Anda di halaman 1dari 3

Nama : Othniel Haziel Surya Maskilo

NPM : 2206093931
Mata kuliah : MPKT
Dosen pengampu : Mohamad Luhur Hambali, S.I.A., M.A

”NORMA KESUSILAAN SEBAGAI BATASAN PORNOGRAFI MENURUT UNDANG-


UNDANG NO. 44 TAHUN 2008”
Berdasarkan Teks karya Hwian Christiano yang berjudul ”NORMA KESUSILAAN
SEBAGAI BATASAN PORNOGRAFI MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 44 TAHUN
2008” Perkembangan jaman yang semakin maju dan berkembang semakin canggih seiring
berkembangnya jaman membawa pengaruh negatif bagi bangsa Indonesia terutuma bagi kepribadian
bangsa Indonesia, dimana kemudahan informasi dan komunikasi media elektronik semakin mudah
diakses oleh semua kalangan yang menyebabkan menjadi seakan tidak ada Batasan atau tembok
pembatas bagi masyarakat untuk menikmati segala informasi yang ada dan beredar, sebagai contoh
beredarnya video atau foto porno disegala media baik cetak ataupun elektronik yang bisa diakses oleh
segala kalangan dari berbagai umur.
Akibat dari hal ini bangsa Indonesia mulai tanggal 26 november 2008 memiliki undang-
undang baru yang mengatur masalah kesusilaan, undang-undang ini disebut juga sebagai undang-
undang pornografi yaitu “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang
Pornografi”. Berdasarkan Pasal 3 dari UU ini bertujuan untuk mewujudkan dan memelihara
kehidupan masyarakat agar sesuai dengan kesusilaan, memberikan jaminan hukum dan perlindungan
bagi masyarakat terutama bagi anak dan perempuan agar terlindung dari pornografi, mencegah
berkembangannya pornografi dan seks komersial di masyarkat, melindungi segala nilai-nilai luhur
dan ritual keagamaan masyarakat indonesia yang beragam.
Di sisi lain sebagian masyarakat Indonesia memandang negatif dengan adanya undang-
undang pornografi ini karena sebagian masyarakat merasa dianggap mengekang kebebasan berekpresi
mereka yang hakekatnya adalah hak asasi manusia dan tidak menghargai kebudayaan bangsa
Indonesia yang beragam. Dalam pernyataan tersebut yang disebut sebagai kebudayaan adalah berupa
tata upacara, berpakaian dan kebiasaan yang dinilai sebagai perbuatan pornografi berdasarkan UU
Pornografi.
Agar tidak adanya kesalahan pahaman dan menghindari kesalahan pahaman tersebut
mengenai hukum pornografi ini maka pemahaman mengenai konsep ini perlu diketahui mengenai
pengertian dan peranan yang mendalam dalam merumuskan pidana dari UU ini seperti ruang lingkup,
perbuatan pornografi, dan tentunya Batasan dalam menentukan ketentuan hukum pornografi tersebut
agar tidak adanya kesalahan pahaman dari berbagai pihak termasuk masyarakat dalam menerapkan
hukum pornografi. Namun dalam perumusan nya UU Pornografi dipenuhi dengan dua pihak yaitu pro

1
dan kontra dalam proses perumusannya, pertentangan dua kelompok ini berasal dari pemahaman atas
sebuah nilai standar yang digunakan dalam menentukan sebuah Tindakan atau objek yang bisa disebut
sebagai perbuatan pornografi.
karena bangsa Indonesia terdiri dari masyarakat yang berasal dari beragam latar ras, budaya
ataupun adat. Tentunya akan ada pemahaman berbeda mengenai ukuran dari pornografi tersebut
berbeda-beda mengenai apakah perbuatan tersebut melanggar atau tidaknya. Tentunya akan ada
perbedaan pemahaman antar satu kelompok masyarakat dengan kelompok lain, perbedaan ini dapat
terjadi karena banyak faktor yang ada, faktor tersebut dapat berasal dari budaya, kebiasaan atau aturan
adat suatu masyarakat yang dapat mempengaruhi pemahaman apakah perbuatan tersebut melanggar
atau tidak perbuatan pornografi.
Dalam UU Pornografi masih terdapat beragam permasalahan yang membuat polemik
dimasyarakat, dimana membuat Sebagian masyarakat menjadi kontra akan terbentuknya UU
Pornografi ini, permasalahan tersebut membuat kesalahan pahaman dimasyarakat karena kurang tegas
atau jelasnya UU Pornografi tersebut memberikan Batasan mengenai Batasan pornografi tersebut
sebagai contoh pada pasal 1 UU No. 44 Tahun 2008, tidak dijelaskan dengan tegas apa penentun atau
apa yang disebut norma kesusilaan bagaimana atau tidaknya perbuatan pornografi tersebut dalam
penerapan norma kesulilaan. Dengan demikian ini menimbulkan polemik ditengah masyarakat
bagaimana sebuah norma kesusilaan menilai ada atau tidaknya berbuatan atas atau objek dari
pornografi itu.

2
Daftar Pustaka
-Hwian Christianto. ”NORMA KESUSILAAN SEBAGAI BATASAN PORNOGRAFI MENURUT
UNDANG-UNDANG NO. 44 TAHUN 2008” (2010) 1-3
Undang-Undang
-UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG
PORNOGRAFI

Anda mungkin juga menyukai