Anda di halaman 1dari 20

PENGENALAN GEJALA PENYAKIT PENTING TANAMAN

HORTIKULTURA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)

Oleh

Mir’atun Nisa
1814181008

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan.Gangguan terhadap


tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak
seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak
tumbuhan dengan mengganggu proses-proses dalam tubuh tumbuhan sehingga
mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit,
umumnya, bagian tubuhnya utuh.Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan
dapat menyebabkan kematian (Abadi, 2003).

Gejala penyakit pada tumbuhan dapat berupa bercak, hawar (seperti tersiram air
panas), gosong, mengeriting, bengkak, bahkan beberapa penyakit dapat
menyebabkan kematian pada tumbuhan, misalnya busuk akar, busuk pangkal
batang, rebah kecambah, dan layu.Diagnosis penyakit tumbuhan ada yang mudah,
karena gejalanya khas, tetapi lebih banyak yang sulit ditentukan penyebabnya
karena gejalanya banyak yang mirip satu sama lain. Apalagi penyebabnya
kebanyakan adalah adanya organisme yang sukar dilihat dengan mata telanjang
(Abadi, 2003).

Hampir semua tanaman pertanian di Indonesia terkena penyakit yang disebabkan


oleh patogen, baik itu tanaman pangan seperti padi yang diserang oleh bakteri
Xanthomonas oryzae pv. oryzae. ataupun tanaman hortikultura seperti kacang
tanah yang diserang oleh cendawan Sclerotium rolfsii yang menyebabkan
penyakit busuk batang, kubis-kubisan oleh bakteri Erwinia carotovora, cabai oleh
cendawan Colletotrichum sp, dan lain-lain (Sinaga, 2006).
Penyakit tumbuhan yaitu setiap kerusakan yang berkaitan dengan pengambilan
nutrisi, mineral dan air, gangguan sintesa bahan makanan,translokasi dan
metabolisme sedekimian rupa sehingga mempengaruhipenampakan dan atau hasil
tanaman dibandingkan dengan tanaman sehatatau normal dari varietas tumbuhan
yang sama karena adanya seranganpathogen atau gangguan faktor lingkungan
(Abadi, 2003).

Suatu penyebab penyakit pada tumbuhan dibedakan menjadi dua golongan yaitu
yang disebabkan oleh faktor abiotik dan faktor biotik. Penyakit abiotik adalah
penyakit tanaman noninfeksius atau tidak dapat ditularkan antar tanaman satu
dengan yang lain. Oleh sebab itu penyakit abiotik juga disebut sebagai penyakit
noninfeksius (Sinaga, 2006).

Penyakit bisa muncul karena disuatu tempat ada tanaman, pathogen


sertalingkungan.Ini yang disebut segitiga penyakit dimana munculnya penyakit
karena tiga faktor itu. Salah satu faktor tidak ada atau tidak memenuhi syarat
maka penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus dipenuhi oleh ketiga faktor
agar muncul penyakit adalah tanaman harus peka, penyebab penyakit harus
virulen (fitdan ganas), dan lingkungan mendukung (Nasution, 2008).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui jenis penyakit penting pada tanaman pangan
2. Mengetahui gejala, penyebab dan carapengendaliannya
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman dapat menunjukan gejala dan tanda penyakit.Gejala merupakan


perubahan awal akibat serangan organisme contohnya yaitu perubahan bentuk,
dan kelayuan pada tanaman, tanaman dapat menunjukan kelompok gejala yang
membentuk gambaran penyakit atau sidrom penyakit yang di sebakan oleh
penyebab abiotik dan biotik.Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal,
jika tanaman tersebut dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiolgis dengan seperti
perkembangan dan pembelah sel (Setiadi, 2000).

Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai
akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit.Berdasarkan peruubahan yang
terjadi pada sel tumbuhan, gejala penyakit tumbuhan dapat dibagi 3 (tiga) yaitu
nekrotik, hipoplastis, dan hiperplastis. a) Nekrotik merupakan gejala yang terjadi
akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. Nekrotik
terbagi atas hidrosis, klorosis, nekrosis, perforasi, busuk, eksudasi, layu, mati
ujung (die back), dan terbakar. b) Hipoplastis merupakan gejala yang disebabkan
karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel. Hipoplastis terbagi atas
etiolasi, kerdil, klorosis, perubahan simetri, dan roset. c) Hiperplastis merupakan
gejala yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya
(overdevelopment). Hiperplastis terbagi atas fasiasi, intumesensia, erinose, kudis
(Scab), menggulung atau mengeriting, prolepsis, sapu, erinos, dan sesidium
(Sinaga, 2006).

Timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman


inang dan patogen.Penamaan gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda
penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya.
Sebagai akibat terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan
terjadi perubahan pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-
lain.Perubahan tersebut seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit
tertentu. Tetapi adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari
satu macam perubahan. Sering kali patogen penyebab penyakit tersebut dapat
ditemukan pada jaringan yang terserang (internal) atau pada bagian permukan
jaringan (eksternal) dalam bentuk tubuh buah, sclerotium dan sebagainya
(Sinaga, 2006).

Penamaan gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan


bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Parasit yang
menyebabkan penyakit pada tanaman pada umumnya membentuk bagian
vegetatifnya di dalam jaringan tanaman sehingga tidak tampak dari luar. Tetapi
walaupun demikian ia membentuk bagian reproduktifnya pada permukaan
tanaman yang diserangnya atau hanya sebagian tampak pada permukaan tersebut.
Selain itu sering terjadi pembentukan propagul dalam bentuk istirahat pada
permukaan tanaman (Ningsih, 2010).

Berdasarkan faktor penyebab penyakit, penyakit dibagi 2 yaitu penyakit fisologis


(noninfektif) dan penyakit infektif. Penyakit fisiologis atau non-infektif
disebabkan oleh faktor abiotik seperti keadaan tanah (kelembaban, struktur, reaksi
tanah, kahat oksigen, kahat unsure hara, toksisitas pestisida), keadaan cuaca (suhu
tinggi atau rendah, kekurangan atau kelebihan cahaya, angin hujan), dan
kerusakan (kultur teknis yang salah). Sedangkan penyakit infektif merupakan
penyakit yang disebabkan faktor biotik berupa pathogen (jamur, bakteri,
mikoplasma, virus, viroid, nematoda, maupun protozoa) (Ningsih, 2010).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pengenalan Gejala Peyakit Penting Tanaman Hortikultura dilakukan


pada hari Rabu tanggal 06 Oktober 2021 pukul 15.00 WIB sampai dengan
puku17.30 WIB di daerah tempat tinggal masing-masing.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini alat tulis. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah Cari tanaman pangan dan palawija atau umbi2an yang ada di
sekitar tempat tinggal anda, yang menunjukkan gejala penyakit
Tanaman-tanaman yang dapat anda cari antara lain:
1. Tanaman padi
2. Tanaman jagung
3. Tanaman Kacang-kacangan
4. Tanaman ubi jalar
5. Tanaman singkong

3.3 Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah:

1. Cari dan temukan 7 jenis gejala penyakit tanaman pada tanaman


pangan dan palawija atau umbi2an (beberapa gejala boleh berasal
dari 1 jenis tanaman)

2. Amatibagian-bagian tanaman dan cari gejala penyakit yang dapat


anda kenali
3. Foto/gambar bagian tanaman secara keseluruhan (sehat dan sakit)

4. Foto/gambar bagian tanaman yang menunjukkan gejala penyakit

5. Jelaskan/deskripsikan gejala penyakit yang anda amati

6. Tuliskan nama penyakit (berdasarkan gejalanya), nama patogen


(penyebab penyakit), dan nama tanaman inangnya

7. Tuliskan carapengendaliannya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


Gambar (makroskopis Nama penyakit dan
No Nama Patogen Pengendalian
dan mikroskopis) deskripsi gejala
Hawar Daun Bakteri Xanthomonas pengaturan air yang
pada tanaman padi campestris pv cukup. Hindari
oryzae. penggenangan air yang
1. gejala kresek dan hawar terus menerus
maisalkan 1 hari
digenangi dan 3 hari
dikeringkan. Selain itu
bisa dengan
menggunakan pola
tanam yang
gambar penyakit dan mempunyai sirkulasi
gejalanya pada tanaman udara yang lebih baik,
padi seperti jajar legowo.

Sumber:
https://www.terbah-
patuk.desa.id/first/artik
el/136-Jenis-Jenis-
Penyakit-yang-Paling-
Sering-Menyerang-
Padi. diakses pada 10
Oktober 2021.
Busuk Batang Bakteri 1. Erwinia 1. Gunakan varietas
(Bacterial Stalk Rot) carotovora f.sp. zeae tahan
Sabet
2. gejala pada pertengahan 2. Usahakan
umur tanaman tiba-tiba pengolahan tanah yang
patah, buku batang 2. Erwinia baik dan hindari banjir
paling bawah menjadi chrysanthemi pv. dengan drainase yang
coklat kemerahan zeae baik
sampai coklat gelap,
kebasahan, lunak, licin,
gambar penyakit dan dan berakhir mati serta
gejalanya pada tanaman Sumber: Subandi.
berbau busuk
jagung 1987.

Bercak daun pada cendawan (1) Menanam varietas


tanaman kacang hijau Cercospora tahan (Varietas
canescens dan Vima 4 dan Vima
3. gejalanya yaitu daun Cercospora cruenta 5 agak tahan
terdapat bercak berwarna terhadap bercak
coklat, atau coklat daun),
kemerahan, berbentuk (2) Pemberian pupuk
bulat, atau tidak teratur sesuai
yang pusatnya kelabu rekomendasi,
atau putih. (3) Pergiliran tanaman
dengan tanaman
gambar penyakit dan bukan inangnya,
gejalanya pada tanaman (4) Sisa-sisa tanaman
kacang hijau saat panen
digunakan sebagai
kompos supaya
tidak berperan
sebagai sumber
inokulum,
(5) Penyemprotan
fungisida nabati
dapat
menggunakan
larutan lengkuas.

Sumber: Sumartini,
2019.
kudis pada tanaman ubi Sphaceloma batatas 1. Menanam varietas
jalar (Saw.) tahan
4. gejalanya yaitu Mula- 2. Sanitasi lahan
mula berupa bercak Sinonim Elsinoe dengan memotong
kemudian membentuk batatas (Saw.) dan membakar
benjolan seperti kudis, atau mengubur
biasanya terdapat pada batang/cabang
gambar penyakit dan
tulang-tulang daun tanaman yang
gejalanya pada tanaman
bagian bawah. Jika terserang penyakit
ubi jalar cuaca mendukung kudis kudis di dalam
tersebar sampai tanah.
mencapai daun daun
yang berada di pucuk, 3. Fungisida
dan pucuk. clorotalonil,
Dithane M-45
Penyakit kudis dapat pada umur
menyerang tulang-tulang satu bulan hingga
daun, batang, dan berumur tiga bulan
pucuk tanaman, yang dengan
dicirikan dengan daun- interval waktu
daun yang terserang satu bulan
menjadi kecil, berkerut
(keriting) dan tidak
membuka sepenuhnya. Sumber: Nasir Saleh,
Pada serangan berat dkk., 2015.
pucuk menjadi kerdil
dan akhirnya mati.

Penyakit layu bakteri Pseudomonas Menggunakan varietas


padatanaman singkong. solanacearum tahan dan antibiotika
(bakterisida) ternyata
gejalanya yaitu tanaman membawa masalah
5. layu, daun gugur dan baru dengan
mati ujung munculnya ras-ras
baru patogen yang
lebih virulen, sehingga
gambar penyakit dan perlu dicari suatu
gejalanya pada tanaman penanganan lain yang
singkong lebih aman dan ramah
lingkungan.

Sumber :
https://indonesiabertan
am.com/2014/12/23/be
berapa-penyakit-
penting-pada-tanaman-
singkong-dan-
pengendaliannya/.
diakses pada 10
Oktober 2021

4.2 Pembahasan
4.2.1 Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi
Penyakit hawar daun ini merupakan bakteri yang tersebar luas dan dapat
menurunkan hasil panen yang cukup signifikan. Penyakit ini menyerang saat
kondisi musim hujan atau musim kemarau yang basah, terutama pada lahan sawah
yang selalu tergenang dan kandungan pupuk N tinggi. Penyakit ini disebabkan
bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae.

Penyakit ini menghasilkan dua gejala, yaitu kresek dan hawar. Kersek merupakan
gejala yang terjadi pada tanaman yang sudah berumur 30 hari dari persemaian
atau yang baru pindah. Daun-daun yang terserang akan berwarna hijau kelabu,
melipat dan menggulung. Dalam keadaan parah mampu menyebabkan daun
menggulung, layu, dan bias mati, mirip seperti tanaman yang terserang penggerak
batang. Sementara hawar merupakan merupakan gejala yang paling umum pada
tanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan hingga fase pemasakan.

Pengendalian penyakit hawa daun bisa dengan pengaturan air yang cukup.
Hindari penggenangan air yang terus menerus maisalkan 1 hari digenangi dan 3
hari dikeringkan. Selain itu bisa dengan menggunakan pola tanam yang
mempunyai sirkulasi udara yang lebih baik, seperti jajar legowo (Anonim, 2021).

4.2.2 Penyakit Busuk Batang Bakteri (Bacterial Stalk Rot) pada Tanaman
Jagung

1. Patogen: Erwinia carotovora f.sp. zeae Sabet dan Erwinia chrysanthemi pv.
zeae

2. Gejala
Gejala pertama biasanya muncul pada pertengahan umur, tanaman tiba-tiba patah.
Biasanya buku batang paling bawah menjadi coklat kemerahan sampai coklat
gelap, kebasahan, lunak, licin, dan berakhir mati serta berbau busuk. Tanaman
yang sakit tetap hijau sampai beberapa hari karena pembuluh-pernbuluh tetap
utuh. Batang yang mati, patah dan terpilin merupakan petunjuk penyakit busuk
batang bakteri.

Bakteri E. c. f.sp. zeae adalah penyebab busuk batang pada pucuk, terutama pada
jagung yang disiram dengan springkel. Ujung-ujung daun paling atas layu dan
busuk lunak pada batang di daerah dasar corong daun. Bagian yang busuk
menyebar cepat ke bawah sampai tanaman mati dan rebah.

3. Siklus Penyakit
Biasanya bakteri hidup secara saprofitik pada sisa-sisa tanaman dalam tanah dan
menyerang tanaman jagung melalui lubang-lubang hidatoda, stomata, pelukaan
pada daun dan batang karena gigitan serangga. Bakteri E. c. f.sp. zeae dapat juga
terbawa biji jagung.

4. Epidemiologi

Bakteri busuk batang banyak terdapat dan sangat merusak bila curah hujan tinggi,
bila tanaman jagung disiram dengan springkel atau pada tanah-tanah yang mudah
kena banjir. Penyakit busuk batang sangat baik perkembangannya pada suhu
tinggi (3 0-3 5°C) dengan sirkulasi udara yang kurang baik.

5.Pengendalian:
1. Gunakan varietas tahan.
2. Usahakan pengolahan tanah yang baik dan hindari banjir
dengan drainase yang baik (Subandi. 1987).

4.2.3 Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Kacang Hijau

Bercak daun merupakan penyakit utama pada kacang hijau. Penyakit bercak daun
sudah tersebar di seluruh sentra produksi kacang hijau di Indonesia, dan juga
tersebar di Asia seperti Filipina, Malaysia, Thailand, India, Bangladesh, dan
Pakistan. Kehilangan hasil akibat penyakit bercak daun dapat mencapai 60%.
Penyebaran penyakit melalui angin, percikan air, alat-alat pertanian, ternak, dan
pakaian. Perkembangan penyakit didukung oleh kelembaban tinggi (banyak
terjadi pada musim hujan), suhu sejuk (20−24°C), dan keadaan tanaman yang
kurang subur. Intensitas bercak daun meningkat pada saat polong mulai berisi.
Inang lain dari penyakit bercak daun adalah: kacang panjang (Vigna unguiculata),
kacang bogor (Vigna subterranea), kacang koro (Canavalia ensiformis), dan koro
pedang (Canavalia gladiata).
Penyakit bercak daun disebabkan oleh cendawan Cercospora canescens dan
Cercospora cruenta, tetapi C. canescens lebih banyak ditemukan di lapangan.
Gejala penyakit yaitu daun terdapat bercak berwarna coklat, atau coklat
kemerahan, berbentuk bulat, atau tidak teratur (Gambar 1) yang pusatnya kelabu
atau putih. Cendawan Cercospora canescens mempunyai konidium hialin,
berbentuk jarum, atau gada dengan ujung runcing, serta mempunyai banyak sekat.
Tangkai konidium (konidiofor) membentuk berkas, dengan warna agak coklat.

Penyakit ini dapat dikendalikan dengan: (1) Menanam varietas tahan (Varietas
Vima 4 dan Vima 5 agak tahan terhadap bercak daun), (2) Pemberian pupuk
sesuai rekomendasi, (3) Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inangnya, (4)
Sisa-sisa tanaman saat panen digunakan sebagai kompos supaya tidak berperan
sebagai sumber inokulum, (5) Penyemprotan fungisida nabati dapat menggunakan
larutan lengkuas (Sumartini.2019).

4.2.4 Penyakit Kudis pada Tanaman Ubi Jalar


1. Patogen yang menyerang yaitu Sphaceloma batatas (Saw.) dan Sinonim
Elsinoe batatas (Saw.)

2. Gejala
Mula-mula berupa bercak kemudian membentuk benjolan seperti kudis, biasanya
terdapat pada tulang-tulang daun bagian bawah. Jika cuaca mendukung kudis
tersebar sampai mencapai daun-daun yang berada di pucuk, dan pucuk seperti
terpilin dan tumbuh tegak. Gejala tunas terpilin dan tumbuh tegak tersebut secara
cepat dapat dilihat dari jarak agak jauh. Penyakit kudis dapat menyerang tulang-
tulang daun, batang, dan pucuk tanaman, yang dicirikan dengan daun-daun yang
terserang menjadi kecil, berkerut (keriting) dan tidak membuka sepenuhnya. Pada
serangan berat pucuk menjadi kerdil dan akhirnya mati.

3. Bioekologi

Penyakit kudis berkembang lebih baik dalam cuacalembab dan sejuk. Oleh karena
itu pengairan yang berlebihan harus dihindari. Penyebaran penyakit oleh spora
jamur yang terdapat pada permukaan daun/batang yang berkudis yang tercuci dan
terpencar oleh percikan air hujan.
4. Pengendalian

• Menanam varietas tahan.

• Sanitasi lahan dengan memotong dan mem-bakar atau mengubur batang/cabang


tanaman yang terserang penyakit kudis di dalam tanah.

• Fungisida clorotalonil, Dithane M-45 pada umur satu bulan hingga berumur tiga
bulan dengan interval waktu satu bulan (Nasir, dkk., 2015).

4.2.5 Penyakit Penyakit Layu Bakteri pada Tanaman Singkong

Batang ubi kayu (singkong) yang sakit layu dapat diisolasi bakteri peseudomonas
solanacearum. Ubi kayu (singkong) yang terkena sakit lendir atau sakit layu ini
disebabkan oleh bakteri. Pada penyakit layu ini daun – daun layu bersama-sama
dan untuk sementara tetap melekat pada batang.

Di laporkan bahwa gejala penyakit layu bakteri pada ubi kayu dapat dibedakan
menjadi 3 tipe: tanaman layu, daun gugur dan mati ujung. Biasanya kedua gejala
yang pertama disertai dengan perubahan warna pada bagian-bagian di bawah
tanah, sedangkan hal ini tidak terjadi pada tipe ke tiga. Isolasi dari tanaman sakit
dengan gajala – gejala yang berbeda tipenya menghasilkan 2 koloni yang jelas
berbeda putih cair dan putih berlendir. Selanjutnya diketahui bahwa koloni yang
putih cair adalah koloni Pseudomonas solanacearum , diisolasi dari tanaman
dengan gejala layu dan gugur daun. sedangkan koloni yang berwarna putih
berlendir adalah koloni Xantomonas campestris pv. manihotis. Penyebab hawar
ubi kayu, di isolasi dari tanaman yang bergejala mati ujung.

Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu patogen terpenting dari


golongan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit layu bakteri yang tersebar
secara luas di daerah tropik dan subtropik serta daerah-daerah bersuhu panas di
dunia.
Usaha pengendalian P. solanacearum dengan menggunakan varietas tahan dan
antibiotika (bakterisida) ternyata membawa masalah baru dengan munculnya ras-
ras baru patogen yang lebih virulen, sehingga perlu dicari suatu penanganan lain
yang lebih aman dan ramah lingkungan (Anonim, 2021).
V. KESIMPU
LAN

Kesimpulan dari adalah:dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Jenis penyakit penting pada tanaman hortikultura yaitu Penyakit Hawar Daun
Bakteri pada Tanaman Padi, Penyakit Busuk Batang Bakteri (Bacterial Stalk
Rot) pada Tanaman Jagung, Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Kacang
Hijau, Penyakit Kudis pada Tanaman Ubi Jalar, Penyakit Penyakit Layu
Bakteri pada Tanaman Singkong.
2. Gejala penyakit yang timbul pada tanaman berbeda-beda tergantung kepada
faktor penyebabnya seperti bakteri, jamur dan virus.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2021. https://www.terbah-patuk.desa.id/first/artikel/136-Jenis-Jenis-


Penyakit-yang-Paling-Sering-Menyerang-Padi. diakses pada 10 Oktober
2021.

Anonim, 2021. https://indonesiabertanam.com/2014/12/23/beberapa-penyakit-


penting-pada-tanaman-singkong-dan-pengendaliannya/. diakses pada 10
Oktober 2021.

Nasir Saleh, Sri Wahyuni Indiati, Yudi Widodo, Sumartini St.A, Rahayuningsih.
2015. Hama, penyakit, dan gulma pada tanaman ubi jalar identifikasi dan
pengendaliannya. BALIKABI. Malang.

Sumartini.2019. Penyakit Bercak Daun pada Kacang Hijau (Vigna radiata).


BALITKABI.Malang.

Subandi. 1987. Maize production in Indonesia. National Maize Workshop. July


21-23 1987. Malaysian Agric. Res. and Dev. Institute (MARDI), Penang,
Malaysia. 28 h.

Abadi, A. L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan II. Bayumedia Publishing. Malang.


Jackson RW (editor). (2009). Plant Pathogenic Bacteria: Genomics and
Molecular Biology.Caister Academic Press.
Kasfar, F., A. I. Putra Dan Z. Yuningsih. 2006. Uji Ketahanan Tanaman Pisang
yang Diimunisasi dengan Pseudomonas Berflouresensi terhadap Ralstonia
Solanacearum.Jurnal Pimnas Xix.1(12).
Ningsih, Desty Rahayu. 2010. Penyakit Tanaman.UI Press. Jakarta.
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar swadaya. Jakarta.
Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Setiadi. 2000. Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman Umum. Bumi Aksara.
Padang.
Sinaga, M. 2006. Dasar-DasarIlmuPenyakitTumbuhan.PenebarSwadaya.
JakartaSupriyadi, A. 2002. Rendemen Tebu : Liki-Liku Permasalahannya.
Kanisius.
Yogyakarta.
Tri Maryono, Ani Widiastuti, Achmadi Priyatmojo. 2017. Penyakit Busuk Akar
dan Pangkal Batang Tebu di Sumatera Selatan. Jurnal Fitopatologi
Indonesia.Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Wahyuno, D. dan D. Manohara. 1995. Pembentukan oospora Phytophthora


capsici pada jaringan lada. Hayati, vol. 2: 46 – 48.

Widodo, Joko. 2009.Pembudidayaan Tanaman.Bayumedia Publishing. Malang.

Yuhono, J.T. 2007.Sistem Agribisnis Lada dan Strategi Pengembangannya.


Jurnal Litbang Pertanian, vol. 26 (2): 76 – 8
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai