Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Rombongan
Asisten
: Kasriati Heruningsih
: B1J011155
:3
:I
: Surinih
I.
PENDAHULUAN
II.
TELAAH PUSTAKA
III.
A.
Materi
Bahan sampel tumbuhan sakit yang digunakan dalam praktikum adalah
buah cabai (Capsicum annum), daun jagung (Zea mays), buah strawberry
(Fragaria sp.), labu siam (Sechiuro edulo), daun jambu biji (Psidium guajava),
daun papaya (Carica papaya), kentang (Solanum tuberosum), dan buah pisang
(Musa sp.). Alat yang digunakan dalam praktikum adalah alat gambar, kamera,
dan buku identifikasi.
B.
Cara Kerja
1. Gejala penyakit pada tumbuhan atau bagian tumbuhan yang sakit diamati
dan digambar.
2. Diamati dan dicatat tanda penyakit yang ada.
3. Gejala yang tampak digambar atau difoto.
4. Gejala yang telah digambar dicocokkan dengan pustaka.
IV.
A.
Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Gejala Penyakit Tumbuhan
No
Nama preparat
Buah cabai
(Capsicum
annum)
Daun jagung
(Zea mays)
Tanda
Terdapat
miselium pada
ujung pangkal
buah
Terdapat bercak
nekrotik pada
pinggir daun
Permukaan
kasar dan
terdapat
miselium
berwarna putih
Buah
strawberry
(Fragaria sp.)
Labu siam
(Sechiuro
edulo)
Terdapat bercak
coklat
Pinggir daun
mengeriting dan
berwarna coklat
Daun papaya
(Carica
papaya)
Terdapat bercak
nekrotik
berwarna coklat
pada tepi daun
Kentang
(Solanum
tuberosum)
Terdapat
miselium
berwarna putih
keabuan
Gejala
Penyakit
Buah yang masih
hijau mengalami
Antraknosa
mati pada ujung
cabai
pangkal
Permukaan kasar,
keriput dan tulang
Karat daun
daun kering
Terjadi bercak
coklat muda
kebesar-besaran
Busuk buah
agak mengendap
matang
yang sedikit demi
sedikit berubah
menjadi coklat tua.
Terdapat bercak
melekuk, bulat, dan
Antraknosa
tampak basah serta
dapat meluas
Daun muda
mengeriting dan
memiliki bercakBercak
bercak nekrotik
daun
pada tepi atau
ujungnya.
Terdapat bercakbercak putih kelabu
berbentuk bulat
Bercak
atau tidak teratur.
daun
Daun yang
Cercospora
terinfeksi berat
menjadi kuning dan
mengering.
berbentuk bercakbercak berlekuk
dan berwarna tua.
Busuk
Terdapat miselium
kering
berbentuk bantalFusarium
bantal berwarna
putih .menjadi
merah
Patogen
Gloeosporium
piperatum
Puccinia sp.
Colletotrichum
fragariae
Colletotrichum
langenarium
Colletotrichum
gloeosporioide
s
Cercospora
papayae
Fusarium sp.
II
Buah pisang
(Musa sp.)
Buah menjadi
busuk
Busuk buah
matang
Colletotrichum
musae
II
Gambar 1. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) buah cabai
(Capsicum annum). (I) Bagian yang sakit dan (II) bagian yang
sehat.
II
Gambar 2. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) daun jagung (Zea
mays). (I) Bagian yang sakit dan (II) bagian yang sehat.
II
II
Gambar 4. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) labu siam
(Sechiuro edulo). (I) Bagian yang sakit dan (II) bagian yang
sehat.
II
Gambar 5. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) daun jambu
biji (Psidium guajava). (I) Bagian yang sakit dan (II)
bagian yang sehat.
a
II
Gambar 6. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) daun pepaya
(Carica papaya). (I) Bagian yang sakit dan (II) bagian yang
sehat.
II
I
II
Gambar 8. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) buah pisang
(Musa sp.). (I) Bagian yang sakit dan (II) bagian yang sehat.
