Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN ICS

1.Perkiraan Resiko Dasar

Kebijakan:resiko yang bisa mengancam kualitas produk organik di setiap tahapan


proses produksi, transportasi dan penyimpanan, pengolahan dan ekspor harus diketahui
dan diperhitungkan/dicatat dalam prosedur kontrol internal. Oleh karena itu identifikasi
awal tentang resiko harus lengkap, identifikasi resiko harus dilakukan, baik di
lahan/teknik budidaya tanaman, pemanenan, pengolahan pasca panen (fermentasi
pengeringan, penyimpanan dan pengolahan), pengiriman/transportasi bahkan kegiatan
ekspor jika masih di bawah kontrol ICS.Setelah resiko diidentifikasi, ICS harus
menetapkan cara-cara dan perlakuan untuk meminimalisir atau mengurangi timbulnya
resiko.Selanjutnya perlu diketahui juga kemampuan petani dalam mengelola resiko.

Berdasarkan hasil identifikasi awal terhadap resiko, resiko-resiko yang mungkin timbul
adalah:

LAHAN (Resiko apa yang mungkin timbul berkaitan dengan lahan?):

 Apakah kepemilikan lahan jelas?


Status kepemilikan lahan Vanilla adalah jelas. Tidak ada lahan yang disewakan ke
pihak lain, akan tetapi yang mungkin terjadi adalah jual-beli lahan, meskipun relatif
jarang.
 Apakah petani melakukan ladang berpindah?
Petani Desa tidak melakukan perladangan berpindah, meskipun beberapa petani
membuka lahan baru untuk kebun. Lokasi lahan umumnya tidak begitu jauh dari
pemukiman dan juga jauh dari rumah dimana petani tinggal.
 Apakah petani memanfaatkan lahan dengan sistem tumpang sari?
Tanaman VANILLA umumnya ditanam bersamaan dengan tanaman penghasil
komoditi atau palawijaya lainnya. Petani juga menanam VANILLA secara
tumpangsari dengan tanaman petai, pisang, rambutan dan durian dan beberapa
tanaman yang bernilai ekonomis lainnya.
 Apakah lahan tanaman VANILLA bisa tercemari melalui irigasi dari lahan non-
organik?

pg. 1
Lahan tanaman VANILLA di Desa umumnya berada di dataran tinggi (upland).
Beberapa areal berbatasan langsung dengan sungai yang kadang kala mengalami
banjir jika curah hujan cukup tinggi, namun areal di hulu sungai adalah areal hutan
dan bukan areal pertanian sehingga kecil kemungkinan akan terkontaminasi dengan
bahan kimia/bahan buatan.

TEKNIK BUDIDAYA (Resiko apa yang mungkin timbul berkaitan dengan teknis
budidaya):

 Apakah bibit yang digunakan adalah bibit non-organik atau rekayasa genetik
(GMO)?
Sumber bibit umumnya diperoleh dari buah VANILLA milik petani sendiri yang
berkualitas bagus dan tidak terkontaminasi dengan bahan agrokimia non-organik.
 Apakah mudah untuk memperoleh agrokimia non-organik (pestisida, herbisida dan
pupuk)?
Jarak dengan pusat perdagangan berkisar 15 -20 km, memang masih relatif mudah
untuk mendapatkan bahan kimia tersebut. Petani di desa saat ini sudah tidak tertarik
untuk menggunakan pupuk kimia karena telah memahami dan merasakan dampak
pupuk kimia yg dapat merusak lahan mereka.
 Apakah penanggulangan hama dan penyakit untuk tanaman lain masih menggunakan
bahan-bahan kimia?
Petani di Desa sudah tidak menggunakan bahan kimia untuk tanaman VANILLA,
demikian juga petani di desa yang berdekatan tidak menggunakan pestisida dan
insektisida.
 Apakah penanggulangan hama dan penyakit untuk tanaman VANILLA secara
tradisional?
Petani di Desa mendapatkan pelatihan dalam penanggulangan hama dan penyakit
secara terpadu, dengan mengutamakan sanitasi/kebersihan kebun sehingga
penyebaran hama dan penyakit dapat dibatasi. Selain itu musuh alami hama dan
penyakit seperti semut juga akan digalakkkan diperkebunan KOMODITAS
VANILLA.
 Apakah untuk penyiangan masih ada yang menggunakan bahan kimia?
Petani di Desa sudah tidak menggunakan bahan kimia dalam melakukan penyiangan
dan menggantikannya dengan cara mekanis (mesin pemotong rumput) dan
penyiangan secara manual.

pg. 2
 Jika harga VANILLA naik, apakah akan mendorong petani menggunakan bahan-
bahan kimia?
Tidak, sebab petani sudah terbiasa tidak menggunakan bahan kimia, selain itu harga
bahan kimia juga relatif mahal.
 Adakah program yang mendorong penggunaan bahan-bahan kimia?
Program yang mendorong pemakaian bahan kimia sudah terhenti di Desa Program
pemerintah dari Dinas Kabupaten juga mendukung program pertanian/perkebunan
organik.
 Apakah petani telah memahami teknik budidaya VANILLA organik?
Pemahaman petani tentang pertanian VANILLA organik masih terbatas pelarangan
penggunaan input kimia/non-organik. Petani belum mempunyai sikap sebagai petani
organik yang mempunyai orientasi pada pertanian lestari, pertanian yang aman bagi
lingkungan, aman bagi kesehatan serta pertanian yang berkelanjutan.

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCA PANEN (Resiko apa yang mungkin timbul
saat panen dan pengelolaan paska-panen?):

 Apakah ada kemungkinan bercampur antara VANILLA organik dan non-organik


saat pengolahan pasca panen maupun penyimpanan?
Kemungkinan masih ada tetapi kecil sebab selama ini petani melakukan pengolahan
pasca maupun penyimpanan VANILLA milik sendiri.
 Apakah ada kemungkinan VANILLA organik terkontaminasi bahan non-organik saat
penyimpanan, pengolahan maupun pengiriman?
Ada kemungkinan tetapi kecil, sebab bahan kimia non-organik telah dilarang untuk
pertanian VANILLA organik di Desa . Perlu pengawasan lebih ketat terhadap petani
yang juga mempunyai kebun palawija agar bahan kimia tidak dipakai untuk lahan
VANILLA organik.
 Apakah ada kemungkinan petani yang tidak ikut program menjual VANILLA non-
organik melalui peserta program?
Kemungkinan ada mengingat harga KOMODITAS VANILLA organik sedikit lebih
lebih tinggi dari KOMODITAS VANILLA non-organik.
 Apakah petani maupun kelompok tani sudah memahami cara-cara panen dan
pengelolaan pasca panen KOMODITAS VANILLA organik?

pg. 3
Petani belum memahami secara baik tentang cara pengelolaan pasca panen
KOMODITAS VANILLA organik, akan tetapi akan selalu diberi pengarahan, baik
lewat pelatihan dan penyuluhan, maupun sarana lain seperti Sekolah Lapang (SL).

