Anda di halaman 1dari 2

STUDIUM GENERALE

Nama : Muhammad Hafidz Roihan


NIM : 11919017
Program Studi : Teknologi Pasca Panen
Fakultas/ Sekolah : SITH-R
Tema : Gelombang Perubahan di Era Double Disrupsi
Pembicara : Rhenald Kasali
Hari/ tanggal : Rabu, 22 September 2021
Kelas : 04

RESUME *)
Bicara tentang perubahan tidak akan ada habis-habisnya, tetapi hal itu bukanlah snapshot, jadi tidak
bisa kita potret satu kali dan mengambil kesimpulan, namun merupakan sebuah sequence yang saling
berhubungan satu sama lain. Sehingga jika terjadi satu perubahan, maka perubahan-perubahan lain akan
mengikuti. Satu elemen saja yang berubah, maka elemen-elemen lain akan terkena dampaknya. Diputar
satu video bertemakan Disruption & The Future of Humanity. Saat angin bertiup, daun-daun kering pun
berguguran. Daun-daun kering itu ada di beragam sektor. Mungkin juga di sektor-sektor yang kita kenal
seperti perbankan, manufaktur, penerbangan, pendidikan, media, militer, transportasi, otomotif,
akutansi, dan masih banyak yang lainnya. Hal ini berarti akan banyak keadaan atau kegiatan yang
tergantikan oleh daun baru (perubahan baru). Pekerjaan kurir pun bisa hilang tergantikan oleh drone.
Hal ini membuat banyak pekerjaan di masa depan akan berubah. Namun, dari dulu memang teknologi
selalu mengubah kehidupan dan menciptakan perubahan. Ada perubahan yang terjadi secara perlahan,
ibarat manusia membangun Rumah Tumbuh dan melakukan renovasi dan ada juga perubahan radikal
yang disebut sebagai disruption. Disruption disebut radikal karena sekaligus membuat teknologi yang
lama menjadi usang, seperti pabrik es batu yang digerus oleh teknologi baru berupa lemari es dan kini
kita memasuki era itu, yakni era Digital Disruption. Mindset, cara belajar, ilmu yang bisa dipakai,
profesi, dan jenis usaha sejak dari dulu selalu didatangi oleh teknologi baru, selalu memurahkan,
memudahkan, dan menciptakan pasar baru. Ibarat Ford Mobil dengan T-Model-nya (1908) yang dulu
memurahkan harga otomotif, namun sekaligus menciptakan market bagi banyak industri seperti industri
konstruksi, baja, kaca, asuransi, ban, karet, keuangan dan pembiayaan, dealership, pariwisata, dan
kursus perbengkelan sampai transportasi. Namun, ini juga bisa memicu perubahan struktural dan global
lainnya. Seperti lagu Scorpions – The Wind of Change, dimana lagu ini menggambarkan perubahan
yang diakibatkan oleh robohnya Tembok Berlin (1989) yang sekaligus memudarkan ideologi
komunisme, berakhirnya perang dingin, dan dimulainya globalisasi, sementara diktatorasi berakhir.
Globalisasi memunculkan pasar-pasar baru, menyatukan Eropa menjadi pasar besar dengan mata uang
tunggal dan pabrik-pabrik besar. Membuka Russia, China, dan India, lalu riset-riset digital mendapat
tempat sampai datang cara kerja baru dengan enam elemen #MO. Membuat perusahaan berubah
menjadi platform, transportasi menjadi software, dan software menjadi platform. Demikian juga pada
industri, kampus, riset, dan bank yang disambut keributan. Para pelaku usaha lama selalu kebal terhadap
perubahan dan terancam perubahan, sedangkan platform startup memurahkan melalui inovasi digital
karena mereka menggunakan cara baru, yaitu sharing resources. Kini semua bisa diorkestrasi tanpa
harus menguasai semua resources sendiri, seperti industri 3.0, dari manajemen internal terintegrasai
menjadi orkestrasi ekosistem. Bangsa-bangsa menciptakan ekosistem industri yang sehat, lalu muncul
skill baru: The Future Skills, seperti coding, quantum computing, cloud tech, platform developer,
kreativitas, kolaborasi, connecting the dots, fleksibilitas kognitif, bioteknologi, neuroscience, cyber
psychology. Kecerdasan-kecerdasan baru yang membedakan antara intelek (pengetahuan yang dapat
dipelajari di sekolah) dan intelligence (kecerdasan yang harus diuji dan dilatih dalam kehidupan). Maka
dunia berubah besar-besaran yang lalu dihentikan oleh sebuah virus bernama COVID yang mengubah
epidemi menjadi pandemi dan membuat dunia berhenti sejenak sekaligus mempercepat digital
disruption. Namun, dunia memang harus memperlambat diri, sebab terlalu panas, terlalu cepat
digerakkan, sehingga udara menjadi kotor, ekosistem alam terputus, dan ledakkan penduduk begitu
dahsyat. Ada dua respons dari manusia, pertama eksplorasi planet baru dan kedua perbaiki terus
teknologi. Saat ini manusia terus mengeksplorasi dan mencari planet lain yang mirip dengan Bumi,
menentukan titik terdekat orbit Bumi ke Mars dimana sudah ada beberapa misi peluncuran ke Mars,
seperti Hope Mars Mission oleh UEA, Mars 2020 oleh NASA, dan HX-1 oleh China. Manusia sangat
serius dalam pencarian planet yang mirip Bumi untuk kehidupan baru yang membuat scientist harus
berpikir: antara menemukan planet baru menuju Mars atau mempercepat teknologi agar Bumi tak kalah
menghadapi pertumbuhan manusia. Kini manusia banyak membuat Artificial Intelligence seperti robot
yang awalnya hanya mempunyai kecerdasan setingkat kecoa, namun sekarang sudah setingkat anjing
atau kucing yang cerdas. Namun perubahan ini masih akan mengakibatkan AI menjadi secerdas monyet
yang dimana akan memiliki self awareness yang bisa menjadi ancaman bagi peradaban manusia. Seperti
pandemi, teknologi selalu bak pisau bermata dua yang adakalanya harus kita tahan agar kemanusiaan
bisa berlanjut atau kita punah.
DUNIA SELALU BERUBAH, dimana pemicunya adalah populasi dan teknologi, satu hal berubah
maka hal lain juga akan ikut berubah, seperti bentuk perusahaan, proses bisnis, model bisnis,
kepemimpinan, politik dan keterbukaan, science, society, gaya hidup, dan kehidupan.
DOUBLE DISRUPTION, terdiri dari Digital Disruption dan Pandemic Disruption. Menurut
McKinsey (2019), akan ada 23 juta pekerjaan dapat digantikan oleh otomatisasi, namun akan tercipta
27-46 juta pekerjaan baru yang dapat dibuat dalam satu periode. Sebanyak 16% dari pekerjaan sekarang
di Indonesia akan diotomisasi pada 2030, menggantikan 23 juta pekerja. Namun, agar tidak tertinggal,
maka kita harus belajar ilmu-ilmu baru, diantaranya yang bakal bersinar adalah teknologi yang
berkaitan dengan kesehatan, bioteknologi, pangan, artificial living, hal yang berhubungan dengan data,
coding, digital forensic, programmer, desainer kreatif, fotografer, marketing sosial media, cyber
security, psikologi, game developer, entertainment, analisis saham, logistik, story teller yang
berhubungan dengan corporate, dan masih banyak yang lainnya.
ABUNDANCE, yaitu konsep kelimpahan. Peter Diamandis mendasarkan pandangan ini terhadap
pernyataan dari Gordon Moore yang berkata bahwa jumlah transistor pada IC akan menjadi ganda
setiap dua tahun. Contohnya adalah pada tahun 1958, Jack Kilby’s IC hanya mempunyai 2 transistor,
lalu pada 1971 Intel 404 sudah mempunyai 2300 transistor, pada 2016 Intel Core i7 mempunyai
transistor 14,4 miliar, dan pada tahun 2019 AMD Epyc Rome mempunyai 39,5 miliar transistor. Hal ini
membuat Peter Diamandis dalam pandangannya tentang abundance adalah karena jumlah transistornya
semakin meningkat, maka harga komputasional akan semakin murah, harga bandwith semakin murah,
harga memori semakin murah, dan konektivitas semakin tinggi. Hal ini menyebabkan kekuatan
komputer yang semakin cepat dan murah. Menurut Peter Diamandis, akibat dari semakin cepat dan
murahnya kekuatan komputer, maka pada rentang waktu 2022-2025, akan terdapat 3 miliar pikiran baru
dalam internet sehingga terjadi abundance, yaitu kelimpahan dalam bentuk global income yang naik
300%, masa hidup naik 250%, biaya makanan berkurang 13 kali lipat, dan biaya energi turun 30 kali
lipat.

Keterangan:
1. Lembar resume ini diserahkan setelah kegiatan selesai kepada petugas
2. Resume dapat ditulis tangan atau diketik
3. Untuk mengetahui jadwal kuliah berikutnya silahkan bergabung di Grup Telegram via tautan: https://t.me/joinchat/UH0m0KzwrrkexnbE
4. Official Line Account @qpu8078z

Anda mungkin juga menyukai