Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pornografi dan pornoaksi adalah perbuatan yang berdampak negatif

terhadap perilaku generasi muda. Anak-anak dan perempuan banyak yang

telah menjadi korban, baik sebagai korban murni maupun sebagai ”pelaku

sebagai korban”. Karena itu, pornografi dan pornoaksi dikategorikan sebagai

perbuatan pidana. Hal ini bukan masalah baru, karena Pasal 281, Pasal 282,

Pasal 283, Pasal 532, dan Pasal 533 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) telah melarang pornografi maupun pornoaksi dan telah menentukan

hukumnya. Pornografi dan pornoaksi berdampak pula terhadap perbuatan a

moral lainnya dan tindak pidana lainnya, misalnya; perzinaan, pemerkosaan,

pelacuran, aborsi, pembunuhan dan lain-lain.

Undang-Undang Pornografi Nomor 44 Tahun 2008 merupakan

produk negara yang pengesahaannya melalui proses cukup panjang, sekitar

10 tahun. Inipun diawali dengan suatu rancangan dengan mengalami

pengubahan, sebelumnya adalah dengan nama Rancangan Undang-Undang

Anti Pornografi Dan Pornoaksi dengan singkatan sebagai RUUAPP.

Perdebatan masalah pornografi maupun pornoaksi memang demikian serius

menjadi perhatian berbagai lapisan masyarakat. Ini di latar belakangi dengan

kenyataan bahwa penayangan-penayangan di berbagai acara termasuk acara

dangdut yang menggunakan candoleng- doleng / biduan dangdut dirasakan


masyarakat luas telah menembus batas Norma-norma kesusilaan, kaidah

agama serta nilai-nilai luhur yang melekat dalam kehidupan masyarakat kita.

Apa yang disaksikan oleh masyarakat pada setiap acara yang menggunakan

orkes yang dilengkapi candoleng-doleng/ biduan dangdut dengan jelas tidak

lagi mengindahkan apa yang dianggap sebagai sesuatu yang “tabu”,

melanggar batas-batas kesopanan dan ketidak patutan sebagai Masyarakat

Timur yang religius sekaligus beradab.

Candoleng-Doleng adalah istilah dalam bahasa bugis yang artinya

menggelantung, Awal mula penyebutan candoleng-doleng berasal dari

plesetan syair lagu penyanyi dangdut terkenal Itje Trisnawati. Goyangan

candoleng-doleng mulai dikenal di Sidrap pada tahun 2003 lalu. Dalam

sekejap, goyang erotis itu menjadi sangat populer karena ditampilkan secara

murah meriah pada pesta pernikahan, atau dalam acara pesta kelompok

pemuda tertentu. Entah siapa awalnya yang mempopulerkan candoleng-

doleng. Namun yang jelas wabah hiburan erotis itu, kini kerap dijumpai.

Hiburan seronok yang biasanya dilakukan malam hari ini, pun kini bisa

dijumpai pada siang hari.1

Dangdut merupakan sebuah istilah yang hingga saat ini memiliki

banyak definisi terkait penamaan dangdut tersebut. Meskipun demikian,

setidaknya beberapa pakar kesenian dan penulis terdahulu telah mencoba

memberikan beberapa definisi terkait dengan pengertian dangdut. Musik

dangdut adalah musik yang sangat terkenal di Indonesia, Musik dangdut

1
www.google.id (diakses pada tgl 02 oktober 2020)
mampu membuat pendengarnya terbius dengan iramanya hingga tanpa sadar

mulai menggoyang-goyangkan badan dan anggota tubuh lainya. Kepopuleran

musik dangdut tidak kalah dengan genre musik lainya khususnya di

Indonesia. Dangdut memiliki pendengar dan penikmat setia tersendiri di

seantero nusantara. Bahkan, tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa

dangdut adalah musik asli Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri jika memang dangdut sejak zaman dahulu

telah lekat dengan bangsa kita dan bisa dikatakan sebagai sebuah warisan

budaya seni yang seharusnya kita jaga dan lestarikan. Namun, pada

kenyataanya musik dangdut saat ini lebih menonjolkan goyangan

penyanyinya dan suara dijadikan pilihan kesekian. Orkes dangdut yang

menampilkan goyangan erotis dan penyanyi yang berpakaian minim dianggap

lebih mampu mengundang penonton dibandingkan dengan musik dangdut era

zaman dahulu.

Pergeseran makna musik dangdut yang awalnya merupakan sebuah

seni pertunjukan yang mencerminkan budaya bangsa menjadi seni olah tubuh

yang tidak jauh dengan pornoaksi membuat kekhawatiran tersendiri di

masyarakat. Kekhawatiran ini dikarenakan dampak dari pertunjukan erotis

yang biasanya dilakukan di ruang terbuka sehingga siapa saja mampu

menontonnya, bisa memberikan dampak negatif bagi anak-anak dan generasi

muda yang melihat tontonan seperti ini. Akibatnya bisa saja angka

kriminalitas khusunya kasus asusila akan meningkat. Menonton pertunjukan

dangdut saat ini tidaklah beda dengan menonton film porno. Keduanya sama-
sama tontonan yang mengumbar dan memancing syahwat bagi pria khusunya.

Perbedanyaa jika film porno identik dengan wanita yang tanpa busana

sementara dangdut koplo menggunakan goyangan erotis dan pakaian yang

serba minim bahkan nyaris telanjang.Dalam hal pertunjukan dangdut yang

menampilkan goyangan dan tarian erotis pada dasarnya selain melanggar

norma kesusilaan yang terdapat di dalam masyarakat, juga melanggar

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang ini disebutkan bahwa 2:

“Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,

gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk

pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau

pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual

yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat” Dangdut saat ini

mengalami pergeseran daripada dangdut di awal kemunculannya.

Di beberapa daerah mulai muncul dandut dengan versi modern yang

lebih mengedepankan goyangan dan tarian erotis serta menampilkan

penyanyi-penyanyinya yang berpakaian minim yang menjurus kepada

eksploitasi seksual daripada suara yang merdu. Tarian yang ditampilkan

penyanyi dangdut koplo akhir-akhir ini memang lebih menonjolkan gerakan-

gerakan yang membuat jantung penonton “berdebar-debar” tiap kali

melihatnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa dangdut koplo akan terus menarik

perhatian apabila masih “menjual” biduan berpakaian minim (candoleng-

2
Pasal 1 Ayat 1Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan
Pornoaksi
doleng) dan bergoyang erotis. Tentu saja hal ini akan memberikan efek buruk

karena dangdut dapat diakses secara umum sehingga dapat ditonton oleh

siapa saja dan akan memberikan stigma negatif bagi dangdut itu sendiri.

Pasal 10 Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

disebutkan bahwa “Setiap orang dilarang mempertontonkan diri atau orang

lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan

ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan

pornografi lainnya”.3 Adanya Undang-Undang pornografi seharusnya

membuat dangdut-dangdut koplo yang ada di daerah seharusnya dicekal.

Dicekal dalam arti bukan dangdut nya yang dicekal, melainkan dangdut yang

mempertontonkan pakaian ataupun goyangan yang menonjolkan eksploitasi

seksual.

Akan tetapi dalam penerapannya masih ada di beberapa daerah

dimana dangdut koplo yang menggunakan candoleng-doleng masih eksis dan

masih menjadi primadona sebagai hiburan rakyat sekalipun melanggar norma

kesusilaan dan Undang-Undang Nomor. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.

Maka dari itu adanya permasalahan diatas, penulis ingin mengkaji lebih jauh

tentang PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TARIAN EROTIS

CANDOLENG-DOLENG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI

(STUDI PADA POLSEK KOLAKA TIMUR).

B. Rumusan Masalah
3
Pasal 10 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan Pornoaksi
Berdasarkan permasalahan yang penulis bahas pada latar belakang di

atas, maka penulis mengangkat permasalahan “Bagaimanakah penegakan

hukum terhadap tarian erotis candoleng-doleng menurut Undang-Undang

Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi dan Pornoaksi di wilayah hukum

Polsek Kolaka Timur.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap tarian erotis candoleng-doleng

menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi dan

Pornoaksi diwilayah hukum Polsek Kolaka Timur.

