6
7
Indonesia. Pada tanggal 4 Januari 2003, PT. Kimia Farma terbagi menjadi
dua divisi, yaitu holding company (induk perusahaan) dan anak perusahaan.
Holding company membawahi pabrik obat di lima kota (Tanjung Morawa-
Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, dan Mojokerto); Laboratorium klinik;
dan Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. PT. Kimia Farma
membangun dua anak perusahaan, yaitu PT. Kimia Farma Trading and
Distribution (KFTD) dan PT. Kimia Farma Apotek (KFA).
PT. Kima Farma Trading and Distribution (KFTD) bergerak di
bidang layanan distribusi dan perdagangan produk kesehatan yang memiliki
wilayah layanan cukup luas meliputi 34 Propinsi dan 511 Kabupaten atau
Kota. Sebagai penyedia jasa layanan distribusi, KFTD menyalurkan aneka
produk dari perusahaan induk (PT. Kimia Farma) dan dari industri farmasi
atau dari PBF lain yang telah bekerjasama dengan KFTD pusat. KFTD
mendistribusikan produk-produk tersebut melalui penjualan reguler ke
Apotek (Apotek Kimia Farma dan Apotek non Kimia Farma), Rumah Sakit,
toko obat, dan supermarket.
PT. Kimia Farma Apotek (KFA) didirikan khusus menangani
bisnis retail Apotek yang pada bulan Agustus 2018 berjumlah ± 1080 outlet
di seluruh Indonesia dari Banda Aceh sampai dengan Papua. KFA
menyediakan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi layanan farmasi
(Apotek), klinik kesehatan, laboratorium klinik dan optik, dengan konsep
One Stop Health Care Solution (OSHCS) sehingga semakin memudahkan
masyarakat mendapatkan layanan kesehatan berkualitas. Pelayanan farmasi
menggunakan standar Good Pharmacy Practice (GPP) yaitu standar
internasional yang diterbitkan oleh The International Pharmaceutical
Federation serta standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 73, 2016). Apotek
8
c. Trend
Perencanaan barang dapat dilakukan berdasarkan trend khususnya
bagi obat-obatan yang tingkat penjualan dipengaruhi oleh musim,
misalnya obat-obat pilek dan batuk.
d. Histori data transaksi penjualan obat selama 3 bulan yang secara
otomastis terdata oleh sistem komputer di Apotek Kimia Farma
603. Berdasarkan data historis tersebut, obat selanjutnya
dikelompokkan berdasarkan kategorinya untuk dibuatkan
perencanaan. Perencanaan yang telah dibuat kemudian disesuaikan
(adjustment) dengan kondisi pada saat ini.
e. Pola penyakit. Berdasarkan epidemiologi penyakit dari lingkungan
sekitar yang akan berpengaruh pada permintaan obat oleh pasien.
2.5.2 Pengadaan Barang
Pengadaan barang di Apotek KF 603 adalah berdasarkan pola
penyakit masyarakat sekitar, permintaan barang (resep/ non resep) dari
konsumen, dan daya beli konsumen. Selain itu, perencanaan pengadaan obat
juga disesuaikan dengan keadaan keuangan (cash flow) apotek, laku cepat
(fast moving) atau laku lambat (slow moving). Seluruh item yang ada selalu
dikontrol persediaannya dengan cara menetapkan penanggung jawab per
lemari. Setiap penanggung jawab lemari memiliki buku barang habis (buku
defecta) yang diletakkan di samping atau dekat dengan masing-masing
lemari. Setiap barang yang stoknya menipis harus dituliskan di buku
tersebut kecuali jika pengadaannya harus segera (CITO).
Setiap penanggung jawab juga melakukan pengawasan terhadap
kesesuaian antara stok yang tertulis pada kartu stok, komputer, dan stok
fisik. Apabila ada selisih maka setiap penanggung jawab harus mencari
dimana letak kesalahannya. Dalam rangka pengawasan terhadap kinerja
masing-masing penanggung jawab lemari, maka dua hari sekali dilakukan
20
uji sampling. Uji sampling yaitu pemeriksaan kesesuaian antara stok yang
ada di kartu stok, di komputer, dan stok fisik setiap hari atau minimal 1
minggu sekali. Pengujian ini dilakukan bergantian untuk masing-masing
lemari dan dilakukan bukan oleh penanggung jawab lemari yang
bersangkutan melainkan oleh penanggung jawab lemari yang lain sehingga
tercipta suatu sistem pengontrolan yang baik. Untuk stok opname, Apotek
Kimia Farma 603 melakukannya tiap bulan sekali dikarenakan kondisi
apotek yang masih baru. Pada awal bulan Juli tahun 2015 Apotek Kimia
Farma 603 mulai melayani peserta BPJS sehingga stok untuk obat peserta
BPJS dan regular berbeda.
Sistem pengadaan di apotek KF 603 dengan cara mengajukan Bon
Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang dibuat oleh APA berdasarkan
buku defecta apotek kepada BM via email untuk selanjutnya akan dibuatkan
surat pesanan oleh BM. Apabila barang tersedia di Apotek Kimia Farma
lain, maka barang akan dikirimkan. Jika tidak, BM akan membuatkan surat
pesanan (SP) ke PBF kemudian barang akan langsung dikirim ke Apotek
KF 603. Bon permintaan barang apotek (BPBA) ke Apotek Kimia Farma
Unit Bisnis Sidoarjo dilakukan dua kali seminggu yaitu setiap hari Selasa
dan Kamis.
Cara pengadaan lain yang ada di Apotek Kimia Farma 603 adalah
konsinyasi. Obat/ barang konsinyasi yaitu titipan Distributor/ PBF selama
jangka waktu tertentu dimana jika produk tidak laku maka dapat
dikembalikan ke Distributor/ PBF. Dengan demikian, apotek tidak
menanggung resiko apapun kecuali bila terjadi kehilangan barang.
Pemesanan barang yang sifatnya segera dilakukan dengan cara
menuliskan item obat di buku CITO, dimana permintaan akan dilakukan
dengan telepon kepada penanggung jawab pengadaan di BM. Apabila
permintaan mendesak dan dalam jumlah yang tidak terlalu besar maka akan
21
tersebut. SP1 dan SP2 (warna putih dan kuning) diserahkan kepada
distributor/ PBF dan SP3 (warna merah muda) untuk arsip pembelian.
Selain melalui BM, pengadaan juga dapat dilakukan antara sesama
apotek Kimia Farma dalam satu zona BM. Beberapa istilah pengadaan antar
apotek yaitu :
1. Mohon Beban : Merupakan pengeluaran barang/stok obat dari apotek
yang memiliki stok barang yang diperlukan ke apotek lain yang
membutuhkan/meminta. Biasanya apotek yang meminta akan
memberikan surat mohon beban kepada apotek yang memiliki stok
barang.
2. Spreading: Merupakan salah satu cara pengadaan dengan cara
melakukan perputaran atau penyebaran barang dari satu apotek yang
satu ke apotek yang lain. Proses perputaran atau penyebaran data ini
dilakukan dengan melihat history suatu produk pada apotek aktif atau
pasif, jika pasif maka pihak BM akan mencari apotek lain dimana
barang tersebut berpeluang untuk terjual.
2.5.3 Penerimaan Barang
Penerimaan barang di Apotek Kimia Farma 603 Gedangan Sidoarjo,
dilakukan dengan pengecekan kesesuaian barang yang datang dengan faktur
yang ada. Faktur merupakan dokumen pemesanan barang yang berisi nama
penerima, nama PBF, nomor faktur, tanggal faktur, jatuh tempo, nama
barang, ED, nomor Batch, Jumlah, harga dan tanggal penerimaan. Faktur
berguna sebagai bukti pembelian atau jika suatu saat nanti terjadi komplain.
Selanjutnya, diperlukan proses cross check antara isi faktur dan fisik barang
yang diterima.
Proses selanjutnya ialah pengiriman data penerimaan barang ke BM.
Prosedurnya ialah dengan mengisi form penerimaan pada menu laporan di
komputer lalu proses pengimputan data dimana hal-hal yang wajib diisi
23
ialah nama PBF, tanggal faktur, nomor faktur, ED, nomor batch, jumlah dan
waktu kredit serta diskon ( jika ada). Apabila proses pengimputan telah
selesai, data dapat di validasi sehingga form-nya dapat diterima oleh BM.
2.5.4 Penataan Barang
Penataan barang dilakukan dengan tujuan mempermudah
pengawasan dan pengambilan barang-barang di apotek. Adapun penataan
barang di Apotek KF 603 menggabungkan beberapa sistem dimana barang-
barang yang ada dibedakan menurut berbagai kriteria:
a. Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan larutan, sirup, sirup kering, suspensi, sediaan tetes
(drop), obat luar (obat tetes mata, hidung, dan telinga, salep, krim,
gel, inhaler, larutan injeksi, dan alat kesehatan), kapsul, kaplet, dan
tablet disusun secara alfabetis dan diletakkan dalam rak tersendiri.
b. Kelas farmakoterapi dan obat generik
Obat generik dari semua kelas terapi termasuk antibiotik generik
disusun secara alfabetis dalam satu rak. Obat-obat paten
digolongkan lagi berdasarkan kelas terapinya yaitu golongan
kardiovaskuler, hipertensi, diabetes, obat anti-alergi, antibiotik,
multivitamin, sistem saraf, nyeri, hormon, saluran kemih, saluran
pencernaan, yang ditata secara alfabetis.
c. Penyimpanan Khusus
Bentuk sediaan yang tidak tahan terhadap suhu kamar seperti
suppositoria, ovula, insulin injeksi dan beberapa sediaan lainnya
diletakkan dalam lemari pendingin dengan suhu antara 2-8℃.
Masing-masing obat disusun secara alfabetis.
24