Anda di halaman 1dari 19

PENGENALAN GEJALA PENYAKIT TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Rombongan
Asisten

: Kasriati Heruningsih
: B1J011155
:3
:I
: Surinih

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014

I.

PENDAHULUAN

Timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara


tanaman inang dan petogen. Penanaman gejala fenyakit dapat didasarkan kepada
tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya.
Gejala ada dua macam, ada yang primer dan ada yang sekunder. Gejala primer terjadi
pada bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala
yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian
yang menunjukkan gejala primer (Azis, 2010).
Parasit yang menyebabkan penyakit pada tanaman pada umumnya
membentuk bagian vegetatifnya di dalam jaringan tanaman sehingga tidak tampak
dari luar. Tetapi walaupun demikian ia membentuk bagian reproduktifnya pada
permukaan tanaman yang diserangnya atau hanya sebagian tampak pada permukaan
tersebut. Selan itu sering pula pembentukan propagul dalam bentuk istirahat pada
permukaan tanaman (Azis, 2010).
Gejala dapat di bedakan menjadi tiga yaitu: tipe Nekrosis, tipe
Hipoplasia,dan tipe Hiperplasia. Dimana tipe Nekrosis meliputi gejala-gejala yang
terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel, tipe Hipoplasia
meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya
pertumbuhan sel (underdevelopment) dan tipe Hyperplasia meliputi gejala-gejala
yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu diadakannya praktikum pengenalan gejalagejala penyakit tanaman agar kita dapat melihat secara langsung perubahanperubahan yang terjadi ketika tanaman tersebut terinfeksi (Azis, 2010).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai gejala penyakit
tumbuhan yang disebabkan oleh patogen.

II.

TELAAH PUSTAKA

Penyakit tumbuhan ditunjukan oleh keadaan patologis yang khas yang


disebut gejala. Tanaman yang terserang penyakit biasanya memiliki gejala maupun
tanda-tanda alam. Gejala merupakan perubahan struktur morfologi, anatomi ataupun
fisiologi tanaman sebagai reaksi tanggapan terhadap patogen. Kadang-kadang
penyakit pada tanaman menunjukkan gejala yang sama. Oleh karena itu, dengan
memperhatikan gejala saja tidak dapat menentukan diagnosis dengan pasti, maka
perlu diperhatika tanda penyakit. Tanda-tanda penyakit merupakan bagian atau
keseluruhan morfologi patogen yang terlihat pada bagian tumbuhan yang terserang
penyakit. Apabila tanaman diganggu oleh patogen atau oleh kondisi lingkungan
tertentu dan satu atau lebih fungsi-fungsi fisiologisnya terganggu sehingga terjadi
penyimpangan tertentu dari normal, maka tanaman itu menjadi sakit. Mekanisme
terjadinya sakit berbeda-beda sesuai dengan agensia penyebabnya dan kadangkadang dengan tanamannya (Agrios, 1996).
Organisme yang menyebabkan penyakit disebut sebagai patogen. Suatu
jasad saprofit mampu menghasilkan suatu produk yang dapat menyebabkan penyakit,
misalnya toksin. Toksin tersebut dapat menginfeksi tanaman sehingga tanaman
tersebut menjadi sakit. Organisme tersebut disebut patogen walaupun prosesnya tidak
langsung (Rochdjatun, 1992).
Infeksi merupakan proses dimana patogen melakukan kontak dengan sel
atau jaringan tumbuhan yang rentan dan mendapatkan nutrisi dari tumbuhan tersebut.
Infeksi yang berhasil akan mengakibatkan timbulnya bagian-bagian yang berubah
warna, bentuk, pertumbuhan terhambat dan lain-lain. Beberapa infeksi dapat
menyebabkan gejala yang bersifat laten yaitu tidak terlihat setelah paska infeksi
secara langsung tetapi terlihat pada saat kondisi tertentu yang bersifat
menguntungkan kehidupan inang (Agrios, 1996). Contoh dari tanda-tanda penyakit
tumbuhan yaitu spora, konidium, miselium, konidiofor, sklerotium, badan buah, rust,
smut, scab dari jamur, sel-sel bakteri dan partikel-partikel virus (Donowidjojo et al.,
1999).

III.
A.

MATERI DAN METODE

Materi
Bahan sampel tumbuhan sakit yang digunakan dalam praktikum adalah
buah cabai (Capsicum annum), daun jagung (Zea mays), buah strawberry
(Fragaria sp.), labu siam (Sechiuro edulo), daun jambu biji (Psidium guajava),
daun papaya (Carica papaya), kentang (Solanum tuberosum), dan buah pisang
(Musa sp.). Alat yang digunakan dalam praktikum adalah alat gambar, kamera,
dan buku identifikasi.

B.

Cara Kerja
1. Gejala penyakit pada tumbuhan atau bagian tumbuhan yang sakit diamati
dan digambar.
2. Diamati dan dicatat tanda penyakit yang ada.
3. Gejala yang tampak digambar atau difoto.
4. Gejala yang telah digambar dicocokkan dengan pustaka.

IV.
A.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Gejala Penyakit Tumbuhan

No

Nama preparat

Buah cabai
(Capsicum
annum)

Daun jagung
(Zea mays)

Tanda
Terdapat
miselium pada
ujung pangkal
buah
Terdapat bercak
nekrotik pada
pinggir daun
Permukaan
kasar dan
terdapat
miselium
berwarna putih

Buah
strawberry
(Fragaria sp.)

Labu siam
(Sechiuro
edulo)

Terdapat bercak
coklat

Daun jambu biji


(Psidium
guajava)

Pinggir daun
mengeriting dan
berwarna coklat

Daun papaya
(Carica
papaya)

Terdapat bercak
nekrotik
berwarna coklat
pada tepi daun

Kentang
(Solanum
tuberosum)

Terdapat
miselium
berwarna putih
keabuan

Gejala
Penyakit
Buah yang masih
hijau mengalami
Antraknosa
mati pada ujung
cabai
pangkal
Permukaan kasar,
keriput dan tulang
Karat daun
daun kering
Terjadi bercak
coklat muda
kebesar-besaran
Busuk buah
agak mengendap
matang
yang sedikit demi
sedikit berubah
menjadi coklat tua.
Terdapat bercak
melekuk, bulat, dan
Antraknosa
tampak basah serta
dapat meluas
Daun muda
mengeriting dan
memiliki bercakBercak
bercak nekrotik
daun
pada tepi atau
ujungnya.
Terdapat bercakbercak putih kelabu
berbentuk bulat
Bercak
atau tidak teratur.
daun
Daun yang
Cercospora
terinfeksi berat
menjadi kuning dan
mengering.
berbentuk bercakbercak berlekuk
dan berwarna tua.
Busuk
Terdapat miselium
kering
berbentuk bantalFusarium
bantal berwarna
putih .menjadi
merah

Patogen
Gloeosporium
piperatum

Puccinia sp.

Colletotrichum
fragariae

Colletotrichum
langenarium

Colletotrichum
gloeosporioide
s

Cercospora
papayae

Fusarium sp.

II

Buah pisang
(Musa sp.)

Buah menjadi
busuk

Buah yang mulai


matang mengalami
pembusukan
berwarna coklat
atau hitam yang
timbul pada
pangkal buah dan
akan terus meluas
ke buah

Busuk buah
matang

Colletotrichum
musae

II

Gambar 1. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) buah cabai
(Capsicum annum). (I) Bagian yang sakit dan (II) bagian yang
sehat.

II

Gambar 2. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) daun jagung (Zea
mays). (I) Bagian yang sakit dan (II) bagian yang sehat.

II

Gambar 3. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) buah


strawberry (Fragaria sp.). (I) Bagian yang sakit dan (II)
bagian yang sehat.

