ABSTRAK
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di STKIP Muhammadiyah Sungai Penuh,
didapatkan bahwa masalah yang dihadapi adalah 1) Mahasiswa mengalami kesulitan dalam
mengaplikasikan teori, konsep, dan prinsip yang dipelajari, 2) Keterbatasan waktu melakukan
praktikum, 3) Modul praktikum yang digunakan oleh dosen sulit dipahami oleh mahasiswa.
Prosedur praktikum yang dilakukan oleh dosen belum mampu menyentuh mahasiswa secara
keseluruhan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan modul praktikum dengan model perkuliahan
yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan modul praktikum berbasis blended
learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada mata kuliah Olahraga
Dasar I. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development). Model
pengembangan yang digunakan adalah model 4-D. Yang terdiri dari tahap pendefinisian (define),
perancangan (design), pengembangan (development), dan penyebaran (disseminate). Analisis
materi diperoleh materi olahraga air (renang). Pada tahap perancangan diperoleh naskah modul
praktikum olahraga dasar. Pada tahap pengembangan diperoleh modul praktikum berbasis
blended learning yang memenuhi kriteria valid dengan nilai indikator validasi isi 0,83%,
kontruksu 0,84%, dan bahasa 0,84%, praktis 92,5%, efektif pada ranah kognitif 77%, efektif
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis mencapai nilai 0,8 berada pada kategori sangat
kritis, pada ranah sikap 84% berada pada kategori sangat baik dan menjadi kebiasaan, dan ranah
keterampilan 84% berada pada kategori sangat baik. Pada tahap penyebaran diperoleh modul
praktikum berbasis blended learning praktis 92%, efektif pada ranah kognitif 76,9%, efektif
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis mencapai nilai 0,7 berada pada kategori sangat
kritis, pada ranah sikap 84% berada pada kategori sangat baik dan menjadi kebiasaan, dan ranah
keterampilan 86 berada pada kategori sangat baik
KATA KUNCI : Kemampuan berpikir kritis, Olahraga air (renang), Blended learning, Modul
Praktikum.
Jurnal Edu Research
Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 1
Volume 1, Nomor 4, September 2020
PENDAHULUAN
Kemampuan berpikir ilmiah mahasiswa dapat dimunculkan saat mempelajari ilmu alam.
Mata kuliah olahraga dasar I merupakan bagian dari IPA, dimana dalam perkuliahannya
berorientasi kepada pemberdayaan berpikir. Sehingga pada mata pelajaran ini dapat ditingkatkan
kemampuan berpikir kritis menjadi sebuah kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa. Agar
terjadi peningkatan yang dimaksud dalam proses perkuliahan, dibutuhkan dosen yang kritis dan
inovatif dalam merencanakan perkuliahan.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dosen dapat disimpulkan bahwa perkuliahan
olahraga dasar I di STKIP Muhammadiyah Sungai Penuh telah berjalan dengan baik. Motivasi
dapat diberikan kepada mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
mahasiswa dalam proses perkuliahan dengan cara memberikan pandangan tentang keterkaitan
materi olahraga dasar I dengan kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Namun
penjelasan tersebut tidak menyinggung mengenai variasi model perkuliahan dan bahan ajar yang
digunakan.
Model perkuliahan dan bahan ajar dalam proses perkuliahan merupakan hal yang penting
untuk diperhatikan oleh seorang Dosen. Dewasa ini model yang mencakup metode ceramah saja
tanpa diberi variasi yang menarik tidak dapat memberikan pengalaman yang berarti bagi
mahasiswa dalam perkuliahan. Meskipun demikian, proses perkuliahan seperti ini masih
diterapkan. Proses ini disebut juga cara kuliah tradisional.
Cara kuliah tradisional membuat mahasiswa menjadi pasif, merasa jenuh, bosan, dan
tidak tertarik untuk mengikuti proses perkuliahan, sehingga tidak terjadi interaksi antara dosen
dan mahasiswa. Dapat dikatakan bahwa proses perkuliahan tidak berjalan dengan baik dan tidak
mampu menyentuh ranah pengetahun, sikap, dan keterampilan mahasiswa. Dengan demikian,
proses perkuliahan yang diterapkan tidak mampu mengantarkan mahasiswa untuk mencapai nilai
tuntas dan berhasil.
Berdasarkan hasil analisis mahasiswa terlihat kemampuan berpikir kritis yang dimiliki
mahasiswa mata kuliah olahraga dasar I berada pada kategori rendah. Kemampuan berpikir kritis
dapat ditingkatkan melalui pemilihan model blended learning.
Blended learning merupakan model perkuliahan yang dapat mendorong mahasiswa untuk
memiliki peran aktif dan kritis dengan melibatkan mereka secara bermakna dengan
permasalahan dunia nyata. Dengan model ini mahasiswa dapat memberikan pengalaman dan
pengetahuan baru yang lebih bermakna melalui pemecahan masalah-masalah yang ada, hal ini
dapat mendorong dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa untuk permasalahan di pendidikan olahraga semester I yaitu rendahnya
kemampuan berpikir kritis mahasiswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan model blended
learning dalam perkuliahan.
Proses, perencanaan dan pelaksanaan perkuliahan hanya mempertimbang dan
menerapkan model saja tidak cukup. Model perkuliahan akan lebih bermakna apabila
menggunakan modul praktikum yang tepat secara bersamaan. Dari berbagai jenis modul
praktikum yang ada, salah satu yang cocok digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan
Jurnal Edu Research
Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 2
Volume 1, Nomor 4, September 2020
penguasaan mahasiswa terhadap materi pada mata kuliah olahraga dasar I adalah modul
praktikum berbasis blended learning.
Modul praktikum mata kuliah olahraga dasar I yang digunakan di pendidikan olahraga adalah
modul praktikum dari jasa penerbit. Dimana dalam penyusunannya masih terdapat banyak
kekurangan, hanya terdiri dari identitas, rangkuman materi dan soal-soal latihan yang harus diisi
oleh mahasiswa.
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menghasilkan produk berupa Modul Praktikum olahraga dasar I yang
valid, praktis, dan efektif. Berdasarkan pernyataan masalah yang telah dikemukakan, maka
penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan (research and development).
Menurut Sugiyono (2008), metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu. Borg dan Gall (1979) menyatakan bahwa
“Educational research and development (R&D) is process used to develop and validate
educational product”. Ini berarti bahwa, penelitian pengembangan merupakan suatu proses
yang menghasilkan suatu produk yang valid.
Penelitian pengembangan juga merupakan upaya untuk mengembangkan dan
menghasilkan suatu produk berupa kurikulum, modul, paket perkuliahan, buku teks, Modul
Praktikum, alat evaluasi, model, atau produk lainnya yang dapat memecahkan masalah dalam
perkuliahan. Produk yang dihasilkan adalah Modul Praktikum berbasis blended learning yang
valid, praktis, dan efektif.
2. Model Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and the development).
Pengembangan Modul Praktikum berbasis blended learning ini menggunakan model Four-D (4-
D), yang dikemukakan oleh Thiagrajan (1974). Model pengembangan 4-D terdiri dari 4
tahap yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan
disseminate (penyebaran). Dalam pengembangan ini, penulis melakukan keempat tahap model
pengembangan 4-D.
3. Prosedur Pengembangan
Sejalan dengan model pengembangan 4-D, artinya ada 4 tahap yang harus dilakukan.
Adapun 4 tahap dari perancangan prosedur pengembangan ini adalah sebagai berikut :
1. Pendefinisian
Tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat perkuliahan.
2. Perancangan
Tahap ini bertujuan untuk merancang modul praktikum.
3. Pengembangan
Tahap ini adalah untuk menghasilkan modul prktikum yang sudah direvisi berdasarkan
masukan dari para pakar.
4. Penyebaran
Tahap ini merupakan tahap penggunaan modul praktikum yang telah dikembangkan pada
skala yang luas dan bertujuan untuk menguji efektifitas penggunaan bahan ajar hasil
pengembangan
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang menggambarkan
validitas, praktikalitas dan efektifitas Modul Praktikum berbasis blended learning adalah sebagai
berikut:
1. Analisis Validitas
Analisis validitas menggunakan skala Likert. Skala likert adalah skala yang dapat
digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat seseorang tentang suatu variabel (Riduwan,
2008). Menurut Arikunto (2010) “skala likert disusun dengan lima pernyataan dan diikuti lima
respon yang menunjukkan tingkatan”. Langkah-langkah analisis validitas menggunakan skala
likert:
a. Memberikan skor untuk setiap item jawaban, sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2),
dan sangat tidak setuju (1).
b. Menjumlahakan skor total tiap validator untuk seluruh indikator.
c. Pemberian nilai analisis validitas menggunakan analisis deskriptif yang menggambarkan
validitas Modul Praktikum berbasis blended learning. Analisis validitas menggunakan
rumus Aiken’s V (Azwar, 2015). Yaitu:
∑
[ ]
Keterangan :
s = r – lo
lo = Angka penilaian validitas yang terendah
c = Angka penilaian validitas yang tertinggi
r = Angka yang diberikan oleh seorang penilai
n = Jumlah penilai
Kategori validitas assessment kinerja berdasarkan nilai akhir yang diperoleh dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kategori Validitas Produk
Tinkat Pencapaian Kategori
≥ 0,6 Valid
< 0,6 Tidak valid
(Azwar, 2015)
2. Analisis Praktikalitas
Kepraktisan produk dianalisis berdasarkan angket yang telah diisi oleh responden, dosen,
dan mahasiswa. Analisis data angket praktikalitas produk menggunakan skala likert dengan
langkah-langkah sama seperti analisis validitas.
Dimana :
P = nilai praktikalitas
Q = skor yang diperoleh
R = skor maksimum
Dengan kategori kepraktisan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kategori Kepraktisan Produk
No Nilai Kriteria
1 76% < x ≤ 100% Sangat praktis
2 51% < x ≤ 75 % Praktis
3 26% < x ≤ 50 % Kurang praktis
4 0% < x ≤ 25 % Tidak praktis
3. Analisis Efektifitas
a. Analisis Kompetensi Pengetahuan
Untuk menganalisisnya digunakan analisis deskriptif yang dikemukakan oleh Arikunto
(2010) yaitu dengan persamaan:
Dimana:
KI = Ketuntasan individual
SB = Skor benar yang diperoleh
SM = Skor maksimum
KK = Ketuntasan klasikal
JT = Jumlah mahasiswa yang tuntas
JS = Jumlah seluruh mahasiswa.
Dengan kriteria penilaian kompetensi pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kriteria Penilaian Kompetensi Kemampuan
No Nilai Kriteria
1 ≥ 70 Tuntas
2 < 70 Belum tuntas
Dimana:
s = Nilai sikap
b = Skor yang diperoleh
c = Skor maksimal
Dengan kriteria penilaian kompetensi sikap dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria Penilaian Kompetensi Sikap
Interval (%) Kategori
0-25 Tidak baik (TB)
26-50 Kurang baik (KB)
51-75 Baik (B)
76-100 Sangat baik (SB)
Dimana :
k = Nilai keterampilan
b = Skor yang diperoleh
c = Skor maksimal
Dengan kriteria penilaian kompetensi keterampilan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kriteria Penilaian Kompetensi Keterampilan
Interval (%) Kategori
0-25 Tidak baik (TB)
26-50 Kurang baik (KB)
51-75 Baik (B)
76-100 Sangat baik (SB)
Keterangan:
: Skor post-test (final score)
: Skor pre-test (initial score)
Penetapan kesimpulan yang telah dicapai didasarkan kepada kategori gain score pada Tabel 10.
Tabel 10. Kategori Gain Score
No Kategori Rata-rata Gain Score
1 Rendah
2 Sedang
3 Tinggi
(Diadaptasi dari Hake, 1999)
Adapun untuk melihat kemampuan berpikir kritis mahasiswa secara individual digunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
N :Kemampuan berpikir kritis mahasiswa secara individual
X : Jumlah skor yang diperoleh mahasiswa
Dengan kriteria seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Klasifikasi Kemampuan berpikir kritis
Interval Kriteria
Tidak kritis
Kurang kritis
Cukup kritis
Kritis
Sangat kritis
(Diadaptasi dari Arikunto, 2010)
Adapun untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa selama
penelitian adalah dengan membandingkan hasil analisis kemampuan berpikir kritis mahasiswa di
akhir penelitian, dengan hasil analisis di awal penelitian. Analisis ini menggunakan instrumen
yang sama, yaitu angket analisis mahasiswa.
dibutuhkan bahan ajar yang bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam rangka
menumbuhkan pemahaman tentang materi olahraga air (renang).
Pada tahap analisis materi, dilakukan pengkajian dan penyesuaian antara materi tuntutan
kurikulum. Dimana dalam proses perkuliahan mahasiswa dituntut untuk dapat menemukan
konsep sendiri dan prinsip dari beberapa fenomena yang diamati dan diselidiki. Berdasarkan
hasil analisis materi, maka disiapkan perkuliahan yang mendukung pencapaian kompetensi,
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, dan materi yang akan diajarkan. Model Blended Learning
merupakan salah satu bentuk model yang mengatur perkuliahan sedemikian rupa sehingga
mahasiswa tidak disajikan dengan materi dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mahasiswa
mengorganisasikan sendiri materi tersebut (Kemendikbud, 2013). Dalam model Blended
Learning, pembelajaran dilakukan oleh mahasiswa berdasarkan petunjuk-petunjuk dosen dalam
memahami suatu permasalahan. Petunjuk yang diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan
yang membimbing.
Adapun yang menjadi motivasi mahasiswa dalam belajar olahraga jika konsep dan
prinsip olahraga diajarkan dengan bahasa yang sederhana dan dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari. Selain itu mahasiswa juga membutuhkan sebuah bahan ajar dan model belajar yang
tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Creative thinking skil
lmahasiswa menggunakan model Blended learning lebih baik daripada model pembelajaran
konvensional (Ningsih, 2011). Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dirancang sebuah bahan
ajar yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, materi, dan tujuan pembelajaran sehingga
tercapai kompetensi yang diinginkan. Salah satu bahan ajar yang dimaksud adalah modul
praktikum berbasis Blended learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada mata
kuliah olahraga air (renang).
2. Perancangan
Perancangan dilakukan berdasarkan analisis yang telah dilkukan sebelumnya. Modul
praktikum yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan yang telah dirumuskan pada tahap
pendefinisian. Setiap hasil analisis memiliki kontribusi dalam pengembangan modul praktikum.
Langkah pertama yang dilakukan dalam perancangan modul praktikum adalah menyusun
tes beracuan kepada kriteria perumusan indikator-ndikator penilaian untuk modul prakktikum.
Indikator-indiator tersebut dirumuskan berdasarkan kriteria yang akan diukur. Kualitas suatu
bahan ajar hasil pengembangan dapat ditentukan berdasarkan validity (kesahihan), practicality
(kepraktisan), dan effectiveness (keefektifan) (Roza, 2016). Sehingga seluruh komponen modul
praktikum yang dikembangkan dinilai dari segi validitas, praktikalitas, dan efektivitas.
Langkah kedua adalah pemilihan media, dalam pengembangan modul praktikum ini
pemilihan media didasarkan kepada hasil analisis materi dan disesuaikan dengan kebutuhan
mahasiswa. Hal ini bertujuan agar mahasiswa bisa dengan lebih mudah menemukan konsep
materi yang dipelajari dalam melakukan kegiatan perkuliahan karena apa yang mereka pelajari
adalah yang benar-benar ada di sekitar mereka. Media yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah bahan ajar berupa modul praktikum berbasis Blended learning untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis pada mata kuliah olahraga air (renang).
uji kepraktisan modul praktikumberada pada kategori sangat praktis dengan nilai 88% untuk
pertemuan pertama, dan pertemuan terakhir dengan nilai 96%. Artinya, modul praktikum
berbasis Blended learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada mata kuliah
olahraga air (renang) praktis digunakan sebagai salah satu sumber informasi perkuliahan. Secara
umum, modul praktikum yang dikembangkan mudah digunakan dan sangat membantu dosen
dalam persiapan, pelaksanaan, dan penilaian proses perkuliahan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Arikunto (2010) yang menyatakan bahwa sebuah instrumen memenuhi kriteria praktis apabila
mudah digunakan dan tidak rumit.
c. Uji Efektifitas
Kriteria bahan ajar yang efektif adalah jika setelah menggunakan bahan ajar tersebut
terdapat dampak positif pada hasil perkuliahan mahasiswa. Menurut Sukmadinata (2005), hasil
perkuliahan pada kompetensi pengetahuan dapat dikatakan efektif jika mencapai nilai ketuntasan
yang telah ditetapkan. Modul praktikum yang dikembangkan dikatakan efektif apabila hasil
perkuliahan mahasiswa telah mencapai ≥70% dari tujuan pembelajaran yang telah disusun,
sebagaimana nilai ketuntasanyang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan dan suatu kelas telah
mencapai ketuntasan klasiskal apabila ≥70% dari mahasiswa telah mencapainilai ketuntasan.
Pada penilaian pengetahuan mahasiswa 79% dari jumlah mahasiswa telah menguasai
lebih dari 70% tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dengan nilai rata-rata 77. Hal ini
menunjukkan keberhasilan mahasiswa dalam menemukan masalah dan memecahkan masalah
olahraga dalam modul praktikum yang dikembangkan. Selain itu, langkah Blended Learning
juga telah berhasil menuntun mahasiswa dalam menguasai materi dengan melibatkan mahasiswa
sepenuhnya dalam proses perkuliahan.
Pada penilaian sikap mahasiswa 84% dari jumlah mahasiswa sudah memenuhi 84%
indikator penilaian sikap yang ditetapkan dengan nilai rata-rata 84 ini, menunjukkan bahwa sikap
mahasiswa berada pada kategori sangat baik dan menjadi kebiasaan. Dalam pengamatan
responden sejauh proses perkuliahan terdapat indikator sikap rasa ingin tahu mahasiswa lebih
rendah dibandingkan dengan indikator sikap lainnya, hal ini dikarenakan sikap rasa ingin tahu
mahasiswa yang tinggi tidak dapat dilihat dengan jelas oleh responden. Hal ini dibuktikan oleh
seringnya mahasiswa bertanya kepada teman di kelasnya, dan membaca materi yang ada dalam
modul praktikum dan bahan ajar lainnya, namun tidak langsung bertanya kepada dosen atau
responden. Menyikapi permasalahan ini, peneliti menyarankan kepada dosen untuk
menyampaikan kepada mahasiswa bahwa ada beberapa indikator sikap yang harus ditonjolkan
oleh mahsiswa. Sehingga terjadilah peningkatan indikator sikap rasa ingin tahu pada setiap
pertemuan.
Pada penilaian keterampilan 84% dari jumlah mahasiswa sudah memenuhi aspek
penilaian keterampilan yang ditetapkan dengan nilai rata-rata 84 dalam kategori sangat baik.
Pada pertemuan pertama penilaian keterampilan mahasiswa hanya mencapai kategori baik,
namun pada selanjutnya meningkat sehingga mencapai kategori sangat baik. Meskipun
demikian, dalam proses perkuliahan yang teramati oleh responden adalah rendahnya nilai setiap
indikator keterampilan merangkai alat dibandingkan dengan indikator keterampilan lainnya. Hal
ini disebabkan oleh diberikannya tanggung jawab kepada sebagian anggota kelompok untuk
Jurnal Edu Research
Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 11
Volume 1, Nomor 4, September 2020
menyusun alat, singga keterampilan menyusun alat bagi anggota kelompok yang lainnya tidak
terlihat dan teramati oleh responden. Menyikapi masalah ini, peneliti juga menyarankan kepada
dosen untuk disampaikan kepada mahasiswa, bahwa dalam praktikum berlangsung, harus ada
pembagian tugas yang pas dan sesuai porsi kepada masing-masing mahasiswa. Atas
pengaplikasian saran tersebut terjadilah peningkatan hasil kompetensi keterampilan pada
indikator merangkai alat peserta didik disetiap pertemuan.
Berdasarkan hasil penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan dapat diukur tingkat
keefektifan produk yang dikembangkan. Berdasarkan uji efektifitas yang dilaksanakan maka
dapat dikatakan bahwa modul praktikum berbasis Blended learning untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis pada mata kuliah olahraga air (renang) yang telah dikembangkan
sudah berada pada kategori efektif. Dengan kata lain modul praktikum berbasis Blended learning
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada mata kuliah olahraga air (renang) dapat
digunakan dalam pembelajaran agar terjadinya peningkatan prestasi akademik mahasiswa.
Hal ini dikarenakan penggunaan modul praktikum dalam perkuliahan yang berbasis
dengan model Blended learning. Pada langkah menemukan masalah, mengembangkan struktur
kerja, dan menetapkan masalah dapat memunculkan konflik kognitif sehingga memunculkan
indikator-indikator aspek fluency. Pada langkah mengumpulkan dan berbagi informasi,
menemukan solusi, menentukan solusi terbaik, dan menyajikan solusi dapat memunculkan
indikator-indikator aspek flexibility, originality, dan elaboration. Dengan demikian, dapat
dikatakan kemampuan berpikir kritis mahasiswa telah terpenuhi dengan penerapan model
Blended learning dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Ningsih (2015), salah
satu faktor yang berpengaruh untuk memunculkan indikator kemampuan berpikir kritis adalah
penerapan model Blended learning.
Modul praktikum berbasis Blended learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis pada mata kuliah olahraga air (renang) dirasakan mahasiswa dapat meningkatkan semangat
dan kesenangan dalam mempelajari olahraga. Semangat dan kesenangan mahasiswa dalam
pembelajaran dapat dilihat dari beberapa indikator praktikalitas modul praktikum menurut respon
dosen dan mahasiswa. Secara tidak langsung, semangat dan kesenangan mahasiswa dalam proses
perkuliahan telah membantu mahasiswa dalam meningkatkan kompetensinya. Dampak potensial
untuk mahasiswa juga didukung oleh adanya model Blended learning. Mahasiswa dapat
memecahkan masalah olahraga dengan mengaitkan peristiwa disekitarnya dalam proses
perkuliahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Darwis (2014), yang menyatakan bahwa
kompetensi belajar mahasiswa dapat mengalami peningkatan dengan model Blended learning.
Selain memberikan dampak potensial terhadap mahasiswa, modul praktikum ini juga
memberikan dampak positif terhadap dosen. Dosen dapat mengatasi kesulitan belajar mahasiswa
pada materi olahraga yang didominasi oleh materi konsep dan prinsip. Dosen dapat memenuhi
ketersediaan bahan ajar yang menarik dan mudah dipahami oleh mahasiswa dan melatih
kemandirian mahasiswa untuk memecahkan persoalan olahraga.
4. Penyebaran Modul
Tahap penyebaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kepraktisan dan keefektifan
modul praktikumjika diujicobakan di kelas yang lain. Tahap penyebaran penulis lakukan di kelas
Jurnal Edu Research
Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 12
Volume 1, Nomor 4, September 2020
B Prodi Pendidikan Olahraga STKIP Muhammadiyah Sungai Penuh. Peneliti mengambil kelas
ini karena berada di kampus yang sama dan memiliki tingkat kemampuan yang sama dengan
kelas uji coba. Namun jumlah mahasiswa di kelas penyebaran lebih banyak dibandingkan
dengan kelas uji coba, sehingga penyebaran modul praktikum berbasis Blended learning untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada mata kuliah olahraga air (renang) juga lebih luas.
Sesuai dengan tujuan tahap penyebaran ini, maka perlu dilakukan uji kepraktisan dan
keefektifan jika dicobakan pada kelas yang berbeda. Hasil uji kepraktisan di tahap penyebaran
juga berada pada kategori sangat praktis. Hal ini dibuktikan melalui hasil angker respon guru
terhadap penggunaan modul praktikum mencapai skor 97% dengan kategori sangat praktis.
Respon mahasiswa juga berada pada kategori sangat praktis dengan nilai kepraktisan modul
praktikum mencapai 96%. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa modul praktikum
yang dikembangkan sangat praktis digunakan di kelas yang bereda.
Dari hasil analisis uji efektifitas modul praktikumpada tahap penyebaran. Pada penilaian
pengetahuan mahasiswa, dengan niali rata-rata mencapai 76. Dengan persentase ketuntasan
mencapai 76%. Hal ini menunjukkan keberhasilan mahasiswa di kelas penyebaran dalam
menemukan masalah dan memecahkan masalah olahraga dalam modul praktikum. Selain itu,
langkah Blended learning juga telah berhasil menuntun mahasiswa di kelas penyebaran dalam
menguasai materi dengan melibatkan mahasiswa sepenuhnya dalam proses perkuliahan.
Pada kompetesi sikap,mahasiswa mencapai nilai rata-rata 84% dan menunjukan bahwa
sikap mahasiswa berada pada kategori sangat baik secara keseluruhan. Namun apabila dilihat
dari hasil pengamatan responden, idikator sikap bekerja sama, teliti, dan bertanggung jawab
lebih tinggi daripada indikator sikap rasa ingin tahu dan berkomunikasi. Hal ini dikarenakan
kedua sikap tersebut tidak terlihat dengan jelas oleh responden, dapat dibuktikan dengan adanya
rasa ingin tahu mahasiswa dengan berkomunikasi langsung kepada anggota kelompok dan
mengumpulkan informasi dari bahan ajar lain. Sehingga penulis menyarankan kepada dosen
untuk mengingatkan kepada mahasiswa bahwa terdapat indikator-indikator sikap yang harus
dimiliki dan ditonjolkannya.
Pada kompetensi keterampilan mencapai nilai rata-rata 86% dengan kategori sangat baik.
Namun terjadi kejanggalan pada hasil pencapaian indikator keterampilan merangkai alat pada
pertemuan pertama, hal ini didasari oleh diberikan tanggung jawab kepada beberapa mahasiswa
untuk merangkai alat sehingga anggota kelompok lainnya tidak teramati keterampilan merangkai
alat yang dimiliki. Atas dasar itulah penulis menyarankan kepada dosen untuk mengingatkan
kepada mahasiswa agar membagikan tugas secara seimbang, dan melaksanakan tugas sesuai
porsinya masing-masing. Sehingga untuk pertemuan selanjutnya, terjadi peningkatan pada
indikator keterampilan merangkai alat mahasiswa. Hal ini juga terjadi pada indikator
keterampilan berpartisipasi dan keterampilan mencatat kesimpulan, dengan perlakuan yang
sama, mengakibatkan terjadinya peningkatan indikator tersebut meningkat pada pertemuan
selanjutnya.
Berdasarkan hasil penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan mahasiswa pada tahap
penyebaran, dapat dikatakan bahwa, modul praktikum berbasis Blended learning untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada mata kuliah olahraga air (renang) ini berada pada
Jurnal Edu Research
Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 13
Volume 1, Nomor 4, September 2020
kategori efektif, dengan nilai rata-rata masing-masing penilaian ≥70, dalam kriteria tuntas dan
berhasil. Menurut Riduwan (2008), hasil dari rata-rata penilaian sikap, keterampilan, dan
pengetahuan dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan sudah berada pada
kategori efektif atau tidak efektif. Berdasarkan uji efektifitas yang sudah dilaksanakan maka
dapat dikatakan bahwa modul praktikum berbasis Blended learning untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis pada mata kuliah olahraga air (renang) efektif digunakan di kelas
berbeda.
KESIMPULAN
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu bahan ajar
perkuliahan di perguruan tinggi yang dapat dijadikan sebagai alternatif dan pengayaan terhadap
sumber perkuliahan yang selama ini telahditerapkan oleh dosen dalam kegiatan perkuliahaan
mereka. Selain bahan ajar, dosen juga harus memiliki kemampuan untuk memvariasikan model
dalam perkuliahan sehingga perkuliahan jadi lebih inovatif dan tidak monoton, dengan demikian
dosen akan menemukan output yang tepat dan baik bagi mahasiswa.
Pada tahun pertama ini telah diperoleh bahan ajar sebagai produk dalam penelitian ini.
Bahan ajar yang yang telah dikembangkan adalah modul praktikum olahraga air (renang) berbasis
blended learning yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, sehingga
mahasiswa mampumencapai tujuan akademis sesuai dengan ilmunya. Model tersebut mempunyai
beberapa langkah, yakni : menemukan masalah, membangun struktur kerja, menetapkan masalah,
mengumpulkan dan berbagi informasi, merumuskan solusi, menentukan solusi terbaik, dan
menyajikan solusi. Sehingga untuk mencapai kegiatan praktikum yang valid, praktis dan efektif,
maka dikembangkan modul praktikum untuk praktikum matakuliah lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Alkatiri. 2011. Resusitasi Jantung Paru. Dalam: Sudoyo, Aru S., dkk (editor). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI
Arikunto. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
-----------, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Asyhar. 2010. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada (Gp)
Press Jakarta
Azwar, Saiffuddin. 2015. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Barrow. 2005. Problem-Based Learning : An Approach To Medical Education. New York :
Springer Publishing Company. Brog Dan Gall. 1979. Educational Research: An
Introduction. Jurnal New York & London: Longman. Vol. 3, (Diakses 14 April 2016)
Brown, A. (2002). Multimedia Projects in the Clasroom. United States of America: Corwin
Press, Inc
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3. Jakarta : Gramedia
Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas
Gunawan. 2003. Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum
Jurnal Edu Research
Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 14
Volume 1, Nomor 4, September 2020
Kemendikbud. (2013). Permendikbud No.65 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan
Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Kemendikbud. (2013). Permendikbud No.81A tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Munandar. 2009. Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Pt
Gramedia
Ningsih. 2011. Komparasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Menggunakan
Pembelajaran Matematika Humanistik Dan Problem Based Learning dalam Setting
model Pelatihan Innomatts. Semarang : Universitas Negeri Semarang Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007. Tentang
Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru. Jakarta: BNSP
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005.
Jakarta: BNSP
Permendiknas No. 20 Tahun 2007. Tentang Standar Penilaian Pendidikan BNSP. Jakarta:
BNSP
Purwanto. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media
Riduwan. 2008. Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfa Beta
Siswono. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis pengajuan dan Pemecahan
Masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Surabaya: Unesa
University Press
Sudjana.2005. Media Pengajaran. Bandung : PT Sinar Baru
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya
Thiagrajan. 1974. Instructional Development For Training Teachers Of Exceptional
Children. Indiana : Indiana University Bloomington
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta :
Prestasi Pustaka
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
BNSP