SP RBD
SP RBD
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi
murung, tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan Keperawatan
a. Klien dapat berlatih mengendalikan diri dengan berpikir positif
terhadap diri sendiri.
b. Klien dapat memasukkan kegiatannya dalam jadwal hariannya.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi kegiatan sebelumnya
b. Melatih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri dengan
berpikir positif terhadap diri sendiri.
c. Membantu klien memasukkan kegiatannya dalam jadwal harian.
2. Fase Kerja
“Apa yang Bapak tidak sukai dari anggota tubuh Bapak ? Oh tangan. Bisa
Bapak jelaskan alasan Bapak tidak suka dengan tangan Bapak ? Oh jadi
karena tangan Bapak tidak dapat menyelamatkan anak Bapak dari bencana
ya ? Pak, semua bagian yang diciptakan oleh Tuhan itu semuanya
bermanfaat dan harus kita syukuri. Jadi sebaiknya kalau Bapak merasa
anggota tubuh tersebut tidak Bapak sukai, cobalah dari sekarang Bapak
mulai mencoba menyukainya dengan menggunakannya untuk hal hal yang
Bapak sukai. Saya dengar Bapak pandai melukis ya ? Bagus Pak, Bapak
dapat memulai menyukai tangan Bapak dengan cara melukis. Bagaimana
kalau kita melukis Pak ? Ayoo silahkan Pak. Wah bagus sekali yah Pak
lukisannya, nanti Bapak bisa melukis lagi ya kalau ada waktu”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi ? Saya
senang jika Bapak mulai sekarang mencoba menyukai anggota tubuh
Bapak yang Bapak anggap tidak suka. Coba Pak jelaskan lagi apa yang
harus Bapak lakukan jika ada waktu luang ? Iya bagus”
b. RTL
“Pak, bagaimana kalau jadwal melukis ini kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian Bapak ? Mau dilakukan sehari berapa kali ? Sehari
sekali ya Pak”
c. Kontrak yang akan datang
“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu
lagi Pak? Bagaimana kalau besok ?Baiklah besok kita akan
membahas tentang cara melakukan hal yang baik ketika sedang
mengalami masalah. Mau dimana kita berbicara Pak ? Bagaimana
kalau di sinilagi Pak ?Mau jam berapa Pak ? Bagaimana kalau jam
10.00 ? Baik besok kita bertemu lagi di taman jam 10.00 ya Pa ?
Apakah Bapak setuju ? Baiklah Pak selamat beristirahat.
Wassalamualaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN KE 3 PSIKOTERAPEUTIK PASIEN
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi
murung, tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan
Pasien dapat menggunakan pola kopingnya ketika ada massalah
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien
b. Menilai pola koping yang bisa dilakukan
c. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
d. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian
2. Fase Kerja
“Bapak, ketika Bapak sedang mangalami masalah, apa yang Bapak
lakukan ? Apalagi Pak ? Bagus sekali Bapak ini. Jadi kalau Bapak sedang
mengalami masalah seperti itu, Bapak bisa melakukan hal-hal yang
membuat Bapak sibuk, tapi sibuk dengan hal-hal yang positif, seperti apa
yang bapak katakan tadi, misalnya : melukis, main bola, menyapu halaman
dan shalat. Sekarang coba Bapak sebutkan lagi kegiatan-kegiatannya ! Iya
bagus Pak. Bagaimana kalau kita melukis lagi Pak ? Wah lukisan Bapak
bagus sekali ya, kapan kapan saya bisa diajari ya ?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi ?
Saya senang jika Bapak melakukan kegiatan-kegiatan yang tadi kita
bicarakan. Sekarang coba Bapak sebutkan kembali apa yang sudah kita
bicarakan tadi. Bagus”
b. RTL
“Bapak, selama kita tidak bertemu, Bapak bisa melakukan kegiatan-
kegiatan tadi, seperti main melukis, bola, menyapu, dan shalat.
Kemudian Bapak mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian
Bapak ya”
c. Kontrak yang akan datang
“Bagaimana kalau besok kitabertemu lagi untuk membahas tentang
membuat rencana untuk masa depan. Dimana kita akan berbicara Pak ?
Bagaimana kalau di taman lagi Pak? Mau jam berapa Pak ? Bagaimana
kalau jam 10 lagi ? selamat beristirahat. Wassalamualaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN KE 4 PSIKOTERAPEUTIK PASIEN
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi
murung, tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan
Pasien dapat membuat rencana masa depan yang realistis
4. Tindakan Keperawatan
a. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
b. Mngidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis
c. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih
masa depan yang realistis
2. Fase Kerja
“Bapak, apa keinginan Bapak dari dulu sampai sekarang? Apalagi Pak?
Apakah masih ada ? Sampai saat ini sudah ada keinginan Bapak yang
sudah tercapai ? Wah hebat…..yang belum tercapai apa Pak ? Harapan
Bapak sangat bagus sekali, Bapak bisa berusaha semampu Bapak dengan
cara yang sabar, lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Kegagalan bukan akhir dari
sebuah harapan Pak, namun cobaan yang nantinya akan membawa Bapak
ke arah yang bapak harapkan selama ini. Jadi, selalu berusaha menjadi
yang terbaik ya Pak, kejar cita-cita Bapak sampai dapat dan ingat, kejar
harapan itu sesuai kemampuan Bapak”.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah bercakap cakap ? Saya senang
jika Bapak melakukan apa yang sudah tadi kita bicarakan. Coba Bapak
sebutkan kembali apa yang seharusnya kita lakukan ketika kita
menginginkan sesuatu! Pintar sekali Bapak ini”
b. RTL
“Bapak, selama kita tidak bertemu, Bapak bisa melakukan hal seperti
tadi untuk mencapai keinginan Bapak yang nyata, Bapak mesti lebih
sabar, lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Jangan sampai menyerah ya Pak”
c. Kontrak Yang Akan Datang
“Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk melihat semua
manfaat dari yang sudah kita pelajari bersama Pak ?. Jam berapa Pak ?
Bagaimana kalau jam 9 ? Dimana ? Bagaimana kalau disini lagi ?
Baiklah, sampai jumpa”
STRATEGI PELAKSANAAN KE 5 PSIKOTERAPEUTIK PASIEN
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi
murung, tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan khusus
Mengevaluasi kegiatan yang telah dibicarakan bersama
4. Tindakan keperawatan
a. Mengevaluasi kegiatan sebelumnya
b. Menilai kemampuan yang telah mandiri
c. Menilai apakah frekuensi munculnya bunuh diri berkurang, apakah
koping terkontrol atau tidak.
2. Fase Kerja
“Bagaimana Pak apakah keinginan untuk mengakhiri hidup masih ada ?
Wah bagus sekali. Apa yang Bapak lakukan sehingga tidak muncul lagi ?
Iya benar sekali, Bapak segera meminta bantuan pada orang lain dan
melakukan hal hal yang Bapak inginkan yaa...”
“Bagaimana dengan kegiatannya Pak ? Sudah melakukan kegiatan apa saja
selain melukis ? Oh Bapak habis bermain sepak bola dengan teman ya,
wah bagus sekali. Bapak sudah banyak melakukan kegiatan yah. Senang
Pak bisa bermain dengan teman teman ? Bagus”
“Oh ya Pak bagaimana dengan semalam dan tadi pagi, sudah minum obat
kan ? Bagus, segera minta obat ke perawat kalau sudah waktunya minum
obat”
3. Terminasi
a. Evaluasi Objektif dan Subjektif
“Bagaimana Pak setelah kita bercakap cakap hari ini ? Bagus, Bapak
juga sudah menambah jadwal kegiatannya yaa. Bagaimana dengan
perasaan ingin bunuh diri Bapak terhadap orang lain ? Bagus.”
b. RTL
“Pak jangan lupa obatnya harus diminum tepat waktu ya supaya cepat
sembuh. Nanti jadwal kegiatannya tetap dilanjutkan ya Pak”
c. Kontrak Yang Akan Datang
“Pak karena praktek saya disini sudah selesai, jadi mulai nanti siang
yang akan merawat Bapak adalah perawat A, Bapak sudah kenal kan ?
Bagus. Terimakasih yah, sampai bertemu lain waktu. Permisi”
STRATEGI PELAKSANAAN KE 1 PSIKOTERAPEUTIK KELUARGA
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi
murung, tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan
a. Keluarga dapat mengungkapkan masalah dalam merawat pasien.
b. Keluarga dapat memahami penyebab, tanda gejala, dan proses
terjadinya resiko bunuh diri
c. Keluarga dapat memahami cara cara merawat pasien resiko bunuh diri
d. Keluarga dapat mendemonstrasikan latihan cara merawat pasien resiko
bunuh diri
e. Keluarga dapat membantu pasien memasukkan jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan keperawatan
a. Mendiskusikan dengan keluarga masalah dalam merawat pasien.
b. Menjelaskan penyebab, tanda gejala, dan proses terjadinya resiko bunuh
diri
a. Menjelaskan cara merawat resiko bunuh diri
b. Melatih cara mengetahui kebutuhan pasien dan kemampuan pasien
c. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien memasukkan kegiatan
pada jadwal harian.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi. Perkenalkan saya perawat X, saya yang merawat anak Ibu
Bapak. Nama Bapak dan Ibu siapa? Senang dipanggil apa ? Bagaimana
perasaannya hari ini ? Apa pendapat Ibu dan Bapak tentang anak Ibu ?
Bagaimana kalau kita berbicara tentang masalah anak Ibu dan cara
perawatannya ? Bagaimana kalau di sini saja ? Berapa lama Pak Bu ?
Bagaimana kalau setengah jam?”
2. Fase Kerja
“Apa yang Bapak dan Ibu lihat dari perilaku Anne selama ini ? Bapak, Ibu
sebaiknya lebih sering memperhatikan tanda dan gejala bunuh diri. Pada
umumnya orang yang akan melakukan tindakan bunuh diri menunjukkan
tanda melalui percakapannya seperti “saya tidak ingin hidup lagi”. Apakah
Anne sering mengatakannya ? Kalau Bapak/Ibu mendengarkan Anne
berbicara seperti itu, maka sebaiknya dengarkan secara serius. Pengawasan
terhadap kondisi Anne perlu ditingkatkan, jangan biarkan Anne mengunci
diri di kamar. Jauhkan benda berbahaya seperti gunting, silet, gelas .Hal
ini sebaiknya perlu dilakukan untuk melindungi Anne dari bahaya dan
memberi dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Usahakan
Bapak dan Ibu memuji dengan tulus. Jika sudah terjadi percobaan bunuh
diri, segera mencari bantuan. Apabila tidak teratasi segeralah ke rumah
sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan. Jangan lupa rutin berobat”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana Bapak dan ibu ada yang mau ditanyakan? Bapak dan Ibu
dapat mengulangi lagi cara-cara merawat anggota keluarga yang ingin
bunuh diri ? Ya, Bagus. Jangan lupa untuk selalu mengawasi Anne ya Pak,
Bu jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri segera menghubungi kami.
Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk bercakap tentang cara
memberikan pujian pada anak Ibu dan Bapak ? Mau jam berapa ?
Bagaimana kalau jam 10 di tempat ini? Baik. Selamat Siang”
STRATEGI PELAKSANAAN KE 2 PSIKOTERAPEUTIK KELUARGA
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi
murung, tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan
Keluarga dapat berlatih memberikan pujian pada pasien
4. Tindakan
a. Mengevaluasi kegiatan tentang pertemuan sebelumnya
b. Melatih keluarga cara memberikan pujian pada pasien
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu, setelah kita berlatih cara merawat
Anne? setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi
setiap kali Bapak dan Ibu membesuk Anne. Baiklah bagaimana kalau 2
hari lagi Bapak dan Ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba lagi
cara merawat Anne sampai Bapak dan Ibu lancar melakukannya. Jam
berapa Bapak dan Ibu bisa kemari ? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di
tempat ini ya pak,bu”
STRATEGI PELAKSANAAN KE 3 PSIKOTERAPEUTIK KELUARGA
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi
murung, tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan
Keluarga dapat mengarahkan pasien tentang harapan masa depannya.
4. Tindakan Keperawatan
Melatih cara berdiskusi dengan pasien tentang harapan masa depan
2. Fase Kerja
“Sekarang anggap saya Anne, coba Bapak dan Ibu perhatikan cara bicara
yang benar jika Anne sedang mengalami perasaan ingin mati. Coba Bapak
sekarang diskusikan dengan Anne apa yang dia harapkan di masa
depannya. Jika Anne memikirkan masa depan yang buruk segera
diberikan pengarahan. Coba Bapak praktekkan cara beri pengarahan
kepada Anne. Bagus, bagaimana kalau sekarang kita mencobanya
langsung kepada Anne ? (ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada
pasien) “
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu? Setelah ini coba Bapak dan Ibu
lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali Bapak dan Ibu membesuk
Anne. Baiklah bagaimana kalau 2 hari lagi Bapak dan Ibu datang kembali
kesini dan kita akan membicarakan tentang jadwal Anne di rumah ? Jam
berapa Bapak dan Ibu bisa kemari ? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di
tempat ini ya Pak,Bu”
STRATEGI PELAKSANAAN KE 4 PSIKOTERAPEUTIK KELUARGA
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi
murung, tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus
a. Keluarga dapat membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat
b. Keluarga mengetahui tentang follow up pasien setelah pulang
4. Tindakan Keperawatan
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
b. Membantu keluarga membuat jadwal minum obat
c. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi Bu, masih ingat dengan saya ? Iya saya perawat X.
Bagaimana perasaan Ibu hari ini ? Bagaimana Bu selama membesuk
apakah sudah terus dilatih cara merawat Anne ? Ada kendala Bu ? sesuai
kontrak kita 2 hari yang lalu kita akan berbincang-bincang tentang cara
merawat di rumah ya karena hari ini Anne sudah boleh pulang. Kita bicara
disini saja ya Bu, berapa lama Bu ? Baik, kurang lebih 30 menit ya..”
2. Fase Kerja
“Ini jadwal kegiatan anak Ibu di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan
di rumah. Coba Ibu lihat mungkinkah dilakukan di rumah. Siapa yang
kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan”
”Baik, Bu jadwal yang telah dibuat selama anak Ibu di rumah sakit tolong
dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak ibu selama di rumah. Misalnya kalau anak Ibu terus
menerus mengatakan ingin mati atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster B di
Puskesmas terdekat dari rumah Ibu, ini nomor telepon puskesmasnya:
(0651) 554xxx. Selanjutnya suster B yang akan membantu memantau
perkembangan suami Ibu selama di rumah”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana Bu, ada yang belum jelas ? Coba Bu simpulkan sekali lagi
apa yang kita bicarakan pada pertemuan hari ini. Iya Bagus”
“Ini jadwal harian anak Ibu untuk dibawa pulang, jangan lupa
dilaksanakan ya. Dan ini surat rujukan untuk perawat B di puskesmas
Indrapuri. Jangan lupa kontrol ke Puskesmas sebelum obat habis, atau ada
gejala-gejala yang tampak.”
“Sebelumnya Ibu silahkan selesaikan administrasinya dulu. Terimakasih
untuk waktunya Bu. Selamat pagi, permisi”