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam Ilmu Hukum

khususnya tentang judul penelitian yang penulis angkat yaitu terkait

tentang penegakan hukum terhadap tarian erotis candoleng-doleng

menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi

dan Pornoaksi.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan kepada diri sendiri mengenai hal-hal

yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 44 tahun 2008

Tentang Pornografi dan Pornoaksi.

b. Bagi masyarakat

1. Memberikan wawasan kepada masyarakat bahwa orkes-orkes

dangdut yang menampilkan Candoleng-doleng (biduan

dangdut) dimana penyanyi perempuan atau sang biduan

berpakain minim dan mempertontonkan goyangan erotis

yang menuju eksploitasi seksual bertentangan dengan

Undang-Undang Pornografi dan Norma sosial yang ada di

masyarakat.

2. Memberikan wawasan kepada masyarakat terkait pasal yang

dilanggar dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008

tentang Pornografi kaitannya dengan orkes-orkes dangdut

yang menampilkan Candoleng-doleng (Biduan Dangdut)

penyanyi perempuan atau sang biduan berpakain minim dan

mempertontonkan goyangan erotis yang menuju eksploitasi

seksual.
c. Bagi Pihak Kepolisian

Menjadi salah satu saran bagi pihak kepolisian untuk lebih

memperhatikan dan menindaklanjuti mengenai perilaku yang

masuk dalam pasal pornografi dan pornoaksi. Khususnya yang

terkait tentang tarian erotis candoleng-doleng.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian pidana dan pemidanaan

a. Pengertian Pidana Secara Umum dan menurut para Ahli

Pidana berasal kata straf (Belanda), sering disebut dengan istilah

hukuman. Istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman karena hukum

sudah lazim merupakan terjemahan dari recht. Dapat dikatakan istilah

pidana dalam arti sempit adalah berkaitan dengan hukum pidana. Pidana

didefinisikan sebagai suatu penderitaan yang sengaja

dijatuhkan/diberikan oleh negara pada seseorang atau beberapa orang

sebagai akibat hukum (sanksi) baginya atas perbuatannya yang telah

melanggar larangan hukum pidana.

Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang

menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak

pidana, serta menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap

yang melakukannya. Hukum acara pidana berhubungan erat dengan

diadakannya hukum pidana, oleh karena itu, merupakan suatu rangkaian

pengaturan yang memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah yang

berkuasa, yaitu kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan harus bertindak

guna mencapai tujuan negara dengan mengadakan hukum pidana.

Dibawah ini merupakan pengertian pidana menurut beberapa ahli/pakar

hukum diantaranya :
1. Menurut Van Hamel, mengatakan bahwa “Arti dari pidana itu

adalah straf menurut hukum positif dewasa ini, adalah suatu

penderitaan yang bersifat khusus, yang telah dijatuhkan oleh

kekuasaan yang berwenang untuk menjatuhkan pidana atas nama

negara sebagai penanggung jawab dari ketertiban umum bagi

seorang pelanggar, yakni semata-mata karena orang tersebut telah

melanggar suatu peraturan yang harus ditegakkan oleh Negara.”4

2. Menurut Simons, mengatakan bahwa: “Pidana adalah suatu

penderitaan yang oleh undang-undang pidana telah dikaitkan

dengan pelanggaran terhadap suatu norma, yang dengan suatu

putusan hakim yang telah dijatuhkan bagi seseorang yang

bersalah.”5

3. Menurut Algranjanssen “Pidana atau straf sebagai alat yang

dipergunakan oleh penguasa (hakim) untuk memperingatkan

mereka yang telah melakukan suatu perbuatan yang tidak dapat

dibenarkan6.Reaksi dari penguasa tersebut telah mencabut kembali

sebagaimana dari perlindungan yang seharusnya dinikmati oleh

terpidana atas nyawa, kebebasan, dan harta kekayaan, yaitu

seandainya ia telah tidak melakukan suatu tindak pidana.”

4. Menurut Bambang Poernomo, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh

seseorang dengan melakukan suatu kejahatan7 atau pelanggaran

4
Van Hamel, Lamintang . Inleding Studie Nederlands Strafrect.
(Gravenhage,1984) hlm47
5
Simons, Lamintang Inleding Studie Nederlands Strafrect 1984 hlm 48
6
Algranjanssen, Lamintang 1984 hlm 48
7
Bambang Poernomo,asas-asas hukum pidana, Ghalia Indonesia, 1997 hlm 37
pidana yang merugikan kepentingan orang lain atau merugikan

kepentingan umum

b. Pengertian Pemidanaan secara umum dan menurut para ahli

Pemidanaan didalam hukum Indonesia merupakan suatu cara atau

proses untuk menjatuhkan sanksi atau hukuman untuk seseorang yang

telah melakukan tindak pidana ataupun pelanggaran. Pemidanaan adalah

kata lain dari sebuah penghukuman. Pemidanaan adalah tahap penetapan

sanksi dan juga tahap pemberian sanksi dalam hukum pidana. Pemidanaan

sebagai suatu tindakan terhadap seorang penjahat, dapat dibenarkan secara

moral bukan terutama karena pemidanaan itu mengandung konsekuensi-

konsekuensi positif bagi terpidana,korban dan juga masyarakat.

Pemidanaan itu sama sekali bukan dimaksudkan sebagai upaya balas

dendam melainkan sebagai upaya pembinaan bagi seorang pelaku

kejahatan sekaligus sebagai upaya preventif terhadap terjadinya kejahatan

serupa. Pemidanaan adalah suatu tindakan terhadap seorang pelaku

kejahatan, dimana pemidanaan ditujukan bukan karena seseorang telah

berbuat jahat tetapi agar pelaku kejahatan tidak lagi berbuat jahat dan

orang lain takut melakukan kejahatan serupa.Menurut Prof Sudarto, bahwa

penghukuman berasal dari kata dasar “hukum” sehingga dapat diartikan

sebagai “menetapkan hukum” atau “ memutuskan tentang hukumannya”,

Dalam artian disini menetapkan hukum tidak hanya untuk sebuah

peristiwa hukum pidana tetapi bisa juga hukum perdata. Jadi dari

pernyataan diatas bisa kita simpulkan bahwa pemidanaan ataupun


penghukuman itu adalah sebuah tindakan kepada para pelaku kejahatan

yang mana tujuannya bukan untuk memberikan balas dendam kepada para

pelaku melainkan para pelaku diberikan pembinaan agar nantinya tidak

mengulangi perbuatannya kembali.

B. Pengertian Pornografi dan Pornoaksi

a. Pornografi dan Pornoaksi

Debat Panjang masalah pornografi dan pornoaksi saat RUUAPP ini

hendakdiundangkan, ini berkutat pada definisi pornografi dan pornoaksi

itu sendiri. Definisi porno seringkali dikaitkan dengan seni, banyak pelaku

porno yang berlindung atas namaseni. 8 Padahal seni adalah sebuah

tindakan atau proses penciptaan yang sengaja dibuatuntuk meningkatkan

kreativitas kecerdasan manusia yang memenuhi unsur estetik,artistik,

filosofis dan moral. Sementara pornografi dan pornoaksi adalah tindakan

yang bertujuanmengeksploitasi syahwat.Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, pornografi dan pornoaksi adalah penggambaran tingkahlaku

secara erotis dengan aksi,gambar atau tulisan untuk membangkitkan nafsu

birahi. Pornoaksi adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan,

liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh yang dominan memberi

rangsangan seksual sampai dengan aksi mempertontonkan payudara dan

alat vital yang tidak disengaja atau disengaja untuk memancing bangkitnya

nafsu seksual bagi yang melihatnya. Pornoaksi pada awalnya adalah aksi-

aksi subjek-objek seksual yang dipertontonkan secara langsung dari

8
Neng Djubaedah, Pornografi Pornoaksi, Ctk. Kedua, PRENADA MEDIA, Jakarta
Timur, 2004, Hlm. 129.
seseorang kepada orang lain, sehinggamenimbulkan rangsangan seksual

bagi seseorang termasuk menimbulkan hysteria seksual di masyarakat.9

Menurut sumber lain, ada beberapa definisi yang dirumuskan,

antara lain: Webster New World Dictionary, kata pornografi berasal dari

bahasa Yunani yang terdiri atas dua suku kata, yakni : Porne dan

Graphein. Porne = a prostitute; graphein =to write (dari kata benda

graphe = a drawing, writing). Pornographos = writing aboutprostitutes

atau tulisan atau penggambaran mengenai pelacuran/pelacur. Secara

harafiah, kamus Webster memberikan definisi tentang pornografi, sebagai

berikut:

Writing, pictures etc. intended primarily to arouse sexual desire. The

production of suchwritings, pictures etc. Dalam penggunaan kata “porno

dan pornografi” secara definisi memang mempunyai pengertian yang

sedikit berbeda. Kalau kata porno, biasanya mencakup baik tulisan,

gambar, lukisan video maupun kata-kata lisan, tarian serta apa saja yang

bersifat asusila/cabul. 10Sedangkan Pornografi hanya terbatas pada tulisan,

gambar,dan lukisan. Terbatas pada apa yang bisa di-graphein (digambar,

ditulis atau dilukis).Arief Budiman Pornografi adalah sesuatu yang

berhubungan dengan persoalan-persoalan seksual yang tidak pantas

diungkapkan secara terbuka kepada umum.Jadi disini, unsur pokok materi

yang disebut porno adalah yang sengaja dimaksudkan untuk

9
Leden Marpaung,Kejahatan terhadap kesusilaan,(Jakarta : Sinar Garfika,2004) hlm
20
10
Adami Chawazi, Tindak pidana mengenai kesopanan,(Jakarta : Sinar
Garfika,2005)hlm 21
membangkitkan nafsu seksual.11Secara etimologis, pornografi berarti suatu

tingkah laku yang berkaitan dengan masalah-masalah pelacuran.Sesuatu

yang dapat dikatakan sebagai pornografi adalah sesuatu yang memenuhi

kriteria 3hal: pertama,semua materi/bahan yang berupaya untuk

kepentinganbirahi dalam seks, kedua, materi/bahanyang

menyerangstandarmasyarakat,dan ketiga,materi/bahan itu sama sekali

tidak memiliki nilai sosial. Daridefinisitersebutjelas,bahwasesuatuitu

dianggap porno apabilamuatandarisesuatuitudiperuntukkan bagi

kepentinganbirahi,yangsecara sosialdianggaptidaksopan,serta hal

itu,samasekalitidakmemilikinilaisosial.Di dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) pornografididefinisikan sebagai berikut12 :

a. Penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan

atautulisan untuk membangkitkan nafsu birahi

b. Bahan bacaan yang dengan sengaja semata-mata dirancanguntuk

membangkitkan nafsu birahidalam seks.

b. Pengertian pornografi dan pornoaksi menurut Undang-UndangNomor 44

Tahun 2008

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi telah

diundangkan pada tanggal 26 November 200813. Larangan Pornografi di

Indonesia yang ditentukan dalam Hukum Tertulis sudah dimuat dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sebagai warisan dari penjajah

Hindia Belanda dan berlaku di Indonesia sejak tahun 1917, yang kemudian
11
Arief Budiman, Pornografi dan pornoaksi, Jakarta 2006 hlm 73
12
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 1991 hlm 782
13
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi dan pornoaksi
menjadi Undang-Undang dan berlaku setelah Indonesia merdeka

berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 hingga saat ini.


14
Pasal-pasal yang mengatur dan menentukan larangan dan hukuman bagi

setiap orang yang melakukan tindak pidana pornografi dan pornoaksi

terdapat Pasal 281, Pasal 282, Pasal 283, Pasal 532, dan Pasal 533 KUHP.

Tetapi ketentuan-ketentuan dalam KUHP tidak efektif, maka dibuatlah

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi.Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang

Pornografi pada Bab I Ketentuan Umum Pasal I Ayat I, yang dimaksud

dengan pengertian Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto,

tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak

tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media

komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan

atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam

masyarakat.

Berdasarkan pengertian tindak pidana dan pornografi tersebut, dapat

diberi batasan tindak pidana pornografi adalah perbuatan dengan segala

bentuk dan caranya mengenai dan yang berhubungan dengan gambar,

sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi,

kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui

berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum

yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma

kesusilaan dalam masyarakat yang dirumuskan dalam UU pornografi dan


14
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi dan pornoaksi
pidana bagi siapa yang melakukan perbuatan tersebut.Suatu perbuatan

dapat dikatakan sebagai perbuatan pornografi apabila termasuk dalam

ketentuan yang tercantum pada Pasal 10 dan Pasal 36 Undang-Undang

Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dimana Pasal 10 Undang-

Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi berisi:15

“Setiap orang dilarang mempertontonkan diri atau orang lain dalam

pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan,

eksploitasi seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi

lainnya”.

Sedangkan yang dimaksud dengan pornoaksi :

1. Pornoaksi adalah perbuatan mengeksploitasi seksual, kecabulan

dan atau erotic dimuka umum.

2. Jasa pornoaksi adalah segala jenis layanan pornoaksi yang dapat

diperoleh secaralangsung atau melalul perantara, baik perseorangan

maupun perusahaan.

3. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang

berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

c. Pengertian Pornografi dan pornoaksi menurut Para Ahli

Ada beberapa pendapat yang memberikan pengertian pornografi dan

pornoaksi ,antara lain adalah :

a. HB. Jassin mengemukakan bahwa pornografi dan pornoaksi adalah

setiap gambar, tingkah laku, tulisan yang digambar , dilakukan

15
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi dan Pornoaksi
secara langsung dan ditulis dengan maksud sengaja untuk

merangsangseksual.16

b. Arief Budiman mengemukakanbahwa pomografi dan pornoaksi

adalah sesuatu yang berhubungan denganpersoalan-persoalan

seksual yang tidak pantas diungkapkansecara terbuka kepada

umum17

c. Neng Djubaedah memberikan definisi bahwa pornografi dan

pornoaksi adalah visualisasi dan verbalisasi melalui

mediakomunikasi, atau karya cipta manusia tentang perilaku

atauperbuatan laki-laki atau perempuan yang erotis dan atausensual

dalam keadaaan atau memberi kesan telaniang bulat,dilihat dari,

depan, samping, atau belakang, penonjolanlangsung alat-alat vital,


18
payudara atau pinggul dan sekitarnyabaik dengan penutup atau

tanpa penutup, ciuman merangsangantar pasangan sejenis atau

berlainan jenis, baik antar muhrimatau antar bukan muhrim, atau

antar manusia dengan binatang,antar binatang atau antar manusia

hidup dengan manusia yangtelah meninggal dunia, gerakan atau

bunyi dan atau desahan yang memberi kesan percumbuan,gerakan

masturbasi, lesbian, homoseksual, oral seks, sodomi,coffus

interuptus, yang bertujuan dan atau mengakibatkan bangkitnya

nafsu birahi atau yang menimbulkan rasa yang menjijikkan dan

atau memuakkan dan atau memalukan bagiyang melihatnya dan


16
HB. Jassin , fjipta Lesmana, 1994 hlm 109
17
Arief Budiman Tjipta Lesmana, 1994 hlm 109
18
Neng Djubaedah ,Negara Hukum berdasarkan pancasila (Jakarta2003) hlm 254
atau mendengarnya dan ataumenyentuhnya, yang bertentangan

dengan kaidah-kaidahagama dan atau adat-istiadat setempat.

C. Tugas Dan Wewenang Kepolisian Menangani aksi pornografi dan

pornoaksi

Polri merupakan bagian dari criminal justice system selaku penyidik

yang memiliki kemampuan penegakan hukum (represif) dan kerja sama

Kepolisian Internasional untuk mengantisipasi kejahatan Internasional.

Dalam menciptakan kepastian hukum peran Polri diaktualisasikan dalam

bentuk :

1. Peran Polri dalam Penegakan Hukum

a. Polri harus profesional dalam bidang hukum acara Pidana dan

Perdata sehingga image negatif bahwa Polri bekerja berdasar

kekuasaan akan hilang;

b. Mampu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sehingga

tidak menjadi korban dari kebutuhan hukum atau tindakan

sewenang-wenang

c. Mampu memberikan keteladanan dalam penegakan hukum

d. Mampu menolak suap atau sejenisnya dan bahkan sebaliknya

mampu membimbing dan menyadarkan penyuap untuk melakukan

kewajiban sesuai peraturan yang berlaku.

