Acara 2 - Prinsip
Acara 2 - Prinsip
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
LAPORAN
OLEH
ABIMANYU A NASARUDDIN
D061191011
GOWA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
waktu dan sejarah pembentukannya. Istilah stratigrafi yang tersusun dari 2 suku
kata yaitu strati (stratus) yang artinya perlapisan dan kata grafi (graphic/ graphos)
yang artinya gambar atau lukisan, yang awalnya hanya didefinisikan sebagai ilmu
membuthkan waktu yang lama dan proses yang panjang untuk menjadi suatu
tubuh air tenang yang diisi oleh aliran sungai tersebut, sebagian lagi berada di
mengendapkan material yang berbeda dan proses yang berbeda pula, sehinnga
prosuk yang dihasilkan berbeda pula. Untuk dapat mengetahui jenis batuan
mengetahui cara menganalisis profil. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari
akan dapat diketahui perkembangan pengendapan yang terjadi dan sekaligus dapat
Konsep ini menyatakan bahwa sedimentasi sering merupakan daur atau perulangan
pengendapan yang dalam suatu waktu berada berdampingan oleh proses progradasi
c. Prinsip Hjulstrom
Prinsip ini memungkinkan lapisan-lapisan halus yang telah terendapkan tidak dapat
dierosi lagi oleh makin cepatnya arus,sehingga urut-urutan yang menghalus dan
mengkasar ke atas dapat terjadi. Analisa Profil dari suatu stratigrafi batuan dapat
Log adalah suatu garfil kedalaman (bisa juga waktu) dari suatu set data
sebuah sumur. Dipandang dari segi waktu.log dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu Log lapangan,Log Transmisi dan Log hasil proses. Jenis-jenis
dipermukaan yang tetap dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor
yang bergerak naik turun,skala Log SP adalah Multivolt.Dari kurva log SP ini
dapat diinterpretasikan jenis litologi atau suatu lapisan yang permeable dan
serpih (Shale) yang impermeable. Litologi serpih ditunjukkan oleh
b. Log Resistivity
log ini dapat digunakan dalam pemisahan serpih dari batupasir dan karbonat
yang porous.
Prinsip log Gamma – Ray adalah suatu rekaman tingkat 5adioaktifitas alami
yang terjadi karena 3 unsur :Uranium (U),Thorium (Th) dan Potassium (K)
yang ada pada batuan.Ketiga elemen tersebut umum dijumpai pada mineral-
mineral lempung dan beberapa evaporit.Ada tiga hal utama yang dapat
e. Log Porositas
f. Log Caliper
Jenis log ini merekam data besarnya diameter lubang bor dan daya tahan log-
log lainnya.
Log jenis ini digunakan untuk mengukur kemiringan struktur dan analisa
stratigrafi.
Untuk analisa suatu profil dapat menggunakan kurva log,dimana terbagi atas
2 yaitu :
Bentuk shapped yang digunakan untuk lingkungan fluvial, pointbar, tidal point
bar, deep sea chanel dan beberapa pada transgresi shelf sand.
klastik strand plain, barrier island, shallow marine sheet. sandstone, carbonate
darat/subaerial
Gambar 2.1 Lingkungan Pengendapan Delta
sifat, fisik yang dapat teramati. Dalam hal klasifikasi delta, ada beberapa
klasifikasi yang sering digunakan. Klasifikasi delta yang sering digunakan adalah
diantaranya :
a. Delta Front
Merupakan bagian delta yang berada pada bagian lowland yang tersusun
sedimentasi utama di delta plain adalah arus sungai, walaupun arus tidal juga
menjadi 2 yaitu:
Merupakan bagian delta yang berada di atas area pengaruh pasang surut
Sublingkungan ini terletak pada interaksi antara sungai dan laut yang terbentang
mulai dari batas surutnya muka air laut yang paling rendah hingga batas maksimal
b. Delta Front
terletak di luar delta front dan menurun ke lantai cekungan sehingga tidak ada
terdiri dari marine dan lacustrine mud yang terakumulasi dilandas laut (seaward).
Endapan ini berada di bawah efek gelombang, pasang surut dan arus sungai.
c. Prodelta
pada bagian delta ini tersusun oleh material sedimen berukuran paling halus yang
terdiri dari marine dan lacustrine mud yang terakumulasi dilandas laut (seaward).
Endapan ini berada di bawah efek gelombang, pasang surut dan arus sungai.
atau paket urutan sedimen yang telah ditentukan. Beberapa istilah untuk
Metode yang diunakan dalam praktikum kali ini yaitu metode pengerjaan
metode study literatur baik itu dari buku, jurnal maupun internet.
a. Problem Set
Membaca secara teliti problem set yang diberikan, catat atau tandai hal-hal yang
dianggap penting. Perhatikan struktur sedimen yang ada dan jika terdapat sisipa atau
tidak.
Dalam praktikum ini, paket genetik dibagi per dua litologi, dimana dalam dua litologi
c. Memberi Warna
Beri warna tiap simbol batuan sesuai dengan aturan yang ada, pehatikan tebal tipisnya
pewarnaan.
Amati ukuran butir tiap paket genetik per dua litologi, lalu tarik garis untuk
menunjukkan perubahan ukuran butir antar litologi bagian atas dengan litologi bagian
bawahnya.
Pengerjaannya sama persis dengan interpretasi ukuran butir, dimana menarik garis
sesuai dengan perubahan ukuran butir tiap litologi yang ada. Garis ekspresi topografi
f. Genetik Unit
Pengisian kolom genetik unit diisi dengan keterangan perubahan ukuran butir, dimana
dibagi menjadi coarsening upward jika perubahan ukuran butir mengkasar keatas,
fining upward jika perubahan ukuran butir menghalus ke atas, dan agradasi jika tidak
terdapat perubahan ukuran butir (ukuran butir sama). Coarsening upward dapat
disingkat dengan Cu, fining upward disingkat dengan Fu, dan Agradasi disingkat
lapisan, dimana dibagi menjadi thicking upward jika perubahan ketebalan menebal
ke atas dan thinning upward jika perubahan ketebalan menipis ke atas. Thicking
upward dapat disingkat dengan Tc, thinning upward disingkat dengan Tn.Pengisian
terakhir adalah dengan menuliskan struktur sedimen yang terdapat pada litologi dan
g. Lingkungan Pengendapan
Interpretasi lingkungan pengendapan tiap paket genetik sesuai dengan data litologi,
ukuran butir, ketebalan lapisan, struktur sedimen, serta sisipan yang ada. Berbagai
pengendapan tiap litologi di lingkungan pengendapan transisi, dalam hal ini adalah
delta.
Pada tahap ini, dilakukan asistensi acara oleh asisten ke praktikan untuk
dipaparkan bagaimana sistematikanya ketika praktikum. Pada tahap ini praktikan
akan membuat tugas pendahuluan berupa soal dan rangkuman dari asistensi acara
diberikan dan membuat analisa profil dari hasil problem set tersebut.
laporan.
Tahap Pendahuluan
Tahap Praktikum
Tahap Penyusunan
Laporan
1. Kertas HVS A4
2. Penggaris
3. Double tip
4. Pensil warna
5. Cutter
6. Gunting
7. ATM
BAB IV
PEMBAHASAN
membagi problem set tiap dua litologi. Setelah dibagi menjadi tiap dua litologi,
pasir sedang pada bagian atas dan Batupasir halus dengan ukuran butir pasir halus
dikarenakan ukuran butirnya yang mengkasar ke atas dan Tku (Thicking upward)
pada bagian atas dan Batulanau dengan ukuran butir lanau di bagian bawahnya.
atas. Dijumpai pula struktur sedimen bioturbasi pada Batulempung. Dari hasil
pengamatan ini dapat diidentifikasi bahwa lingkungan pengendapannya adalah di
bioturbasi.
pada bagian atas dan Batupasir kasar dengan ukuran butir pasir kasar di bagian
Batubara.
pada bagian atas dan Batulempung dengan ukuran butir lempung di bagian
perubahan ukuran butir (kesamaan ukuran butir) dan TnU (Thinning upward)
kasar pada bagian atas dan Batupasir halus dengan ukuran butir pasir halus di
bagian bawahnya. Genetik unitnya adalah Cu (Coarsening upward) dikarenakan
ukuran butirnya yang mengkasar ke atas dan TnU (Thinning upward) dimana
lempung pada bagian atas dan Batupasir sedang dengan ukuran butir pasir sedang
ukuran butirnya yang menghalus ke atas dan TnU (Thinning upward) dimana
Batupasir halus. Dari hasil pengamatan ini dapat diidentifikasi bahwa lingkungan
Lapisan ketujuh didapatkan litologi Batubara dengan ukuran butir lempung pada
bagian atas dan Serpih dengan ukuran butir lempung di bagian bawahnya. Genetik
menipis ke atas. Dari hasil pengamatan ini dapat diidentifikasi bahwa lingkungan
dikarenakan ukuran butirnya yang mengkasar ke atas dan TnU (Thinning upward)
pasir kasar pada bagian atas dan Batugamping dengan ukuran butir pasir kasar di
tidak ada perubahan ukuran butir (kesamaan ukuran butir) dan TkU (Thicking
pada bagian atas dan Batulempung dengan ukuran butir lempung di bagian
pasir halus pada bagian atas dan Batupasir sedang dengan ukuran butir pasir
dikarenakan ukuran butirnya yang menghalus ke atas dan TkU (Thicking upward)
sedang pada bagian atas dan Batulempung dengan ukuran butir lempung di bagian
Lapisan ke-13 didapatkan litologi Batulanau dengan ukuran butir lanau pada
bagian atas dan Batupasir kasar dengan ukuran butir pasir kasar di bagian
pasir sedang pada bagian atas dan Serpih dengan ukuran butir lempung di bagian
Lapisan ke-15 didapatkan litologi Batupasir kasar dengan ukuran butir pasir
kasar pada bagian atas dan Batupasir sedang dengan ukuran butir pasir sedang di
ukuran butirnya yang mengkasar ke atas dan TnU (Thinning upward) dimana
pasir sedang pada bagian atas dan Batulanau dengan ukuran butir lanau di bagian
Batupasir halus. Dari hasil pengamatan ini dapat diidentifikasi bahwa lingkungan
lempung pada bagian atas dan Batugamping dengan ukuran butir pasir sedang di
ukuran butirnya yang menghalus ke atas dan TnU (Thinning upward) dimana
akumulasi Batulempung.
Lapisan ke-18 didapatkan litologi Batupasir halus dengan ukuran butir pasir
halus pada bagian atas dan Batubara dengan ukuran butir lempung di bagian
adanya Batubara.
kasar pada bagian atas dan Batulanau dengan ukuran butir lanau di bagian
lempung pada bagian atas dan Batugamping dengan ukuran butir pasir sedang di
ukuran butirnya yang menghalus ke atas dan TnU (Thinning upward) dimana
lempung pada bagian atas dan Batupasir halus dengan ukuran butir pasir halus di
menipis ke atas. Dijumpai struktur sedimen laminasi pada Batupasir halus. Dari
hasil pengamatan ini dapat diidentifikasi bahwa lingkungan pengendapannya
sedimen laminasi.
pada bagian atas dan Serpih dengan ukuran butir lempung di bagian bawahnya.
butir (kesamaan ukuran butir) dan TnU (Thinning upward) dimana ketebalannya
menipis ke atas. Dari hasil pengamatan ini dapat diidentifikasi bahwa lingkungan
pasir sedang pada bagian atas dan Batupasir halus dengan ukuran butir pasir halus
dikarenakan ukuran butirnya yang mengkasar ke atas dan TnU (Thinning upward)
Lapisan ke-24 didapatkan litologi Batupasir kasar dengan ukuran butir pasir
kasar pada bagian atas dan Batugamping dengan ukuran butir pasir sedang di
ukuran butirnya yang mengkasar ke atas dan TnU (Thinning upward) dimana
ketebalannya menipis ke atas. Dijumpai pula struktur sedimen bioturbasi pada
Lapisan ke-25 didapatkan litologi Batulanau dengan ukuran butir lanau pada
bagian atas dan Batulempung dengan ukuran butir lempung di bagian bawahnya.
menipis ke atas. Dari hasil pengamatan ini dapat diidentifikasi bahwa lingkungan
Lapisan ke-26 didapatkan litologi Batupasir halus dengan ukuran butir pasir
halus pada bagian atas dan Batupasir sedang dengan ukuran butir pasir sedang di
ukuran butirnya yang menghalus ke atas dan TkU (Thicking upward) dimana
sedang pada bagian atas dan Batulempung dengan ukuran butir lempung di bagian
bawahnya. Genetik unitnya adalah Cu (Coarsening upward) dikarenakan ukuran
Lapisan ke-28 didapatkan litologi Batulanau dengan ukuran butir lanau pada
bagian atas dan Batupasir kasar dengan ukuran butir pasir sedang di bagian
Lapisan ke-29 didapatkan litologi Batupasir halus dengan ukuran butir pasir
halus pada bagian atas dan Serpih dengan ukuran butir lempung di bagian
Batupasir halus. Dari hasil pengamatan ini dapat diidentifikasi bahwa lingkungan
pengendapannya adalah di Upper Delta Plain dicirikan dengan adanya Batupasir
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Litologi yang dijumpai pada problem set praktikum Prinsip Stratigrafi acara
Analisa Profil ini ada beberapa, yaitu Batugamping dengan ukuran butir pasir
kasar, Batupasir kasar dengan ukuran butir pasir kasar, Batupasir sedang
dengan ukuran butir pasir sedang, batupasir halus dengan ukuran butir pasir
halus, Batulanau dengan ukuran butir lanau, Batulempung dengan ukuran butir
lempung, Batubara dengan ukuran butir lempung, Serpih dengan ukuran butir
lempung.
23. Lapisan dengan lingkungan pengendapan Lower Delta Plain adalah lapisan
Delta Front adalah lapisan ke 1, 11, 15, 16, 19, 26, dan 28. Lapisan dengan
lingkungan pengendapan ProDelta adalah lapisan ke 2, 5, 9, 10, 12, 13, 17, 20,
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G.P., Laurier, D., Thouvenin, J.M., 1976, Sediment Distribution Pattern In
The Modern Mahakam Delta, Indonesian Petroleum Association,
Proceedings 5th Annual Convention Jakarta, p 159-178.