Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU KEJAHATAN KESUSILAAN

BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DAN UNDANG-


UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

DI SUSUN OLEH

ANDRE YOHANES EDWALDO

B10020412

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur atas Kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “
Penerapan sanksi pidana terhadap pelaku keasusilaan berdasarkan kitap Undang Undang
hukum pidana dan UU no 44 tahun 2008 tentang Pornografi ”. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kategori sempurna, oleh karena itu penulis
dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan tugas yang akan datang.
penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dalam penambahan materi ini, langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan tugas ini

Jambi, 13 Oktober 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................4
1. Latar Belakang..............................................................................................4
2. Rumusan Masalah........................................................................................4
BAB II........................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pengaturan tindak pidana pornografi dalam sistem hukum di Indonesia diawali pada
pengaturan tindak pidana, diikuti dengan tindak pidana pornografi, dan diakhiri dengan
hakikat pengaturan tindak pidana pornografi. Tindak pidana pornografi dalam sistem hukum
pidana Indonesia antara lain diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
sebagai kejahatan terhadap kesusilaan yang telah diatur dalam Pasal 281 dan Pasal 282.
Secara khusus pornografi diatur dalam Undang-Undang Pornografi Nomor 44 Tahun 2008
yang mengatur tentang tindak pidana pornografi yang merupakan tindak pidana kejahatan.
UndangUndang Nomor 19 Tahun 2016 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi (UU ITE), khususnya dalam penggunaan internet
menyinggung masalah pornografi tapi terkait pada muatan yang melanggar kesusilaan.
Terdapat sanksi terhadap tindak pidana pornografi baik pidana pokok maupun pidana
tambahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku "Kejahatan atau tindak pidana selalu ada
dan melekat pada masyarakat, salah satu upaya pencegahan dan pengendalian kejahatan
ialah dengan memberikan sanksi kepada pelakunya berupa pemidanaan. Sanksi adalah
merupakan alat pemaksa atau pt;ndorong atau jaminan agar norma hukum ditaati oleh
setiap orang dan merupakan akibat hukum bagi seseorang yang melanggar norma hukum,
dengan demikian sanksi dapat sekaligus merupakan alat preventif, dan daiam hal telah
terjadi suatu pelanggaran norma ia menjadi alat represif. Sanksi pidana merupakan sanksi
yang lebih berat dibandingkan jenis sanksi lain seperti sanksi administrasi dan sanksi
perdala. Penentu sanksi pidana didasarkan pada benar-benar diperlukan adanya alat
pemaksa (pamungkas) tertinggi {ultimatum remedium) untuk menjamin suatu norma. Oleh
karena itu, hukum pidana dapat disebut sebagai benteng dari hukum".

Maraknya masalah pornografi dan pornoaksi banyak mendapat tanggapan dari berbagai
pihak, ada yang pro dan ada yang kontra, juga rencana pemerintah untuk membuat
Undang-undang tentang pornografi telah terwujud dan disahkan dengan sidang Paripurna
DPR pada tanggal 30 Oktober 2008 yaitu dengan terbitnya Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Kejahatan pornografi di bidang
kesusilaan sudah diatur dan tercantum dalam pasal 281 dan 282 Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP). pornografi yang memberikan pengaruh buruk terhadap moral dan
kepribadian luhur bangsa Indonesia sehingga mengancam kehidupan dan tatanan sosial
masyarakat Indonesia. Berkembangnya pornografi di tengah masyarakat juga
mengakibatkan tindak pidana pornografi yang berakibat kepada rusaknya moral generasi
muda. Dalam era globalisasi pengakuan akan hak azasi manusia mulai memasyarakat. Bagi
Indonesia yang kini sedang dalam era reformasi, pelaksanaan hak azasi manusia merupakan
masalah tersendiri. Nilai sosial yang selama ini diutamakan bergeser pada nilai individual.
Bagi remaja yang sedang dalam mencari identitas diri dan penyesuaian sosial, situasi ini
merupakan titik kritis. Bukan tidak mungkin hal ini akan berakibat terjadinya konflik
kejiwaan pada sebagian remaja. Remaja akan merasakan adanya nilai kekolotan pada orang
dewasa dan nilai inovatif atau pembaharuan pada generasinya. Kemajuan media elektronik
yang sedang melanda saat ini membuat remaja menyerbu kenikmatan memutar VCD dan
internet dengan tayangan yang kurang mendidik, termasuk tayangantayangan porno
melalui VCD atau alat elektronik lainnya. Teknologi informasi sangat besar pengaruhnya
terhadap semua aspek dan perilaku dalam kehidupan masyarakat, misalnya masalah
kesusilaan, dahulu orang membicarakan masalah seks dianggap sebagai hal yang tabu,
namun sekarang ini masalah seks telah dibahas secara ilmiah dalam ilmu seksiologi.
"Kejahatan kesusilaan ini juga tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi melalui proses pelecehan
yang pada mulanya dianggap biasa, yang pada akhimya bermuara pada kejahatan.
Pelecehan seksual adalah penyalahgunaan hubungan perempuan dan laki-laki yang
memgikan salah satu pihak (karena dilecehkan maka direndahkan martabatnya).
Merendahkan martabat sesama ini dalam kehidupan masyarakat dewasa ini sangat sukar
dilihat, sebab dikemas dengan berbagai, tradisi, ajaran agama, kehendak politik, ekonomi
yang semuanya ini "dimitoskan". Kemasan-kemasan itu sendiri diberi "label" budaya
Indonesia, maka masuk akal apabila banyak orang tidak dapat melihat isi yang ada dalam
"kemasan". Oleh karena itu memerlukan analisis untuk membedah kemasan-kemasan
sehingga makin jelas permasalahannya. Melalui budaya, masyarakat dikonstmksikan secara
gender:
1. Pembagian kerja: perempuan kerja feminim (ringan, teliti, rapi dan sebagainya).
2. Stereotip: perempuan diberi "label" feminim, laki-laki diberi "label" maskulin.
3. Ruang lingkup kegiatan: perempuan domestik, laki-laki publik.
4. Fungsi: perempuan berfungsi reproduksi, laki-laki produksi.
5. Tanggung jawab pemberi nafkah: laki-laki pencari nafkah utama, perempuan pencari
naflcah tambahan".

2. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimanakah bentuk-bentuk kejahatan melanggar kesusilaan berdasarkan


Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2008 tentang Pomografi?

b. Bagaimanakah penerapan sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan


kesusilaan?

c. Bagaimana penyelesaian terhadap Kasus tindak pidana Pornografi ?

Anda mungkin juga menyukai