2. Peran Polri sebagai Pengayom dan Pelindung Masyarakat


Peran ini diwujudkan dalam kegiatan pengamanan baik yang diatur

dalam ketentuan perundang-undangan (asas legalitas) maupun


19
yang belum diatur oleh peraturan perundang-undangan (asas

oportunitas yang diwadahi dalam hukum kepolisian). Aktualisasi

peran ini diwujudkan dalam bentuk :

a. Mampu menempatkan diri sejajar dengan masyarakat, tidak

arogan dan merasa tidak lebih dimata masyarakat;

b. Mampu dan mau bekerja keras untuk mencegah dan

meniadakan segala bentuk kesulitan masyarakat;

c. Mampu melindungi berdasarkan hukum dan bukan

sebaliknya melanggar hukum karena interest tertentu;

d. Mampu mengantisipasi secara dini dalam, membentengi

masyarakat dan segala kemungkinan yang bakal

mengganggu ketentraman masyarakat.

3. Peran polri sebagai pelayan masyarakat (public service)

Kemampuan Polri dalam pelaksanaan tugas Polri baik pre-emtif,

preventif maupun represif.20 Peran ini merupakan akan menjamin

ketentraman, kedamaian dan keadilan masyarakat sehingga hak dan

kewajiban masyarakat terselenggara dengan seimbang, serasi dan

selaras. Polri sebagai tempat mengadu, melapor segala permasalahan

19
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru: Bandung, 1983. Hlm.
24., dikutip dalam http://raypratama.blogspot.co.id/2015/04/teori-penegakan-hukum.html diakses
tanggal 8 Oktober 2016.
20
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja
Grafindo Persada, 1983, Hlm 5.
masyarakat yang mengalami kesulitan perlu memberikan pelayan dan

pertolongan yang ikhlas dan responsi. aktualisasi dari peran Polri ini

adalah:

a. Mampu dan proaktif dalam mencegah dan menetralisir

segala potensi yang akan meenjadikan distorsi kantibmas

b. Mampu mencegah dan menahan diri dalam segala bentuk

pamrih sehingga tidak memaksa dan menakut-nakuti serta

mengancam dengan kekerasan;

c. Mampu memberikan pelayanan yang simpatik sehingga

memberikan kepuasaan bagi yang dilayani.

Sebagai contoh kasus yang diambil adalah seperti halnya di

Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu

pelanggaran pornoaksi yang dilakukan oleh salah satu group dangdut

koplo yang disajikan dalam sebuah pesta pernikahan dan musik

dangdut sebagai hiburannya. Dalam pesta tersebut tidak hanya

menyajikan lantunan musik yang menghibur, namun juga menyajikan

penyanyi-penyanyi yang disebut Candoleng-doleng menampilkan

goyangan-goyangan yang erotis dan berpakaian minim yang membuat

gairah sensualitas meningkat saat menontonnya pada saat malam hari.

Dalam penanganan kasus tersebut mengenai tindak pidana

pornoaksi masih jarang ditemui. Namun dilihat dari aspek hukum

penyanyi dangdut tersebut tidak terlepas dari tindak pidana pornoaksi,

karena sudah memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 10


dan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang

Pornografi. Dalam hal ini agar penanganan terhadap pelanggaran

tindak pidana pornoaksi tersebut, masyarakat seharusnya juga dapat

berperan serta dalam melakukan pencegahan terhadap perbuatan,

penyebarluasan, dan tindak pidana pornoaksi seperti yang tercantum

dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang

Pornografi. Masyarakat dapat memulainya dari lingkungan sekitarnya

terlebih dahulu, agar pelanggaran pornoaksi dan juga memuat

pelanggaran kesusilaan ini tidak menyebar luas serta tidak dapat

terulang kembali pelanggaran-pelanggaran tindak pidana pornoaksi

tersebut.

D. Konsep Tarian Erotis

Erotis adalah merangsang secara seksual, yang berkaitan dengan

sensasi seksual. Kata bendanya adalah erotisme, hal-hal yang merangsang

secara seksual.Organ tunggal tidak lepas dari musik-musik yang

mendukung seperti musik dangdut yang bernuansa disko dan mengundang

goyangan erotis. Goyang erotis ala Bugis yang memamerkan tubuh

mereka disebut dengan candoleng-candoleng.

Fenomena ini sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu. Muhlis

(2014) dalam tesisnya yang berjudul “Fenomena Siri’ dalam Karya Seni

Grafis Woodcut” mengatakan bahwa Fenomena candoleng-doleng (goyang

erotis) merupakan salahsatu fenomena siri’ yang saya saksikan pada suatu

acara resepsi pernikahan dalam masyarakat Bugis Makassar. Candoleng-


doleng ini merupakan fenomena goyang erotis yang dilakukan para

biduan-biduan organ tunggal yang sedang menghibur pada acara resepsi

pernikahan. Para biduan tersebut bernyanyi sambil bergoyang erotis di atas

panggung bahkan sampai ada yang berani untuk melepas busananya ketika

ada penonton yang akan memberikan saweran dengan jumlah yang

besar.Fenomena di atas menunjukkan bahwa candoleng-doleng merupakan

salah satu bentuk siri’ yang dipandang negatif oleh masyarakat Bugis

khususnya di Kabupaten Sidrap. Candoleng-doleng merupakan perilaku

yang menyimpang dalam lingkup sosial dan budaya masyarakat Bugis,

seperti yang dikatakan oleh Tasrif (2016) dalam penelitiannya tentang

“Nilai Sosial Nene’ Mallomo di Kabupaten Sidenreng Rappang

mengatakan bahwa berbagai bentuk perilaku menyimpang itu ada seperti:

penyalahgunaan narkoba, kejahatan showbiz (Cyber Crime), pelecehan

seksual (seperti pemerkosaan dan candoleng-doleng), premanisme

(berujung kasus pembunuhan, perkelahian antara kelompok masyarakat),

pencurian dan lain –lain, tapi yang memang termasuk kategori paling eksis

itu adalah persoalan narkoba, baru showbiz dan pelecehan seksual. 21

Tarian erotis dalah hiburan erotis dengan pemainnya yang disebut

Candoleng-doleng yang secara perlahan membuka baju sambil diiringi

musik. Tarian erotis biasanya dilakukan di pesta hiburan apabila malam

hari telah tiba. Biasanya penampilan diakhiri setelah pakaian terakhir

dilepas. Walaupun demikian, biasanya sepatu tidak ditanggalkan Musik

dangdut berasal dari upaya pengembangan musik melayu yang diberi


21
Aris Setiawan, Budaya Musik etnik nusantara, jurnal 2016 hlm 47
tambahan instrument atau alat musik sehingga lebih rancak, variatif, dan

dapat memukau para pendengarnya serta enak untuk dinikmati para

pendengarnya.

Pada mulanya, belantika musik di tanah air telah lama dihiasi oleh

alunan-alunan musik melayu yang perkembangannya cukup baik dan

dapat bertahan sampai sekarang, utamanya didukung para penyanyi dan

pujangga melayu pembuat syairnya, sehingga mampu mengantarkan

musik dangdut menjadi cukup popular di tanah air. 22Kepopuleran musik

dangdut semakin memotivasi para senimannya untuk melakukan

modifikasi dan inovasi baru dengan kreatifitas yang dimilikinya, agar

musik dangdut lebih terkesan variatif dan enak untuk dinikmati para

penggemarnya dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Maka

musik dangdut menjadi semakin terkenal dan menjadi sorotan publik dan

media massa, bahkan sekarang ini musik dangdut mampu menembus

pasaran luar negeri, yang merupakan prestasi yang luar biasa bagi

perkembangan dan kemajuan musik di tanah air Musik dangdut koplo

adalah modifikasi dari musik dangdut.

Dangdut koplo mengalami modifikasi dengan tujuan untuk

menegaskan eksistensi musik dangdut dalam dunia hiburan tanah air.

Perkembangan zaman, mempengaruhi fluktuatifnya minat masyarakat

untuk memilih jenis aliran musik yang disukainya berdasarkan perbedaan

rasa masing-masing orang. Perbedaan rasa dan nuansa itulah yang

22
Andrew N. Weintraub, DANGDUT: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia, Ctk.
Pertama, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2012
menjadikan lagu-lagu dangdut koplo terbagi ke dalam beberapa kategori

yang menunjukkan bahwa aliran ini begitu lengkap dan fleksibel. Hal yang

penting bahwa alasan pemberian nama koplo didasarkan atas dasar proses

yang berkembang di masyarakat. Bagaimana masyarakat menilai bahwa

musik ini terlalu nikmat untuk dinikmati sehingga penikmatnya merasuk

ke dalamnya dan menggila dengan gerakan yang tak terkontrol.

Dangdut koplo merupakan musik dangdut modern yang dimainkan

grup musik dangdut atau yang sering disebut dengan OM (Orkes Melayu)

di atas sebuah panggung dengan biduanita yang memiliki suara dan

goyangan “maut”. Namun terkadang goyangan dan liriknya mengarah

pada konotasi sensualitas dan erotis dipadu dengan busana yang minim,

hingga terkadang semuanya mengalahkan kualitas suara dan biduan

tersebut disebut Candoleng-doleng. Gerakan-gerakan erotis para

Candoleng-doleng yang menghasilkan gairah dengan tidak menggunakan

busana telah jauh dari norma kesopanan, apalagi dinilai dari sudut Islam.

Pertunjukan-pertunjukan yang menyediakan goyang koplo erotis semakin

marak, sementara penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat penegak

hukum belum menjangkau

sampai kepada tindakan pencekalan.

Banyak faktor yang menyebabkan biduan dangdut (Candoleng-doleng)

memperlihatkan dan mempertontonkan goyang dan tarian yang erotis ;Pertama

adalah faktor pendidikan, Pendidikan adalah merupakan wadah yang


sangat baik untuk membentuk watak dan moral seseorang, yang mana

semua itu di dapatkan di dalam dunia pendidikan.

Tapi tidak tertutup kemungkinan seseorang yang melakukan kejahatan

tersebut adalah orang-orang yang mempunyai ilmu yang tinggi dan

mengecap dunia pendidikan yang tinggi pula. Pendidikan merupakan

faktor yang penting guna memberi wawasan akan norma-norma dan nilai-

nilai adat serta agama yang tidak boleh dilarang yang salah satunya adalah

dilarang melakukan perbuatan asusila, contohnya dangdut erotis. Kedua

adalah faktor ekonomi, masalah ekonomi adalah faktor yang palimg

klasik, karena setiap orang pada dasarnya ingin mendapatkan materi yang

berlimpah dengan cara yang mudah dan dalam waktu yang singkat.

Pemikiran tersebutlah yang menjadi alasan para biduan dangdut

(Candoleng-doleng) melakukan goyangan erotis, karena dengan

melakukan goyangan erotis mereka akan mendapatkan popularitas dan

pundi-pundi uang yang melimpah. Selain itu mereka juga akan mendapat

tambahan uang melalui saweran yang diberikan oleh lelaki penomton

dangdut. Ketiga adalah Faktor lingkungan adalah semua benda dan materi

yang mempengaruhi hidup manusia seperti kesehatan jasmani dan

kesehatan rohani, ketenangan lahir dan batin. Lingkungan sosial adalah

berupa lingkungan rumah tangga, sekolah, dan lingkungan luar sehari-hari,

lingkungan sosial dan lingkungan masyarakat.

Biduan (Candoleng-doleng) yang berada dilingkungan yang terbiasa

melakukan goyangan erotis dan terlihat lebih menjanjikan penghasilan


yang berlebih membuat pola pikir dan kebiasaan yang menjerumuskan si

biduan (Candoleng-doleng) dangdut untuk tampil sama seperti orang-

orang yang berada disekitarnya.

Pada prinsipnya perilaku seseorang dapat berubah dan bergeser bisa

dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Seseorang bertindak atau berbuat

kejahatan adalah didasarkan pada proses antara lain :

1. Tingkah laku itu dipelajari.

2. Tingkah laku kriminal dipelajari dalam hubungan komunikasi.

3. Tingkah laku kriminal dipelajari dalam kelompok pergaulan yang

intim.

E. Pornografi dan Pornoaksi di Indonesia

Di Indonesia memang dalam konteks melakukan perbuatan pornografi

tindakan erotis dan lain-lain yang sejenisnya dengan hal itu, secara politik

hukum telah diatur dalam KUHP, demikian pula dalam konteks

perlindungan anak dari tindakan pornografi dan pornoaksi ketentuannya

sudah diakomodasi dalam Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA).

Hal lain, dari pengamat ada yang berpandangan Indonesia membutuhkan

suatu undang-undang yang disebutnya sebagai “UU Distribusi”, suatu

undang-undang yang dapat memberikan perlindungan bagi kaum agamis

dari pornografi dan pornoaksi, sebaliknya adanya hak masyarakat

orangtua-kelompok “perjuangan hidup, berjuang untuk hidup” untuk


mendapatkan bacaan dan tontonan softcorepornography yang diatur dalam

UU Distribusi tersebut.

Menurutnya bila ini ada, tidak perlu lagi Undang-Undang Anti

Pornografi dan Anti PornoaksiPada pandangan yang lain dari bagian besar

masyarakat kita berpendirian undangundang pornografi diperlukan karena

selain undang-undang yang telah ada belum memiliki materi yang cukup

lengkap dalam memberikan jaminan sanksi pidana kepadamereka yang


23
melakukan tindakan pornografi dan pornoaksi. Selain itu kenyataan

yangdapat kita lihat dan temukan, perkembangan bahaya kerusakan moral

bangsa yang antara lain diakibatkan oleh pengaruh asusila sudah demikian

mengkhawatirkan.Hal lain juga bahwa spirit dari Konstitusi Negara

Indonesia yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal

yang terkandung di dalamnya jelas bangsa Indonesia merupakan

masyarakat yang berpegang teguh terhadap nilai-nilai ajaran agama selain

nilai-nilai luhur dari budaya.

Dalam hal ini dikemukakan oleh salah seorang anggota Dewan

Perwakilan Rakyat dari Fraksi PKS, Al Muzzamil Yusuf yang menilai

penolakan RUU Pornografi adalah bentuk kekeliruan berfikir, yakni 5

(lima) kekeliruan berfikir : Pertama, melupakan nilai-nilai agama yang

diagungkan Pancasila. Sila Pertama jelas mengagungkan aturan moral

23
Andi Hamzah Pornografi Dalam Hukum Pidana Indonesia Suatu Studi
Perbandingan, Bina Mulia, (Jakarta 1987) hlm 67
luhur yang diajarkan agama. Kedua, melupakan amanat UUD 1945 yang

menyatakan pendidikan nasional bertujuan meningkatkan iman, takwa dan

akhlak mulia dalam rangka pencerdasan bangsa. Ketiga, meremehkan

upaya penyelamatan generasi muda dan anak-anak. “Fakta menunjukkan

siapapun pelakunya, apapun bentuk pornografi, yang paling dirugikan

adalah remaja dan anak-anak.” Keempat, belum siap berdemokrasi karena

tidak menghormati proses pembahasan RUU tersebut. “Panja sudah

banyak bertoleransi mengurangi dan menyesuaikan RUU dengan aspirasi

yang masuk, namun seakan-akan RUU itu baru bagus kalau seluruh ide

mereka (maksudnya yang menolak) diterima”. Kelima, lebih terinspirasi

mewakili ide kebebasan Barat, padahal jelas-jelas ide kebebasan Barat itu

telah gagal melindungi masyarakatnya dari bahaya pornografi.24

Sebagaimana kita ketahui sistem ketatanegaraan Republik Indonesia

adalah sebagai “negara hukum” yang berdasarkan Pancasila yaitu negara

yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, negara yang menjunjung tinggi

nili-nilai akhlak mulia dan negara yang berkepribadian luhur. Negara

Republik Indonesia sebagai negara hukumyang berdasarkan Pancasila,

negara yang Berketuhanan Yang Maha Esa, memiliki nilai-nilai tersebut

yang wajib diwujudkan dalam hidup dan kehidupan setiap

warganegaraIndonesia. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan

Reupublik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) Pasal 29 ayat (1),

bahwa “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.


24
Atmadi, Bunga Rampai (Catatan Pertumbuhan dan Perkembangan Sistem Pers
Indonesia), Pantja Simpati, (Jakarta,2001) hlm 98
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian Hukum

Normatif. Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum

doktrinal. Pada penelitian hukum seperti ini, seringkali hukum

dikonsepkan sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-

undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau

norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang dianggap pantas.


25
Sistem norma yang dibangun adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah

dari peraturan perundangan, putusan pengadilan, peranjian, serta doktrin 26.

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memberikan argumentasi

hukum sebagai dasar penentu apakah suatu peristiwa telah benar atau salah

serta bagaimana sebaiknya peristiwa itu menurut hukum. Konsep ini

memandang hukum sebagai suatu sistem normatif yang bersifat mandiri,

tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat yang nyata. 27Penelitian

hukum normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang merujuk pada

Undang-Undang. Penelitian yang akan dibahas ini dapat dimasukkan ke

dalam kategori penelitian hukum normatif, karena

penelitianini membahas Pertunjukkan tarian erotis yang bertentangan

dengan Undang-Undang No.44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan

pornoaksi.

B. Pendekatan Penelitian

25
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004, hlm.102.
26
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Cetakan IV, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007, hlm.33
27
Ibid, hlm. 36.
Penelitian dengan jenis normatif pada hakekatnya menunjukkan pada

suatu ketentuan , pendekatan penelitian dilakukan agar peneliti mendapatkan

informasi dari berbagai aspek untuk menemukan isu-isu yang akan dicari

jawabannya, adapun pendekatan dalam penelitian ini yaitu :

1. Pendekatan Undang-Undang atau pendekatan yuridis(Statute

Approach)yaitu penelitian terhadap produk-produk hukum . Pendekatan

Perundang-undangan ini dilakukan untuk menelaah semua undang-undang

dan regulasi yang berkaitan dengan penelitian yang akan di teliti.

Pendekatan perundang-undangan ini akan membuka kesempatan bagi

peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara satu

undang-undang dengan undang-undang yang lain.28

2. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)beranjak dari pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum,

sehingga melahirkan pengertian hukum dan asas-asas hukum yang relevan

dengan permasalahan yang dihadapi.29

3. Pendekatan Kasus(Case Approach)yaitu dengan mempelajari penerapan

norma serta kaidah hukum dalam praktek hukum. Pendekatan kasus

dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang

berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan

yang telah mmpunyai kekutan yang tetap.30

C. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Jhony Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang :


28

BayumediaPublishing, 2006, hlm. 300.


29
Ibid.
30
ibid
Sumber yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sumber primer

dan sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

peneliti dari sumber-sumber yang telah ada, berupa :

1. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai kekuatan

hukum mengikat sebagai bahan utama dalam penelitian ini. Bahan

hukum primer dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 44

Tahun 2008 Tentang Pornografi dan pornoaksi.31

2. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh melalui

studi kepustakaan, yaitu dengan menelaah literatur, artikel, jurnal-

jurnal hukum, skripsi serta peraturan perundang-undangan yang

berlaku

D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Adapun teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Dokumenter, adalah mengumpulkan bahan hukum yang sesuai

dengan penelitian

b. Studi pustaka penelusuran bahan-bahan hukum dengan cara

membaca, seperti buku-buku, majalah, jurnl dan karya para pakar,

mendengarkan dan penelusuran melalui internet.

E. Teknik Analisis Bahan Hukum

Dalam penelitian ini setelah bahan hukum terkumpul maka bahan

hukum tersebut dianalisis untuk mendapatkan konklusi , bentuk dalam

31
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Pena Media Group, 2015,
hlm. 195
teknik analisis bahan hukum adalah content analy. Sebagaimana yang

diketahui bahwa dalam penelitian normatif tidak diperlukan data untuk

kemudian dilakukan analisis terhadap sesuatu yang ada di balik data

tersebut. Dalam analisis bahan hukum jenis ini dokumen atau arsip yang di

analisis disebut dengan istilah “teks”. Content Analysis menunjukkan pada

metode analisis yang integratif dan secara konseptual cenderung diarahkan

untuk menemukan ,mengidentifikasi ,mengolah dan menganalisis bahan

hukum unuk memahami makna , signifikansi dan relevansinya.32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

32
Soerjono Soekanto, Op,Cit,hlm. 42.
Penegakan Hukum Terhadap Tarian Erotis Candoleng-Doleng Menurut
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi Dan Pornoaksi

Penegakan hukum adalah proses yang dilakukan demi

tercapainya atau tegaknya hukum dan berfungsinya norma-norma hukum

dalam berperilaku bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum

diperlukan agar norma-norma masyarakat yang telah dibuat dan

diformulasikan dalam bentuk peraturan-peraturan perundang-undangan

bisa berjalan baik tanpa ada pelanggaran yang bisa mengganggu jalanya

norma-norma hukum tersebut. Menurut Sacipto Rahardjo, penegakan

hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan

hukum (yaitu pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang

dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum) menjadi kenyataan33.

Subtansi dari penegakan hukum adalah cara yang digunakan

untuk menjamin berjalanya norma-norma hukum agar bisa menciptakan

ketentraman dan kedamaian hidup bermasyarakat. Keberhasilan

penegakan hukum bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor ini

bisa saling berkaitan demi menjamin terciptanya penegakan hukum yang

benar-benar bersih tanpa tebang pilih. Faktor-faktor tersebut antara lain

adalah:34

a. Hukum (undang-undang)

33
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru: Bandung, 1983. Hlm.
24.,
34
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja
Grafindo Persada, 1983, Hlm. 5.
b. Penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum

c. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

d. Masyarakat, yakni dimana hukum tersebut diterapkan

e. Faktor kebudayaan, sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang

didasarkan dalam pergaulan hidup.

Berbicara mengenai penegakan hukum khususnya terkait

masalah tarian erotis candoleng-doleng, memang tidak bisa kita pungkiri

dan menutup mata bahwa panggung hiburan saat ini banyak sekali

menampilkan tarian-tarian yang bernuansa erotis, salah satu contohnya

yaitu tarian erotis candoleng-doleng yang sejak sekitar tahun 2005 telah

banyak di perbincangkan oleh masyarakat luas, khususnya di daerah

Sulawesi selatan dan Sulawesi tenggara. Pertunjukan tarian erotis

candoleng-doleng ini bukanlah adat budaya asli masyarakat Sulawesi

khususnya masyarakat bugis, tetapi tarian erotis candoleng-doleng ini

sering di gelar dalam acara-acara pernikahan di dalam masyarakat bugis.

Begitupun juga halnya dengan masyarakat bugis yang banyak

mendiami daerah di Sulawesi tenggara khususnya di kabupaten kolaka

timur. Hampir setiap kali menggelar acara pernikahan tarian erotis

candoleng-doleng ini selalu di tampilkan. Pertunjukan musik yang disertai

dengan tarian erotis candoleng-doleng ini sebenarnya hanyalah sebuah

istilah yang dalam bahasa Indonesia di artikan sebagai tergantung-

gantung. Istilah ini muncul karena banyaknya penyanyi elekton yang


melakukan tarian erotis sambil mempertontonkan bagian-bagian tubuhnya

saat beraksi di panggung.

Tarian erotis candoleng-doleng ini banyak sekali di gunakan

sebagai ajang pornografi dan pornoaksi hal ini dapat di lihat dengan

maraknya atraksi-atraksi exploitasi seks yang di lakukan oleh para

penyanyi pada setiap pertunjukan. ini di sebabkan oleh salah satunya yaitu

tuntutan hidup dalam masyarakat sehingga menyebabkan individu maupun

kelompok merasa perlu untuk bertahan hidup walaupun dengan cara yang

salah.

Tarian erotis candoleng-doleng yang menampilkan atraksi

panas di atas panggung dengan ciri khas pertunjukan musik yang disertai

dengan tarian erotis sebenarnya di kalangan masyarakat Kabupaten Kolaka

Timur bukan hal yang baru lagi, dan juga banyak mendapat kritikan dari

masyarakat karena mengekspos bagian tubuh secara berlebihan serta

bermakna melecehkan. Tetapi walaupun seperti itu kondisinya ternyata

banyak juga masyarakat yang dapat menerima dan menganggap itu adalah

bagian dari seni itu sendiri. Kendatipun yang dihadapi para aparatur

pemerintah seperti pemerintah desa, namun karya-karya seperti ini masih

tetap saja di terima serta tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat.

Jika ini terus menerus di biarkan, maka citra suatu daerah seolah-olah

hilang akibat masuknya pertunjukan musik tarian erotis candoleng-doleng.


1. Penegakan hukum tindak pidana pornografi dan pornoaksi dalam

kaitanya dengan tarian erotis candoleng-doleng

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk

tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai

pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara35. Sementara penegakan

hukum pidana sendiri merupakan upaya untuk tegaknya norma-norma

hukum pidana secara nyata.

