Makalah Sishankamrata
Makalah Sishankamrata
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“SISTEM PERTAHANAN DAN KEAMANAN RAKYAT
SEMESTA (SISHANKAMRATA)”
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
hidayahnya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Sistem Pertahanan dan Keamanan
Rakyat Semesta (Sishankamrata)”.
Tidak lupa, kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Imam Soetopo, S.I.P, M.
M. selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah “Pendidikan Kewarganegaraan” ini, dan juga
pihak-pihak lain yang telah membantu penyusunan makalah kami.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan,
baik dalam tata bahasa, materi, dan lainnya, maka dari itu, kami mengharap kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar kami dapat menyempurnakan makalah kami yang selanjutnya.
Akhir kata, kami berharap Makalah ini dapat menambah pengetahuan teman-teman
sesama mahasiswa, terimakasih.
Madiun, 6 Juni 2016
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar………………………………………………………………………….... ii
Daftar ini…………………………………………………………………………………. iii
BAB I(Pendahuluan)…………………………………………………………………….. 1
BAB II(ISI)………………………………………………………………………………. 2
BAB III(PENUTUP)……………………………………………………………………... 13
BAB IV(DAFTAR PUSTAKA)…………………………………………………………. 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan masyarakatnya yang berbhineka, dan juga memiliki
unsur-unsur kekuatan dan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan geografi
yang strategis dan kaya sumber daya alam. Sementara kelemahanya terletak pada wujud kepulauan dan
keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air, sebagaimana
telah diperjuangkan oleh para pendiri negara ini.
Bangsa Indonesia memandang kepulauan Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak
terpisahkan, meskipunterdiri dari berbagai pulau dengan beragam keunikan budaya yang hidup dalam
suku-suku bangsa yang ada. Dengan danya keragaman inilah yang merupakan kebanggaan sebagai
sebuah bangsa, namun di samping kebanggaan tersebut terdapat kerawanan keamanan yang datangnya
dari dalam dan luar negeri. Adanya keragaman sering tidak diikuti dengan toleransi tinggi, sehingga
sering terjadi benturan-benturan kepentingan yang dapat memecah belah bangsa. Benturan-benturan
tersebut berupa perselisihan, perbedaan agama yang mengakibatkan perprcahan dari tubuh masyarakat
Indonesia sendiri. Perselisihan inilah yang menjadi akar dari perpecahan bangsa.
Adanya ancaman baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, maka dibutuhkan suatu
sistem pertahanan dan keamanan yang mampu menjamin tetaptegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan mendukung terwujudnya tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan ikut serta dalam
usaha melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaanperdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Di dalam Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”. Dalam pasal tersebut tertulis dengan jelas bahwa
pertahanan dan keamanan negara adalah merupakan tanggung jawab seluruh warga Negara Indonesia dan
tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab aparat negara dalam hal ini adalah sebagai tanggung jawab
Tentara Nasional Indonesia (TNI)
4
BAB II
Hankamrata sebagai suatu sistem pada hakikatnya ialah jalinan dari semua komponen
Hankamrata dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sifat kesemestaannya.
Kekuatannya, antara lain ditentukan oleh tingkat "militansi rakyat" dan potensi, serta kekuatan
yang secara nyata terdapat dalam wilayah. Dilihat dari pendekatan sistem (systems approach) di
dalam Hankamrata, komponen dasarnya ialah rakyat terlatih (ratih) yang berfungsi untuk
ketertiban umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat yang
diupayakan melalui mobilisasi. Komponen utamanya ABRI dan cadangan TNI yang berfungsi
subjek kekuatan Hankam negara dan kekuatan sosial. Komponen khusus yaitu Perlindungan
Rakyat (Linmas) yang berfungsi menanggulangi akibat bencana perang, bencana alam atau
bencana lainnya, dan komponen pendukung yaitu; sumber daya dan prasarana nasional yang
berfungsi menjamin kemampuan bangsa dan negara dalam meniadakan setiap ancaman dari luar
negeri dan dalam negeri. Jika dilihat dari kekuatan perlawanan yang ada maka dalam
Sishankamrata terdapat dua kekuatan perlawanan, yaitu sebagai berikut.
