliti untuk menyelesaikan rangkaian kegiatan ilmiahnya
dalam bentuk laporan dan publikasi ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Laporan hasil penelitian pengembangan bukan berupa hasil
uji dari satu hipotesis namun berupa deskripsi mengenai
kelayakan model berdasar pendapat para pengguna dan
para ahli. Penyajian data hasil penelitian pengembangan
hendaknya komunikatif dan sistematis, sesuai dengan jenis
dan karakteristik produk serta calon konsumen pemakai
produk. Penyajian yang komunikatif dan sistematis tersebut
sangat membantu konsumen atau pengguna produk dalam
mencerna informasi yang disajikan, dan bahkan dapat
menumbuhkan ketertarikan untuk menggunakan model
atau produk hasil pengembangan.

162
Pembahasan hasil penelitian pengembangan dapat berupa
penjelasan selama proses penggunaan maupun pendapat
atau masukan dari para ahli maupun pengguna model.
Selain itu, kajian teoritis terkait dengan model yang
dikembangkan perlu digunakan untuk mendukung hasil
pembahasan.

Tugas 11.
1. Wujud produk penelitian pengembangan dapat berupa
model prosedural, model konseptual, dan model
teoritik. Jelaskan masing-masing model tersebut!
2. Dari 10 langkah penelitian pengembangan Borg dan Gall
dapat disederhanakan menjadi 5 langkah utama.
Jelaskan secara ringkas lima langkah yang dimaksud!
3. Uji coba model atau produk merupakan bagian yang
sangat penting dalam penelitian pengembangan.
Menurut anda, apa tujuan dari uji coba model atau
produk tersebut?
4. Model atau produk yang baik memenuhi 2 kriteria yaitu
: kriteria pembelajaran (instructional criteria) dan
kriteria penampilan (presentation criteria). Jelaskan
secara ringkas kedua kriteria yang dimaksud!
5. Menurut anda, apa fungsi uji ahli dalam penelitian
pengembangan? (Jelaskan secara ringkas)
6. Jelaskan 3 syarat untuk menentukan subjek uji coba
dalam penelitian pengembangan!

163
7. Jelaskan fungsi teknik pengumpulan data yakni
observasi, wawancara dan kuesioner dalam penelitian
pengembangan!

164

Anda mungkin juga menyukai