Anda di halaman 1dari 6

Materi Agenda 3

Tutor Ibu Tatik Windari, S.Sos., M.SE


Nama Peserta Arum Alfiyah Fahmi
Angkatan 83
Absen 23

Tugas 2 Whole of Government

1. Apakah yang disebut dengan Whole of Government ?

WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan


upaya-upaya kolaboratif pemerintahan untuk menyelesaikan permasalahan publik.
Masalah utama yang terjadi dalam pelayanan publik saat ini adalah ketidakefektifan
sistem, ego sektoral dan kewenangan yang masih tumpang tindih antar lembaga
pemerintahan. Dengan keragaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini,
adanya WoG yang melibatkan multi sektoral dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih
luas diharapkan dapat mewujudkan pemerintahan yang lebih baik dalam hal
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik dengan cara lebih
efektif dan efisien.
Cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, antara lain:
a) Respon Pemerintah Terintegrasi
b) Menghilangkan Sekat Sektoral
c) Kerjasama Antar Instansi Pemerintah
d) Kolaborasi
e) Koordinasi
f) Sinergitas

2. Analisis e-tilang dilihat dari konsep Whole of Government


Sistem tilang manual yang diterapkan memiliki banyak kendala di lapangan, diantaranya
adalah sering terjadi penyimpangan wewenang oleh aparat. Dengan sistem e-tilang, diharapkan
meningkatkan kesadaran taat lalu lintas, kemudahal dan singkatnya waktu penindakan pelanggar
lalu lintas, serta pelayanan yang diberikan lebih profesional, modern, terpercaya, transparan dan
akuntabel.
Sesuai Pasal 272 UU LLAJ kemudian diatur lebih lanjut dalam Pasal 23 PP 80/2012,
yang mengatur bahwa penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didasarkan atas
hasil temuan dalam proses Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di jalan, laporan, dan/atau rekaman
peralatan elektronik. Dalam e-tilang sesuai konsep WoG akan melibatkan pihak-pihak terkait
yaitu pelanggar, Kepolisian, Perbankan, serta Kejaksaan dengan tugas masing-masing yang akan
berhubungan. Cara kerja e-tilang yaitu:
• Tahap 1: Perangkat ETLE secara otomatis menangkap pelanggaran lalu lintas yang
dimonitor dan mengirimkan media barang bukti pelanggaran ke Back Office ETLE di
RTMC Polda setempat dimana tugas ini melibatkan Kepolisian. Data yang dikirimkan
juga dapat langsung dilihat oleh pelanggar sehingga kesalahan yang ditulistan memiliki
bukti fisik.
• Tahap 2: Petugas mengidentifikasi Data Kendaraan menggunakan Electronic Registration
& Identifikasi (ERI) sebagai sumber data kendaraan. Data ini akan langsung diproses
oleh back office kepolisian dan dilakukan identifikasi pemilik nomer kendaraan yang
melakukan pelanggaran.
• Tahap 3: Petugas mengirimkan surat konfirmasi ke alamat publik kendaraan bermotor
untuk permohonan konfirmasi atas pelanggaran yang terjadi. Surat konfirmasi adalah
langkah awal dari penindakan, yang mana pemilik kendaraan wajib mengonfirmasi
tentang kepemilikan kendaraan dan pengemudi kendaraan pada saat terjadinya
pelanggaran. Jika kendaraan yang dimaksud sudah bukan menjadi kendaraan milik orang
yang mendapat surat konfirmasi, maka hal itu harus segera dikonfirmasikan.
• Tahap 4: Penerima surat memiliki batas waktu sampai dengan 8 hari dari terjadinya
pelanggaran untuk melakukan konfirmasi melalui website atau datang langsung ke kantor
Sub Direktorat Penegakan Hukum. Data yang diberikan sudah menyertakan denda
pelanggaran dan Pasal-Pasal yang dilanggar oleh pengendara dan sudah diputuskan
hukuman atau denda yang harus dibayar oleh Kejaksaan.
• Tahap 5: Setelah pelanggaran terkonfirmasi, petugas menerbitkan tilang dengan metode
pembayaran via BRI Virtual Account (BRIVA) untuk setiap pelanggaran yang telah
terverifikasi untuk penegakan hukum. Dalam hal ini tugas dilakukan oleh Perbankan
yang ditunjuk yaitu BRI.
• Sebagai catatan, kegagalan pemilik kendaraan untuk mengkonfirmasi pelanggaran, akan
mengakibatkan blokir STNK sementara. Ini juga melibatkan keterlibatan sistem yang
berjalan secara otomatis jika pelanggar tidak memenuhi denda atas pelanggaran yang
dilakukan, salah satunya akan terhubung dengan data pembuatan SIM online.
3. Penerapan Whole of Government di lingkungan RSUD Wates dalam penanganan
pandemic Covid-19 di Kulon Progo:

a. Sistem penerimaan rujukan pasien Covid-19 di Kabupaten Kulon Progo saat ini
sudah menerapkan Respon Pemerintah Terintegrasi, yaitu RSUD Wates sebagai
rumah sakit rujukan utama di Kulon Progo. Sistem Rujukan Pasien Covid di Kulon
Progo juga sudah melibatkan lintas sektoral yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon
Progo, Rumah Sakit jejaring di Kulon Progo, Rumah Isolasi Terpadu Giripeni,
Puskesmas seluruh wilayah Kulon Progo dan juga Balai Besar Veteriner Wates
sebagai mitra. Lembaga-lembaga tersebut terlibat langsung dalam penanganan
pandemic Covid-19 di Kulon Progo yaitu dengan tugas dan fungsi masing-masing
sebagai:

- Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo membuat kebijakan dan regulasi


rujukan pasien Covid 19 serta koordinator utama instansi-instansi dibawahnya
dan koordinator penjaringan, pendataan dan pelaporan data ke tingkat Satgas
Provinsi.

- RSUD Wates sebagai rujukan utama yang menangani pasien Covid-19 dengan
gejala sedang sampai berat.

- Rumah Isolasi Terpadu Giripeni serta rumah sakit Tipe C untuk tempat isolasi
penanganan pasien Covid 19 dengan gejala ringan hingga sedang yang sulit
terpantau atau tidak memenuhi kriteria untuk isolasi mandiri di rumah.

- Puskesmas sebagai penjaring utama dalam tracing pasien dan keluarga terpapar
serta melakukan pengawasan utama untuk pasien-pasien yang dapat
menjalankan isolasi mandiri di rumah, serta melakukan rujukan pasien ke
rumah sakit rujukan.
- Balai Besar Veteriner Wates sebagai mitra utama dalam pengecekan sampel
swab nasofaring dari fasilitas pelayanan kesehatan di Kulon Progo.

b. Dalam penanganan awal pasien datang hingga pasien pulang dilakukan koordinasi
semua bagian di RSUD mulai dari petugas bagian pendaftaran, dokter IGD, perawat
IGD, bagian penunjang laboratorium dan radiologi, dokter spesialis, perawat ruang
isolasi, petugas gizi, hingga petugas sanitarian dan cleaning service.

c. Dalam penanganan pasien terutama pasien-pasien dengan penyakit penyerta atau


komorbid, dilakukan sinergitas antar dokter spesialis dalam penanganan pasien,
dalam bentuk rawat bersama antar bagian, sehingga dapat tercapai penanganan yang
optimal dalam waktu yang lebih singkat. Misalnya untuk pasien Covid-19 dengan
riwayat Atrial Vibrilasi dan Post Stroke dirawat Bersama oleh Dokter Spesialis
Penyakit dalam sebagai leader dan Dokter Spesialis Jantung dan Dokter Spesialis
Saraf sebagai dokter rawat Bersama.

d. Dalam transfer pasien Covid-19 ke bangsal isolasi terdapat kolaborasi antar bagian
yaitu dengan driver dan tim radiologi untuk proses foto rongent dada sebagai data
pendukung penegakan diagnosa dan evaluasi kondisi pasien. Sesama perawat juga
melakukan kolaborasi yaitu satu orang perawat IGD melakukan hand over dengan
perawat bangsal di hadapan pasien, dan satu orang perawat lagi melakukan hand
over dokumen (rekam medis) dengan perawat bangsal isolasi.

e. Adanya sistem perbantuan dari bagian lain, yaitu selama pandemic ini ruangan
perawatan bangsal non isolasi terjadi kekosongan dan ruang isolasi over capacity
sehingga dilakukan perbantuan antar perawat ruangan ke ruangan-ruangan yang
membutuhkan tenaga lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan tenaga dan hal ini
menunjukkan salah satu prinsip dalam WoG yaitu menghilangkan sekat sektoral.

Anda mungkin juga menyukai