1. Kekuatan perlawanan bersenjata, yaitu Bela Semesta. TNI yang terdiri dari:
a. Bela Negara :
1. ABRI (AD, AL, AU, dan POLRI) ~ Kekuatan Hankam negara
2. Cadangan: AD, AU, AL
b. Bela Potensial, yaitu rakyat yang berfungsi untuk ketertiban umum, keamanan rakyat,
perlawanan rakyat dan perlindungan rakyat.
2. Kekuatan Perlawanan Tidak Bersenjata yaitu rakyat di luar Bela Semesta yang berfungsi
5
untuk perlindungan masyarakat dalam menanggulangi akibat bencana perang. Untuk
lebih jelasnya kekuatan Hankam dan fungsinya dapat dilihat dalam Gambar 9.2 berikut
ini.
6
Dengan demikian TNI menjadi komponen utama, Kepolisian, Ratih, dan komponen
khusus/perlindungan masyarakat melalui suatu sistem rekruitmen dan pelatihan yang baik dapat
dijadikan komponen cadangan, seperti Sumber daya nasional dan prasarana nasional menjadi
komponen pendukung.
Pengalaman penyelenggaraan pertahanan dan keamanan ini dapat dilihat dari doktrin
dalam pertahanan dan keamanan yang dikembangkan, yaitu sebagai berikut.
b. Perang wilayah
7
Sejak tahun 1950 situasi dan kondisi yang mempengaruhi sistem pertahanan-
keamanan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Perlengkapan angkatan perang
mulai diperbaiki mutunya, pendidikan dan latihan kemiliteran mulai diadakan dan juga
organisasi pertahanan-keamanan disempurnakan. Dengan bekal pengalaman pelaksanaan
perang gerilya rakyat semesta, sejak tahun 1958 dirumuskan konsep doktrin sendiri untuk
menghadapi serangan dari luar. Doktrin ini selanjutnya dikenal sebagai doktrin perang
wilayah, yang menggariskan adanya empat tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Perang Rakyat Semesta (Perata) merupakan bagian mutlak dan tidak terpisahkan dari
pertahanan-keamanan nasional (Hankamnas).
2. Perata adalah perang yang bersifat semesta, yang menggunakan seluruh kekuatan
nasional secara total dan integral, dengan menggunakan militansi rakyat sebagai
unsur kekuatannya untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara
Republik Indonesia dan mengamankanjalannya Pembangunan Nasional.
3. Perang Rakyat Semesta mempunyai pola operasi
8
perang dengan angkatan bersenjata sebagai intinya.
Pada Rapat Kerja Hankam di Jakarta pada tanggal 17 sampai dengan 28 November 1967
telah dapat dirumuskan pelaksanaan Doktrin Hankamnas yang selanjutnya kita kenai dengan
Sishankamrata. Doktrin itu berisikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
1. Sasaran Operasi Hankamnas
a. Mencegah dan menghancurkan serangan terbuka terhadap kedaulatan nasional
negara Rl.
b. Menjamin penguasaan dan pembinaan wilayah nasional Rl.
c. Ikut serta dalam pemeliharaan kemampuan Hankam di Asia Tenggara oleh
negara-negara Asia Tenggara, bebas dari campur tangan asing.
9
Operasi-operasi Hankamrata menggunakan jenis-jenis operasi intelijen, tempur, khusus,
teritorial dan keamanan-ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Penggunaan sistek dan sissos
dilaksanakan secara serasi, berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi.
b. Unsur pengguna dan pengendali kekuatan serta kemampuan Hankamnas, terdiri dari
unsur-unsur berikut ini.
1. Ofensif strategis, yang mampu meniadakan usaha-usaha dan persiapan-
persiapan musuh untuk melakukan serangan/invasi terhadap RI, serta
menangkis gerakan-gerakan musuh di laut dan udara, sebelum dapat
mendaratkan pasukannya di wilayah kekuasaan negara kita.
2. Defensif strategis, yang mampu menangkis serangan-serangan udara
musuh sebelum ia mencapai objek-objek vital kita, baik di darat maupun
di laut, menghalau dan menggagalkan setiap serangan musuh dengan
menghancurkan kesatuan-kesatuannya sebelum mereka bergerak lebih
lanjut.