B. Pembahasan
Tumbuhan yang sakit biasanya menunjukan gejala yang khusus. Gejala
merupakan perubahan-perubahan yang ditunjukan oleh tumbuhan itu sendiri, sebagai
akibat dari adanya penyebab penyakit. Disamping memperhatikan gejala, tanda dari
penyakit juga harus diperhatikan. Tanda adalah semua pengenal dari penyakit selain
reaksi tumbuhan inang, misal bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora,
damar, lendir, dan sebagainya (Palungkun dan Indriani, 1992).
Menurut sifatnya, gejala dapat lokal (setempat) dan sistemik. Gejala lokal
terbatas pada daerah tertentu, seperti adanya bercak-bercak pada daun yang
warnanya berbeda dari biasanya, kanker pada batang, dan sebagainya. Gejala yang
berupa perubahan warna, tekstur, bentuk, atau penampilan lain secara terlokalisasi
pada jaringan yang sakit disebut belur (lesion). Sebaliknya gejala sistemik terdapat
pada seluruh badan tumbuhan, misalnya layu, kerdil, dan perubahan warna daun.
Sering kali karena pengaruh keadaan tertentu gejala penyakit dapat hilang dan gejala
disebut sebagai gejala terselubung (masked symptom) (Semangun, 2001).
Menurut Semangun (2001), gejala-gejala dapat dibagi menjai 3 tipe pokok
yaitu :
1. Gejala-gejala nekrotik, disebabkan karena adanya kerusakan pada sel atau
matinya sel.
a. Nekrosis atau matinya bagian tumbuhan yang biasanya berbentuk noda atau
bercak. Warna bercak terkadang tidak merata tetapi seperti ada lingkaranlingkaran.
b.
Hidrosis, sebelum sel-sel mati biasanya lebih dahulu bagian itu tampak
kebasah-basahan. Hal ini disebabkan karena air sel keluar dari ruang sel dan
masuk kedalam ruang sela-sela sel.
c. Klorosis yaitu rusaknya kloroplast yang menyebabkan menguningnya bagianbagian yang berwarna hijau. Seringkali gejala ini mendahului gejala nekrosis.
d. Layu sebagai akibat hilangnya turgor sel.
e. Gosong yaitu mati dan mengeringnya bagian tunbuhan tertentu.
f. Mati ujung atau mati pucuk yaitu suatu kematian yang dimulai dari ujung
ranting dan menjalar ke ranting. Gejala ini biasanya disebabkan oleh parasitparasit lemah yang serangannya dipengaruhi oleh kondisi tumbuhan.
b.
c.
d.
e.
3.
b.
c.
d.
e.
Fasiasi, suatu alat yang seharusnya silindris dan lurus menjadi pipih,
lebar, dan membelok.
f.
Kudis adalah bercak kasar, terbatas dan agak menonjol, kadangkadang ujungnya pecah.
g.
h.
(Capsicum annum), daun jagung (Zea mays), buah strawberry (Fragaria sp.), labu
siam (Sechiuro edulo), daun jambu biji (Psidium guajava), daun papaya (Carica
papaya), kentang (Solanum tuberosum), dan buah pisang (Musa sp.). Gejala penyakit
yang ditimbulkan sebagian besar disebabkan oleh jamur. Preparat buah cabai yang
diamati mengalami penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Gloeosporium
piperatum. Gejala yang ditimbulkan, yaitu mati pangkal ujung pada buah yang masih
hijau. Menurut Ratulangi et al. (2012), buah cabe yang terserang antraknosa mulamula berbentuk bercak coklat kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk
lunak bahkan busuk kering. Dari variasi gejala yang tampak, ada yang busuk hanya
sebagian baik dipangkal buah, tengah buah maupun ujung buah bahkan ada yang
keseluruhan buahnya menjadi busuk sehingga kelihatan kering dan bentuknya
keriput.
Penyakit Antraknosa pada tanaman cabe tersebar luas di semua daerah
pertanaman cabe di seluruh dunia. Di Indonesia yang beriklim tropis penyakit ini
dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar seperti di Sumatera, Lampung. Irian
Jaya dan daerah lainnya. Dilaporkan bahwa penyakit Antraknosa juga telah
ditemukan di berbagai negara seperti Malaysia, Philipina, Amerika, Thailand,
Singapura dan Nigeria (Ratulangi et al., 2012).
Penyakit Antraknosa pada cabe disebabkan oleh jamur yang terdiri dari dua
jenis yaitu Gloeosporium piperatum Ell. et EV. Dan Colletotrichum capsici (Syd.)
Budl. Et Bisby. Terdapat empat jenis jamur Colletotrichum yang berasosiasi pada
tanaman cabe yaitu : C. acutatum, C. gloeosporioides, C. Capsici, dan C. boninese.
Berikut klasifikasi Gloeosporium piperatum menurut Alexopoulus (1952) :
Kingdom
= Fungi
Phylum
= Ascomycota
Class
= Sordariomycetes
Order
= Glomerellales
Family
= Glomerellaceae
Genus
= Colletotrichum
Species
= Colletotrichum coccodes
Synonyms
= Gloeosporium piperatum
intraseluler
sampai
mencapai
jaringan
pembuluh,
dimana
nantinya
akan
gejala awal dimulai dari tulang daun kemudian meluas menjadi bercak cokelat,
bersudut atau agak bulat, diameter mencapai 1 cm terkadang lebih. Gejala yang
menyerang daun berkembang mengakibatkan permukaan daun menjadi tidak rata.
Bercak-bercak yang bersatu mengakibatkan kematian pada jaringan daun. Gejala
bercak pada tangkai dan batang tampak seperti memanjang, berwarna cokelat tua,
dan mengendap. Bercak pada buah akan tampak pada saat buah mulai masak.
Kondisi cuaca yang lembab memperlihatkan massa spora berwarna merah jambu di
tengah bercak.
Konidium cendawn Colletotrichum langenarium berwarna hialin, bersel
satu, berbentuk oval, dan berukuran 13-19 x 4-6 m. Massa konidium terlihat seperti
lendir berwarna merah jambu. Konidium yang berkecambah membentuk pembuluh
kecambah yang jika kontak dengan permukaan yang kuat akan membentuk
apresorium bulat, berdinding tebal, dan berwarna tua. Tubuh buah cendawan
berbentuk aservulus dengan seta berwarna cokelat, berdinding tebal, bersekat 2-3,
panjangnya 90-120 m. Cendawan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit dan
terbawa benih. Pemencaran konidium dibantu oleh percikan air (Agrios, 1996).
Preparat buah pisang (Musa sp.) yang diamati mengalami gejala Buah yang
mulai matang mengalami pembusukan berwarna coklat atau hitam yang timbul pada
pangkal buah dan akan terus meluas ke buah. Gejala tersebut menunjukkan bahwa
buah pisang terserang penyakit antraknosa yang disebabkan oleh patogen
Colletotrichum musae. Menurut Agrios (1996), gejala awal berupa bercak-bercak
klorosis berwarna putih kekuningan yang bagian tengahnya berwarna cokelat.
Bercak-bercak memanjang searah dengan tulang-tulang daun. Barcak-bercak ini
dapat bersatu menjadi lebih besar dan mengering. Gejala pada buah yang masih
mentah berupa berubahnya warna buah dari hijau menjadi kuning yang kemudian
menjadi cokelat tua atau hitam dengan tepi berwarna kuning. Infeksi berat
mengakibatkan buah menjadi kering dan mengalami mumifikasi. Buah yang berada
di tempat penyimpanan timbul gejala berupa bercak kecil cokelat kehitaman dengan
tepi kebasahan. Pada permukaan bercak terjadi titik-titik merah jambu yang terdiri
atas kumpulan tubuh buah cendawan.
Konidium cendawan ini berbentuk jorong memanjang, berwarna hialin,
berukuran 11-17 x 4-6 m. Konidium dibentuk pada ujung konidiofor yang
panjangnya mencapai 30 m dengan lebar 3-5 m. Konidium dan konidiofor
terbentuk dalam aservulus yang terletak pada permukaan bagian tanaman yang
terinfeksi. Aservulus berbentuk bulat, diameternya mencapai 400 m, jarang
mempunyai seta. Konidium dipencarkan oleh percikan air dari sisa-sisa tanaman
pisang. Konidium dapat menular ke buah dapat berasal dari daun sakit yang masih
basah maupun yang kering, dan sisa-sisa bunga yang telah mati. Suhu optimum
terbentuknya konidium adalah 27-30 C. Penyakit ini banyak ditemukan pada saat
musim penghujan (Semangun, 2001).
IV.
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah preparat buah
cabai (Capsicum annum) terserang penyakit antraknosa yang disebabkan oleh
Gloeosporium piperatum, preparat daun jagung (Zea mays) terserang penyakit
karat daun yang disebabkan oleh Puccinia sp., buah strawberry (Fragaria sp.)
mengalami penyakit busuk buah matang yang disebabkan oleh Colletotrichum
fragariae, labu siam (Sechiuro edulo) mengalami penyakit antraknosa yang
disebabkan oleh Colletotrichum fragariae, daun jambu biji (Psidium guajava)
terserang penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Colletotrichum
gloeosporioides, daun papaya (Carica papaya) mengalami penyakit bercak daun
Cercospora yang disebabkan oleh Cercospora papayae, kentang (Solanum
tuberosum) mengalami penyakit busuk kering Fusarium yang disebabkan oleh
Fusarium sp., dan buah pisang (Musa sp.) mengalami penyakit busuk buah
matang yang disebabkan oleh Colletotrichum musae.
B. Saran
Untuk praktikum selanjutnya bisa lebih tertib dan penjelasan lebih jelas
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, C. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Alexopolus, C. J. 1952. Introductory Mycology. Jhon Willey and Son. New York.
Azis, A. 2010. Pengenalan Gejala Penyakit pada Tanaman. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Burhanudin. 2009. Komponen Teknologi Pengendalian Penyakit Karat Puccinia
polysora Underw (Uredinales: Pucciniaceae) pada Tanaman Jagung. Prosiding
Seminar Nasional Serealis hal 427-434.
Donowidjojo, S., Djatmiko, H. A. dan Prihatiningsih, N. 1999. Ilmu Penyakit
Tumbuhan. Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
Lpez-Berges, M. S., Capilla, J., Turr, D., Schafferer, L., Matthijs, L., Jchl, C.,
Cornelis, P., Guarro, J., Haas, H., and Pietroa, A. D. 2012. HapX-Mediated
Iron Homeostasis Is Essential for Rhizosphere Competence and Virulence of
the Soilborne Pathogen Fusarium oxysporum C. The Plant Cell, Vol. 24: 3805
3822
Palungkun, R dan Indriani, Y. H. 1992. Hama Penyakit Sayur dan Palawija. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Ratulangi, M. M.,Sembel, D.T., Rante, C.S., Dien, M.F., Meray, E.R.M., Hammig,
H., Shepard, M., Camer, G., dan Benson, E. 2012. Diagnosis dan Insidensi
Penyakit Antraknosa pada Beberapa Varietas Tanaman Cabe di Kota Bitung
dan Kabupaten Minahasa. Eugenia vol 8 (12) : 81-90.
Rochdjatun, I. 1992. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Andi Offset, Yogyakarta.
Semangun, H. 2001. Penganta Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Syamsudin, 2007. Pengendalian Penyakit Terbawa Benih (Seed Born Diseases) pada
Tanaman Cabai (Capsicum annum Liin) Menggunakan Agen Biokontrol dan
Ekstrak Botani. http : //www.indobiogen.or.id/terbitan/agrobio/abstrak/agrobiovol2-no2-1999-dwinita.php. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2014.