II

Gambar 4. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) labu siam
(Sechiuro edulo). (I) Bagian yang sakit dan (II) bagian yang
sehat.

II

Gambar 5. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) daun jambu
biji (Psidium guajava). (I) Bagian yang sakit dan (II)
bagian yang sehat.
a

II

Gambar 6. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) daun pepaya
(Carica papaya). (I) Bagian yang sakit dan (II) bagian yang
sehat.

II
I

Gambar 7. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) kentang


(Solanum tuberosum). (I) Bagian yang sakit dan (II) bagian
yang sehat.

II

Gambar 8. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) buah pisang
(Musa sp.). (I) Bagian yang sakit dan (II) bagian yang sehat.

B. Pembahasan
Tumbuhan yang sakit biasanya menunjukan gejala yang khusus. Gejala
merupakan perubahan-perubahan yang ditunjukan oleh tumbuhan itu sendiri, sebagai
akibat dari adanya penyebab penyakit. Disamping memperhatikan gejala, tanda dari
penyakit juga harus diperhatikan. Tanda adalah semua pengenal dari penyakit selain
reaksi tumbuhan inang, misal bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora,
damar, lendir, dan sebagainya (Palungkun dan Indriani, 1992).
Menurut sifatnya, gejala dapat lokal (setempat) dan sistemik. Gejala lokal
terbatas pada daerah tertentu, seperti adanya bercak-bercak pada daun yang
warnanya berbeda dari biasanya, kanker pada batang, dan sebagainya. Gejala yang
berupa perubahan warna, tekstur, bentuk, atau penampilan lain secara terlokalisasi
pada jaringan yang sakit disebut belur (lesion). Sebaliknya gejala sistemik terdapat
pada seluruh badan tumbuhan, misalnya layu, kerdil, dan perubahan warna daun.
Sering kali karena pengaruh keadaan tertentu gejala penyakit dapat hilang dan gejala
disebut sebagai gejala terselubung (masked symptom) (Semangun, 2001).
Menurut Semangun (2001), gejala-gejala dapat dibagi menjai 3 tipe pokok
yaitu :
1. Gejala-gejala nekrotik, disebabkan karena adanya kerusakan pada sel atau
matinya sel.
a. Nekrosis atau matinya bagian tumbuhan yang biasanya berbentuk noda atau
bercak. Warna bercak terkadang tidak merata tetapi seperti ada lingkaranlingkaran.
b.

Hidrosis, sebelum sel-sel mati biasanya lebih dahulu bagian itu tampak
kebasah-basahan. Hal ini disebabkan karena air sel keluar dari ruang sel dan
masuk kedalam ruang sela-sela sel.

c. Klorosis yaitu rusaknya kloroplast yang menyebabkan menguningnya bagianbagian yang berwarna hijau. Seringkali gejala ini mendahului gejala nekrosis.
d. Layu sebagai akibat hilangnya turgor sel.
e. Gosong yaitu mati dan mengeringnya bagian tunbuhan tertentu.
f. Mati ujung atau mati pucuk yaitu suatu kematian yang dimulai dari ujung
ranting dan menjalar ke ranting. Gejala ini biasanya disebabkan oleh parasitparasit lemah yang serangannya dipengaruhi oleh kondisi tumbuhan.

g. Busuk disebabkan karena rusaknya sel-sel atau jaringan-jaringan. Busuk ada


dua jenis yaitu busuk basah dan busuk kering.
h. Rebah semai disebabkan karena keadaan yang lembab pada tumbuhan dan
akhirnya diserang oleh beberapa macam jamur.
i. Kanker umumnya disebabkan oleh parasit-parasit dan terjadi pada bagian
yang berkayu.
j. Pendarahan (eksudasi) yaitu keluarnya cairan dari bagian tanaman yang sakit.
2. Gejala-gejala hipoplastik yaitu terhambatnya atau berhentinya pertumbuhan
antara lain:
a.

Kerdil atau atropi merupakan gejala sistematik yang disebabkan


oleh terhambatnya pertumbuhan bagian-bagian tanaman.

b.

Perubahan simetri yaitu terhambatnya pertumbuhan pada bagian


tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pertumbuhan pada bagian di
depannya dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk.

c.

Klorosis yaitu rusaknya kloroplas pada bagian yang berwarna


hijau.

d.

Etiolasi yaitu gejala yang terjadi jika tumbuhan berada dalam


kekurangan cahaya.

e.

Pemusaran adalah daun tampak terpusar, berdesak-desakan


membentuk satu karangan.

3.

Gejala-gejala hiperplastik terjadi karena pertumbuhan


tanaman lebih cepat dari biasanya, meliputi:
a.

Sapu setan terjadi karena berkembangnya banyak tunas ketiak yang


biasanya laten atau tidur.

b.

Proplepsis yaitu jika suatu cabang mengalami gangguan pada


unjungnya, maka sering beberapa tunas tidur dekat dibawah bagian yang sakit
dan berkembang menjadi ranting-ranting yang tubuh vertikal dengan cepat.

c.

Erinosis yaitu pembentukan trikoma yang luar biasa.

d.

Menggulung atau mengeriting disebabkan karena pertumbuhan yang


tidak seimbang dari bagian-bagian daun.

e.

Fasiasi, suatu alat yang seharusnya silindris dan lurus menjadi pipih,
lebar, dan membelok.

f.

Kudis adalah bercak kasar, terbatas dan agak menonjol, kadangkadang ujungnya pecah.

g.

Rontoknya alat-alat atau organ tanaman, terutama yang terjadi


sebelum waktunya.

h.

Perubahan warna, yang dimaksud bukan klorosis tetapi disebabkan


karena tumbuhan kekurangan unsur hara.
Preparat sakit yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah cabai

(Capsicum annum), daun jagung (Zea mays), buah strawberry (Fragaria sp.), labu
siam (Sechiuro edulo), daun jambu biji (Psidium guajava), daun papaya (Carica
papaya), kentang (Solanum tuberosum), dan buah pisang (Musa sp.). Gejala penyakit
yang ditimbulkan sebagian besar disebabkan oleh jamur. Preparat buah cabai yang
diamati mengalami penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Gloeosporium
piperatum. Gejala yang ditimbulkan, yaitu mati pangkal ujung pada buah yang masih
hijau. Menurut Ratulangi et al. (2012), buah cabe yang terserang antraknosa mulamula berbentuk bercak coklat kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk
lunak bahkan busuk kering. Dari variasi gejala yang tampak, ada yang busuk hanya
sebagian baik dipangkal buah, tengah buah maupun ujung buah bahkan ada yang
keseluruhan buahnya menjadi busuk sehingga kelihatan kering dan bentuknya
keriput.
Penyakit Antraknosa pada tanaman cabe tersebar luas di semua daerah
pertanaman cabe di seluruh dunia. Di Indonesia yang beriklim tropis penyakit ini
dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar seperti di Sumatera, Lampung. Irian
Jaya dan daerah lainnya. Dilaporkan bahwa penyakit Antraknosa juga telah
ditemukan di berbagai negara seperti Malaysia, Philipina, Amerika, Thailand,
Singapura dan Nigeria (Ratulangi et al., 2012).
Penyakit Antraknosa pada cabe disebabkan oleh jamur yang terdiri dari dua
jenis yaitu Gloeosporium piperatum Ell. et EV. Dan Colletotrichum capsici (Syd.)
Budl. Et Bisby. Terdapat empat jenis jamur Colletotrichum yang berasosiasi pada
tanaman cabe yaitu : C. acutatum, C. gloeosporioides, C. Capsici, dan C. boninese.
Berikut klasifikasi Gloeosporium piperatum menurut Alexopoulus (1952) :
Kingdom

= Fungi

Phylum

= Ascomycota

Class

= Sordariomycetes

Order

= Glomerellales

Family

= Glomerellaceae

Genus

= Colletotrichum

Species

= Colletotrichum coccodes

Synonyms

= Gloeosporium piperatum

Antraknosa adalah penyakit terpenting yang menyerang cabai di Indonesia.