3. Unsur kamtibmas yang mampu memelihara dan mengendalikan
Kamtibmas
i. Komponen-komponen teritorial terdiri dari badan-badan pembina
tentorial, menyelenggarakan pembinaan teritorial, mobilisasi, dan
demobilisasi pada saat-saat yang diperlukan, menunjang secara fisik
operasi-operasi Hankam serta menjalankan perlawanan wilayah dalam
waktu yang lama.
ii. Komponen-komponen cadangan nasional yang mampu memperbesar
kekuatan aktif ABRI dalam jumlah golongan kualifikasi serta dalam
waktu dan tempat yang diperlukan. Komponen ini terdiri dari
purnawirawan ABRI, mahasiswa, unsur-unsur perlawanan rakyat
(Wanra) serta unsur-unsur keamanan rakyat (Kamra) untuk membantu
Kamtibmas.
e. Unsur-unsur Non-ABRI
ABRI sebagai inti dalam Sishankamrata harus didukung oleh kekuatan rakyat
yang terlatih (Ratih). Pada dasarnya seluruh rakyat harus memperoleh latihan kemiliteran
yang ditujukan kepada perwujudan tannas, ideologi, dan fisik rakyat yang terlatih
dimasukkan ke dalam sektor pertahanan militer yang terdiri dari Wanra dan Kamra, juga
dalam sektor pertahanan sipil yang terdiri dari unsur-unsur hansip.
Kekuatan fisik dan teknologi diartikan strategi kekuatan fisik manusia serta
kelengkapan teknologi, termasuk keterampilan yang diperlukan untuk memelihara atau
membuat alat-alat perlengkapan tersebut.
10
Sissos ialah pengintegrasian dari semua unsur kekuatan sosial secara menyeluruh,
teratur, interaktif, berdaya guna, dan berhasil guna yang diwujudkan dalam suatu pola
tertentu yang merupakan kondisi atau alat untuk memenangkan perang.
Selain itu, di dalam pelaksanaan Sishankamrata ini dikenal beberapa pola operasi,
yaitu sebagai berikut.
1. Pola operasi pertahanan ialah kerangka yang tetap dalam
menggunakan segala unsur, kekuatan, yang berfungsi sebagai
alat untuk menj amin kemerdekaan, kedaulatan negara, dan
keutuhan bangsa Indonesia terhadap serangan dan ancaman
nyata dari kekuatan perang negara lain.
2. Tujuan, yaitu pola operasi pertahanan ialah untuk
menggagalkan serangan dan ancaman nyata dari kekuatan
perang musuh.
3. Sifat, yaitu pola operasi ini menggunakan Sistatek dan Sistasos
secara serasi agar tercapai basil maksimal. Sesuai dengan
tingkat serangan dan ancaman nyata musuh serta persenjataan
yang digunakan maka operasi Pertahanan dapat berada dalam
bidang perang terbatas rnaupun perang umum.
f. Tahap – tahap operasi pertahanan
Pola operasi pertahanan dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap operasi defensif
strategis dan tahap operasi ofensif strategis.
1. Tahap operasi defensif strategis digunakan apabila perbandingan kekuatan perang musuh
terhadap kekuatan perang kita sedemikian rupa sehingga tidak mungkin bagi kita
melakukan operasi ofensif strategis. Operasi defensif strategis diselenggarakan
berlandaskan:
a. Keharusan untuk menjamin kemerdekaan dan kedaulatan negara RI.
b. Tujuan untuk menjamin terselenggaranya garis-garis komunikasi antarpulau.
2. Tahap operasi ofensif strategis bertujuan untuk menghancurkan kekuatan perang musuh
atau memaksanya menyerah baik dalam bentuk ofensif awal maupun ofensif balas.
Operasi ofensif strategis digunakan apabila perbandingan antara kekuatan perang musuh
dengan kita adalah sedemikian rupa sehingga menguntungkan kita.
g. Penyelenggaraan pola operasi pertahanan
1. Operasi-operasi udara diselenggarakan untuk menghancurkan sumber-sumber kekuatan
nasional musuh, menghancurkan kekuatan perangnya dan meniadakan mobilitasnya,
mengamankan sumber-sumber kekuatan nasional kita sendiri.
2. Operasi-operasi di lautan dilaksanakan untuk menguasai perairan-perairan yang penting
dalam menyelenggarakan operasi pertahanan secara keseluruhan, menghancurkan
kekuatan perang musuh, terutama kekuatan-kekuatan maritimnya.
3. Operasi-operasi di daratan diselenggarakan untuk merebut dan menguasai sumber-
sumber kekuatan nasional musuh, menghancurkan kekuatan nasional musuh,
menghancurkan kekuatan-kekuatan perang musuh terutama yang berada di wilayah
daratan, mempertahankan dan membina daratan nasional, terutama sumber-sumber
kekuatan nasional terhadap serangan musuh.
