Anda di halaman 1dari 8

KASUS PANUM

1. KASUS 1  MATERNITAS DAN ANAK


Seorang perempuan, usia 25 tahun, P1A0, melahirkan anak pertamanya dengan section
cesarean 3 hari yang lalu atas indikasi Ketuban Pecah Dini pada usia kehamilan 37 minggu.
Pasien mengeluh bayinya sering menangis saat menyusu dan ASI keluar sedikit. Pasien
mengatakan saat menyusui bayinya putting ibu selalu lepas saat dihisap. Pasien juga
mengatakan bahagia dengan kelahiran bayinya walau dengan tindakan operasi dan ingin
merawat bayinya bersama suaminya sebaik mungkin. Hasil pemeriksaan pada payudara
teraba penuh dan berisi, puting susu menonjol, ASI menetes saat putting dipencet dan bayi
menolak latching on. Saat ini bayi masih dirawat di incubator, BBL 2250 gram. Hasil
pemeriksaan TTV, N:135x/m, R:35x/m, S:37,3 C. Saat ini bayi mendapatkan ASI melalui OGT.
Perawat meminta ibu untuk memerah ASI nya.

2. KASUS 2  JIWA
Seorang wanita usia 35 tahun dirawat dibangsal tenang sudah 7 hari yang lalu. Pasien sudah
dua kali dirawat dirumah sakit jiwa. sebelumnya pasien sudah 3 tahun menjalani rawat jalan
dan sudah pernah dirawat inap 1 kali, riwayat pengobatan pasien tidak berhasil karena
keluarga cuek terhadap pengobatan pasien. kondisi pasien saat ini, pasien sering
menyendiri, ketika diajak berkomunikasi oleh perawat kontak mata tajam dan mudah
beralih, pasien terus mengepal-kepalkan tangannya, bicara seperlunya dan suara serak
seperti tertahan. Kata-katanya kasar dengan nada marah-marah, afek sesuai, alam perasaan
sedih. Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan yang lainnya karena takut dianiyaya
oleh pasien lainnya. Pasien mengatakan setiap kali berhadapan dengan seseorang ada suara
yang menyuruh pasien untuk menyerangnya bahkan membunuhnya,pasien tampak sering
bicara sendiri, tertawa sendiri, dan pasien sering marah-marah tanpa sebab. Selain itu
pasien tidak mau merawat dirinya, rambut kusut, dan badan berbau. Pasien mengatakan
malas mandi dan malas gosok gigi karena sudah tidak ada gunanya lagi.
Setelah dilakukan pengkajian oleh perawat, diperoleh data pasien merupakan anak tunggal
disebuah keluarga, pola asuh dikeluarga tersebut otoriter, semua kebutuhan pasien
disiapkan oleh ibu dan pasien tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri.
Dikeluarga tidak memiliki riwayat gangguan jiwa. Di usia balita pasien juga sering menjadi
saksi pertengkaran kedua orang tuanya, sehingga hal tersebut membentuk kepribadian
pasien menjadi pendiam dan mudah tersinggung.
Pasien mulai mengalami perubahan perilaku ketika usia 24 tahun dimana dia gagal
memenuhi kemauan orang tuannya masuk di perusahaan multinasional yang akan
memberikan gaji banyak, kemudian pasien banyak melamun dan menyalahkan diri sendiri.
Kondisi saat ini pasien selalu marah-marah, mudah tersinggung, menarik diri, dan
membangkang tidak mau minum obat. hal tersebut karena pasien tidak mau minum obat
dan diperlakuakan kasar oleh adiknya.

3. KASUS 3  KMB & GADAR

Seorang perempuan usia 70 tahun di bawa ke IGD karena mengeluh Diare dan muntah sejak 1 hari
yang lalu. BAB konsistensi cair 5-10 kali sehari.

Keadaan umum: Lemah dan pucat

BB 60 kg

a) Airway: bersih, tidak ada sumbatan jalan napas


b) Breathing: Tidak ada kesulitan bernapas, retraksi intercosta tidak ada,
c) Circulation: membrane mukosa mulut kering, turgor kulit jelek, CRT > 2 detik, nadi teraba cepat
dan lemah, , akral hangat.
d) Disability: tidak ada kelumpuhan/kelemahan di ekstremitas.
e) Exposure: Tidak ada jejas.
Riwayat penyakit: Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat alergi makanan maupun
obat.

Pemeriksaan tanda-tanda vital: Frekuensi Napas 25 x/menit, frekuensi nadi 105 x/menit, tekanan
darah 130/80 mmHg, Suhu 37,7 C.

Pasien mengeluh nyeri perut di area epigastrium, skala nyeri 4, setiap kali pasien minum maupun
makan kemudian muntah.
Pemeriksaan fisik: bising usus meningkat, urin sedikit, warna kuning pekat

4. KASUS 4  GERONTIK
Seorang wanita berusia 78 tahun dua hari yang lalu pulang dari rumah sakit setelah dirawat
di bangsal geriatri selama 6 hari. Pasien mengalami patah lengan akibat terjatuh di kamar
mandi 7 hari yang lalu dan telah menjalani operasi. Klien mengatakan bahwa tahun lalu
klien telah menjalani 4 kali operasi. Pada bulan Juli 2018 klien menjalani operasi pinggul
karena jatuh, kemudian diikuti operasi katarak pada mata kiri pada bulan september 2018,
diikuti dengan operasi katarak di mata kanan sebulan kemudian,dan baru saja menjalani
operasi di tangan kanannya. Klien mengeluhkan nyeri skala 4 di tangan kanannya saat
digerakkan. Klien memiliki riwayat Diabetes Mellitus dan hipertensi selama lebih dari 10
tahun. Klien mengatakan takut berjalan sendirian, terutama untuk ke kamar mandi sehingga
memilih untuk menggunakan popok walaupun kontrol BAK dan BAB masih baik. Saat
pengkajian ke keluarga, keluarga mengaku tidak mengerti tentang resiko jatuh pada lansia
dan lingkungan yang aman bagi lansia. Perawat merencanakan mengkaji pengetahuan
keluarga tentang resiko jatuh pada lansia dan mengajarkan tentang lingkungan yang aman
untuk lansia, dan juga mengkaji ulang obat-obatan yang dikonsumsi klien yang
kemungkinan bisa menyebabkan jatuh.
Pengkajian Keperawatan Gerontik Komprehensif
Comprehensive Geriatric Assessment atau pengkajian geriatri komprehensif yang diajarkan
di Skills Lab Blok Keperawatan Gerontik PSIK FKIK UMY mengacu pada formula Fulmer
SPICES, yang merupakan pengkajian sindrom geriatri dan akronim dari :
Sleep problem
Problem with eating and feeding
Incontinence
Confusion
Evidence of Falls
Skin breakdown
Pengkajian sindrom geriatri ini harus dilakukan untuk semua klien dan merupakan
pelengkap dari format pengkajian umum keperawatan gerontik yang bisa diunduh di Els
atau dlihat di buku blok keperawatan gerontik
5. KASUS 5  KOMUNITAS
Hasil pengkajian windshield survey di satu wilayah didapatkan hasil bahwa wilayah tersebut
terdiri dari 5 RT, memiliki keadaan lingkungan yang padat satu rumah rata-rata
berdempetan dengan rumah yang lainnya. Letak lingkungan berdekatan dengan sungai
besar dan jalan raya yang selalu ramai. Letak pasar sekitar 3 km dari pemukiman penduduk.
Kondisi iklim tropis dengan cuaca hujan, dan panas, lingkungan cukup hijau tetapi ada
beberapa tempat yang kurang bersih. Terdapat beberapa warga yang memelihara hewan
seperti anjing, burung, dan ayam. Banyak kotoran hewan dan sampah yang berserakan di
jalanan. Rumah-rumah sebagian besar adalah bangunan permanen dan keadaan lingkungan
tenang. Lingkungan tempat tinggal merupakan rumah tunggal, terpisah antar rumah satu
dengan lainnya, akan tetapi jarak antar satu rumah dengan rumah yang lain adalah saling
berdekatan. Mayoritas halaman rumah yang ada tidak begitu luas serta terdapat gang-gang
penghubung antar RT.
Warga memiliki beberapa kegiatan seperti, Rapat Rutin RT dan RW, PKK serta arisan yang
rutin dilaksanakan, guna menunjang kemajuan dan kesatuan warga. Program senam
bersama juga pernah diadakan tetapi sekarang sudah tidak berjalan lagi. Kegiatan
Posyandu, Posbindu, dan Posyandu Lansia dilaksanakan setiap 1 bulan sekali bertujuan
untuk melihat keadaan kesehatan balita, anak-anak, dan lansia. Rata-rata bekerja sebagai
buruh lepas, dan ada beberapa warga yang membuka warung.
Hasil pengkajian pada 76 kepala keluarga dan sebanyak 238 warga didapatkan hasil
mayoritas masyarakat di Jetisharjo termasuk kelompok usia dewasa yaitu sebanyak 132
warga. Warga tertua di wilayah ini berusia >90 tahun sebanyak 2 orang warga. Tingkat
pendidikan warga yaitu SMA sederajat. Sedangkan untuk masalah kesehatan warga
didapatkan hasil bahwa Angka kesakitan dan kematian dalam satu bulan terakhir di RT ini
belum ada. Berbagai jenis penyakit yang diderita di RT ini adalah penyakit Hipertensi
sebanyak 21%, Diabetes mellitus 2,9%, Difable 1,6%, Gangguan Jiwa 0,8%, Kanker/tumor
0,4%. Mayoritas masyarakat di RT ini adalah bersuku Jawa dan beragama Islam. Tempat
ibadah yang berada disekitar Dusun Ini adalah Masjid. Ketika sakit masyarakat biasanya
pergi kepelayanan kesehatan terdekat seperti ketempat praktek dokter umum dan
Puskesmas. Masyarakat sebagian masih ada yang menganggap penyakitnya sepele
sehingga tidak berobat.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa warga didapatkan hasil Tipe
perkampungan yaitu perumahan padat penduduk. Jarak antar rumah kerumah sekitar < dari
1 Meter, didaerah ini terdapat salah satu usaha besar yaitu catering dan sebagian besar
pekerja catering adalah warga masyarakat, selain itu didaerah ini terdapat beberapa rumah
yang dikontrakan atau dikoskan sehingga banyak pendatang yang tinggal didaerah
Jetisharjo. Beberapa rumah warga tidak memiliki halaman yang luas. Seluruh jalan sudah
memakai paving bloksehingga tidak berdebu saat musim kemarau. Mayoritas warga
memiliki beberapa tanaman hias, di lingkungan rumah warga jarang terdapat tanaman obat
keluarga. Tidak terdapat polusi udara yang pekat karena jauh dari jalan raya. Untuk
pengolaan sampah, Sampah di kelola oleh pihak swasta, diambil setiap 2-3 kali per minggu.
Tidak terdapat area bermain yang berbahaya. Penerangan jalan cukup, yaitu dengan
beberapa lampu penerang jalan dan dibantu oleh lampu di serambi rumah warga. Tidak
terdapat alat pemadam kebakaran. Terdapat penyeberangan jalan untuk warga sekitar, di
daerah ini ada beberapa rumah yang dikontrakan atau dijadikan kos oleh pemiliknya,
pernah terjadi kegaduhan yang diakibatkan oleh keributan anak kos, beberapa warga
meresahkan hal ini karena pernah terjadi pencurian yang dilakukan oleh teman dari anak
kos dan jam malam untuk anak kos tidak diatur ketat sehingga sering terjadi kumpul kebo di
beberapa kos.
Terdapat fasilitas kesehatan seperti praktek dokter umum dan Puskesmas. Jika terjadi
masalah kesehatan sebagian besar masyarakat memanfaatkan fasilitas kesehatan yaitu
puskesmas, karena sebagian besar masyarakat sudah mempunyai jaminan kesehatan
sehingga bisa memanfaatkan fasilitas kesehatan secara gratis. Pekerjaan penduduk,
sebagian besar pekerjaan penduduk adalah buruh catering. Kategori pekerjaan penduduk di
wilayah tersebut seperti: PNS (pegawai negeri sipil), karyawan swasta, wiraswasta dan ojek
online. Pendapatan keluarga perbulan, rata-rata pendapatan keluarga perbulannya di rata-
rata UMR sekitar < 2 jt. Tapi, sesuai dengan pekerjaan masing-masing keluarga.
Kemampuan menyediakan makanan bergizi, penduduk di wilayah tersebut mampu
menyediakan makanan yang bergizi setiap hari untuk dikonsumsi seperti telur, ayam, sayur-
sayuran, dan buah-buahan.
Secara umum warga masyarakat sudah memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, namun
untuk lingkungan dan kurangnya kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat dari sebagian
besar masyarakat masih kurang, hal ini mengakibatkan berbagai macam masalah yang
dihadapi seperti sekitar 4 bulan yang lalu ditemukan kasus DBD, selain itu kurangnya
kesadaran dari masyarakat untuk menerapkan 3M plus, seperti menutup sampah atau
wadah yang dapat menampung air hujan yang antinya dapat menjadi sarang nyamuk.

6. KASUS 6  KELUARGA
Sebuah keluarga terdiri dari Bapak R usia 49 tahun sebagai kepala keluarga, Ibu Q usia 47
tahun, anak J usia 19 tahun, dan anak K usia 12 tahun. Alamat rumah Gamping, Sleman.
Keluarga Bapak R berasal dari suku Jawa. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia. Agama yang dianut keluarga Bapak R adalah Islam. Keluarga
tidak memiliki kebiasaan tertentu dan pantangan tertentu terkait dengan suku dan agama
yang mempengaruhi praktik kesehatan. Bapak R dan Ibu S keduanya bekerja. Penghasilan
Bapak R rata-rata perbulan adalah sekitar 4.500.000,-yang bekerja sebagai karyawan
perusahaan swasta dan Ibu S adalah sebagai pengusaha Catering kue rumahan dengan
penghasilannya berkisar Rp 3.000.000,-perbulan. Keluarga mengatakan penghasilan
keduanya mencukupi untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dan sekolah untuk anaknya.
Masing-masing anggota keluarga menjalankan peran masing-masing dengan baik. Tidak ada
masalah dalam menjalani peran dalam keluarga, baik dari peran orang tua maupun anak.
Terdapat fleksibilitas peran antara suami dan istri terutama dalam peran mengasuh anak
dan mengurus rumah tangga. Dalam hal mengasuh anak, keluarga selalu menanamkan nilai-
nilai agama, memberikan penghargaan ketika mendapatkan prestasi atau melakukan hal
positif minimal dengan pujian. Keluarga tidak menerapkan hukuman fisik, namun lebih
kepada teguran lisan ketika anak melakukan hal yang negative. Dalam hal mengasuh anak
remajanya, keluarga sudah memberikan kebebasan kepada anak misalnya dalam memilih
teman sebaya, memilih aktivitas di luar sekolah, namun tetap mengontrolnya dengan jalan
komunikasi yang terbuka. Komunikasi dalam keluarga berjalan 2 arah, baik antar suami istri,
maupun orang tua dengan anak. Masalah yang ada dalam keluarga selalu didiskusikan
bersama, terutama masalah yang menyangkut kebutuhan anak, kedua anaknya sudah
dilibatkan dalam diskusi. Keputusan yang diambil dilakukan oleh kepala keluarga melalui
proses musyawarah bersama.
Saat ini keluarga memiliki masalah kesehatan yaitu diabetes mellitus tipe 2 yang diderita
oleh Bapak R sejak 1 tahun yang lalu. Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit yang sama
dengan Bapak R. Saat dilakukan home visit, ners melakukan pemeriksaan pada Bp R, hasil
menunjukkan: TD: 130/80 mmHg, S: 37 0C, RR: 19x/menit, dan HR: 100x/menit, TB: 169 cm
dan BB: 88 kg, GDS: 380 mg/dl. Bapak R mengatakan bahwa sebelumnya pernah melakukan
pemeriksaan GDS dua bulan yang lalu di Puskesmas dengan hasil GDS 353 mg/dl. Saat itu
dari puskesmas diberikan obat untuk mengontrol gula darah, namun setelah kondisinya
dirasakan membaik maka Bapak R tidak melanjutkan pengobatannya karena takut efek
sampingnya ke ginjal.
Bapak R mengatakan bahwa sejak saat itu tidak ada keluhan masalah kesehatan yang
signifikan pada dirinya sehingga kondisi penyakitnya ini dianggap tidak menjadi masalah
serius baginya. Sudah ada program Posbindu PTM setiap bulan dan senam bersama
seminggu 3 kali di wilayahnya. Ibu S mengikuti kegiatan tersebut secara rutin, namun Bapak
R tidak mengikutinya dikarenakan jam pelaksanaan Posbindu dan senam bersamaan dengan
waktu bekerja. Sedangkan Bp R sendiri tidak bisa melakukan olah raga secara mandiri
karena sibuknya kegiatan di kantor. Klien mengatakan bahwa terkadang merasakan lemas,
sering lapar dan sering haus. Bapak R mengatakan bahwa pada saat tubuhnya terasa lemas,
hal yang dilakukan oleh Bp R adalah minum teh manis hangat dan segera makan nasi lebih
banyak dari biasanya. Kebiasaan makan makanan sehari-hari adalah 3 kali makan berat
dengan waktu yang tidak tentu, sesuai kelonggaran waktu yang dimiliki saat bekerja. Ibu S
sudah menyediakan diet khusus untuk Bapak R, namun karena kebiasaan Bapak R adalah
makan di luar rumah, karena sebagian besar waktunya habis di tempat kerja. Hal ini
menyebabkan makanan yang dikonsumsi oleh Bapak R menjadi tidak terkontrol. Bapak R
mengatakan bahwa pada prinsipnya yang penting dirinya menghindari konsumsi makanan
yang manis-manis itu sudah cukup mengontrol kadar gulanya.

Anda mungkin juga menyukai