1. Titik Kritis dan Penanganan Resiko

Kebijakan: Identifikasi resiko di awal harus dianalisa untuk mengetahui resiko-resiko


yang penting dan perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius. Hasil
identifikasi juga harus dievaluasi secara teratur untuk mengetahui apakah identifikasi
resiko di awal masih sesuai dengan standar kualitas organik yang diminta.

Berdasarkan hasil analsisis terdapat beberapa resiko penting (titik kritis) dan saran dalam
penanganannya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Resiko-resiko penting pertanian VANILLA organik Desa dan cara


penanganannya

RESIKO-RESIKO PENTING CARA PENANGANANNYA


 Pembibitan :  Petani dilatih untuk membuat kompos
- Penggunaan pupuk kimia pada saat dan dianjurkan menggunakan media
pembibitan tanah dari lahan organik dengan
campuran kompos tersebut
- Penggunaan media non-organik
(tanah)

 Penanaman :  Bibit untuk pengembangan areal baru


- Bibit VANILLA yang ditanam menggunakan bahan bibit dari lahan
berasal dari bibit non-organik VANILLA organik setelah melalui
seleksi untuk menghasilkan bibit yang
- Penanaman bibit VANILLA non- baik dan berkue dengan okulasi/
organik dilahan VANILLAorganik penyambungan akan dilakukan kepada
petani.

pg. 4
 Pembersihan Lahan :  Kesepakatan telah dicapai oleh seluruh
- Pemakaian herbisida pada saat petani peserta organik untuk tidak
pembersihan lahan (Polaris dan Run menggunakan herbisida untuk
Dup) memberantas gulma.

 Pemeliharaan :  Pemberian sanksi bagi petani yang


- Pemakaian pestisida kimia untuk membeli bahan-bahan kimia, apalagi
pemberantasan hama dan penyakit. apabila petani mempergunakannya dan
poin ini dimasukkan dalam aturan
- Pemupukan kimia internal.
- Pencemaran di kebun organik oleh  Sosialisasi ke masyakat tentang arti
pihak lain penting pertanian organik sebagai
tindakan preventif. Dan dukungan
untuk tidak mencemari lahan petani
organik dengan bahan kimia
 Bekerjasama dengan dinas terkait untuk
ikut mengamankan proyek pertanian
organik.
 Panen :  Pengawasan silang sesama anggota
- Pencampuran KOMODITAS akan terus-menerus ditingkatkan.
VANILLA organik dengan yang non-  Tanggung jawab sebagai perserta
organik pertanian KOMODITAS VANILLA
organik akan terus diingatkan kepada
- Penggunaan wadah dari bekas pupuk setiap petani peserta program organik.
- Panen VANILLA menggunakan  Penyuluhan tentang penggunaan wadah
bahan pengawet kimia yang diperbolehkan dalam penanganan
hasil KOMODITAS VANILLA
organik.
 Peraturan internal harus secara tegas
melarang peserta program untuk
menerima titipan dari petani yang
bukan peserta.
 Penyimpanan :  Peraturan internal harus secara tegas
- Tercampurnya antara KOMODITAS melarang peserta program untuk
VANILLA organik dan non-organik menerima titipan dari petani yang
bukan peserta.
- Penggunaan wadah dan tempat  Setiap petani peserta KOMODITAS
penyimpanan KOMODITAS VANILLA organik diwajibkan
VANILLA yang sama antara yang mengikut sertakan seluruh lahan
organik dan non-organik. KOMODITAS VANILLA yang
dimiliki sebagai lahan organik dan

pg. 5
- Lupa membuat pelabelan antara mengikuti ketentuan ICS pertanian
KOMODITAS VANILLA organik KOMODITAS VANILLA organik
dan non-organik

 Penjemuran :  Penanganan pasca panen akan dilatih


- Lantai jemur atau alas tikar tercampur untuk memenuhi standar/kriteria
dengan KOMODITAS VANILLA penanganan KOMODITAS VANILLA
non-organik. organik

 Transportasi :  Pengangkutan produk hanya


- Dalam pengangkutan tercampur dibolehkan untuk KOMODITAS
dengan produk KOMODITAS VANILLA organik. Tidak
VANILLA non-organik diperbolehkan petani mengangkut
bercampur dengan KOMODITAS
- Lupa membuat label antara yang VANILLA non-organik.
KOMODITAS VANILLAorganik
dan KOMODITAS VANILLAnon
organik

 Masalah Non-teknis :  Pemberian sanksi yang tegas bagi


- Petani tidak konsisten menerapkan petani yang tidak mengindahkan aturan
dan memahami praktek pertanian ICS pertanian KOMODITAS
KOMODITAS VANILLA organik. VANILLA organik.
 Petani akan menjual hasil
- Batas batas kebun organik dengan KOMODITAS VANILLA organik ke
area penyangga/non organik kelompok, karena harganya akan lebih
bermasalah (potensi kontaminasi mahal, namun demikian kebersamaan
silang) kelompok akan terus dijaga.
 Penjualan hasil KOMODITAS
VANILLA di tempat lain (tidak lewat
kelompok)

II. STANDAR ORGANIK INTERNAL

Standar organik internal merupakan aturan-aturan yang harus dijalankan oleh petani KOMODITAS VANILLA
organik agar hasil Komoditas vanillanya memenuhi standar/persyaratan sebagai Komoditas vanilla/produk
organik.

1. Cakupan (scope)Sertifikat

pg. 6
Dalam penyusunan standar organik internal harus mempertimbangkan: kemana Komoditas
vanilla organik tersebut akan dipasarkan? Apabila Komoditas vanilla akan dipasarkan ke Uni
Eropa maka dalam penyusunan standar organik internal harus mengacu pada EU-Regulation EU
Organic: - EU 834/2007 - EU 889/2008. Apabila tujuan pemasarannya ke USA maka
penyusunan standar organik internal harus mengacu pada USDA-NOP (National Organik
Program). NOP-USDA: - eCFR Tittle 7, part 205 Control Union Certifications Production
Standards and Control Measures (2017)

Cakupan (scope)sertifikat dalam program sertifikasi KOMODITAS VANILLA organik,


khususnya di UD LOOR, ditujukan untuk pasar Uni Eropa dan Amerika (USA),sehingga dalam
penyusunan standar organik internal mengacu pada EU-Regulation dan USDA-NOP (National
Organik Program).

2. Standar organik internal

Kebijakan:standar organik internal harus disusun oleh petani sendiri sebagai acuan
untuk melakukan kontrol internal sebagai peserta program sertifikasi KOMODITAS
VANILLA organik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Standar organik internal antara lain:
 Standar organik internal harus mencakup persyaratan-persyaratan produksi agar
produk yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai produk organik.
 Standar organik internal harus disusun secara jelas dan sederhana agar mudah
dipahami oleh petani, staf ICS.
 Standar organik internal harus disosialisasikan kepada seluruh petani peserta program
sertifikasi KOMODITAS VANILLA organik dengan bahasa yang sederhana
sehingga petani memahaminya dan bersedia mematuhinya.
 Standar organik internal secara umum meliputi: bagaimana pengelolaan/ budidaya
tanaman VANILLA organik, aturan-aturan dalam budidaya tanaman VANILLA
organik (pengunaan benih, pupuk, konservasi lahan, perlindungan tanaman dari hama

pg. 7
dan penyakit, sarana produksi yang diperbolehkan dan yang dilarang, pencegahan
kontaminasi dari irigasi dan hewan ternak). Selain itu berisi tentang prosedur
pemanenan dan prosedur pengolahan pasca panen.

(Lampiran 2: Standar organik internal (Aturan Internal Organik) KOMODITAS


VANILLA).

III. PROSEDUR PENGONTROLAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Registrasi Petani dan Inspeksi Internal merupakan upaya-upaya untuk melakukan kontrol internal peserta
program sertifikasi KOMODITAS VANILLA organik. Berdasarkan data hasil registrasi petani dan inspeksi
internal, seorang petani bisa disetujui atau tidak disetujui menjadi peserta program sertifikasi KOMODITAS
VANILLA organik.

1. Registrasi (Pendaftaran) Petani

Kebijakan: semua petani yang akan ikut program sertifikasi KOMODITAS VANILLA
organik harus mendaftarkan diri serta menanda-tangani kontrak sebagai peserta program.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan registrasi petani adalah:


 Pendaftaran petani dilakukan dengan menggunakan Formulir Pendaftaran Petani
(Lampiran 3: Formulir Pendaftaran Petani)
 Formulir Pendaftaran Petani, minimal berisi: kode petani, nama petani, alamat petani,
data semua lahan/kebun yang digarap baik lahan organik maupun non-organik (luas
lahan, lokasi/letak lahan, tanaman yang ditanam, baik tanaman utama maupun
tanaman sela), pola pertanian organik atau tidak, kondisi tanaman yang
disertifikasi/tanaman VANILLA (jumlah pohon, umur pohon, perkiraan hasil).
 Pada waktu pendaftaran kepada petani harus dijelaskan standar organik internal atau
aturan internal.
 Waktu pendaftaran, petani diminta kesediaannya untuk menandatangani surat
pernyataan yang dilampiri aturan internal dan telah dipahami oleh petani. (Lampiran
4: Kontrak Petani)

Prosedur Pendaftaran Petani:

pg. 8
a) Tahap Persiapan:
 Staf ICS dan Inspektur Internal mempersiapkan: Aturan Internal/standar organik
internal, Kontrak Petani, Formulir Pendaftaran dan alat tulis menulis.
 Staf ICS, inspektur internal menyusun jadwal registrasi petani, menentukan
petugas yang akan melakukan registrasi dan memberitahukan jadwal tersebut
kepada semua petani calon peserta program sertifikasi organik.

b) Tahap Pelaksanaan Pendaftaran (Registrasi):


 Petugas pendaftaran menemui petani sesuai jadwal yang telah ditentukan di
rumah atau lahan petani (disarankan petani ditemui di lahannya).
 Petugas menjelaskan maksud dan tujuan pendaftaran, menjelaskan aturan internal
dan menjelaskan kontrak petani dengan UD LOOR dalam program sertifikasi
KOMODITAS VANILLA organik.
 Setelah petani memahami aturan internal dan kontrak petani, petugas meminta
kesediaan petani untuk menjadi peserta program sertifikasi KOMODITAS
VANILLA organik. Jika petani bersedia menjadi peserta, petugas meminta petani
menandatangani kontrak (kontrak dibuat rangkap 2 (dua))
 Bagi petani yang tidak bersedia menjadi peserta, proses pendaftaran tidak perlu
dilanjutkan. Sebaliknya bagi petani yang bersedia dan telah menanda-tangani
kontrak petani, dilanjutkan dengan proses pendaftaran.
 Petugas melakukan wawancara dengan petani untuk memperoleh data/ informasi
yang diperlukan sesuai Formulir Pendaftaran Petani.
 Petugas disarankan untuk melakukan kunjungan lahan untuk memeriksa
informasi dari petani dan menggambar sketsa lahan petani. Petugas juga bisa
meminta petani menunjukkan surat-surat/dokumen yang mendukung informasi.
 Petugas mengisi data ke formulir dengan menggunakan pensil agar mudah diubah
jika ada perbaikan.
 Setelah semua data terisi, petugas meminta petani untuk membaca (bagi petani
yang bisa membaca) atau petugas membacakan (bagi petani yang tidak bisa
membaca) data-data yang telah diisikan dalam Formulir Pendaftaran Petani.
 Jika petani menyatakan bahwa data sudah benar, maka petugas meminta
kesediaan petani untuk menanda-tangani sebagai pernyataan bahwa data telah
benar. Jika data belum sesuai maka harus diperbaiki dahulu, baru dimintakan
tanda tangan petani. Petugas juga membubuhkan tanda-tangan di formulir
tersebut.

pg. 9
c) Tahap Pengolahan Data/Dokumentasi
 Petugas mengumpulkan Formulir Pendaftaran Petani yang telah diisi dengan rapi
dengan pena, ditanda tangani oleh petani dan petugas kepada Petugas
Pendaftaran/Koordinator ICS.
 Petugas Pendaftaran/Koordinator ICS akan melakukan entry-data dan membuat
rekapitulasi data ke dalam Formulir Daftar Petani.
 Daftar Petani dikirim ke CU untuk mendapatkan keputusan akhir dari CU tentang
petani yang disetujui menjadi peserta program sertifikasi KOMODITAS
VANILLA organik.
 Formulir Pendaftaran Petani dan Daftar Petani didokumentasi/diarsip oleh
Petugas Pendaftaran/Koordinator ICS. Adapun kontrak petani diarsip di kantor
UD LOOR, jika dirasa perlu Koordinator ICS bisa meminta copy kontrak sebagai
arsip ICS.

2. Inspeksi Internal

Kebijakan: Semua petani yang mendaftar sebagai peserta program sertifikasi


KOMODITAS VANILLA organik harus bersedia diperiksa baik oleh inspektur internal
maupun inspektur eksternal (Staf CU). Inspeksi/pemeriksaan tidak terbatas di lahan
petani, tetapi petani juga harus mengijinkan apabila dilakukan pemeriksaan di
gudang/rumah, termasuk pemeriksaan surat-surat/dokumen.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan inspeksi internal:


a. Inspeksi dilakukan menggunakan Formulir Inspeksi Internal (Lampiran 5: Formulir
Inspeksi Internal)
b. Inspeksi dilakukan terhadap semua petani yang telah terdaftar sebagai peserta
program sertifikasi KOMODITAS VANILLA organik. Terhadap petani yang
mempunyai potensi atau sudah melanggar Aturan Internal/standar organik internal,
perlu mendapatkan perhatian khusus dalam inspeksi.
c. Inspeksi dilakukan terhadap seluruh proses produksi dari KOMODITAS VANILLA
organik (pembibitan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pencegahan dan
pemberantasan hama dan penyakit, pemanenan, pengangkutan, penyimpanan
maupun proses pengolahan pasca panen).

pg. 10
d. Semua petani peserta program organik dan lahannya (100%) harus sudah dilakukan
inspeksi sebelum panen. Dalam pelaksanaannya, inspeksi dapat dilakukan secara
bertahap.
e. Penentuan jadwal inspeksi yang tepat akan menentukan kualitas data yang dihasilkan.
Inspeksi internal sebaiknya dilakukan sesuai siklus produksi dan saat/periode kritis
dalam siklus produksi (misalnya: sebelum musim hujan, saat penyiangan, saat ada
serangan hama, saat panen).minimal 1kali atau lebih ( 3kali dalam setahun)
f. Inspeksi buffer zone/ area penyangga kebun dengan mengecek secara menyeluruh
batas-batas kebun petani memastikan tidak ada indikasi kontaminasi silang dari batas
kebun misal:
 berbatasan dengan area persawahan apakah ada irigasi yang mengaliri area
kebun vanilla/posisi sawah lebih tinggi dari kebun organik
 batas kebun tidak ada pemisah yang jelas dengan sawah/kebun dengan
perawatan kimia seperti selokan,jalan setapak atau sungai dengan jarak
minimal 3-5 m
 tidak ada pembatas/pengaman seperti tanaman perdu atau semak tinggi yang
bisa menjadi tameng ketika ada indikasi penggunaan alat semprot kimia di
dekat kebun non organik yang bisa berpotensi mencemari lahan organik
seperti kebun jagung,kacang/sayuran lainnya
 apakah dekat area kebun organik ada peternakan/penggemukan ternak
(ayam/babi/kambing) yang berbatasan langsung , jika ada harus dipastikan
syarat harus dipenuhi seperti disebutkan diatas atau kalo tidak memungkinkan
lahan tersebut didiskualifikasi dari daftar petani organik

g. Inspeksi tanaman sela diarea kebun organik, apakah ada tanaman sela seperti sayuran
dikebun organik (kacang,terong cabai,durian) yang menggunakan perawatan secara
kimia

h. Inspeksi Apakah ada pembakaran lahan dikebun yang bisa menggangu


keanekaragaman hayati spt cacing pengurai , jika ada arahkan petani untuk membuat
1 titik khusus untuk pembakaran/tidak berpindah

Prosedur Inspeksi Internal:

1) Tahap Persiapan:
a) Koordinator ICS mempersiapkan draft Pedoman ICS, Prosedur Inspeksi Internal
dan Formulir Inspeksi Internal.

pg. 11
b) Koordinator ICS dan inspektur internal mendiskusikan draft Pedoman ICS,
Prosedur Inspeksi Internal dan Formulir Inspeksi Internal.
c) Koordinator ICS melakukan sosialisasi atau pelatihan Pedoman ICS, Prosedur
Inspeksi Internal dan Formulir Inspeksi Internal kepada inspektur internal.
d) Koordinator ICS dan inspektur internal mendiskusikan dan merumuskan jadwal
inspeksi formal (jadwal diberitahukan kepada petani) maupun inspeksi non-
formal (dilakukan inspeksi mendadak tanpa pemberitahuan jadwal ke petani).
e) Koordinator ICS menyerahkan data petani yang akan dinspeksi, inspektur
internal membuat ringkasan atau review terhadap data petani dan menyiapkan
perlengkapan inspeksi: alat tulis-menulis, file data petani, kamera (jika perlu),
peta dan sketsa lahan petani.

2) Tahap Pelaksanaan Inspeksi Internal


a) Inspektur internal menemui petani sesuai jadwal inspeksi formal dan memberi
penjelasan ke petani tentang maksud dan tujuan inspeksi.
b) Inspektur internal melakukan pemeriksaan terhadap seluruh lahan milik petani
yang ditanamiVANILLA (lahan organik):
Pembibitan : Apakah media pembibitan memakai bahan kimia atau tidak?
Apakah bibit yang ditanam organik atau non-organik dan dari mana bibit tersebut
diperoleh?
Penanaman : Apakah penyiapan lahan dengan sistem manual atau kimiawi
(menggunakan herbisida)? Apakah lubang tanam/lubang tugaldiberi pupuk
buatan atau pupuk alami? Apakah biji yang akan ditanam diberi obat kimia
pencegah hama dan penyakit?
Pemupukan : Apakah pupuk yang digunakan pupuk kimiawi atau pupuk alami
(pupuk kandang, kompos)?
Penyiangan : Apakah penyiangan dilakukan secara mekanis (mesin pemotong
rumput), manual (menggunakan sabit/cangkul) atau secara kimiawi
(menggunakan herbisida round-up/polaris dsb.)? Apakah lahan terbebas dari
sampah non-organik?
Pencegahan dan Pemberantasan Hama dan Penyakit : Apakah menggunakan
bahan-bahan kimia atau secara alamiah?
c) Inspektur internal juga memeriksa lahan petani yang tidak ditanami VANILLA,
maupun lahan non-organik (jika ada) sama seperti poin b).

pg. 12
d) Inspektur internal memeriksa semua batas batas kebun dan buffer zone
memastikan tidak adanya potensi kontaminasi beserta tanaman sela yang ada
diarea kebun organik dan cara perawatannya
e) Inspektur internal memeriksa kebun apakah melakukan pembakaran sisa /sampah
dikebun
f) Inspektur internal juga harus memeriksa gudang/tempat penyimpanan milik
petani untuk mengetahui : Apakah ada atau disimpan bahan-bahan non-organik?
Apakah penyimpanan sarana produksi dicampur antara organik dan non-organik?
g) Inspektur internal juga harus memeriksa hasil panen : Apakah penyimpanan hasil
juga terpisah atau terbebas dari pencemaran bahan-bahan kimia? Apakah
penyimpanan terpisah dari VANILLA non-organik? Apakah hasilnya sesuai
dengan perkiraan produksi? Jika lebih harus ditanyakan darimana kelebihannya,
jika kurang ditanyakan kemana kekurangannya?
h) Inspektur internal juga harus melihat tempat pengolahan (processing) : Apakah
alat-alat untuk pengolahan juga digunakan untuk KOMODITAS VANILLA non-
organik? Apakah karung yang digunakan untuk penyimpanan tidak tercemar
bahan non-organik atau karung bekas bahan non-organik?
i) Inspektur internal juga harus melihat tempat peternakan milik petani (apabila
petani memelihara ternak) : Apakah makanan ternak dicampur dengan bahan-
bahan kimia? Apakah petani memelihara ayam broiler/ ayam pedaging
(peternakan ayam intensif)?
j) Setelah semua lokasi (kebun, gudang/tempat penyimpanan, tempat pengolahan,
peternakan) diinspeksi, Inspektur Internal kemudian mengisi Formulir Inspeksi
Internal di rumah petani sehingga ada kesempatan untuk bertanya kepada petani.
k) Setelah Formulir Inspeksi Internal diisi, dibaca kembali atau minta petani untuk
membacanya.
l) Jika ada yang belum sesuai, maka dilakukan diperbaiki, apabila data-data sudah
benar dan ada pelanggaran yang dilakukan petani maka Inspektur Internal
berkewajiban mendiskusikan masalah itu dengan petani sesuai aturan internal dan
kontrak petani.
m) Apabila di dalam aturan internal dan kontrak sudah jelas sanksi bagi
pelanggarannya, maka pelanggaran dan sanksinya dicatat dalam Formulir
Inspeksi. Apabila sanksi belum ada di dalam aturan internal maupun kontrak
petani, maka sanksi dibicarakan di tingkat ICS antara Inspektur Internal.
n) Inspektur Internal meminta kesediaan petani untuk menandatangani Formulir
Inspeksi Internal yang sudah diisi dengan lengkap (data dan catatan tentang
pelanggaran dan sanksi). Inspektur internal juga harus membubuhkan tanda
tangan, disarankan minta petani lain ikut tanda-tangan sebagai saksi.

pg. 13
3) Tahap Pengolahan Data/Dokumentasi
 Inspektur internal membuat daftar petani yang telah diinspeksi disertai komentar
ringkas dan rekomendasi tentang petani tersebut.
 Inspektur internal menyerahkan/membawa formulir, komentar ringkas dan
rekomendasi berdasarkan hasil inspeksi ke Rapat Komisi Persetujuan.

Komisi Persetujuan akan melakukan rapat untuk menetapkan: petani-petani yang


diusulkan untuk menerima sertifikat organik tanpa syarat, dengan syarat dan petani
yang harus melakukan perbaikan atau menerima sanksi.
 Hasil keputusan tersebut dituangkan menjadi: Daftar Petani yang Diterima dan
Daftar Petani yang Memperoleh Sanksi.
 Daftar tersebut dikirim ke CU untuk memperoleh keputusan akhir, petani yang
berhak memperoleh sertifikat organik dan petani yang tidak berhak memperoleh
sertifikat organik.

3. Perkiraan Hasil

Kebijakan:Dataperkiraan hasil tanaman VANILLA organik bagi setiap petani harus


tersedia sebelum musim panen. Perkiraan hasil yang tepat adalah sangat penting terutama
pada saat pembelian, berat KOMODITAS VANILLA yang dijual/disetorkan oleh petani
dapat dibandingkan dengan data perkiraan hasil dari petani yang bersangkutan.Jika data
perkiraan hasil tersedia dan tidak tepat, maka petugas pembelian dapat mendeteksi jika
petani berusaha menjual KOMODITAS VANILLA yang tidak berasal dari lahan
VANILLA organik milik sendiri.

Untuk memperoleh data perkiraan hasil yang tepat bukanlah hal yang mudah karena
dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama kondisi musim. Oleh karena itu, untuk
memperoleh data perkiraan hasil yang tepat perlu dilakukan:
a. pencatatan hasil panen KOMODITAS VANILLA di masing-masing lahan petani
pada tahun sebelumnya
b. pencatat hasil maksimal dan minimal per tahun di masing-masing lahan petani, jika
perlu didasarkan pada umur pohon dan jarak tanam.

pg. 14
c. mengamati kondisi tanaman dan kondisi musim untuk memperkirakan apakah
hasilnya akan lebih baik/lebih tinggi atau lebih buruk/lebih rendah dari tahun
sebelumnya.
d. berdasarkan data-data tersebut petani bisa melakukan perkiraan produksi tahunan
e. petugas ICS juga harus melakukan perkiraan produksi tahunan untuk memeriksa
apakah perkiraan yang dilakukan petani sudah tepat/realistis atau belum. Jika belum,
maka perlu dilakukan perbaikan dengan persetujuan/diketahui oleh petani yang
bersangkutan.

4. Prosedur Pengambilan Keputusan Internal

Kebijakan:Dalam ICS harus disusun prosedur yang mengatur pengambilan keputusan.


Pengambilan keputusan untuk memberikan persetujuan ataupun sanksi bagi petani
peserta program sertifikasi organik. Pengambilan keputusan dalam ICS sebaiknya
dilakukan oleh suatu panitia, terutama dalam memutuskan kasus-kasus yang sulit/kritis.

Prosedur Pengambilan Keputusan :


a. Data-data hasil inspeksi internal beserta saran/rekomendasi dari Inspektur Internal
diserahkan kepada Komisi Persetujuan.
b. Komisi membandingkan data-data hasil inspeksi internal dengan data-data registrasi
petani dan data-data hasil inspeksi internal sebelumnya. Jika ada perubahan ataupun
ketidaksesuaian harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum dijadikan dasar
pengambilan keputusan.
c. Dalam pengambilan keputusan juga didasarkan pada kondisi, sanksi dan
rekomendasi dari inspektur internal yang telah tercatat dalam Formulir Inspeksi
Internal.
d. Komisi Persetujuan mengambil keputusan-keputusan yang meliputi:
i. Memberikan persetujuan pada petani untuk menerima sertifikat
KOMODITAS VANILLA organik tanpa syarat bagi petani-petani yang
telah menjalankan standar organik internal dan memenuhi ketentuan-
ketentuan dalam kontrak.
ii. Memberikan persetujuan pada petani untuk menerima sertifikat
KOMODITAS VANILLA organik ataupun organik dalam konversi
dengan syarat petani melakukan tindakan perbaikan-perbaikan tertentu

pg. 15
bagi petani-petani yang melanggar standar organik internal tetapi tidak
membahayakan sertifikasi.
iii. Memberikan sanksi-sanksi yang keras termasuk mengeluarkan petani
sebagai peserta program sertifikasi organik bagi petani-petani yang
melanggar standar organik internal dan membahayakan sertifikasi organik
e. Keputusan-keputusan internal panitia dicatat dan direkap ke dalam : daftar petani
yang berhak mendapatkan status organik,daftar petani yang berhak mendapat status
organik dalam konversi dan daftar petani yang mendapatkan sanksi-sanksi.
f. Daftar-daftar tersebut ditandatangani panitia dan dikirim ke CU.

5. Tidak Memenuhi Persyaratan dan Sanksi

Kebijakan: Dalam kasus ada petani yang tidak memenuhi persyaratan atau yang
menerima sanksi,maka harus dibuat dokumentasi yang jelas : (Siapa petani yang
menerima sanksi? Apa jenis sanksi? Bagaimana cara-cara penerapan sanksi
tersebut?).Dokumen tersebut harus diinformasikan kepada petani yang bersangkutan dan
kepada petani lainnya untuk menjadi perhatian dan pelajaran. Bilamana perlu dokumen
tersebut diinformasikan kepada pembeli untuk menjamin bahwa KOMODITAS
VANILLA yang dibeli berasal dari petani-petani yang memenuhi Standar organik
internal. Dokumen tersebut juga sangat penting sebagai bahan diskusi dengan CU.

Penanganan Kasus : Untuk kasus-kasus pelanggaran terhadap Standar organik internal


tidak semua langsung diberikan sanksi, ada kasus-kasus yang memerlukan pengkajian
lebih cermat dan teliti sebelum memberikan sanksi bahkan mungkin tanpa harus ada
sanksi. Berikut adalah contoh kasus-kasus dan cara-cara penanganannya:

Tabel 2. Contoh kasus pelanggaran standar organik internal dan cara


penanganannya

NO KASUS CARA PENANGANAN


1. Erosi Tidak harus dengan sanksi, tetapi diberi
peringatan / penyuluhan untuk mem-
perbaiki manajemen tanah.

pg. 16
2. Menggunakan pupuk kimia Menjalani konversi 3 (tiga) tahun, hasil
panen ditolak
3. Menyimpan pestisida kimia di Diberi sanksi tetapi harus diteliti lebih
Gudang lanjut:
 Memeriksa tanggal produksi
 Memeriksa data registrasi awal
 Memeriksa apa hanya digunakan
untuk tanaman lain, dan bukan
untuk tanaman VANILLA
4. Menggunakan herbisida Menjalani konversi 3 (tiga) tahun, dan
hasil panen ditolak
5. Pencampuran organik dan non- Seluruh hasil panen dianggap sebagai
organik non-organik
6. Penyimpanan/karung yang tidak Bisa diperiksa dengan data hasil panen,
jelas organik atau non-organik seluruh hasil dianggap non-organik.
7. Batas kebun potensi kontaminasi Inspeksi berkala terhadap batas2 kebun
dan buffer zone
8. Pembakaran rutin dilahan Sosialisasi untuk membuat 1 titik khusus
agar tidak menggangu aneka hayati
dalam tanah
9. Limbah/sampah domestik dikebun Sosisalisasi pentingnya menjaga
kebersihan lahan organik dari
samaph/limbah domestik
10. Sumber Bibit tidak jelas Diarahkan untuk menggunakan bibit dari
turunan pohon induk yang sudah
tersertifikasi organik/dari lahan organik

Tabel 3. Tipe-tipe sanksi atas pelanggaran ICS

SANKSI SITUASI
Memenuhi syarat-syarat yang harus Petani menyimpan bahan-bahan kimia
dipenuhi petani
Denda dari ICS Petani tidak pernah datang ke pertemuan
Ditunda sementara/skorsing Petani melanggar standar organik
internaltapi tidak membahayakan
program sertifikasi organik (misal : petani
menjual KOMODITAS VANILLA ke
pembeli lain)

pg. 17
Masa konversi 3 (tiga) tahun Pencemaran lahan/kebun (misal : petani
menggunakan pestisida, pupuk kimia dan
herbisida kimia)
Mengeluarkan petani dari keanggotaan Petani menjual KOMODITAS
ICS VANILLA non-organik milik petani
BUKAN peserta program organik.

6. Dokumentasi ICS

Kebijakan: ICS harus menjamin bahwa setiap aktivitas pengawasan internal harus
didokumentasikan. Semua dokumen yang berhubungan dengan sertifikasi
KOMODITAS VANILLA organik harus bisa diperiksa baik oleh Inspektur Internal
maupun oleh Inspektur Eksternal (CU).

Dokumen yang harus ada di petani:


a. Kontrak Petani : komitmen tertulis dari petani dan ICS yang bersedia untuk
memenuhi Standar organik internal.
b. Buku Harian Petani: apabila petani bisa baca tulis bisa mencatat sendiri data-data
yang penting dalam buku harian (Kapan dilakukan penanaman dan darimana asal
bibitnya? Kapan dilakukan penyiangan dengan cara manual atau kimiawi? Kapan
melakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk apa? Kapan panen dan berapa
hasilnya?)
c. Buku Penjualan Hasil : buku untuk mencatat hasil panen yang telah disetor ke
Tempat Pembelian dan mencatat pembayaran hasil.

Dokumen yang harus ada di Pengelola ICS:

1) Kontrak Petani : merupakan komitmen tertulis dari petani dan ICS untuk bersedia
memenuhi Standar organik internal.
2) Peta: peta umum (lokasi kebun peserta organik, pembagian blok); peta blok (lokasi
kebun peserta organik, lokasi organik dan non-organik) dan sketsa kebun peserta
organik.
3) Data Dasar (data base)Petani: data-data hasil registrasi petani yang meliputi
kepemilikan dan status lahan, lahan organik & non-organik, kepemilikan ternak,
terakhir penggunaan bahan kimia, dan lain-lain.

pg. 18
4) Buku Harian ICS:
 Catatan Internal Inspektur tentang tindakan-tindakan perbaikan dan sanksi bagi
petani.
 Catatan Petugas Lapang tentang kunjungan lapang, kasus-kasus yang ditemui
serta saran-saran yang diberikan kepada petani.
 Catatan dari Eksternal Inspektur tentang rincian sanksi yang diberikan kepada
petani.

IV. ORGANISASI DAN STAF ICS

Pengelola ICS harus menjamin tersedia personal yang berkualitas untuk menjalankan semua prosedur dalam
ICS. Setiap personal harus bertanggung-jawab terhadap tugas-tugasnya dan mempunyai kepedulian terhadap
penerapan Standar organik internal. Personal dalam ICS juga harus mendapatkan latihan yang cukup untuk
melakukan tugasnya.

1. Bagan Organisasi

Kebijakan: Dalam organisasi ICS harus diatur hirarki, posisi dan pemaparan tugas
secara jelas sehingga organisasi ICS bisa berjalan dengan baik.

Tabel 4. Tugas dan tanggung jawab staf ICS

POSISI TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


Koordinator  Melakukan supervisi terhadap ICS secara keseluruhan
ICS  Menjaga profesionalisme/bebas konflik kepentingan (dengan surat
pernyataan)
 Mengalokasikan sumberdaya dan staf yang memadai untuk
menjalankan ICS
 Menjalin kerjasama dengan semua pihak untuk kelancaran ICS
 Menyusun ICS Manual/Buku Banduan ICS.
 Menjalin komunikasi dengan mandatory (Navil Natural) atau CU.

pg. 19
 Melakukan supervisi terhadap Staf Lapang (Internal Inspektur dan
Petugas Lapang)
 Mensosialisasikan ICS Manual / Buku Panduan ICS dan
mengkoordinasikan penerapan sistim kontrol internal.
 Mengorganisir dan mendampingi pelaksanaan inspeksi eksternal
dari CU.

POSISI TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

Internal  Melakukan inspeksi internal sesuai dengan pembagian wilayah


Inspektur kerja.
 Menginformasikan kepada petani tentang standar organik internal
 Menjaga profesionalisme/bebas konflik kepentingan (dengan surat
pernyataan)

Staf Lapang  Memberikan pelatihan dan penyuluhan tentang pertanian organik


(Penyuluh  Menyusun peta umum dan peta lokasi lahan organik dan non-
Teknis) organik
 Melakukan registrasi petani dan meminta kontrak petani (Tahap I)

Pendaftaran  Mengelola file-file di dalam ICS


(registrasi)  Melakukan pengolahan data dan mengirimkannya ke CU
 Melakukan registrasi/pendaftaran petani dan meminta kontrak
petani(Tahap I)

Staf Pembelian  Menjaga agar hanya KOMODITAS VANILLA organik yang


dibeli.
 Menjaga agar gudang terbebas dan terhindar dari pencemaran
 Menandatangani kuitansi penerimaan produk.
 Melakukan registrasi petani dan meminta kontrak petani (Tahap I)

2. Koordinator ICS

Kebijakan:Koordinator ICS merupakan posisi yang penting dalam ICS yaitu menjamin
agar ICS bisa diterapkan dalam program sertifikasi lahan organik peserta program
sertifikasi KOMODITAS VANILLA organik. Untuk itu, orang yang menempati posisi
sebagai Koordinator ICS harus mempunyai kemampuan dalam pengelolaan administrasi,

pg. 20
komunikatif dan mampu melakukan koordinasi dengan semua pihak yang berhubungan
dengan program sertifikasi KOMODITAS VANILLA organik.

Tugas Koordinator ICS :


a. Melakukan koordinasi pelaksanaan/penerapan ICS (Internal Control System/ Sistem
Kontrol Internal) di desa Mantren.
b. Mengorganisir pelaksanaan registrasi dan inspeksi internal (siapa yang akan
melakukan registrasi, inspeksi internal dan kapan akan dilakukan?, mempersiapkan
sarana agar petugas registrasi dan inspeksi bisa menjalankan tugas dengan baik,
memastikan bahwa setiap petani telah dilakukan registrasi dan inspeksi).
c. Melakukan koordinasi di antara petugas lapang (Inspektur Internal, Penyuluh
Lapang) dan petugas lainnya, seperti: Petugas Pendaftaran (Administrasi), Petugas
Pembelian, Petugas Gudang.
d. Melakukan koordinasi dengan Departemen Pengembangan Organik UD LOOR
pelaksanaan inspeksi eksternal oleh CU.
e. Berperan sebagai kontak person ICS dalam berkomunikasi dengan Mandator
program KOMODITAS VANILLA organik (UD LOOR).
f. Melakukan tugasnya secara bebas, obyektif dan independen.

3. Inspektur Internal

Kebijakan: Inspektur Internal harus mampu melaksanakan inspeksi internal secara


efektif, mereka harus memahami bagaimana melakukan pemeriksaan lahan dan petani
secara baik, mereka harus memahami dan mampu mengisi dengan benar formulir-
formulir yang digunakan dalam registrasi dan inspeksi internal.

Syarat Inspektur Internal:


 Lancar berbahasa Indonesia dan bahasa lokal dan memahami istilah-istilah yang
digunakan petani.
 Bisa membaca dan menulis serta berkomunikasi dengan baik.
 Mengenal pola pertanian dan teknis budidaya tanaman KOMODITAS VANILLA di
wilayah kerjanya.

pg. 21
 Memahami prinsip-prinsip pertanian organik, prosedur-prosedur dalam sistem
kontrol internal (ICS Procedures) dan memahami standar organik internal dan
kontrak petani.
 Tidak mempunyai konflik kepentingan yang bisa mempengaruhi tugasnya.

Tugas Inspektur Internal:


 Membuat peta umum, peta lokasi lahan petani organik dan sketsa lahan petani.
 Melakukan pendaftaran/registrasi petani.
 Melaksanakan inspeksi internal minimal 1 (satu) kali dalam setahun maksimal 3 kali
dan melakukan dokumentasi terhadap hasil inspeksi dalam Formulir Inspeksi
Internal.
 Melakukan kunjungan secara rutin ke tempat-tempat pooling/pusat pembelian
selama musim panen untuk memastikan bahwa prosedur pembelian telah dijalankan
sesuai standar organik internal.

4. Pembuat Keputusan Organik

Kebijakan: keputusan organik sebaiknya diputuskan oleh panitia yang


anggotanya/orangnya harus berbeda dengan orang yang melakukan inspeksi (Inspektur
Internal). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan keputusan yang obyektif dan terhindar
dari konflik kepentingan. Peran Inspektur Internal dalam pengambilan keputusan
diwujudkan dalam bentuk rekomendasi ataupun saran yang sudah dituliskan dalam
Formulir Inspeksi Internal.

Syarat Anggota Komisi Persetujuan:


 Memahami prinsip-prinsip pertanian organik.
 Memahami standar organik internal.
 Dihormati dan disegani oleh petani desa
 Tidak mempunyai konflik kepentingan (bersedia membuat dan menandatangani
Pernyataan tentang Konflik Kepentingan).

Tugas Komisi Persetujuan:


 Melakukan perbaikan yang diperlukan terhadap data hasil inspeksi internal.

pg. 22
 Melakukan seleksi terhadap data atau laporan yang perlu didiskusikan lebih lanjut
oleh panitia.
 Melakukan pertemuan minimal 1 (satu) kali dalam setahun pada waktu setelah
inspeksi internal dilakukan dan sebelum dimulai pembelian.
 Mengambil keputusan organik sesuai Prosedur Pengambilan Keputusan Organik
(lihat 4.d) dalam pertemuan tersebut.
 Melakukan dokumentasi terhadap semua keputusan tentang petani yang memperoleh
persetujuan maupun petani yang memperoleh sanksi.
 Menandatangani hasil keputusan untuk diajukan/dikirim ke lembaga sertifikasi (CU).

Anggota Komisi Persetujuan Organik ICS Desa terdiri dari:

 Wakil/pendamping perusahaan(Mandator)

5. Petugas Lapangan (Penyuluh Lapang)

Kebijakan: Agar petani benar-benar peduli dan bersedia menjalankan pertanian organik
dan agar produk yang dihasilkan meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya, maka
Petugas Lapangan (Penyuluh Lapangan) sangat penting dalam program sertifikasi
KOMODITAS VANILLA organik.

Syarat Petugas Lapangan:


 Memahami prinsip-prinsip pertanian organik.
 Memahami teknis budidaya tanaman VANILLA.
 Memahami teknis penanganan pasca-panen Komoditas vanilla.

Tugas Petugas Lapangan:


 Melakukan kunjungan secara teratur kepada petani untuk memberikan saran-saran
untuk peningkatan produksi dan kualitas produk serta memberikan bantuan jika ada
permasalahan dalam produksi.
 Melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada petani dalam rangka pertanian organik,
peningkatan produksi dan kualitas produk.

pg. 23
 Mengkoordinasi dan melakukan pembuatan peta umum dan peta lokasi lahan organik
dan non-organik.
 Mengkoordinasi pembelian input-input pertanian yang diijinkan untuk pertanian
organik.
 Membantu petani melakukan Pendaftaran untuk keperluan pengisian Buku Harian
Petani.

6. Konflik Kepentingan

Kebijakan:Petugas-petugas dalam ICS (terutama Koordinator ICS, Anggota Komisi


Persetujuan, inspektur internal dan petugas pembelian) tidak boleh mempunyai konflik
kepentingan agar dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik (netral dan
obyektif). Untuk itu, mereka harus menandatangani Surat Pernyataan Konflik
Kepentingan

Koordinator ICS bertanggung-jawab menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan


dengan cara tidak menugaskan staf yang mempunyai konflik kepentingan dalam
aktivitas tertentu. Inspektur internal tidak boleh melakukan inspeksi terhadap lahan milik
sendiri, lahan tetangga (lahan yang berdekatan dengan lahan miliknya), lahan teman dan
lahan milik keluarganya. Inspektur internal tidak boleh merangkap sebagai petugas
pembelian untuk menjaga obyektifitas dalam inspeksi jika dibayar oleh pembeli
berdasarkan jumlah yang berhasil dia setorkan ke pihak pembeli.

V. PELATIHAN
Pelatihan Staf ICS dan petani sangat penting agar mempunyai pemahaman yang jelas tentang aspek-aspek
pertanian organik, standar organik internal dan prosedur-prosedur dalam penerapan Sistem Kontrol Internal
(ICS) di dalam program sertifikasi lahan organic UD LOOR

1. Pelatihan Staf ICS


Kebijakan: Inspektur Internal adalah Staf ICS yang harus menerima pelatihan sekali
setahun. Adapun Staf ICS lain tidak harus menerima pelatihan tiap tahun tetapi harus
memperoleh pelatihan sesuai dengan tugas-tugasnya dalam ICS.

pg. 24
Pelatihan Staf ICS:
 Pelatihan tentang Sertifikasi Organik bagi Koordinator ICS dan Internal Inspektur.
 Pelatihan tentang Pedoman (manual) ICS bagi Staf ICS (Internal Inspektur, Petugas
Lapang dan Komisi Persetujuan Organik).
 Pelatihan tentang Prosedur Registrasi/Prosedur Pendaftaran dan Inspeksi Internal
bagi inspektur internal.
 Pelatihan tentang Prosedur Pembelian dan Penjual bagi Petugas Pembelian-
Penjualan.
 Pelatihan tentang Prosedur Pengolahan Pasca Panen bagi Petugas Pengolahan,
Petugas Penyimpanan (gudang).
Pelatihan-pelatihan itu harus disertai praktek langsung dengan pendampingan oleh Staf
dinas/institusi terkait. Jika ada perubahan-perubahan dalam prosedur, standar dan format,
maka Staf ICS akan dilatih/minimal diberikan informasi tentang perubahan-perubahan
yang terjadi.
2. Pelatihan Petani
Kebijakan: Dalam program sertifikasi organik tidak sekedar memperoleh sertifikat dan
KOMODITAS VANILLA organik. Akan tetapi yang lebih penting adalah
“memperoleh” petani organik, artinya program harus mampu meningkatkan kesadaran
petani akan arti penting pertanian organik dan petani bersedia menerapkan pertanian
organik dengan motivasi menjaga kelestarian lingkungan, menjaga kesehatan diri dan
kesehatan lingkungannya. Untuk itu perlu dilakukan pelatihan-pelatihan yang
berkelanjutan bagi petani tentang bagaimana melakukan pertanian organik yang baik dan
bukan hanya pertanian tanpa bahan-bahan kimia.
Pelatihan Petani Organik:
 Pelatihan/Penyuluhan tentang Prinsip-Prinsip dan Metode Pertanian organik.
 Pelatihan/Penyuluhan tentang Penanggulangan Hama dan Penyakit Tanaman
VANILLA organik.
 Pelatihan/Penyuluhan tentang Pemupukan Tanaman VANILLA organik.
 Pelatihan/Penyuluhan tentang Penanggulangan Resiko dalam Pertanian VANILLA
organik.
 Pelatihan/Penyuluhan tentang Penanganan Pasca Panen VANILLA organik.

Pelatihan-pelatihan baik untuk Staf ICS maupun petani organik dilakukan secara terus-
menerus sesuai perkembangan yang terjadi (on-going training).

pg. 25

Anda mungkin juga menyukai