Penyakit ini distimulir oleh kondisi lembab dan suhu relative tinggi. Penyakit
antraknosa dapat menyebabkan kerusakan sejak dari persemaian sampai tanaman
cabai berbuah, dan merupakan masalah utama pada buah masak, serta berakibat
serius terhadap penurunan hasil dan penyebaran penyakit. Perkembangan penyakit
ini paling baik terjadi pada suhu 30 oC, sporulasi G. piperatum terjadi padasuhu
23oC (Syamsudin, 2007).
Penyakit yang menyerang preparat daun jagung (Zea mays) adalah penyakit
karat daun yang disebabkan oleh Puccinia sp. gejala yang ditimbulkan adalah
permukaan daun kasar, keriput dan tulang daun kering. Menurut Burhanudin (2009),
gejala penyakit karat dominan tampak pada daun tanaman jagung dibanding dengan
bagian tanaman lainnya. Pada tanaman dewasa yaitu daun yang sudah tua terdapat
titik-titik noda yang berwarna kecoklatan seperti karat serta terdapat serbu yang
berwarna kuning kecoklatan, serbuk ini kemudian menjadi bermacam-macam
bentuk. Kranz et al. (1997) dalam Burhanudin (2009), mengemukakan bahwa pada
permukaan atas dan bawah daun terdapat bercak kecil atau seperti bisul, bentuknya
bulat sampai lonjong berwarna coklat kemerahan ukuran 2 mm. Bercak ini
menghasilkan spora yang disebut teliospora, tersebar pada permukaan daun dan akan
berubah warna menjadi hitam kecoklatan setelah teliospora berkembang. Karena
banyaknya teliospora yang terbentuk menyebabkan permukaan bagian atas daun
menjadi kasar. Pada tingkat serangan berat daun menjadi kering.
Puccinia sp. dapat bertahan hidup pada jaringan mati karena tidak dapat
hidup sebagai saprofit. Berkembang sangat baik pada suhu 27-280 C dan
kelembaban udara yang tinggi serta jenis varietas/tanaman tertentu. Kelembaban
udara yang tinggi akan meningkatkan serangan penyakit karat. Hal ini sejalan dengan
yang dilaporkan Pakki (1998) dalam Burhanudin (2009), bahwa intensitas serangan
penyakit karat lebih tinggi di Batukaropa yang kelembaban udaranya lebih tinggi
dibandingkan dengan di Lanrang yang relatif lebih rendah kelembaban udaranya.
Faktor lainnya adalah perbedaan topografi. Pada ketinggian di atas 1.220 meter dari
permukaan laut, perkembangan penyakit terhambat dan sebaliknya perkembangan
penyakit sangat baik pada ketinggian di bawah 900 meter dari permukaan laut.

Penyakit yang menyerang pada preparat strawberry (Fragaria sp.) adalah


busuk buah matang yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum fragariae. Gejala
yang ditimbulkan adalah terjadinya bercak coklat muda kebesar-besaran sedikit
mengendap, kemudian sedikit demi sedikit berubah menjadi coklat tua. Menurut
Semangun (2001), busuk buah matang (Ripe Fruit Rot) yang disebabkan oleh
Colletotrichum fragariae memiliki gejala yang khas hanya pada buah yang masak
saja dengan buah busuk disertai massa spora berwarna merah jambu.
Penyakit yang menyerang preparat kentang (Solanum tuberosum) adalah
busuk kering fusarium yang disebabkan oleh jamur pathogen Fusarium sp. gejala
yang ditimbulkan adalah terdapat bercak-bercak berlekuk dan berwarna tua.
Kemudian tampak miselium berbentuk bantal-bantal berwarna putih menjadi warna
merah. Menurut Semangun (2001), gejala awal pada umbi yang terserang berupa
bercak-bercak berlekuk berwarna tua yang nantinya akan semakin meluas.
Permukaan umbi yang terinfeksi diselimuti oleh miselium cendawan berwarna putih
hingga merah jambu dan membentuk banyak konidium. Bagian umbi yang terserang
umumnya memperlihatkan gejala mummifikasi, yaitu kering, berkerut, dan keras.
Cendawan Fusarium sp. mempunyai konidium berbentuk sabit, umumnya
bersekat tiga, berukuran 30-40 x 4,5-5,5 m, membentuk massa berwarna putih atau
merah jambu. Infeksi penyakit umumnya terjadi karena adanya luka-luka yang
terdapat pada kulit kentang. Luka-luka pada kulit kentang umumnya terjadi secara
mekanis selama panen dan sortasi, serangga, nematoda, cendawan, maupun luka
karena terbakar matahari. Selain melalui luka, infeksi cendawan ini juga dapat terjadi
melalui lentisel dan jaringan rentan di sekitar mata tunas. Penularan di dalam
penyakit yang terjadi di dalam gudang penyimpanan terjadi melalui kontak antara
kulit umbi terinfeksi dan kulit sehat, serta pada umumnya berlangsung lambat.
Cendawan mempertahankan diri dari musim ke musim dengan membentuk
sklerotium atau berada di dalam tanah sebagai saprofit (Semangun, 2001).
Fusarium oxysporum adalah agen penyebab penyakit layu pembuluh di
lebih dari 100 spesies tanaman berbeda. Seperti jamur penginfeksi akar lainnya, F.
oxysporum tetap berada di tanah untuk jangka waktu yang panjang, baik dalam
bentuk chlamydospores berdinding tebal atau sebagai saprofit. Senyawa eksudat
yang dikeluarkan oleh tanaman inang menjadi pemicu perkecambahan spora, diikuti
oleh pertumbuhan hifa diarahkan dan penetrasi akar, secara istimewa melalui lubang
alami di persimpangan dari sel-sel epidermis Di dalam akar, jamur tumbuh antar dan

intraseluler

sampai

mencapai

jaringan

pembuluh,

dimana

nantinya

akan

berkolonisasi di pembuluh xilem, membuat layu dan tanaman mengalami kematian


(Lpez-Berges et al., 2012).
Penyakit yang menyerang preparat daun jambu biji (Psidium guajava)
adalah bercak daun yang disebabkan oleh patogen Colletotrichum gloeosporioides.
Gejala yang ditimbulkan adalah daun muda mengeriting dan memiliki bercak-bercak
nekrotik pada tepi atau ujungnya. Menurut Palungkun dan Indriani (1992), daun
menggulung atau mengeriting disebabkan oleh virus Collectricum gleosporides Penz.
Virus memiliki ukuran yang sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop elektron. Virus yang menyebabkan penyakit pada tanaman mempunyai
tiga sifat dasar yaitu penularannya, kemampuan untuk bereproduksi hanya dalam
vivo, dan ukurannya yang lebih kecil bila dibandingkan patogen lain. Tanaman yang
terinfeksi virus umumnya menunjukkan gejala berkurangnya ukuran tumbuhan dan
mengakibatkan penurunan produksi.
Preparat buah pisang (Musa sp.) yang diamati menunjukkan gejala sebagai
berikut, buah yang mulai matang mengalami pembusukan berwarna coklat atau
hitam yang timbul pada pangkal buah dan akan terus meluas ke buah. Gejala tersebut
menunjukkan bahwa preparat pisang terserang penyakit busuk buah matang yang
disebabkan oleh Colletotrichum musae.
Preparat daun pepaya (Carica papayae) yang diamati terserang penyakit
bercak daun cercospora. Gejala yang ditimbulkan, yaitu terdapat bercak-bercak putih
kelabu berbentuk bulat atau tidak teratur. Daun yang terinfeksi berat menjadi kuning
dan mengering. Penyakit ini menyerang daun pada hamper semua tanaman family
cucurbitaceae di daerah tropis dan subtropis. Secara khusus gejala patogen ini ditemukan di daun,
tetapi mereka juga akan muncul di tangkai daun dan batang bila lingkungan mendukung
sporulasinya. Penyebarannya banyak dibantu oleh angin. Suhu yang optimal untuk mempercepat
pertumbuhan dan perkembangannya adalah 26 sampai 32oC dan infeksi akan terjadi setiap 7-10
hari. Cercospora tidak menimbulkan kerusakan pada buah, tetapi akan menyebabkan terjadinya
defoliasi daun dan akhirnya mengurangi ukuran dan kualitas buah. Gejala penyakit ini pertama kali
akan muncul pada daun-daun muda dengan membentuk spot yang melingkar tidak beraturan
dengan bagian tengah berwarna coklat terang. Gejala serangan ini terlihat jelas daun bagian atas
(Semangun, 2001).
Preparat labu siam yang diamati terserang penyakit antraknosa yang disebabkan oleh
patogen Colletotrichum langenarium. Gejala yang ditimbulkan, yaitu terdapat bercak
melekuk, bulat, dan tampak basah serta dapat meluas. Menurut Semangun (2001),

gejala awal dimulai dari tulang daun kemudian meluas menjadi bercak cokelat,
bersudut atau agak bulat, diameter mencapai 1 cm terkadang lebih. Gejala yang
menyerang daun berkembang mengakibatkan permukaan daun menjadi tidak rata.
Bercak-bercak yang bersatu mengakibatkan kematian pada jaringan daun. Gejala
bercak pada tangkai dan batang tampak seperti memanjang, berwarna cokelat tua,
dan mengendap. Bercak pada buah akan tampak pada saat buah mulai masak.
Kondisi cuaca yang lembab memperlihatkan massa spora berwarna merah jambu di
tengah bercak.
Konidium cendawn Colletotrichum langenarium berwarna hialin, bersel
satu, berbentuk oval, dan berukuran 13-19 x 4-6 m. Massa konidium terlihat seperti
lendir berwarna merah jambu. Konidium yang berkecambah membentuk pembuluh
kecambah yang jika kontak dengan permukaan yang kuat akan membentuk
apresorium bulat, berdinding tebal, dan berwarna tua. Tubuh buah cendawan
berbentuk aservulus dengan seta berwarna cokelat, berdinding tebal, bersekat 2-3,
panjangnya 90-120 m. Cendawan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit dan
terbawa benih. Pemencaran konidium dibantu oleh percikan air (Agrios, 1996).
Preparat buah pisang (Musa sp.) yang diamati mengalami gejala Buah yang
mulai matang mengalami pembusukan berwarna coklat atau hitam yang timbul pada
pangkal buah dan akan terus meluas ke buah. Gejala tersebut menunjukkan bahwa
buah pisang terserang penyakit antraknosa yang disebabkan oleh patogen
Colletotrichum musae. Menurut Agrios (1996), gejala awal berupa bercak-bercak
klorosis berwarna putih kekuningan yang bagian tengahnya berwarna cokelat.
Bercak-bercak memanjang searah dengan tulang-tulang daun. Barcak-bercak ini
dapat bersatu menjadi lebih besar dan mengering. Gejala pada buah yang masih
mentah berupa berubahnya warna buah dari hijau menjadi kuning yang kemudian
menjadi cokelat tua atau hitam dengan tepi berwarna kuning. Infeksi berat
mengakibatkan buah menjadi kering dan mengalami mumifikasi. Buah yang berada
di tempat penyimpanan timbul gejala berupa bercak kecil cokelat kehitaman dengan
tepi kebasahan. Pada permukaan bercak terjadi titik-titik merah jambu yang terdiri
atas kumpulan tubuh buah cendawan.
Konidium cendawan ini berbentuk jorong memanjang, berwarna hialin,
berukuran 11-17 x 4-6 m. Konidium dibentuk pada ujung konidiofor yang
panjangnya mencapai 30 m dengan lebar 3-5 m. Konidium dan konidiofor
terbentuk dalam aservulus yang terletak pada permukaan bagian tanaman yang
terinfeksi. Aservulus berbentuk bulat, diameternya mencapai 400 m, jarang

mempunyai seta. Konidium dipencarkan oleh percikan air dari sisa-sisa tanaman
pisang. Konidium dapat menular ke buah dapat berasal dari daun sakit yang masih
basah maupun yang kering, dan sisa-sisa bunga yang telah mati. Suhu optimum
terbentuknya konidium adalah 27-30 C. Penyakit ini banyak ditemukan pada saat
musim penghujan (Semangun, 2001).

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah preparat buah
cabai (Capsicum annum) terserang penyakit antraknosa yang disebabkan oleh
Gloeosporium piperatum, preparat daun jagung (Zea mays) terserang penyakit
karat daun yang disebabkan oleh Puccinia sp., buah strawberry (Fragaria sp.)
mengalami penyakit busuk buah matang yang disebabkan oleh Colletotrichum
fragariae, labu siam (Sechiuro edulo) mengalami penyakit antraknosa yang
disebabkan oleh Colletotrichum fragariae, daun jambu biji (Psidium guajava)
terserang penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Colletotrichum
gloeosporioides, daun papaya (Carica papaya) mengalami penyakit bercak daun
Cercospora yang disebabkan oleh Cercospora papayae, kentang (Solanum
tuberosum) mengalami penyakit busuk kering Fusarium yang disebabkan oleh
Fusarium sp., dan buah pisang (Musa sp.) mengalami penyakit busuk buah
matang yang disebabkan oleh Colletotrichum musae.
B. Saran
Untuk praktikum selanjutnya bisa lebih tertib dan penjelasan lebih jelas
lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Agrios, C. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Alexopolus, C. J. 1952. Introductory Mycology. Jhon Willey and Son. New York.
Azis, A. 2010. Pengenalan Gejala Penyakit pada Tanaman. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Burhanudin. 2009. Komponen Teknologi Pengendalian Penyakit Karat Puccinia
polysora Underw (Uredinales: Pucciniaceae) pada Tanaman Jagung. Prosiding
Seminar Nasional Serealis hal 427-434.
Donowidjojo, S., Djatmiko, H. A. dan Prihatiningsih, N. 1999. Ilmu Penyakit
Tumbuhan. Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
Lpez-Berges, M. S., Capilla, J., Turr, D., Schafferer, L., Matthijs, L., Jchl, C.,
Cornelis, P., Guarro, J., Haas, H., and Pietroa, A. D. 2012. HapX-Mediated
Iron Homeostasis Is Essential for Rhizosphere Competence and Virulence of
the Soilborne Pathogen Fusarium oxysporum C. The Plant Cell, Vol. 24: 3805
3822
Palungkun, R dan Indriani, Y. H. 1992. Hama Penyakit Sayur dan Palawija. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Ratulangi, M. M.,Sembel, D.T., Rante, C.S., Dien, M.F., Meray, E.R.M., Hammig,
H., Shepard, M., Camer, G., dan Benson, E. 2012. Diagnosis dan Insidensi
Penyakit Antraknosa pada Beberapa Varietas Tanaman Cabe di Kota Bitung
dan Kabupaten Minahasa. Eugenia vol 8 (12) : 81-90.
Rochdjatun, I. 1992. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Andi Offset, Yogyakarta.
Semangun, H. 2001. Penganta Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Syamsudin, 2007. Pengendalian Penyakit Terbawa Benih (Seed Born Diseases) pada
Tanaman Cabai (Capsicum annum Liin) Menggunakan Agen Biokontrol dan
Ekstrak Botani. http : //www.indobiogen.or.id/terbitan/agrobio/abstrak/agrobiovol2-no2-1999-dwinita.php. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai