Anda di halaman 1dari 3

CASE STUDY 1

Perawat Puskesmas melakukan evaluasi dari hasil kunjungannya ke pemukiman dekat Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Ditemukan bahwa di pemukiman tersebut terdiri dari 50 KK, 15 ibu hamil dan
20 Balita. Dari hasil observasi ditemukan bahwa kebanyakan rumah di pemukiman tersebut terbuat dari
dinding bambu, lantai tanah, dan 70% masyarakatnya tidak memiliki jamban sendiri. Tampak halaman
rumah penduduknya kotor dan bau menyengat yang berasal dari lokasi TPA. Sampah hasil memulung
disusun di tanah kosong berjarak sekitar 25 meter dari pemukiman. Terdapat 2 sumur bor dan 3 kamar
mandi umum yang merupakan hasil donasi yayasan di daerah tersebut. Dari hasil wawancara ditemukan
bahwa kebanyakan masyarakat merasa tidak punya cukup waktu untuk membersihkan rumahnya,
karena kelelahan sehabis bekerja. Mereka juga mengatakan sudah terbiasa dengan bau sampah yang
berasal dari TPA. Pengkajian pada ibu hamil didapatkan bahwa 80% bumil jarang memeriksakan
kandungannya, terdapat 5 balita yang tidak lengkap imunisasi dasarnya. Ketika ditanyakan oleh petugas
kesehatan para ibu mengatakan tidak merasa perlu untuk memeriksakan kehamilannya karena tidak
sakit ataupun ada keluhan selama hamil. 20% anak-anak mengidap diare, 80% anak-anak tidak mencuci
tangan sebelum makan atau sesudah bermain, 80% anak-anak jarang menggunakan alas kaki ketika
bermain di lokasi pemukiman. Pekerjaan masyarakat di daerah tersebut 80% adalah pemulung dan
sisanya buruh kasar. Dari hasil survey ditemukan 40% masyarakatnya menderita Hipertensi, 20%
mengalami dermatitis kontak. 80% masyarakat di pemukiman tersebut mengatakan jarang
memeriksakan dirinya ketika sakit. Mereka mengatakan jarang ke Puskesmas karena kendala biaya dan
tidak memiliki waktu untuk ke Puskesmas. 70% masyarakat tidak memiliki asuransi kesehatan. Warga
yang mengalami hipertensi mengatakan tidak pernah melakukan pembatasan makanan ataupun
pembatasan dalam konsumsi garam.
CASE STUDY 2
Ny. G, 46 tahun dan seorang pemulung yang sedang hamil anak kelima, mengunjungi Puskesmas
terdekat karena mengalami bengkak pada anklenya. Selama pengkajian, perawat menemukan data
bahwa Ny. G telah mengunjungi sebuah klinik 2 bulan yang lalu. Klinik tersebut memberikan suplemen
vitamin, namun Ny. G tidak terlalu memperdulikan suplemen tersebut dan menghilangkannya. Ny. G
tidak mengunjungi Puskesmas dan layanan ANC secara rutin, dan tidak mempunyai rencana apa-apa
untuk melakukan kunjungan ANC. Riwayat 4 kehamilan sebelumnya, menurut Ny. G berjalan secara
normal, meskipun Ny. G mengakui bahwa sedikit trauma dengan kehamilan sebelumnya. Beliau juga
mengatakan bahwa anak tengahnya sepertinya “tidak begitu baik”. Anak tengahnya saat ini berada di
kelas 2 SMP dan berusia 15 tahun. Pada saat melakukan pengkajian fisik, perawat menemukan data Ny
G dengan tinggi badan 153 cm, berat badan 81 kg, dan TD 160/90 mmHg. Ny. G memiliki pitting edema
pada ankles nya dan sakit kepala ringan.
Ny. G juga mengatakan bahwa dia biasanya mengkonsumsi Chlorpromazine hydrochloride namun
kehabisan dan tidak mampu untuk membeli obat tersebut. Beliau mengatakan bahwa pernah mendapat
perawatan di RS. Jiwa selama beberapa waktu dan mulai merasa gelisah belakangan ini. Beliau juga
mengatakan bahwa mulai susah untuk mengatur kehidupan sehari-harinya. Ny. G menyampaikan bahwa
sejak kegelisahannya meningkat, beliau jadi lebih sering mendengar suara-suara dan membuatnya lebih
agresif. Keempat anaknya dirawat dan tinggal bersama kakek dan neneknya, dan Ny. G berkata bahwa
dia pun tidak mempunyai keinginan untuk merawat calon bayinya. Ny. G mengatakan bahwa mungkin
akan menitipkan anak kelimanya tersebut kepada keluarga lainnya.
CASE STUDY 3
Ny. S berusia 35 tahun, mencoba minum cairan pemutih namun dapat dicegah. Perilaku tersebut
dilakukannya karena suaminya menikah lagi. Ny.S tampak banyak diam, bicara apabila ditanya,
menangis terus. Ny. S dibawa suaminya ke poliklinik psikiatri untuk konsultasi. Ny. S di diagnosis dengan
depresi dan mendapatkan terapi alprazolam 2 x 0.5 mg, resperidon 2 x 2 mg dan amitripilin 1 x 25 mg.
Suatu hari perempuan tersebut menelpon ke krisis center sambil menangis bahwa ia ingin mati dan
merasa tidak berguna sebagai seorang istri dan tidak bisa menjadi ibu yang baik. Petugas crisis center
memberikan informasi ke tim ACT dan tim ACT melakukan kunjungan rumah.

Anda mungkin juga menyukai