Anda di halaman 1dari 6

KODE ETIK :

MENJADI MANUSIA YANG BAIK

1. Etika Kewajiban dan Etika Keutamaan


a. Etika Kewajiban
 Etika Kewajiban mempelajari prinsip-prinsip dan aturan-aturan moral yang
berlaku untuk perbuatan manusia. Etika ini menunjukkan norma-norma dan
prinsip-prinsip mana yang perlu diterapkan dalam hidup moral manusia.
 Jika terjadi konflik antar dua prinsip moral yang tidak dapat dipenuhi
sekaligus, etika ini mencoba menentukan yang mana harus diberi prioritas.
 Etika kewajiban menilai benar salahnya kelakuan manusia dengan berpegang
pada norma dan prinsip moral saja.
b. Etika Keutamaan
 Etika keutamaan mempunyai orientasi yang lain.
 Etika ini tidak begitu menyoroti perbuatan satu demi satu, apakah sesuai atau
tidak dengan norma moral, tapi lebih memfokuskan manusia itu sendiri.
 Etika ini mempelajari keutamaan (virtue), artinya sifat watak yang dimiliki
manusia. Etika keutamaan tidak menyelidiki apakah perbuatan baik atau
buruk, melainkan apakah manusia merupakan orang baik atau buruk.
Perbedaan mendasar etika keutamaan dengan etika kewajiban
 Etika keutamaan mengarahkan fokus perhatiannya pada being manusia,
sedangkan etika kewajiban menekankan doing manusia.
 Etika keutamaan ingin menjawab pertanyaan : what kind of person should I
be?, “saya harus menjadi orang yang bagaimana?, sedangkan bagi etika
kewajiban pertanyaan pokok adalah : “what should I do?, “saya harus
melakukan apa?”
Etika Kewajiban membutuhkan Etika Keutamaan
 Di bidang moral, usaha untuk mengikuti prinsip dan aturan tertentu kurang
efisien, jika tidak disertai suatu sikap tentang manusia untuk hidup menurut
prinsip dan aturan moral itu.
 Jika kita menaati prinsip dan norma moral, kita belum tentu menjadi manusia
yang sungguh – sungguh baik secara moral.
 Berpegang pada norma moral memang merupakan syarat bagi perilaku yang
baik. Akan tetapi, membatasi diri pada norma saja belum cukup untuk dapat
disebut sebagai seorang yang baik dalam arti sepenuhnya.
Etika Keutamaan membutuhkan Etika Kewajiban
 Etika keutamaan saja adalah buta, jika tidak dipimpin oleh norma atau prinsip.
Aturan atau prinsip etis justru membawa aspek normatif ke dalam hidup moral
kita. Prinsip moral dan keutamaan moral tidak terlepas satu sama lain
 Secara umum timbul kesan bahwa dalam pembahasan kedua jenis etika ini
belum tercapai keseimbangan yang memuaskan.
 Etika keutamaan seringkali masih bersifat tambahan saja, sedangkan etika
kewajiban tetap dianggap bagian pokok.

2. Keutamaan dan watak moral


Keutamaan adalah disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan
untuk bertingkah laku baik secara moral.
a. Keutamaan adalah suatu disposisi, artinya suatu kecenderungan tetap.
 Tidak berarti bahwa keutamaan tidak bisa hilang, tapi hal itu tidak mudah
terjadi. Keutamaan adalah sifat baik yang mandarah daging pada seseorang,
tapi bukan sembarang sifat baik adalah keutamaan juga. Jadi keutamaan
mempunyai hubungan eksklusif dengan moral. Keutamaan bagi kita sama saja
dengan keutamaan moral.
b. Keutamaan berkaitan dengan kehendak.
 Keutamaan adalah disposisi yang membuat kehendak tetap cenderung ke arah
yang tertentu. Kerendahan hati, misalnya menempatkan kemauan saya ke arah
yang tertentu (yaitu tidak menonjolkan diri) dalam semua situasi yang saya
hadapi. Karena perkaitan dengan kehendak itu maksud atau motivasi pelaku
menjadi sangat penting, sebab maksud mengarahkan kehendak.
c. Keutamaan diperoleh melalui jalan membiasakan diri dan karena itu
merupakan hasil latihan.
 Keutamaan terbentuk selama suatu proses pembiasaan dan latihan yang cukup
panjang, dimana pendidikan tentu memainkan peranan penting.
 Dapat dikatakan bahwa proses perolehan keutamaan itu disertai suatu upaya
korektif, artinya keutamaan diperoleh dengan mengoreksi suatu sifat awal
yang tidak baik. Proses memperoleh keutamaan berlangsung “melawan arus”,
dengan mengatasi kesulitan yang dialami dalam keadaan biasa.
d. Keutamaan perlu dibedakan juga dari keterampilan
 Sama halnya dengan keutamaan, keterampilan juga memerlukan yang
namanya latihan dengan berciri korektif.
 Bakat alamiah dapat mempermudah dalam membentuk keterampilan. Namun,
ada beberapa berbedaan antara keterampilan dan keutamaan. Antara lain :
1) Keterampilan hanya memungkinkan orang untuk melakukan jenis
perbuatan yang tertentu, sedangkan keutamaan tidak terbatas pada satu
jenis perbuatan saja. Pemain piano, pilot pesawat, pemain bulutangkis
mereka memiliki suatu keterampilan pada perbuatan tertentu, namun pada
keutamaan semua orang dapat melakukannya tanpa perlu keahlian dalam
bidang tertentu.
2) Baik keterampilan maupun keutamaan berciri korektif, Keduanya
membantu untuk mengatasi suatu kesulitan awal. Dalam keterampilan
kesulitan bersifat teknis, jika sudah diperoleh ketangkasan, maka kesulitan
teknis tersebut teratasi. Dalam keutamaan kesulitan itu berkaitan dengan
kehendak. Jika kita menghadapi suatu kesulitan dan apabila kita
memperoleh keberanian untuk mengatasi maka dapat dikatakan bahwa
kehendak kita memiliki kesanggupan untuk mengatasi kesulitan.
3) Karena keterampilan bersifat teknis, maka keterampilan akan muncul
ketika terdapat bakat tertentu, dengan membaca buku, mengikuti kursus
dan melatih diri. Sedangkan proses memperoleh keutamaan jauh lebih
kompleks. Untuk medapatkan keutamaan tidak bias hanya dengan
membaca buku atau mengikuti kursus saja.
4) Suatu perbedaan terakhir sudah disebut oleh Aristoteles (384 – 322 s. M)
dan Thomas Aquisnas (1225 – 127*4). Perbedaan ini berkaitan dengan
membuat kesalahan. Jika orang yang mempunyai keterampilan membuat
kesalahan ia tidak akan kehilangan keterampilannya, seandainya ia
membuat kesalahan itu dengan sengaja. Sedangkan membuat kesalahan itu
dengan sengaja justru mengakibatkan ia kehilangan klai untuk menyebut
dirinya seorang yang memiliki keterampilan. Sebaliknya dengan
keterampilan, pada keutamaan jika seseorang melakukan kesalahan dengan
sengaja maka ia dapat dikatakan tidak memiliki keutamaan, dan jika
melakukan kesalahan tanpa ia sadari maka ia masih disebut seseorang
yang memiliki keutamaan.
e. Semuanya yang dikatakan tentang keutamaan ini berlaku juga untuk
lawannya.
 Dalam Bahasa Inggris keutamaan disebut virtue (Latin ; virtus) dan untuk
lawannya digunakan istilah vice (Latin ; vitium). dalam Bahasa Indonesia
disebut dengan keburukan.
 Keburukan ialah disposisi watak yang diperoleh seseorang dan memungkinkan
dia bertingkah laku secara moral, Keburukan terbentuk dengan mengikuti
“arus” spontan, Perbedaan yang menentukan ialah bahwa keutamaan membuat
seseorang bertingkah laku baik secara moral. Sebaliknya, keburukan membuat
seseorang bertingkah laku buruk secara moral.

3. Keutamaan dan Ehos


 Keutamaan membuat manusia menjadi baik secara pribadi. Jika suatu kelompok
orang masing-masing mempunyai keutamaan, dengan itu mereka belum bisa
disebut berkeutamaan sebagai kelompok. Keutamaan selalu merupakan suatu ciri
individual.
 Sebagai contoh suatu perusahaan bisa disebut jujur bukan sebagai perusahaan
tetapi karena semua karyawannya memiliki kejujuran sebagai keutamaan. Namun
demikian, sejalan dengan keutamaan yang bersifat pribadi itu terdapat juga suatu
karakteristik yang membuat kelompok menjadi baik dalam arti moral justru
sebagai kelompok yakni Ethos. Memang benar, langsung harus ditambah bahwa
keutamaan sebagai paham jauh lebih jelas dari pada ethos.
 Ethos adalah salah satu kata Yunani kuno yang diambil alih dalam banyak bahasa
modern persis dalam bentuk seperti dipakai oleh bahasa aslinya dulu dan karena
itu sebaiknya ditulis juga munurut ejaan aslinya. Dalam bahasa modern, “ethos”
menunjukan ciri-ciri, pandangan, nilai yang menandai suatu kelompok. Dalam
Concise Oxford Dictioary (1974) ethos disifatkan sebagai characteristic spirit of
community, people or system, “suasana khas yang menandai suatu kelompok,
bangsa atau system”. Dalam arti ini sering kita dengar tentang ethos kerja, ethos
profesi, dan sebagainya. Disini ethos menunjukan kepada suasana khas yang
meliputi kerja dan profesi. Suasana ini dibentuk oleh banyak sikap dan sifat yang
terlalu kompleks untuk dapat dianalisis satu per satu. Dan perlu ditekankan bahwa
suasana ini dipahami dalam arti baik secara moral.
 Jika bicara tentang ethos profesi , tentulah hal terpuji. Karena ethos profesi dapat
dimengerti sebagai nilai-nilai luhur dan sifat-sifat baik yang menandai suatu
profesi. Dan supaya menjadi anggota profesi yang baik, semua orang yang
mengemban profesi bersangkutan harus ditandai oleh ethos profesi tersebut.
 Contoh: profesi kedokteran, disini ethos profesi berarti nilai-nilai luhur dan dan
sifat-sifat baik yang terkandung dalam profesi medis. Ethos dengan tradisi begitu
panjang dalam sumpah dokter yang begitu panjang diucapkan oleh setiap dokter
baru disaat mulai mengemban tugasnya sebagai tenaga medis , bilamana studinya
sesudah sekian tahun akhirnya selesai: “ saya akan senantiasa mengutamakan
kesehatan penderita” dll. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa ethos suatu
profesi sebagian besar tercermin dalam kode etik untuk suatu profesi. Dalam hal
ini kode etik Kedokteran Indonesia, seperti juga kode etik kedokteran Negara-
negara lain, mempunyai kaitan erat dengan sumpah dokter.

4. Orang Kudus dan Pahlawan


Ada tiga macam situasi dimana seseorang bisa disebut kudus atau pahlawan dalam
arti eksklusif etis, yaitu :
a. Kita menyebut seseorang kudus jika ia melakukan kewajibannya dalam keadaan
di mana kebanyakan orang tidak akan melakukan kewajiban mereka karena
terbawa oleh keinginan tak teratur atau kepentingan diri. Misalnya orang tertentu
selalu jujur walaupun serng tergiur oleh kesempatan melakukan korupsi dengan
gampang sekali.
Seseorang disebut pahlawan jika ia melakukan kewajibannya dalam keadaan di
mana kebanyakan orang tidak akan melakukan kewajiban mereka karena
terpengaruh oleh teror, ketakutan atau kecenderungan alamiah untuk
mempertahankan hidupnya. Misalnya seorang prajurit di medan perang tetap
tinggal di posnya dan tidak melarikan diri meskipun ia menghadapi bahaya maut.
Paralelisme antara orang kudus dan pahlawan adalah dua hal yang berbeda :
1) Yang ditentang oleh orang kudus dan pahlawan adalah dua hal yang berbeda.
Orang kudus menentang keinginan dan kepentingan diri bila melakukan
kewajiban, sedangkan pahlawan menentang ketakutan dan kecenderungan
alamiah untuk mempertahankan hidupnya.
2) Orang kudus menjalankan pertentangan itu selama periode waktu yang
Panjang, sedangkan seseorang bisa menjadi pahlawan dengan menentang
ketakutan dalam satu peristiwa saja.
b. Kita menyebut seseorang kudus jika ia melakukan kewajibannya dalam keadaan
di mana kebanyakan orang tidak akan melakukannya, bukan karena disiplin diri
yang luar biasa melainkan dengan mudah dan tanpa usaha khusus (ia melakukan
kewajibannya karena keutamaan).
Godaan terhadap uang, misalnya, bukan menjadi godaan lagi karena ia sudah
biasa berlaku jujur Seseorang bisa disebut sebagai pahlawan jika ia melakukan
kewajibannya dengan mengatasi ketakutan dalam keadaan di mana kebanyakan
orang akan melarikan diri, bukan karena disiplin yang luar biasa melainkan
karena ia memiliki keutamaan keberanian. Ia sudah memiliki disposisi tetap
untuk menghadapi bahaya dengan mudah dan tanpa usaha khusus.
c. Kita menyebut seseorang kudus atau pahlawan jika ia melakukan lebih daripada
yang diwajibkan. Gelar “kudus” atau “pahlawan” terutama dipakai sebagai gelar
etis untuk menunjukkan orang yang menurut pandangan umum melampaui batas-
batas kewajibannya. Supererogatory acts sebagai perbuatan-erbuatan moral yang
paling berharga.
Ada dua catatan penting tentang perbuatan moral kategori tertinggi, yaitu :
1) Tidak dimaksudkan perbuatan-perbuatan yang dilakukan karena dorongan
alamiah, misal: ibu yang tanpa berpikir jauh masuk rumah yang terbakar untuk
menyelamatkan anaknya.
2) Orang kudus atau pahlawan etis sesudah perbuatannya menegaskan, misal:
“saya hanya melakukan yang harus saya lakukan” atau “saya hanya melakukan
kewajiban saya” Kata “harus” dan “kewajiban” dipakai dalam arti tidak
sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai