Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spektrofotometri IR (infrared) merupakan salah satu metode spektrofotometri yang
didasarkan kepada penyerapan panjang gelombang inframerah. Terdapat 2 jenis
instrumentasi dari spektrofotometer IR yaitu instrumentasi dispersif (konvensional) dan
spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infra Red Spectrometer). Dalam spektroskopi
infra merah, spektrum yang dihasilkan menunjukkan informasi kualitatif dari suatu
senyawa dengan cara melewatkan sinar infra merah pada sampel yang kemudian diukur
fraksi radiasi yang terabsorpsi pada rentang panjang gelombang tertentu (Sari, 2011).
FTIR merupakan salah satu instrument yang menggunakan prinsip dari spektroskopi.
Menurut Mohamed et al (2017), spektrum infra merah yang dihasilkan oleh spektrometer
FTIR berada pada daerah 2,5 – 15 µm antara 4000 dan 666 cm-1. Energi transisi tersebut
sesuai dengan perubahan energi vibrasi untuk gugus fungsi yang berada pada daerah
4000-400 cm-1, oleh karena itu penyerapan pada frekuensi tersebut dapat digunakan
untuk menentukan gugus fungsional spesifik yang terdapat pada suatu senyawa. Secara
tipikal terdapat 4 daerah dimana jenis ikatan dapat dianalisis dari spektum FTIR yaitu
ikatan tunggal (O-H, C-H dan N-H) terdeteksi pada panjang gelombang yang besar
(2500-4000 cm-1). Untuk ikatan rangkap (triple dan double bond) terdeteksi pada panjang
gelombang 2000-2500cm-1 dan 1500-2000 cm-1.
Ilustrasi secara skematik dari komponen inti pada spektrofotometer FTIR dapat
dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Komponen dasar pada Fourier transform infrared spectrometer (FTIR)


(Mohamed et al, 2017)
Cara kerja dari spektroskopi inframerah adalah sinar infra merah dilewatkan pada
sampel, kemudian gelombang yang diteruskan oleh sampel tersebut akan ditangkap oleh
detektor yang terhubung ke komputer dan akan memberikan gambaran spektrum dari
sampel yang dianalisis. Suseno dan Firdaus (2008) menyatakan bahwa keunggulan dari
FTIR dibandingkan dengan spektroskopi inframerah diantaranya yaitu lebih cepat karena
pengukuran dilakukan secara serentak (simultan), serta mekanik optik lebih sederhana
dengan sedikit komponen yang bergerak.
Instrumen FTIR dapat digunakan untuk analisis kuantitaif dan kualitatif dan
merupakan salah satu teknik yang baik dalam proses identifikasi struktur molekul suatu
senyawa (Joshi, 2012). Ukuran kualitas susu secara kimiawi dapat ditunjukkan oleh
komposisi yang dikandung didalamnya seperti protein, lemak dan laktosa. Oleh karena
itu instrument FTIR ini digunakan untuk menganalisa komponen - komponen yang
terkandung dalam berbagai macam jenis produk susu.

1.2 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk menjelaskan prinsip dan mempraktekkan analisis
fingerprint komponen yang terkandung dalam sampel susu bubuk full cream, susu bubuk
tinggi kalsium rasa cokelat, MP-ASI dan susu bubuk cokelat dengan menggunakan
spektroskopi infra merah (FTIR).
II. METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2017 di Laboratorium Kimia
Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.
2.2 Bahan dan Alat
Bahan (sampel) yang digunakan adalah :
a. Susu bubuk full cream
b. Susu bubuk tinggi kalsium rasa cokelat
c. MP-ASI
d. Susu bubuk cokelat
Bahan Kimia :
a. Potassium bromide (KBr)
Alat yang digunakan antara lain :
a. Instrumen FTIR
b. Sample holder
c. Tisu lensa
d. Neraca analitik
e. Spatula
f. Agate mortar
2.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Nyalakan FTIR, CPU, monitor dan biarkan menyala selama 15-30 menit
b. Haluskan potassium bromida dengan agate mortar
c. Tempatkan sampel holder ke dalam FTIR dengan hati-hati dan kencangkan
dudukannya dengan memasangkan sekrup dan baut yang tersedia.
d. Ukur serapan KBr sebagai blangko terlebih dahulu dengan cara tepatkan bubuk KBr
yang dipadatkan dalam wadah sampel ke kompartmen sampel.
e. Atur posisi sampel holder agar sinar inframerah jatuh tepat ditengah-tengah bubuk
KBr
f. Klik “Measure” lalu klik “Background”, pada layar komputer akan tampilkan pola
serapan inframerah background
g. Campurkan masing-masing sampel (± 0,09 g) dengan potasium bromida (± 0,01 g)
kemudian gerus hingga campuran tersebut homogen.
h. Ambil sejumlah kecil sampel yang sudah dihomogenkan dengan KBr, ditempatkan ke
dalam tempat sampel dan dipadatkan dengan alat yang tersedia pada paket FTIR.
i. Scan pada bilangan gelombang 500-3000 cm-1.
j. Data yang diperoleh adalah kurva hubungan antara bilangan gelombang (pada sumbu
x) dan absorbansi atau transmitans (pada sumbu y)
k. Interprestasikan spektra yang diperoleh dengan bantuan tabel korelasi identifikasi
jenis ikatan dan gugus fungsionalnya

Anda mungkin juga menyukai