Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TUGAS BESAR KDK

“MESIN PEMOTONG KRIPIK SINGKONG”

DISUSUN OLEH :

NAMA : 1. Rikky Ardiansyah

2. Riskullah Dirga Trisaplin

KELAS : 3 TMM A

PRODI : D4 TEKNIK MESIN DAN MANUFAKTUR

SEMESTER : VI (ENAM)

POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG


Kawasan Industri Airkantung, Sungailiat, Bangka, 33211 
Telp: (0717) 93586, Fax: (0717) 93585 
E-Mail: polman@polman-babel.ac.id
Website:www.polman-babel.ac.id
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.....................................................................................3
1.3 RUMUSAN MASALAH......................................................................................................4
1.4 TUJUAN PENGEMBANGAN PRODUK..........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................5
2.1 Mesin Perajang Singkong....................................................................................................5
2.2 PULLEY DAN V-BELT......................................................................................................5
2.2.1 Macam Ban Mesin..............................................................................................................6
2.2.2 Perhitungan Pully dan Sabuk Standar..............................................................................8
2.2.3 Perhitungan V-Belt...........................................................................................................13
2.3 BEARING...........................................................................................................................14
2.3.1 KLASIFIKASI BEARING...............................................................................................14
2.3.1 RUMUS DASAR BANTALAN........................................................................................14
2.4 Motor Listrik..................................................................................................................17
2.4.1 Prinsip dan Mekanisme kerja motor listrik....................................................................17
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................................19
3.1 Permodelan Sistem..................................................................................................................19
3.2 Free Body Diagram dan Persamaan gerak............................................................................19
3.2.1 Free Body Diagram 1........................................................................................................20
3.2.2 Free Body Diagram 2........................................................................................................21
3.2.3 Free Body Diagram 3........................................................................................................22
3.3 Parameter yang Digunakan....................................................................................................22
3.3.1 Motor Listrik.....................................................................................................................23
3.3.2 Pulley dan Belt..................................................................................................................23
3.3.3 Bearing...............................................................................................................................24
3.3.4 Stiffnes dan Dumping.......................................................................................................24
3.4 Simulasi....................................................................................................................................24
3.4.1 Listing program pada matlab..........................................................................................25
3.4.2 Block Diagram pada Simulink.........................................................................................26
3.5 Respon Sistem....................................................................................................................27
3.5.1 Grafik Percepatan (𝜔 𝑚), kecepatan (𝜔𝑚) dan displacement (𝜃𝑚) pada 𝐽1................27
3.5.2Grafik Percepatan (𝜔 𝑚), kecepatan (𝜔𝑚) dan displacement (𝜃𝑚) pada 𝐽2.................28
3.5.3 Grafik Percepatan (𝜔 𝑚), kecepatan (𝜔𝑚) dan displacement (𝜃𝑚) pada 𝐽3................30
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................32
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................32
4,2 Saran.........................................................................................................................................32
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Seiring berjalanya waktu peradaban manusia telah mengalami kemajuan yang


menuntut untuk adanya perubahan dan pengembangan dari suatu sistem yang ada.
Secara alami perubahan perkembangan terjadi sesuai tuntutan kerja yang lebih cepat ,
lebih baik, lebih efektif dan akhirnya mengarah pada suatu peningkatan kesejahteraan
dengan kemudahan manusia dalam beraktifitas.
Bidang agrobisnis memang merupakan ladang usaha yang memberikan
prospek yang menggembirakan bagi masyarakat Indonesia. Bidang ini tidak hanya
meliputi hal-hal yang berkaitan dengan pertanian sebelum panen, tetapi yang justru
lebih berkembang adalah industri pengolahan hasil-hasil pertanian ( pasca panen ).
Satu hal yang perlu kita perhatikan disini adalah bahwa bidang ini ternyata dikuasai
oleh industri rumah kecil dan menengah yang sebenarnya adalah industri rumah
tangga.
Selain itu dikarenakan makin sulitnya mendapatkan pekerjaan, sehingga
menyebabkan tenaga kerja tidak lagi berharap untuk bekerja di pabrik atau industri.
Para calon tenaga kerja, kini mengalihkan perhatian untuk menjadi pengusaha-
pengusaha baru yang tidak memerlukan modal usaha yang besar akan tetapi cukup
menjanjikan. Dalam hal ini pemerintah membantu para pengusaha baik yang besar
maupun kecil dalam segala hal, untuk meningkatkan produk yang dihasilkan baik
dalam segi kualitas maupun kuantitasnya.
Singkong merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah padi dan jagung,
dimana bahan pokok tersebut mudah rusak dan menjadi busuk dalam jangka waktu 2
sampai 5 hari setelah panen, bila tidak mendapatkan perlakuan pasca panen dengan
baik. Untuk membuat singkong lebih bermanfaat dan menarik banyak peminat maka
singkong ini dibuat makanan kecil yang berupa keripik singkong. Sekarang ini banyak
dijumpai penjual keripik singkong yang umumnya dibuat atau dikerjakan dirumah -
rumah sebagai industri rumah tangga. Artinya belum ada sebuah pabrik besar yang
khusus memproduksi keripik singkong. Untuk mendapatkan potongan keripik singkong
tipis- tipis tersebut, maka dibutuhkannya alat atau mesin yang lebih efektif dan efisien
sehingga dapat meningkatkan produksi keripik singkong. Selain dapat meningkatkan
produksinya bentuk mesin harus lebih sederhana sehingga memudahkan bagi semua
orang yang akan mengoprasikan atau menjalankan sebagai operator mesin.

Atas dasar itulah kami menganggap perlunya untuk merancang mesin


pemotong kripik singkong yang lebih sederhana dan hasil produksi lebih maksimal.
Maka kami akan merancang mesin pemotong kripik singkong dengan penggerak
otomatis yang berupa motor listrik. Mesin pemotong kripik singkong ini terdiri
sembilan bagian yaitu rumah mata pisau, pisau potong, poros penggerak, sistem
transmisi, corong masuk singkong, pendorong singkong, saluran keluar singkong,
wadah hasil pemotongan, dan rangka mesin. Prinsip kerja mesin ini adalah
memanfaatkan tenaga dari motor listrik, melalui mekanisme pully dan Vbelt yang
dihasilkan motor listrik akan dipindahkan ke poros yang dihubungkan ke rumah mata
pisau, dan pendorong singkong akan digerakan oleh spring.

1.2 BATASAN MASALAH


Agar penuliasan laporan pengembangan produk berjalan secara fokus dan
terarah serta dapat mencapai tujuan yang diinginkan, batasan masalah yang
diberlakukan adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan analisa teknik dilakukan pada part yang kritis saja.
2. Penilaian konsep produk masih ditentukan sendiri dan belum dilakukan
kuisioner.
3. Perancangan dilakukan hanya sebatas membuat konep desain dari mesin
pemotong kripik singkong sesuai dengan pengamatan penulis.
4. Dimensi komponen lain tidak berpengaruh secara signifikan dari
perancangan mesin pemotong kripik singkong disesuaikan

1.3 RUMUSAN MASALAH

Dari batasan masalah dalam perancangan mesin perajang singkong di atas


dapat dihasilkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Pemotongan kripik singkong yang dilakukan secara tradisional masih
membutuhkan waktu yang jika memotong dalam jumlah yang banyak.
2. Tenaga yang dibutuhkan akan sangat banyak jika memotong kripik
singkong dalam jumlah yang banyak.
3. Pemotongan kripik singkong akan cepat jika dilakukan oleh banyak orang.

1.4 TUJUAN PENGEMBANGAN PRODUK

Tujuan dari pengembangan mesin pemotong kripik singkong adalah untuk


mempermudah pembuat kripik singkong dalam melakukan pemotongan singkong
dengan waktu yang cepat dan menggunakan tenaga se minimal mungkin, dan dapat
mengurangi biaya produksi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Perajang Singkong

Prinsip kerja dari mesin press pada Gambar 2.1 yaitu motor listrik memiliki putaran
awal 1400 rpm direduksi menjadi 400 rpm untuk menggerakkan mekanisme slider crank.
Mekanisme tersebut berfungsi untuk merubah gerak rotasi menjadi gerak rotasi berupa
putaran

Gambar 2.1 Detail Mesin Perajang Singkong

2.2 PULLEY DAN V-BELT

Pulley merupakan tempat bagi ban mesin/sabuk atau belt untuk berputar. Sabuk atau
ban mesin dipergunakan untuk mentransmisikan daya dari poros yang sejajar.Jarak antara
kedua poros tersebut cukup panjang , dan ukuran ban mesin yang dipegunakan dalam sistem
transmisi sabuk ini tergantung dari jenis ban sendiri. Sabuk/Ban mesin selalu dipergunakan
dengan komonen pasangan yaitu puli. Dalam transmisi ban mesin ada dua puli yang
digunakan yaitu Puli penggerak dan Puli yang digerakkan .
Pulley Pulley dapat digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros satu ke poros
yang lain melalui sistem transmisi penggerak berupa flat belt, V-belt atau circular belt.
Perbandingan kecepatan (velocity ratio) pada pulley berbanding terbalik dengan diameter
pulley dan secara matematis ditunjukan dengan pesamaan :

D1 N 2
=
D2 N 1

Berdasar material yang digunakan, pulley dapat diklasifikasikan dalam :

1) Cast iron pulley

2) Steel pulley

3) Wooden pulley

4) Paper pulley

Kemudian Sabuk (belt), biasanya sabuk dipakai untuk memindahkan daya antara 2 buah
poros yang sejajar dan dengan jarak minimum antar poros yang tertentu. Secara umum,
sabuk dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis :

1) Flat belt

2) V-belt

3) Circular belt

Dasar bekerjanya pada transmisi adalah berdasarkan adanya gesekan saja. Yaitu gesekan
dari sabuk atau puli. Sabuk biasanya meneruskan daya dari puli yang dipasang pada motor
listrik,motor bakar, generatorlistrik kepuli pada alat-alat yang di gerakkan oleh motor-motor
penggerak tersebut.

2.2.1 Macam Ban Mesin

a. Sabuk Rata

Sabuk rata terbuat dari kulit `kain, plastik, atau campuran ( sintetik ). Sabuk ini
dipasang pada silinder rata dan meneruskan pada poros yang berjarak kurang dari 10
meter perbandingan transmisi dari 1 : 1 sampai 1:6
b. Sabuk Penampang Bulat

Sabuk ini dipergunakan untuk alat alat kecil, alat laboratorium yang digerakkan
dengan motor kecil jarak antara kedua poros pendek 30 cm maksimum

c. Sabuk V

Sabuk ini mempunyai penampang trapesium sama kaki bahan terbuat dari karet
permukaan dipeerkuat dengan pintalan lainBagian dalam sabuk diberi serat polister
jarak anatar kedua poros dapat mencaoai 5 meter dengan perbandingan putaran 1 – 1
sampai 7 : 1. Kecepatan putara antara 10 sampai 20 m/detik Daya yang ditrasmisikan
dapat mencapai 100 Hp

d. Sabuk Gilir

Sabuk gilir Merupakan penemuan baru dalam hal transmisisabuk.sabuk ini dapat
meniadakan kekurangan pada transmisi sabuk yaitu ketepatan perbandingan putaran
seperti pada roda gigi . Penggunaan pada mesin jahit, foto copy, computer

e. Pemilihan sabuk V

Beberapa tipe dalam pemilihan sabuk V anatara lain:

1. Tipe A sabuk dengan lebar 13 x 9


2. Tipe B sabuk dengan lebar 17 x 11
3. Tipe C sabuk dengan lebar 22 x 14
4. Tipe D sabuk dengan lebar 32 x 19
5. Tipe E sabuk dengan lebar 38 x 25

Tipe ini hanya berbeda dimensi penampangnya saja Pemilihan sabuk ini
berdasarkan atas :
 daya yang dipindahkan,

 putran motor penggerak

 putaran motor yang digerakkan,jarak poros,

 pemakaian sabuk

Sabuk V hanya bisa digunakan untuk menghubungkan poros poros yang sejajar
dengan arah putaran yang sama . Tranmisi sabuk lebih halus suaranya bila dibanding
dengan transmisi roda gigi atau ranyai

Ukuran diameter puli harus tepat , karena kalau terlalu besar akan terjadi slip karena
bidang kontaknya lebih lebar/banyak. Kalau terlalu kecil sabuk akan terpelintir atau
menderita tekukan tajam waktu sabuk bekerja

Kalau sabuk sudah terpaasang maka akan terjadi difleksi bagian atas (bagian menarik)
Difleksi ini ada harga batasnya .Besar kecilnya tergantung juga oleh tegangan pada sabuk tersebut
Diflek dianggap normal kalau

2.2.2 Perhitungan Pully dan Sabuk Standar

1. Perhitungan Rasio Kecepatan Pulley


Gambar transmisi sabuk dan puli

Dari gambar di atas diketahui untuk perhitungan rasio puli adalah :


d1 = diameter puli 1

d2 = diameter puli 2
N1 = Kecepatan puli 1

N2 = Kecepatan puli 2

a. Rumus Kecepatan Sabuk 1:

b. Rumus Kecepatan Sabuk 2:


c. Rumus Rasio Kecepatan Puli

V sabuk 1 = V sabuk 2
d1 . N1 = d2 . N2

1) Rumus Panjang Sabuk

a. rumus panjang sabuk terbuka

Gambar sabuk terbuk


Diketahui :

x = jarak antar
pusat puli r1 = jari-
jari puli 1

r2 = jari-jari puli 2

α = sudut kontak antara puli dan


sabuk Rumus :

rumus diatas digunakan jika puli 1 dan 2 berbeda diameternya

Jika puli 1 dan 2 mempunyai diameter yang sama maka rumusnya menjadi,

b. rumus panjang sabuk tertutup / silang

Gambar sabuk tertutup

Diketahui :

x = jarak antar pusat puli

r1 = jari-jari puli1

r2 = jari-jari puli 2
α = sudut kontak antara puli dan

sabuk Rumus :

Prinsip pemindahan tenaga ini adalah gesekan dari pulley, andaikan


tidak ada gesekan maka tidak akan terjadi pemindahan tenaga. Perbandingan
antara tegangan yang menarik dengan yang ditarik dapat dihitung. Besarnya
tenaga yang dipindahkan ; Daya = gaya × kecepatan P : Daya/ tenaga
yang dipindahkan ( watt ) T : Gaya tegang tali T : T1 –T2 ( newton) T1 :
Gaya tegang tali pada penarik T2 : Gaya tegang tali pada sisi kendor V :
Kecepatan keliling tali V = . . m/detik D = Diameter pulley (m) N = Putaran
pulley (rpm) Sehingga rumusnya dapat ditulis sebagai berikut :

P=(T 1 – T 2)×=.. (watt)

2) Pemilihan Bahan

a) Pemilihan bahan yang tepat adalah bagian yang sangat penting dalam
desain teknik (engineering design).

b) Ada banyak faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan kegiatan


perancangan, di antaranya: kekuatan (strength), kekakuan (stiffness),
ketahanan (durability), ketahanan terhadap korosi (corrosion
resistance), harga (cost), kemampuan bentuk (formability), dan lain-lain.
(S2C2DF)

3) Design Criteria (Kriteria Perancangan)

Adalah proses merubah ide atau permintaan pasar menjadi sebuah


informasi yang jelas. Tujuannya adalah supaya informasi yang jelas tersebut
bisa diproduksi menjadi sebuah produk nyata hasil dari kegiatan
perancangan.

Kegiatan perancangan akan selalu membutuhkan pemilihan bahan


(material selection). Tujuannya adalah supaya produk yang dihasilkan bisa
pas sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Kriteria yang dibutuhkan itu
akan erat kaitannya dengan beberapa hal sebagai berikut: gaya, panas,
konduksi listrik, ketahanan kalor, ketahanan korosi, ketahanan pemakaian
(keawetan), kekerasan, dan lain-lain. Selain itu kemudahan kegiatan
produksi juga harus diperhatikan. Rancangan itu harus mudah untuk
diproduksi.

4) Design Tipe (Tipe perancangan)

a. Original design (New) (desain asli). Yang dipertimbangkan adalah


metodenya yang baru, caranya yang baru, keunggulan produk dibanding
dengan yang sudah ada sebelumnya, aplikasinya yang luas, materialnya
yang baru, atau komponennya yang juga baru. Contoh I: turbin gas
dengan high temperatur steel (super alloy). Contoh II: Peralatan
komunikasi yang menggunakan fiber optik.

b. Adaptive design (perancangan yang diadaptasi): pengembangan


rancangan yang sudah ada sebelumnya. Contoh: pembuatan mesin
setrika otomatis yang mekanisme kerjanya seperti sebuah mesin
fotokopi, ini merupakan sesuatu yang baru karena sebelumnya tidak ada
mesin setrika yang memiliki mekanisme kerja seperti itu.

c. Varian design (perancangan campuran/acak): perubahan bentuk,


ukuran, warna, tanpa perubahan fungsi utama. Contoh: desain mouse
yang bermacam- macam bentuk dan warnanya, padahal fungsinya tetap
sama yaitu sabagai penggerak pointer di worksheet.

2.2.3 Perhitungan V-Belt

Dibawah ini adalah perhitungan untuk mencari pitch diameter pulley dan kecepatan
angular yang akan dikehendaki dengan rumus berikut

keterangan :

w1 : kecepatan pulley 1 D1 : diameter pulley 1

w2 : kecepatan pulley 2 D2 : diameter pulley 2

Perhitungan untuk mencari panjang belting (L) yang akan di pasang adalah :
keterangan :

L : panjang V-belt (m)


C : jarak antar poros (m)
D1: pitch diameter pulley 1
D2: pitch diameter pulley 2
2.3 BEARING

Bearing adalah sebuah elemen mesin yang berfungsi untuk membatasi gerak relatif,
menumpu poros atau bidang permukaan, dan memberi kemungkinan poros berputar serta
sebuah bidang permukaan meluncur. Hal ini merupakan izin sebuah gerakan relatif antara
hubungan permukaan - permukaan bagian saat membawa beban.

2.3.1 KLASIFIKASI BEARING

Berdasarkan gerakannya terhadap poros, bearing dibagi menjadi dua macam, yaitu :

Sliding contact bearing (bantalan luncur) Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur
antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
perantaraan lapisan pelumas.

Rolling contact/anti friction bearing (bantalan gelinding) Pada bantalan ini terjadi
gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding
seperti bola, rol, dan rol bulat.

Berdasarkan arah pembebanannya terhadap poros, bearing juga dibagi menjadi:

1. Radial bearing (bantalan radial) Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak
lurus sumbu
2. Axial bearing (bantalan aksial) Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros

Bantalan gelinding khusus Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak
lurus sumbu poros

2.3.1 RUMUS DASAR BANTALAN

Umur Bantalan, yaitu lamanya periode bantalan terus menerus beroperasi dan
memenuhi fungsinya.

C b 106
L10 h
( )
P
x
60. n
Dimana:
L10h = Umur bantalan dengan nilai reliability 90% secara statistik [jam]

C = Beban dinamis [N]

P = Beban equivalen [N]

b = Konstanta, [3 untuk ball bearing,10/3 untuk roller bearing]

n = Putaran [rpm]

Beban equivalen (P):

P= X . F r +Y . F a

dimana:

P = Beban equivalen [N]

Fr = Beban radial [N]

Fa = Beban aksial [N]

X = Konstanta radial

Y = Konstanta aksial

2.3.1.1 Pemasangan dan Perawatan Bearing

Pada aplikasinya, pemasangan bearing dapat dilakukan dengan cara dipukul dengan
palu, dipres dengan perantara batang lain atau dengan cara pemanasan. Penekanan harus
dikenakan pada ring dalam. Beberapa contoh pemasangan dan pelepasan bearing antara lain:

• Dipukul dengan palu


• Pemasangan dengan mesin pres
• Pemasangan dengan pemanasan oli dan induksi
• Pemasangan dengan mur pengunci
• Pemasangan dengan adaptor peluncur
• Pelepasan dengan puller
• Pelepasan dengan mesin press

Pada jenis rolling-element bearing dibuat dengan toleransi sangat kecil pada diameter dalam
maupun luar, memungkinkan suaian paksa pada poros dan rumah bantalan. Dari aspek
pemasangan, ada beberapa metode yang biasa digunakan seperti di bawah ini.
Gambar 2.2.3.1 Contoh Pemasangan Rolling-Element Bearing

Dari aspek penyusunan, ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk memasang
bantalan. Pada gambar 2.2.3.2 (a) metode yang digunakan dengan memasang bantalan pada
poros yang di-fix pada arah aksial di satu sisi sedangkan di sisi lainmengambang pada arah
aksial. Metode yang ditunjukkan oleh gambar 2.2.3.2 (b) tidak memerlukan mur dan ulir pada
poros namun jika jarak antar bantalan cukup jauh, kenaikan temperatur dapat menyebabkan
pemuaian pada poros sehingga berpotensi rusak.

Gambar 2.2.3.2 (a) Pemasangan Bantalan Umum (b) Pemasangan Bantalan Alternatif

Pelumasan pada bantalan bermacam – macam metodenya, tergantung kategori


bantalan tersebut luncur atau gelinding. Pada bantalan luncur, aplikasi pelumasannya antara
lain :

Pelumasan tangan => beban ringan, kecepatan rendah, atau kerja kontinu

Pelumasan tetes => untuk beban ringan dan sedang

Pelumasan sumbu => sistem penyerapan sumbu

Pelumasan percik => biasa untuk mekanisme torak dan silinder

Pelumasan cincin => dipakai untuk beban sedang

Pelumasan pompa => untuk kerja kecepatan tinggi dan beban besar

Pelumasan gravitasi => untuk kecepatan keliling sebesar 10-15 [m/s]

Pelumasan celup => cocok untuk bantalan poros tegak


Sedangkan pada bantalan gelinding, aplikasi pelumasannya terbagi atas :

Pelumasan gemuk (grease)

Pelumasan minyak/cair

2.4 Motor Listrik


Seperti dijelaskan oleh UNEP (2006: 1), bahwa motor listrik adalah merupakan
sebuah perangkat elektromagnetis, yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Energi mekanik dapat digunakan untuk memutar impeller pompa, fan atau blower,
menggerakkan kompresor, mengangkat bahan dan lain sebagainya. Motor listrik dapat juga
digunakan di dalam rumah, seperti pada mixer, bor listrik, kipas angin, ataupun pada alat-alat
industri. Oleh karena itu motor listrik kadang disebut pula sebagai “kuda kerja” nya industri,
sebab dapat diperkirakan untuk motor-motornya menggunakan sekitar 70% beban listrik total
di industri.

Untuk cara kerjanya seperti dijelaskan oleh Sutrisno (2012 : 14), bahwa kutub-kutub
dari magnet yang senama akan saling tolak-menolak, dan kutub-kutub yang tidak senama
akan tarik menarik. Jadi akan dapat diperoleh suatu gerakan, jika ditempatkan sebuah magnet
pada sebuah poros yang dapat berputar pada magnet lain pada suatu kedudukan yang tetap.

Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Zumain (2009 : 8), bahwa motor listrik
menggunakan energi listrik dan energi magnet yang dapat menghasilkan suatu energi
mekanis, dimana operasi motor tersebut adalah tergantung pada interaksi dua medan magnet.
Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa motor listrik adalah bekerja menggunakan prinsip
dua medan magnet yang dibuat berinteraksi untuk menghasilkan gerakan. Adapun tujuan dari
motor listrik, adalah untuk menghasilkan suatu gaya yang dapat menggerakan atau torsi.

Adapun Arisworo (2006 : 233) menjelaskan, bahwa motor listrik menggunakan prinsip
hampir sama dengan pita alumunium yang berarus listrik ditempatkan pada medan magnet,
namun pada motor listrik menggunakan kawat penghantar melingkar. Motor listrik disebut
electromotor, yang merubah energi listrik menjadi energi gerak. Arus listrik yang mengalir
pada kumparan mendapat gaya Lorentz yang menyebabkan dapat berputar pada suatu sumbu.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diperoleh kesimpulan, bahwa motor listrik adalah
sebuah sistem yang bekerja dengan memanfaatkan energi listrik yang diubah menjadi energi
mekanis/gerak dan dipengaruhi oleh gaya elektromagnetik, sehingga motor dapat berputar
selama arus lisrik yang mengalir pada sistem motor listrik tercukupi dengan baik.

2.4.1 Prinsip dan Mekanisme kerja motor listrik

1. Prinsip kerja motor listrik Menurut penjelasan Rijono (1997 : 163), bahwa jika
sepotong kawat dialiri arus listrik diantara dua kutub magnet kutub utara (KU) dan
kutub selatan (KS), maka pada kawat tersebut terkena suatu gaya Lorentz. Arah
gerakan kawat sesuai dengan aturan tangan kiri
2. Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor secara umum sama yaitu: (BEE,
2004 dalam jurnal UNEP,2006:1) :
a. Arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya
b. Jika kawat pembawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran/loop,
maka kedua sisi loopatau pada sudut kanan medan magnet akan mendapat
gaya pada arah yang berlawanan.
c. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/torque untuk memutar
kumparan.
d. Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya, yang berguna untuk
memberi tenaga putaran yang lebih seragam. Medan magnetnya dihasilkan
oleh susunan elektromagnetik, yang disebut sebagai kumparan medan.

Dalam memahami sebuah motor, sangatlah penting untuk mengerti tentang


apa yang dimaksud beban motor. Beban mengacu pada keluaran tenaga putar/ torque,
sesuai dengan kecepatan yang diperlukan. Beban pada umumnya dapat dikategorikan
ke dalam tiga kelompok: (BEE, 2004 dalam jurnal UNEP,2006:1)

1. Beban torque konstan adalah beban dimana permintaan keluaran energinya


bervariasi dengan kecepatan operasinya, namun torque nya tidak bervariasi.
Untuk contoh beban dengan torque konstan adalah conveyors, rotary kilns,
dan pompa displacement konstan.
2. Beban dengan variabel torque adalah beban dengan torque yang bervariasi
dengan kecepatan operasi. Untuk contoh beban dengan variabel torque,
adalah pompa sentrifugal dan fan (torque bervariasi sebagai kwadrat
kecepatan).
3. Beban dengan energi konstan adalah beban dengan permintaan torque yang
berubah dan berbanding terbalik dengan kecepatan. Contoh untuk beban
dengan daya konstan adalah peralatan-peralatan mesin.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Permodelan Sistem

Gambar 3.1 Pemodelan sistem mesin perajang singkong

3.2 Free Body Diagram dan Persamaan gerak

Pada motor listrik, dibagi menjadi dua diagram benda bebas. Yang pertama
adalah free body diagram pada bidang elektrik, dan yang kedua pada bidang mekanis.
3.2.1 Free Body Diagram 1

Gambar 3.2 FBD 1

Persamaan Sistematis J1 dan State Variabel

-𝐽1θ̈ 1 - 𝐾2(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) - 𝐾3(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) - 𝐵1 θ̇ 1 -K1 θ̇ 1+ τ a = 0

𝐽1θ̈ 1 + 𝐾2(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) + 𝐾3(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) +𝐵1θ̇ 1 + K1 θ̇ 1- τ a = 0

𝐽1θ̈ 1 + 𝐾2𝑅1𝜃1 - 𝐾2 𝑅2𝜃2 + 𝐾3𝑅1𝜃1 - 𝐾3 𝑅2𝜃2 + 𝐵1 θ̇ 1 +K1 θ̇ 1- τ a = 0

θ̇ 1 = 𝜔1

𝐽1 𝜔1 + 𝐾2(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) + 𝐾3(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) +𝐵1 𝜔 1+K1 𝜔 1 - τ a= 0

1
ω̇ 1 = [ -𝐵1 𝜔 1 - 𝐾2(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) - 𝐾3(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) - K1 𝜔 1 + τ a]
J1
3.2.2 Free Body Diagram 2

Gambar 3.3 FBD 2

Persamaan Sistematis J2 dan State Variabel

-𝐽2θ̈ 2 + 𝐾2(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) + 𝐾3(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) - 𝐾4(𝜃2 – 𝜃3) - B2(θ̇ 2 − θ̇ 3) = 0

𝐽2θ̈ 2 - 𝐾2(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) - 𝐾3(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) + 𝐾4(𝜃2 – 𝜃3) + B2(θ̇ 2 − θ̇ 3) = 0

𝐽2θ̈ 2 - 𝐾2𝑅1𝜃1 + 𝐾2𝑅2𝜃2 - 𝐾3𝑅1𝜃1 + 𝐾3𝑅2𝜃2 + 𝐾4𝜃2 - 𝐾4𝜃3 + B2θ̇ 2 - B2θ̇ 3 = 0

𝐽2θ̈ 2 + B2θ̇ 2 + (K4 + R2K2 + R2K3) 𝜃2 - B2θ̇ 3 – 𝐾4𝜃3 – (K2+K3) 𝑅1𝜃1 = 0

θ̇ 2 = 𝜔2

𝐽2 𝜔2 - 𝐾2(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) - 𝐾3(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) + 𝐾4(𝜃2 – 𝜃3) + B2(𝜔2 – 𝜔3) = 0

1
ω̇2 = [ 𝐾2(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) + 𝐾3(𝑅1𝜃1 − 𝑅2𝜃2) - 𝐾4(𝜃2 – 𝜃3) - B2(𝜔2 – 𝜔3)]
J2
3.2.3 Free Body Diagram 3

Gambar 3.4 FBD 3

Persamaan Sistematis J3 dan State Variabel

-𝐽3 θ̈ 3 +B2(θ̇ 2 – θ̇ 3) + 𝐾4(𝜃2 – 𝜃3) = 0

𝐽3 θ̈ 3 - B2(θ̇ 2 – θ̇ 3) - 𝐾4(𝜃2 – 𝜃3) = 0

𝐽3 θ̈ 3 - B2θ̇ 2 + B2θ̇ 3 - 𝐾4(𝜃2 – 𝜃3) = 0

𝐽3 θ̈ 3 - B2θ̇ 2 + B2θ̇ 3 - 𝐾4(𝜃2 – 𝜃3) = 0

θ̇ 3 = 𝜔3

𝐽3 𝜔3 - B2(𝜔2–𝜔3) - 𝐾4(𝜃2 – 𝜃3) = 0

1
ω̇3 = [ B2(𝜔2–𝜔3) + 𝐾4(𝜃2 – 𝜃3)]
J3

3.3 Parameter yang Digunakan

Untuk mensimulasikan sistem tersebut, dibutuhkan parameter – parameter


seperti momen inersia, kekauan, redaman, dan data – data lain yang dibutuhkan pada
state variable equation tersebut.
3.3.1 Motor Listrik

Motor listrik yang digunakan untuk simulasi ini adalah motor DC dengan data
teknis sebagai berikut,

1 Dinamo Listrik 1/2 HP Ossel


2 Tipe: ECO 50 Ossel
3 Power: kurang lebih 370 watt
4 Putaran: 4P (1400 rpm)
5 Voltage: 1 phase (220 Volt)
6 Diameter as: 16 mm

Dari spesifikasi mesin di atas didapatkanlah data data yang diperlukan untuk melakukan
perhitungan torsi mesin. Perhitungan torsi mesin:

9545 x P
τ=
n

9545× 0,37
τ=
1400

τ =2,542 Nm

3.3.2 Pulley dan Belt

Mesin perajang singkong menggunakan pulley berdasarkan datasheet Cross


Morse dengan tipe pulley standard yang digunakan berupa Plain Bore Pulleys 8M
Belts dengan jari-jarir besar 50,93 mm dan jari-jari kecil 16 mm (m1) dan untuk
menggunakan Plain Bore Pulleys 8M Belts (m2) dengan jari-jari besar besar 81,485
mm dan jari-jari kecil 20 mm dan didapatkanlah massa pulley kecil (m1) adalah 1,74
kg dan massa pulley besar (m2) adalah 2.9 kg. Dari data yang telah didapatkan dapat
dihitung nilai J dari masing-masing pulley. Adapan pehitungan nilai J sebagai berikut:

- Perhitugan J1

J 1=½ m 1(r 1 2+r 2 2)=½ x 1 ,7 4 x (0 , 05093 2+ 0,00 82)

¿ 0 , 87 x (0 , 002593+0,00 0064)

¿ 0,87( 0,00 2657)

¿ 0,0 0231159 kg .m 2

- Perhitungan J2

J 2=½ m 2(r 212+r 22 2)=½ x 2 , 9 x( 0,0 4185 2+ 0,0 12)

¿ 1 , 45 x(0 ,006640+ 0,00 01)


¿ 1,45(0,00 6790)

¿ 0,0 09773 kg . m2

Pada sistem pulley ini, menggunakan 1 buah belt, sehingga nilai untuk K2 dan
K3 diasumsikan yaitu 12,5 N/m

3.3.3 Bearing

Mesin perajang singkong menggunaka Menggunakan Bearing dengan Type


60/22 Aspira SKF

Gambar 3.5 Bearing SKF 6004

3.3.4 Stiffnes dan Dumping

Poros yang digunakan disini berbentuk solid cylinder. Berikut ditampilkan


dalam bentuk tabel diameter poros dan panjang poros secara umum, untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran. Nilai kekuan poros diasumsikan pada tabel
di bawah.

Poros Kekakuan
Poros 1 (k1) 10
Poros 2 (k4) 15

3.4 Simulasi

Dalam mensimulasikan model tersebut, digunakan Simulink dari software


Matlab. Parameter – parameter tersebut, dimasukkan dahulu di command editor pada
Matlab.
3.4.1 Listing program pada matlab
3.4.2 Block Diagram pada Simulink
3.5 Respon Sistem

Respon sistem ditampilkan dalam bentuk grafik

3.5.1 Grafik Percepatan (𝜔 𝑚), kecepatan (𝜔𝑚) dan displacement (𝜃𝑚) pada 𝐽1
3.5.2Grafik Percepatan (𝜔 𝑚), kecepatan (𝜔𝑚) dan displacement (𝜃𝑚) pada 𝐽2
3.5.3 Grafik Percepatan (𝜔 𝑚), kecepatan (𝜔𝑚) dan displacement (𝜃𝑚) pada 𝐽3
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan plot grafik pada simulasi didapatkan respon dari motor listrik yang
pertama kali dihidupkan dan mempengaruhi percepatan, kecepatan, maupun displacement
pada pulley. Dari grafik kecepatan, data menunjukan bajwa semakin lama, kecepatan angular
semakin menurun. Hal yang menyebabkan kecepatan angular menurun adalah akibat dari
gesekan – gesekan yang terjadi

4,2 Saran

Saran yang dapat diambil dari hasil simulasi ini adalah untuk menentukan kekakuan
dan redaman pada suatu sistem masih digunakan suatu asumsi - asumsi. Kedepannya asumsi
tersebut sebisa mungkin sesuai dengan kenyataan dilapangan. Agar didapatkan suatu simulasi
yang mendekati dengan kondisi

Anda mungkin juga menyukai