4. Bentuk-bentuk operasi dalam rangka operasi pertahanan
a. Operasi perlawanan daerah (setempat/lokal), dilakukan untuk mempertahankan
posisi dan medan-medan penting yang sangat menentukan bagi kelanjutan
operasi.
11
b. Operasi perlawanan wilayah dilaksanakan apabila musuh telah menguasai
sebagian besar wilayah kita.
c. Operasi geril ya adalah operasi fisik yang menj adi inti dari operasi perlawanan
wilayah.
d. Operasi balas dilakukan sebagai tahap terakhir dari pola operasi pertahanan di
mana keunggulan terhadap musuh sudah diperoleh.
5. Penggambaran pelaksanaan operasi menghadapi kegiatan musuh berdasarkan
pembabakan kegiatan musuh
a. Babak musuh masih berada di luar wilayah nasional kita, baik di wilayahnya
sendiri maupun dalam perjalanan.
b. Babak musuh di wilayah udara dan laut nasional kita.
c. Babak pendaratan di pantai dan usaha perluasan daerah tumpuan.
d. Babak musuh berhasil menguasai sebagian wilayah kita.
e. Babak musuh menguasai sebagian besar atau seluruh wilayah nasional kita.
f. Babak musuh kehilangan momentum dan keunggulannya sehingga minimum
tercapai keseimbangan kekuatan.
B. POLA OPERASI KEAMANAN DALAM NEGERI
Pola Operasi Keamanan Dalam Negeri, ialah kerangka tetap dalam menggunakan segala
unsur kekuatan yang berfungsi sebagai alat untuk memelihara atau mengembalikan
kekuasaan pemerintahan negara RI terhadap subversi dan pemberontakan dalam negeri.
1. Tujuan, yaitu operasi Kamdagri bertujuan memelihara atau
mengembalikan kekuatan pemerintah/negara RI pada salah satu
atau beberapa daerah (bagian wilayah) negara yang terganggu
keamanan dan kestabilannya.
2. Sifat, yaitu operasi Kamdagri dilakukan dengan menggunakan
Sistasos dan Sistatek secara serasi. Berhubungan dengan
sasarannya, operasi Kamdagri dilakukan di seluruh wilayah
nasional dan diarahkan kepada:
a. masyarakat sehingga tidak dapat dijadikan bagian dari usaha-usaha spionase,
subversi, infiltrasi, sabotase, dan pemberontakan;
b. wilayah daratan yang menjadi bagian utama wilayah nasional sehingga tidak
dapat dimanfaatkan oleh usaha-usaha spionase, subversi, infiltrasi, sabotase,
dan pemberontakan;
c. wilayah lautan yang menjadi bagian integral dari wilayah nasional sehingga
tidak dapat dimanfaatkan oleh usaha-usaha spionase, sabotase dan gangguan
keamanan lainnya.
3. Babak – Babak operasi Kemdagri
Pelaksanaan operasi kamdagri, meliputi babak-babak berikut ini.
12
4. Penyelenggaraan operasi Kamdagri
Operasi-operasi Kamdagri diselenggarakan di dara tan, di lautan, di udara
dengan pembagian fungsi sebagai berikut.
a. Operasi di udara dan di lautan guna menciptakan kondisi yang menguntungkan
13
oleh rakyat (sebagian) negara itu sendiri, sedangkan bantuan yang diberikan oleh negara
asing, baik berupa perlengkapan maupun personalia atau pasukan, diselubungi dengan
dalih-dalih pasukan suka rela atau atas permintaan rakyat negara tersebut.
Operasi-operasi khusus perlu dilancarkan ke dalam daerah kekuasaan lawan dengan
tujuan menghancurkan tempat-tempat penyimpanan perbekalan, penghancuran dan peniadaan
sel-sel lawan termasuk tokoh-tokoh pendukungnya, juga untuk menanggulangi operasi-operasi
khusus lawan yang ditujukan terhadap bagian-bagian vital wilayah pertahanan kita.
2. Tujuan Intelstrat
14
D. POLA OPERASI KERJA SAMA HANKAM ASIA TENGGARA
Pola operasi kerja sama hankam Asia Tenggara merupakan salah satu pola utama
sishankamrata. Agar dalam pelaksanaan pembangunan berhasil baik, diperlukan stabilitas dan
perdamaian, yang berarti bahwa kekacauan dan gangguan keamanan harus dicegah.
Kerja sama hankam adalah usaha bersama dalam menghadapi kemungkinan gangguan-
gangguan (keamanan, stabilitas nasional, dan perdamaian). Perlu dipahami bahwa kerja sama
hankam ini bukanlah suatu pakta pertahanan karena pakta pertahanan pada umumnya ditujukan
kepada negara tertentu atau gabungan negara tertentu di luar negara-negara yang bergabung
dalam pakta (contoh: NATO dan Pakta Warsawa).
Kerja sama hankam justru melihat ke dalam untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
yang terjadi di kawasan tersebut. Kerja sama ini ingin menciptakan suatu kawasan yang damai
(aman) dan bebas dari pengaruh negara-negara lain.
Bentuk-bentuk kerja sama ini dapat berupa tindakan-tindakan bersama mengenai masalah
perbatasan (koordinasi lintas batas, border crossing), latihan-latihan bersama, operasi-operasi
keamanan bersama (terhadap PGRS dan Paraku).
Jadi, operasi kerja sama hankam Asia Tenggara bukanlah suatu pakta pertahanan yang
ditujukan kepada negara tertentu atau gabungan negara
tertentu, tetapi merupakan suatu usaha untuk mewujudkan daerah damai (aman) dan bebas
dari pengaruh negara-negara asing dalam rangka menciptakan dan meningkatkan ketahanan
regional di kawasan Asia Tenggara.
Selain itu, Anda juga perlu memahami beberapa istilah operasi di dalam
Sishankamrata maupun kegiatan-kegiatan dalam menghadapi lawan, di antaranya berikut ini.
1. Operasi Tempur adalah segala kegiatan, tindakan dan usaha secara berencana dengan
menitikberatkan pada penggunaan sistek untuk menghancurkan musuh.
2. Operasi Intelijen adalah bagian kegiatan, tindakan dan usaha secara berencana dengan
menggunakan kekuatan fisik (Sistek) maupun nonfisik (Sissos) serta bertujuan
memperoleh data berupa keterangan-keterangan mengenai kemampuan, kerawanan, serta
kelemahan musuh untuk dapat dimanfaatkan bagi operasi-operasi hankam, dan
dilaksanakan secara tertutup. Kegiatan-kegiatan lain yang menonjol ialah lawan intelijen
(counter intelligence) dan perang urat saraf (psychological waifare).
3. Operasi Teritorial adalah segala kegiatan, tindakan dan usaha secara berencana dengan
memanfaatkan segala bidang kehidupan sosial untuk memungkinkan dilakukannya
pembinaan militansi rakyat (Sissos) serta penyusunan potensi hankam (Sistek) dalam
rangka Sishankamrata.
4. Operasi Keamanan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) adalah segala kegiatan,
tindakan dan usaha secara berencana dengan memanfaatkan unsur kekuatan politik,
ekonomi, sosial dan budaya untuk menegakkan dan mengendalikan (memelihara)
kewibawaan pemerintah dan ketertiban umum.
5. lnfiltrasi adalah kegiatan menyelundupkan perorangan atau kelompok orang melalui
celah-celah atau kelemahan ke dalam wilayah lawan untuk melemahkan/mengacaukan
kekuatan lawan sebagai tindakan pendahuluan bagi suatu penguasaan wilayah lawan.
6. Invasi adalah kegiatan musuh memasuki atau menyerang wilayah negara lain dengan
tujuan menjajah atau menduduki wilayah tersebut.
7. Subversi adalah kegiatan untuk meniadakan, menghancurkan atau mengancam
eksistensi, kedaulatan, pengaruh atau wibawa lawan dengan jalan perorangan ataupun
kelompok terhadap kelembagaan atau pemerintah lawan.
8. Sabotase adalah kegiatan penghancuran atau perusakan terhadap milik atau sumber
kekuatan daya yang ada dengan tujuan mengacaukan aspek-aspek kehidupan lawan atau
melemahkan pemerintah lawan.
15
BAB III
PENUTUP
Demikian makalah yang kami buat, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para
pembaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang
kurang jelas, karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian
makalah dari kami semoga dapat bermanfaat , dan kami ucapkan terima kasih.
16