Hukum pidana menurut Van Hammel adalah keseluruhan dasar

dan aturan yang dianut oleh negara dalam kewajibannya untuk

menegakkan hukum, yakni dengan melarang apa yang bertentangan

dengan hukum (onrecht) dan mengenakan suatu nestapa (penderitaan)

kepada yang melanggar tersebut36.

Penegakan hukum terhadap tarian erotis candoleng-doleng di

lakukan oleh Polsek Kolaka Timur yaitu di mulai dari tahap sebelum

penyidikan dilakukan, polisi ketika pertama kali menerima laporan atau

aduan dapat melakukan penyelidikan terlebih dahulu. Penyelidikan

dilakukan oleh penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa

yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukkan dapat atau tidaknya

dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang37.

35
Jimmly Asshiddiqie, Penegakan Hukum, dalam Jurnal Hukum Online, 2006,
http://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/pidana/article/download diunduh 26 September 2016, pukul
20:15.
36
Sudaryono & Natangsa Surbakti, 2005, Hukum Pidana, Surakarta: UMS Press.
Hal. 21
37
Pasal 1 angka 5 KUHAP
Dalam penegakan hukum tarian erotis candoleng-doleng, penyidik

Polsek kolaka timur mengadakan penyidikan berlandaskan Undang-

Undang Pornografi serta hukum acara pidana pada umumnya. Ada

beberapa tahap kegiatan yang harus dilakukan penyidik untuk

mengungkap suatu kasus pornografi dan pornoaksi khususnya yang terkait

tentang tarian erotis candoleng-doleng.

Setelah diketahui adanya tindak pidana pornografi, maka polisi

meningkatkan dari status penyelidikan menjadi penyidikan untuk

menemukan tersangkanya. Penyidikan dilakukan oleh penyidik dalam hal

dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang

tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya38.

Oleh karena yang dimaksud dengan tindakan penyidikan itu

merupakan serangkaian tindakan upaya paksa antara lain dimulai dari

tindakan pemanggilan dan pemeriksaan saksi, tersangka, ahli,

penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan dan lain-lain. Untuk

itu sejak saat penyidik mulai melakukan salah satu tindakan upaya paksa,

maka penyidik wajib segera mengirimkan SPDP kepada penuntut umum

disertai lampiran berupa laporan polisi/surat pengaduan. Hal ini dilakukan

bertujuan untuk hubungan koordinasi fungsional antara penyidik dan

38
Pasal 1 angka 1 KUHAP jo. Pasal 1 angka 2 Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia No. 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana. Lihat juga,
Tindakan Penyidikan, HMA Kuffal, 2010, Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum, Malang:
UMM Press. Hal. 173.
penuntut umum antara lain dilakukan dalam bentuk komunikasi dan

konsultasi39.

Menurut salah seorang anggota Polsek kolaka timur, bahwa untuk

tindak pidana pornografi dan pornoaksi yang terkait tentang tarian erotis

candoleng-doleng di wilayah hukum polsek kolaka timur jarang sekali

mendapatkan laporan mengenai perkara tersebut. Terakhir Polres kolaka

timur menangani kasus pornografi dan pornoaksi yaitu sekitar tahun 2010,

itupun bukan terkait tentang tarian erotis candoleng-doleng40.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dari tahun 2010

hingga sekarang di Polsek kolaka timur tidak pernah menangani kasus

pornografi dan pornoaksi terkait tarian erotis candoleng-doleng, namun

begitu kasus tarian erotis candoleng-doleng tidak bisa di katakana bahwa

tarian erotis candoleng-doleng di kolaka timur sudah tidak ada lagi.

Meskipun tidak diketahui pasti amgkanya, namun tindak pidana

pornografi dan pornoaksi terkait tentang tarian erotis candoleng-doleng di

kolaka timur pernah terjadi ditengah masyakat.

Ini di sebabkan karena ketika masyarakat ingin mengadakan

hajatan, contohnya hajatan pernikahan, otomatis mereka harus meminta

izin kepada pihak kepolisian. Sebenarnya pihak kepolisian sudah

menghimbau kepada masyarakat agar ketika mereka melakukan hajatan

tidak menampilkan tarian erotis candoleng-doleng. tetapi yang terjadi

kadang tarian erotis candoleng-doleng tetap di tampilkan, dan tarian erotis


39
Ibid, hal. 174
40
Hasil Wawancara dengan anggota personil polsek kolaka timur pada tgl 3 januari
2021
ini di tampilkan pada tengah malam di mana pihak kepolisian sudah

pulang setelah mereka melakukan patroli.41

Belakangan ini banyak bermunculan band dangdut dan jenis musik

lainnya yang mempunyai ciri khas musik tersendiri. Hal ini menjadi faktor

munculnya persaingan tidak sehat antara band dangdut dan jenis musik

lainnya, sehingga untuk mempertahankan nilai jual dan daya tarik band

dangdut tersebut dilakukan beberapa terobosan-terobosan baru yaitu

dengan menampilkan dan memberikan suguhan yang terlihat fulgar seperti

memakai pakaian yang minim bagi biduannya, bergoyang erotis, dan

adanya saweran yang menjadi ciri khas khusus dari tarian erotis

candoleng-doleng.

Hiburan tarian erotis candoleng-doleng merupakan salah satu

hiburan yang mudah diterima semua kalangan masyarakat. Namun

disadari atau tidak disadari apabila hiburan tarian erotis candoleng-doleng

yang disuguhkan oleh group band dangdut tersebut menyuguhkan

penyanyi yang bergoyang erotis, memakai pakaian minim, dan saweran,

maka baik group band dangdut maupun penyanyi dangdut koplo tersebut

telah melakukan perbuatan tindak pidana pornoaksi dan melanggar

undang-undang yang telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 44

Tahun 2008 tentang Pornografi dan juga melanggar estetika kesenian,

karena dengan saweran di dalam musik dangdut dapat terjadi perubahan

dari keaslian/originalitas (pure art) musik dangdut sendiri.

41
Hasil wawancara dengan personil anggota sabhara polsek kolaka timur tgl 3
januari 2021.
Dilihat dari aspek hukum, penyanyi tarian erotis candoleng-doleng

tidak terlepas dari tindak pidana pornoaksi, karena sudah memenuhi unsur-

unsur yang terdapat dalam Pasal 10 dan Pasal 36 Undang-Undang Nomor

44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Dalam hal ini agar penanganan

terhadap pelanggaran tindak pidana pornoaksi tersebut, masyarakat

seharusnya juga dapat berperan serta dalam melakukan pencegahan

terhadap perbuatan, penyebarluasan, dan tindak pidana pornoaksi seperti

yang tercantum dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008

tentang Pornografi. Masyarakat dapat memulainya dari lingkungan

sekitarnya terlebih dahulu, agar pelanggaran pornoaksi dan juga memuat

pelanggaran kesusilaan ini tidak menyebar luas serta tidak dapat terulang

kembali pelanggaran-pelanggaran tindak pidana pornoaksi tersebut.

Berdasarkan ketentuan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 44 Tahun

2008 tentang Pornografi, maka biduan yang mempertontonkan goyangan

atau tarian yang mengeksploitasi tubuhnya telah memenuhi unsur pasal 10

Undang-Undang Nomor 44 Tahum 2008 tentang Pornografi. Apalagi

unsur mempertunjukan di muka umum, karena sudah barang tentu

pertunjukan dangdut mengundang penonton dan dilihat oleh masyarakat

umum.

Adanya Undang-Undang Pornografi seharusnya membuat dangdut-

dangdut yang menampilkan tarian erotis seperti tarian erotis candoleng-

doleng yang ada di daerah-daerah seharusnya dicekal. Dicekal dalam arti

bukan dangdut nya yang dicekal, melainkan dangdut yang


mempertontonkan pakaian ataupun goyangan yang menonjolkan

eksploitasi seksual. Akan tetapi dalam penerapannya masih ada di

beberapa daerah dimana dangdut masih eksis dan masih menjadi

primadona sebagai hiburan rakyat sekalipun melanggar norma kesusilaan

dan Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.

2. Faktor-faktor penghambat penegakan hukum pornografi dan

pornoaksi dalam kaitanya tarian erotis candoleng-doleng.

Beberapa faktor penghambat yang timbul ketika adanya

pertunjukan dangdut yang menampilkan tarian erotis seperti tarian erotis

candoleng-doleng yang menampilkan atau mempertontonkan goyangan

erotis adalah bagaimana atau apa upaya dari pihak kepolisian dalam

menyikapi fenomena tersebut. Maraknya dangdut yang menampilkan

biduan, dan biduannya mempertontonkan goyangan erotis dapat

disimpulkan bahwa belum maksimalnya penanganan dari pihak kepolisian

sebagai aparatur Negara. Maka dari itu penulis melakukan wawancara

dengan pihak Polsek Kolaka Timur.

Ketika penulis melakukawan wawancara dengan salah satu anggota

Satreskrim di Polsek kolaka timur, beliau mengatakan bahwa ketika pihak

penyelenggara /pembuat acara akan membuat hajatan seperti pesta

pernikahan dll, maka otomatis pihak pembuat acara akan meminta izin

dari pihak kepolisian. Pada momen tersebutlah pihak kepolisian pasti

memberikan himbauan dan informasi untuk menampilkan pertunjukan


yang sopan dan tidak melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat

seperti norma agama dan norma kesopananan karena pertunjukan dangdut

pasti rawan untuk menampilkan biduan-biduan yang seksi di atas

panggung.42

Akan tetapi tidak bisa dipungkiri dangdut yang menampilkan

biduan seksi yang justru menarik perhatian masyarakat, dan pihak

kepolisian tidak bisa selalu memantau setiap pertunjukan dimana dalam

beberapa kasus pihak kepolisian hanya berfokus untuk menjaga keamanan

dalam rangka mengantisipasi potensi kericuhan. Apalagi ditambah dengan

tidak adanya laporan dari masyarakat membuat polisi tidak bisa

mengambil tindakan karena tidak ada kerugian ataupun pihak yang

dirugikan akibat dari penyelenggaraan hajatan yang menampilkan dangdut

dengan tarian erotis tersebut, dan tidak setiap adanya hajatan pesta

pernikahan dll yang menampilkan tarian erotis candoleng-doleng ada

pihak polisi yang mengawasi di tempat, Sehingga selama tidak ada laporan

dari pihak masyarakat ataupun temuan langsung dari petugas yang ada di

tempat, maka pihak Kepolisian tidak bisa bertindak untuk menangkap

pihak penyelenggara dengan dasar adanya pertunjukan pornografi dan

pornoaksi.43

Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa dimana ketika pihak

kepolisian ingin menindak pertunjukan dangdut yang menampilkan tarian

erotis candoleng-doleng, harus melihat segi kearifan lokal. Tidak bisa

42
Hasil Wawancara dengan anggota Satreskrim Polsek Kolaka Timur
43
Hasil Wawancara dengan Anggota Satreskrim Polsek Kolaka Timur.
dipungkiri bahwa pertunjukan dangdut tetaplah sebuah pertunjukan seni

yang menghibur masyarakat walaupun ada beberapa penyimpangan seperti

tarian yang mempertontonkan goyangan erotis candoleng-doleng.

Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat dari penegakan

hukum tarian erotis candoleng-doleng diwilayah hukum Polsek Kolaka

Timur adalah sebagai berikut :

a) Faktor biduan /penari erotis itu sendiri.

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah merupakan wadah yang sangat baik untuk

membentuk watak dan moral seseorang, yang mana semua itu di

dapatkan di dalam dunia pendidikan. Tapi tidak tertutup

kemungkinan seseorang yang melakukan kejahatan tersebut

adalah orang-orang yang mempunyai ilmu yang tinggi dan

mengecap dunia pendidikan yang tinggi pula. Pendidikan

merupakan faktor yang penting guna memberi wawasan akan

norma-norma dan nilai-nilai adat serta agama yang tidak boleh

dilarang yang salah satunya adalah dilarang melakukan

perbuatan asusila, contohnya dangdut dengan tarian erotis.

b. Faktor ekonomi

masalah ekonomi adalah faktor yang paling klasik, karena

setiap orang pada dasarnya ingin mendapatkan materi yang

berlimpah dengan cara yang mudah dan dalam waktu yang

singkat. Pemikiran tersebutlah yang menjadi alasan para biduan


dangdut melakukan goyangan erotis candoleng-doleng, karena

dengan melakukan goyangan erotis mereka akan mendapatkan

popularitas dan pundi-pundi uang yang melimpah. Selain itu

mereka juga akan mendapat tambahan uang melalui saweran

yang diberikan oleh lelaki penonton dangdut dengan tarian

erotis ini.

b) Faktor aparat penegak hukum

Salah satu keberhasilan dalam penegakan hukum adalah

mentalitas kepribadian dari penegak hukumnya. Hal ini dikarenakan

apabila penegak hukum memiliki sikap yang profesional dan

bermoral baik maka tentu saja akan menegakan hukum dengan baik

dan sempurna. Begitu juga sebaliknya, apabila penegak hukum tidak

memiliki sikap yang profesional, maka tentu saja kaidah hukum

tersebut tidak dapat ditegakan dengan sebagaimana mestinya, Yang

menjadi kelemahan dari penegakan hukum pornografi dan pornoaksi

terkait tentang tarian erotis candoleng-doleng adalah terbatasnya

jumlah personil aparat penegak hukum dibanding dengan luas

wilayah dari Kolaka Timur.

c) Faktor lingkungan masyarakat/kesadaran masyarakat

Dalam hal ini yang penting adalah kesadaran hukum

masyarakat, semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat, semakin

baik pula penegakan hukum. Sebaliknya semakin rendah tingkat

kesadaran hukum masyarakat, maka semakin sulit melaksanakan


penegakan hukum yang baik. Yang dimaksud dengan kesadaran

hukum itu, antara lain, adalah pengetahuan tentang hukum,

penghayatan fungsi hukum, ketaatan terhadap hukum. Untuk

kesadaran hukum pada masyarakat kolaka timur terkait hukum

pornografi dinilai masih rendah. Sebab masyarakat yang mengetahui

adanya tindak pidana pornografi dan pornoaksi terkait tentang tarian

erotis candoleng-doleng, cenderung tidak melaporkannya ke aparat

penegak hukum. Hal ini dikarenakan, karena warga masyarakat itu

sendiri secara tidak langsung maupun langsung menikmati tarian

erotis candoleng-doleng tersebut.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang penulis telah paparkan di atas, maka penulis

dapat menarik suatu kesimpulan yaitu bahwa bentuk penegakan hukum yang

telah dilakukan oleh pihak kepolisian khusunya Kepolisian Sektor Kolaka

Timur yaitu antara lain dengan menerapkan Undang-Undang Nomor 44

Tahun 2008 tentang Pornografi dan Pornoaksi. Namun upaya ini di anggap

belum sepenuhnya maksimal dijalankan, ini diakibatkan oleh beberapa faktor

yaitu : 1. Faktor Biduan/penari erotis itu sendiri yang meliputi : rendahnya

tingkat pendidikan para biduan penyanyi erotis candoleng-doleng, faktor

ekonomi dari para biduan yang mengharuskan mereka untuk melakukan

goyangan erotis sambil mempertontonkan bagian tubuh mereka yang

bertentangan dengan Undang-Undang.2. faktor aparat penegak hukum itu

sendiri. Yang di maksut disini adalah kurangnya/terbatasnya jumlah personil

yang ada di Polres Kolaka Timur.3. faktor lingkungan masyarakat, dalam

artian bahwa masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat Kolaka Timur

tentang Pornografi dan pornoaksi khusunya yang berkaitan dengan tarian

erotis candoleng-doleng.
B. Saran

Adapun yang menjadi saran penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Pihak kepolisian seharusnya selalu menghimbau dan mensosialisasikan

terhadap masyarakat tentang Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi

khususnya yang terkait tentang tarian erotis candoleng-doleng.

2. Di harapkan kepada pihak masyarakat untuk selalu berperan aktif dan

membantu melaporkan ataupun memberikan informasi kepada pihak

kepolisian, dalam memberantas pornografi dan pornoaksi dalam kaitanya

dengan tarian erotis candoleng-doleng.

3. Memberikan sanksi tegas baik terhadap penyanyi yang menari erotis,

maupun terhadap tempat penyelenggara serta pemilik usaha (group band

dangdut) yang menyediakan penyanyi erotis dalam setiap pementasannya

agar memberikam efek jera dan tidak ada muncul lagi di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai