HORTIKULTURA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)
Oleh
Mir’atun Nisa
1814181008
Gejala penyakit pada tumbuhan dapat berupa bercak, hawar (seperti tersiram air
panas), gosong, mengeriting, bengkak, bahkan beberapa penyakit dapat
menyebabkan kematian pada tumbuhan, misalnya busuk akar, busuk pangkal
batang, rebah kecambah, dan layu.Diagnosis penyakit tumbuhan ada yang mudah,
karena gejalanya khas, tetapi lebih banyak yang sulit ditentukan penyebabnya
karena gejalanya banyak yang mirip satu sama lain. Apalagi penyebabnya
kebanyakan adalah adanya organisme yang sukar dilihat dengan mata telanjang
(Abadi, 2003).
Suatu penyebab penyakit pada tumbuhan dibedakan menjadi dua golongan yaitu
yang disebabkan oleh faktor abiotik dan faktor biotik. Penyakit abiotik adalah
penyakit tanaman noninfeksius atau tidak dapat ditularkan antar tanaman satu
dengan yang lain. Oleh sebab itu penyakit abiotik juga disebut sebagai penyakit
noninfeksius (Sinaga, 2006).
1.2 Tujuan
Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai
akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit.Berdasarkan peruubahan yang
terjadi pada sel tumbuhan, gejala penyakit tumbuhan dapat dibagi 3 (tiga) yaitu
nekrotik, hipoplastis, dan hiperplastis. a) Nekrotik merupakan gejala yang terjadi
akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. Nekrotik
terbagi atas hidrosis, klorosis, nekrosis, perforasi, busuk, eksudasi, layu, mati
ujung (die back), dan terbakar. b) Hipoplastis merupakan gejala yang disebabkan
karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel. Hipoplastis terbagi atas
etiolasi, kerdil, klorosis, perubahan simetri, dan roset. c) Hiperplastis merupakan
gejala yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya
(overdevelopment). Hiperplastis terbagi atas fasiasi, intumesensia, erinose, kudis
(Scab), menggulung atau mengeriting, prolepsis, sapu, erinos, dan sesidium
(Sinaga, 2006).
Alat yang digunakan pada praktikum ini alat tulis. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah Cari tanaman pangan dan palawija atau umbi2an yang ada di
sekitar tempat tinggal anda, yang menunjukkan gejala penyakit
Tanaman-tanaman yang dapat anda cari antara lain:
1. Tanaman padi
2. Tanaman jagung
3. Tanaman Kacang-kacangan
4. Tanaman ubi jalar
5. Tanaman singkong
7. Tuliskan carapengendaliannya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sumber:
https://www.terbah-
patuk.desa.id/first/artik
el/136-Jenis-Jenis-
Penyakit-yang-Paling-
Sering-Menyerang-
Padi. diakses pada 10
Oktober 2021.
Busuk Batang Bakteri 1. Erwinia 1. Gunakan varietas
(Bacterial Stalk Rot) carotovora f.sp. zeae tahan
Sabet
2. gejala pada pertengahan 2. Usahakan
umur tanaman tiba-tiba pengolahan tanah yang
patah, buku batang 2. Erwinia baik dan hindari banjir
paling bawah menjadi chrysanthemi pv. dengan drainase yang
coklat kemerahan zeae baik
sampai coklat gelap,
kebasahan, lunak, licin,
gambar penyakit dan dan berakhir mati serta
gejalanya pada tanaman Sumber: Subandi.
berbau busuk
jagung 1987.
Sumber: Sumartini,
2019.
kudis pada tanaman ubi Sphaceloma batatas 1. Menanam varietas
jalar (Saw.) tahan
4. gejalanya yaitu Mula- 2. Sanitasi lahan
mula berupa bercak Sinonim Elsinoe dengan memotong
kemudian membentuk batatas (Saw.) dan membakar
benjolan seperti kudis, atau mengubur
biasanya terdapat pada batang/cabang
gambar penyakit dan
tulang-tulang daun tanaman yang
gejalanya pada tanaman
bagian bawah. Jika terserang penyakit
ubi jalar cuaca mendukung kudis kudis di dalam
tersebar sampai tanah.
mencapai daun daun
yang berada di pucuk, 3. Fungisida
dan pucuk. clorotalonil,
Dithane M-45
Penyakit kudis dapat pada umur
menyerang tulang-tulang satu bulan hingga
daun, batang, dan berumur tiga bulan
pucuk tanaman, yang dengan
dicirikan dengan daun- interval waktu
daun yang terserang satu bulan
menjadi kecil, berkerut
(keriting) dan tidak
membuka sepenuhnya. Sumber: Nasir Saleh,
Pada serangan berat dkk., 2015.
pucuk menjadi kerdil
dan akhirnya mati.
Sumber :
https://indonesiabertan
am.com/2014/12/23/be
berapa-penyakit-
penting-pada-tanaman-
singkong-dan-
pengendaliannya/.
diakses pada 10
Oktober 2021
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi
Penyakit hawar daun ini merupakan bakteri yang tersebar luas dan dapat
menurunkan hasil panen yang cukup signifikan. Penyakit ini menyerang saat
kondisi musim hujan atau musim kemarau yang basah, terutama pada lahan sawah
yang selalu tergenang dan kandungan pupuk N tinggi. Penyakit ini disebabkan
bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae.
Penyakit ini menghasilkan dua gejala, yaitu kresek dan hawar. Kersek merupakan
gejala yang terjadi pada tanaman yang sudah berumur 30 hari dari persemaian
atau yang baru pindah. Daun-daun yang terserang akan berwarna hijau kelabu,
melipat dan menggulung. Dalam keadaan parah mampu menyebabkan daun
menggulung, layu, dan bias mati, mirip seperti tanaman yang terserang penggerak
batang. Sementara hawar merupakan merupakan gejala yang paling umum pada
tanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan hingga fase pemasakan.
Pengendalian penyakit hawa daun bisa dengan pengaturan air yang cukup.
Hindari penggenangan air yang terus menerus maisalkan 1 hari digenangi dan 3
hari dikeringkan. Selain itu bisa dengan menggunakan pola tanam yang
mempunyai sirkulasi udara yang lebih baik, seperti jajar legowo (Anonim, 2021).
4.2.2 Penyakit Busuk Batang Bakteri (Bacterial Stalk Rot) pada Tanaman
Jagung
1. Patogen: Erwinia carotovora f.sp. zeae Sabet dan Erwinia chrysanthemi pv.
zeae
2. Gejala
Gejala pertama biasanya muncul pada pertengahan umur, tanaman tiba-tiba patah.
Biasanya buku batang paling bawah menjadi coklat kemerahan sampai coklat
gelap, kebasahan, lunak, licin, dan berakhir mati serta berbau busuk. Tanaman
yang sakit tetap hijau sampai beberapa hari karena pembuluh-pernbuluh tetap
utuh. Batang yang mati, patah dan terpilin merupakan petunjuk penyakit busuk
batang bakteri.
Bakteri E. c. f.sp. zeae adalah penyebab busuk batang pada pucuk, terutama pada
jagung yang disiram dengan springkel. Ujung-ujung daun paling atas layu dan
busuk lunak pada batang di daerah dasar corong daun. Bagian yang busuk
menyebar cepat ke bawah sampai tanaman mati dan rebah.
3. Siklus Penyakit
Biasanya bakteri hidup secara saprofitik pada sisa-sisa tanaman dalam tanah dan
menyerang tanaman jagung melalui lubang-lubang hidatoda, stomata, pelukaan
pada daun dan batang karena gigitan serangga. Bakteri E. c. f.sp. zeae dapat juga
terbawa biji jagung.
4. Epidemiologi
Bakteri busuk batang banyak terdapat dan sangat merusak bila curah hujan tinggi,
bila tanaman jagung disiram dengan springkel atau pada tanah-tanah yang mudah
kena banjir. Penyakit busuk batang sangat baik perkembangannya pada suhu
tinggi (3 0-3 5°C) dengan sirkulasi udara yang kurang baik.
5.Pengendalian:
1. Gunakan varietas tahan.
2. Usahakan pengolahan tanah yang baik dan hindari banjir
dengan drainase yang baik (Subandi. 1987).
Bercak daun merupakan penyakit utama pada kacang hijau. Penyakit bercak daun
sudah tersebar di seluruh sentra produksi kacang hijau di Indonesia, dan juga
tersebar di Asia seperti Filipina, Malaysia, Thailand, India, Bangladesh, dan
Pakistan. Kehilangan hasil akibat penyakit bercak daun dapat mencapai 60%.
Penyebaran penyakit melalui angin, percikan air, alat-alat pertanian, ternak, dan
pakaian. Perkembangan penyakit didukung oleh kelembaban tinggi (banyak
terjadi pada musim hujan), suhu sejuk (20−24°C), dan keadaan tanaman yang
kurang subur. Intensitas bercak daun meningkat pada saat polong mulai berisi.
Inang lain dari penyakit bercak daun adalah: kacang panjang (Vigna unguiculata),
kacang bogor (Vigna subterranea), kacang koro (Canavalia ensiformis), dan koro
pedang (Canavalia gladiata).
Penyakit bercak daun disebabkan oleh cendawan Cercospora canescens dan
Cercospora cruenta, tetapi C. canescens lebih banyak ditemukan di lapangan.
Gejala penyakit yaitu daun terdapat bercak berwarna coklat, atau coklat
kemerahan, berbentuk bulat, atau tidak teratur (Gambar 1) yang pusatnya kelabu
atau putih. Cendawan Cercospora canescens mempunyai konidium hialin,
berbentuk jarum, atau gada dengan ujung runcing, serta mempunyai banyak sekat.
Tangkai konidium (konidiofor) membentuk berkas, dengan warna agak coklat.
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan: (1) Menanam varietas tahan (Varietas
Vima 4 dan Vima 5 agak tahan terhadap bercak daun), (2) Pemberian pupuk
sesuai rekomendasi, (3) Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inangnya, (4)
Sisa-sisa tanaman saat panen digunakan sebagai kompos supaya tidak berperan
sebagai sumber inokulum, (5) Penyemprotan fungisida nabati dapat menggunakan
larutan lengkuas (Sumartini.2019).
2. Gejala
Mula-mula berupa bercak kemudian membentuk benjolan seperti kudis, biasanya
terdapat pada tulang-tulang daun bagian bawah. Jika cuaca mendukung kudis
tersebar sampai mencapai daun-daun yang berada di pucuk, dan pucuk seperti
terpilin dan tumbuh tegak. Gejala tunas terpilin dan tumbuh tegak tersebut secara
cepat dapat dilihat dari jarak agak jauh. Penyakit kudis dapat menyerang tulang-
tulang daun, batang, dan pucuk tanaman, yang dicirikan dengan daun-daun yang
terserang menjadi kecil, berkerut (keriting) dan tidak membuka sepenuhnya. Pada
serangan berat pucuk menjadi kerdil dan akhirnya mati.
3. Bioekologi
Penyakit kudis berkembang lebih baik dalam cuacalembab dan sejuk. Oleh karena
itu pengairan yang berlebihan harus dihindari. Penyebaran penyakit oleh spora
jamur yang terdapat pada permukaan daun/batang yang berkudis yang tercuci dan
terpencar oleh percikan air hujan.
4. Pengendalian
• Fungisida clorotalonil, Dithane M-45 pada umur satu bulan hingga berumur tiga
bulan dengan interval waktu satu bulan (Nasir, dkk., 2015).
Batang ubi kayu (singkong) yang sakit layu dapat diisolasi bakteri peseudomonas
solanacearum. Ubi kayu (singkong) yang terkena sakit lendir atau sakit layu ini
disebabkan oleh bakteri. Pada penyakit layu ini daun – daun layu bersama-sama
dan untuk sementara tetap melekat pada batang.
Di laporkan bahwa gejala penyakit layu bakteri pada ubi kayu dapat dibedakan
menjadi 3 tipe: tanaman layu, daun gugur dan mati ujung. Biasanya kedua gejala
yang pertama disertai dengan perubahan warna pada bagian-bagian di bawah
tanah, sedangkan hal ini tidak terjadi pada tipe ke tiga. Isolasi dari tanaman sakit
dengan gajala – gejala yang berbeda tipenya menghasilkan 2 koloni yang jelas
berbeda putih cair dan putih berlendir. Selanjutnya diketahui bahwa koloni yang
putih cair adalah koloni Pseudomonas solanacearum , diisolasi dari tanaman
dengan gejala layu dan gugur daun. sedangkan koloni yang berwarna putih
berlendir adalah koloni Xantomonas campestris pv. manihotis. Penyebab hawar
ubi kayu, di isolasi dari tanaman yang bergejala mati ujung.
Nasir Saleh, Sri Wahyuni Indiati, Yudi Widodo, Sumartini St.A, Rahayuningsih.
2015. Hama, penyakit, dan gulma pada tanaman ubi jalar identifikasi dan
pengendaliannya. BALIKABI. Malang.