Anda di halaman 1dari 74

HasilPembahasanStudiKasus1

Marcus Low's Admission

DalamwacanarujukanMr.Low,dapatkitaketahuiFlowdarirujukanMr.Lowkerumahsakit.Berikutprosesawal
dalamalurrujukanMr.Low.

Tahap Pertama, Mr. Low telah berkonsultasi dengan Dr. Good untuk mengatur kapan jadwal yang tepat dengan
memperhatikan ketersedian kamar/ruangan dan sebagainya. Pada tahap ini Dr. Good, sebagai Onkologinya bersama staf
rumah sakit bertanggung jawab atas tahap ini.
Tahap Kedua, adalah tahap sebelum mendaftar atau masuk rumah sakit yang disebut Preadmission. Pada tahap ini Mr. Low
harus mengumpulkan data demografi dan asuransinya yang dibutuhkan untuk melakukan klaim kepada Perusahan Asuransi
Mr. Low. Selain itu pada tahap ini juga pihak rumah sakit menghubungi pihak asuransi Mr.Low untuk memastikan apakah
biaya rujukan ini akan dicover oleh pihak asuransi. Tahap preadmission ini sudah mulai dilakukan rekam medic.
Tahap Ketiga adalah tahap registrasi atau pendaftaran. Pada saat Mr.Low datang ke rumah sakit maka akan dilakukan
verifikasi informasi mengenai data demografi pasien dan asuransinya. Selanjutnya, petugas akan melakukan diberikan ID
dan akan diantar ke kamarnya. Selanjutnya dilakukan pengobatan kepada pasien yang dibasis oleh sistem rekam medic
elektronik.
Sistem Informasi yang sudah diterapkan di rumah sakit tempat Mr.Low dirawat sudah menerapkan sistem
informasisecaraelectronictidaklagimenggunakansistemsecaramanualsepertiyangmasihbanyakdigunakanrumahsakit

diIndonesia.Rumahsakitinibenarbenarmenerapkanpaperlessuntuksistemrekammediknya.Dimulaidaritahapawal,
yaknipadatahappreadmissiondanadmissionkitadapatmelihatkoordinasipelayananantarstafdanprofessional.Dimana
bagiankantorDr.GoodmenghubungiDepartemenAdministrasiRumahSakituntukmengkonfirmasidanmenyusunjadalam
Mr. Low. Alur berlanjut hingga tahapadmission, dimana pihak rumah sakit melakukan identifikasi data pasien,
menghubungipihakasuransinpasien, melakukankoordinasidenganstafkamarhinggapadaakhirnyapasienmasukke
dalam ruang rawat inap. Tidak berhenti disana, proses pencatatan riwayattreatmentpun berlangsung secara elektronik
dimanasetiapdiagnosa,progress,tindakanyangmeliputinursingcare,medicaltreatmentdanpelayanantambahandirekam
dalam sistem rekam medis elektronik sehingga sangat fleksibel. Disamping itu dengan adanya sistem rekam medis
elektronikini,Dr.GoodselakudokterrawatdariMr.Lowdapatberkoordinasisecaratidaklangsungdenganbagianstaff
keperawatanmaupundaripihakradiology.SetiaptindakanyangdiperintahkanolehDr.Goodakandiresponsesuaidengan
apayangdiperintahkanDr.Gooddalamsistemrekammediselektroniktersebut.
Salah satu kegunaan dari rekam medis adalah sebagai dasar perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis
terhadappasien.DarikasusMr.lawdiatasdapatdiketahuibahwajenissistempembayaranyangdigunakanadalahKLAIM.
Dimana distem pembayaran klaim adalah dengan sistem asuransi. Selain itu sistembillingdiatas dapat dikategorikan
sebagaiFullyIntergratedBillSystem.
MenurutWarsidianto,2004,FullyIntergratedBillSystemyaitubillingsystemyangterintegrasidenganseluruh
sistemrumahsakit(khususnyayangberkaitandenganmasalahkeuangan).Padabillingsystemjenisinisemuaprosesyang
menghasilkancharging(berbiaya)akanlangsungtercatatdisistem,sehinggaketikapasienakanpulang,petugasbilling
tidakterlalusibukmengentrytindakantindakan/itemitemyangdichargekepasiendandengandemikianwaktutunggu
pasien akan semakin minim dan pelayanan bisa lebih memuaskan. Semua proses mulai dari pendaftaran, tindakan di
poliklinik,penunjan,farmasi,dllakanlangsungtercatat,bahkanbackoffice(finance&akunting)akanmemperolehlaporan
dandatayangbisadenganmudahdancepattersaji.
SetelahMr.Lowdinyatakanbolehpulang,makaDr.Goodharusmenyusunataumerecordringkasankepulangan
yang mencantumkan semuatreatmentyang diterima oleh Mr.Low. Setelah itu, Departemen Manajemen Informasi
Kesehatanmenetapkankodeuntuksetiapdiagnosisdanproseduryangdilakukan.Kodekodetinilahyangdigunakanoleh
DepartemenPenagihanuntukmengajukanklaimasuransikepadapihakasuransiMr.Low.
DibandingkandengansistempelayanankesehatanyangadadiIndonesia,mayoritasmasihmenggunakansistem
manualdalampencatatanRekamMedisPasien.HalinidapatdilihatpadaPermenkesNo.269/MENKES/PER/III/2008yang
menggantikanPermenkesNo.749a/MENKES/PER/XII/1989,yangmenyatakanbahwaRekammedisharusdibuatsecara
tertulis,lengkapdanjelasatausecaraelektronik.Padaayat2pasal2dinyatakanbahwaPenyelenggaraanrekammedis
denganmenggunakanteknologiinformasielektronikdiaturlebihlanjutdenganperaturantersendiri.
Hal yang menjadi masalah adalah hingga saat ini peraturanRekam Medis Elektronikbelum dirampungkan,
sehinggadapatdimaklumijikaimplementasinyabelummeratabahkanhanyaadasedikitrumahsakityangmenggunakan
sisteminformasi,danitupunsebagianbesarberupaSemiIntegratedFullSystem.DalamRapatKerjaRekamMedikyang
dilakukan pada bulan Maret 2011 oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, dihasilkan beberapa
rangkumankerjayangsalahsatunyaadalahpembuatankebijakanatauadanyaregulasiRekamMedikElektronik.
Menurutkami,apayangharusdilakukanIndonesiaadalahsamahalnyadenganyangdilakukanolehbeberapa
negarayangsuksesdenganElectronicMedicalRecordnyabeberapadekadelalu.Pemerintahharusmerencanakansistem,
mempersiapkan sumber daya, menyediakan sarana prasarana, serta eksekusi kebijakan yang mengikat sehingga dapat
terbentukSistemRekamMedisElektornikyangoptimal.Inijugamenjadisebuahtantanganberatuntukreformasidunia
kesehatandiIndonesia,disampingtuntutanImplementasiSJSNyangakandilaksanakandalamwaktudekatini.Jikasistem
informasikesehatantidakberjalandenganmaksimalmakadapatdipastikanSJSNakanterhambat,karenasistempembiayaan
SJSNberupasistemKLAIM,samahalnyadengankasusdiatas.Denganjumlahpasienrujukanyangdapatdipastikanakan
meningkat tajam (saat SJSN diterapkan), apabila sistem Informasi Kesehatan (dalam hal ini Sistem Rekam Medik
Elektornik) tidak siap, maka akan sulit untuk memastikan sistem berjalan lancar.
Marcus

Low's

(http://id.scribd.com/doc/141955128/Marcus-Low-s-Admission)

Admission

Hasil Review Jurnal 2


Challeges to Information System Implementation and Organisational Change
Management: Insight from the Health Sector in Equador
Angel Javier Salazar Alvarez

1.
a.
b.
c.
2.

Ekuador merupakan Negara Amerika Latin yang menggunakan model organisasi


vertikal dan perencanaan terpusat (Centralised Planning). Hal ini mengakibatkan Main
cause dari distribusi pelayanan kesehatan menurun yang mengakibatkan kinerja pelayanan
kesehatan pun memburuk. Pada kenyataannya, MoPH (Ministry of Public Health) telah
menganggarkan dana sebesar 80% untuk pelayanan RS. Namun, produktivitas rumah sakit
masih saja rendah, kualitasnya rendah dan sistem kesehatan tidak efisien.
Strategi reformasi yaitu Program Pelayanan Primer Dasar (BPC), telah mulai
diterapkan pada tahun 1992. Program BPC telah berhasil mengembangkan infrastruktur
perawatan primer di daerah marjinal di perkotaan dan pedesaan yang terdiri dari 22
Puskesmas, 166 sub-pusat, 23 rumah sakit kabupaten dan 4.000 staf medis.
Program Pelayanan Kesehatan Dasar (BPC) yang dilaksanakan antara lain:
Jaringan Darurat Perawatan RS Nasional (NECHN), yang meliputi:
Rehabilitasi bangunan RS dan peralatan
Implementasi SIM berbasis computer
Pengembangan manajemen RS
Proyek pengembangan institusi (IDP), yang bertujuan untuk membantu program
desentralisasi, memperkuat perawatan primer, dan monitoring SI berbasis komputer.
BPC dinilai masih gagal untuk mendesentralisasikan secara penuh perencanaan dan
pengelolaan kepada penyedia unit kesehatan setempat. Model Sistem Kesehatan Masyarakat
Ekuador yang tradisional dilaksanakan sangat terpusat, di mana rencana dibuat oleh
pemerintahan pusat dan pemerintah daerah hanya bertindak sebagai pelaksana.
Tindak lanjut dari penilaian BPC yang dianggap masih gagal tersebut yaitu penciptaan
struktur organisasi baru yang dimaksudkan untuk membuat aturan alur informasi yang baru,
berpusat disekitar serangkaian Otoritas Kesehatan Kabupaten(DHAs). Hal tersebut dibuat
dengan tujuan agar Kabupaten akan mengambil tanggung jawab utamauntuk
mengumpulkan informasi kesehatan, keuangan dan informasi administrasi lainnya dari
administrasi kesehatan primer sub-pusat (tingkat kecamatan).
Berikut adalah alur informasi di MoPH:

Setelah mengkaji kasus tersebut lebih dalam, masalah yang dihadapi Negara Ekuador
diantaranya adalah
Perubahan manajemen organisasi (kesehatan) yang menjadi desentralisasi
Organisasi kesehatan yang besar, seperti MOPH, memiliki beberapa jenjang lapisan
organisasi
Model organisasi yang vertikal dan perecanaan masih terpusat
Akibatnya koordinasi antar kabupaten dan pusat menjadi terbelah
Saran kami terhadap adanya masalah yang dihadapi oleh Negara Ekuador tersebut

adalah
Meminimalisir intervensi pribadi dari stakeholder dalam implementasi Sistem Informasi
Kesehatan

Adanya struktur yang berjenjang dan terpusat, menghambat proses implementasi. Sehingga
diperlukan promosi baik pada daerah maupun tingkat pusat yang berakibat pada reduksi
retensi yang dapat meningkatkan koordinasi.

Change

the

Paternalistic

Approach

menjadi

Participatory

Approach

Challeges to Information System Implementation and Organisational Change Management:


Insight from the Health Sector in Equador
(http://www.ejisdc.org/ojs2/index.php/ejisdc/article/viewFile/101/101)

1.
2.
3.

Hasil Review Jurnal 3


Rancang Bangun Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan dengan Metodologi Berorientasi
Obyek : Studi Kasus SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta
Analisis situasi proses pelayanan kesehatan pada SMK Telkom:
Data kesehatan peserta (siswa dan pegawai) masih tertampung dalam bentuk filecatatan,
sehingga data dapat dengan mudah diakses oleh pihak yang tidak berkepentingan.
Dalam pencarian riwayat kesehatan pasien, dibutuhkan waktu yang relatif lama
Seluruh catatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dijadikan sebagai alat
keluaran/laporan yang diberikan kepada pihak manajemen, bukan merupakan rekapitulasi,
sehingga pihak manajemen sulit untuk membaca serta menganalisa guna dapat membantu
pengambilan keputusan.
Dengan adanya masalah-masalah ynag dihadapi SMK Telkom maka dibangunlah
sistem informasi pelayanan kesehatan dengan metodologi berorientasi obyek. komputerisasi
banyak memberikan bantuan dalam usaha pemecahan masalah dalam hal usaha dan bisnis,
diantaranya adalah mempercepat proses kerja dan juga menyediakan informasi yang cepat
dan akurat bagi pihak yang membutuhkan khususnya manajemen.
Perancangan sistem dimodelkan dalam bentuk use case diagram, class diagram, serta
rancangan layar. Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari
sebuah sistem yang ditekankan adalah apa yang diperbuat sistem, dan bukan bagaimana
sistem melakukannya. Use case yang diusulkan dalam rangka perancangan sistem ini terdiri
dari use case diagram manajemen data, use case diagram proses pelayanan kesehatan,
dan use case diagram pelaporan kegiatan. Class diagram merupakan diagram yang
menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan obyek beserta hubungan satu sama
lain. Sedangkan rancangan layar merupakan tampilan antar muka (boundary) antara sistem
dengan actor.
Dari hasil proses uji coba aplikasi yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagi berikut:
Pemanfaatan teknologi informasi yang dipadukan dengan teknolgi komputer dapat
membantu dalam menangani pelayanan kesehatan siswa maupun pegawai, dibandingkan
apabila tidak digunakannya sistem informasi.
Kesulitan pembuatan laporan yang dihasilkan pada sistem sebelumnya terbukti sudah dapat
teratasai dengan adanya sistem informasi yang diusulkan.
Saran yang kami berikan terhadap implementasi aplikasi sistem informasi pelayanan
kesehatan yang diterapkan adalah:
Persiapkan sumber daya yang berkualitas guna mengoperassikan aplikasi tersebut.
Persiapkan sarana dan prasarana yang memadai.
Lakukan monitoring kebijakan secara regular.
Rancang Bangun Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan
BerorientasiObyek : Studi Kasus SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta

dengan

Metodologi

(http://eprints.dinus.ac.id/90/)

Hasil Review Jurnal 4


Langkah-Langkah Strategis dan Taktis Pengembangan
E-Government untuk Pemda
Zainal A. Hasibuan
Pesatnya perkembangan TIK akan membuka peluang dan tantangan untuk
menciptakan (to create), mengakses (to access), mengolah (to process), dan memanfaatkan
(to utilize) informasi secara tepat dan akurat. Untuk menjawab tantangan tersebut,
Pemerintah Republik Indonesia telah berinisiatif membuat kebijakan untuk memanfaatkan
TIK untuk membangun Electronic Government for Good Governance yang terintegrasi mulai
dari tingkat pemerintahan daerah hingga ke pusat. Tujuannya adalah agar infrastruktur TIK
yang akan dibangun dapat dimanfaatkan secara bersama untuk berkoordinasi oleh seluruh
instansi, baik di pusat maupun di daerah.
E-Government pada dasarnya memberikan layanan informasi kepada sesama insitusi
pemerintah (Government to Government G2G), kepada dunis bisnis (Government to
Business G2B) dan kepada masyarakat (Government to Citizen G2C), dengan tujuan sbb:
1. Mampu memberikan informasi lengkap mengenai lembaga atau daerah untuk kemajuan
ekonomi dan pembangunan daerah, dan peningkatan kinerja proses pelayanan (peningkatan
efektivitas dan produktivitas).
2. Mampu mengoptimalkan penggunaan sumberdaya (resources) seperti waktu, tenaga,budget,
dan fasilitas lainnya (peningkatan efisiensi).
Kerangka pengembangan e-Gov di Indonesia dapat mengacu kepada Kerangka Sistem
Informasi Nasional (Sisfonas) seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar. Kerangka Sisfonas Dan E-Government


Menurut Center for Democracy and Technology dan InfoDev, proses implementasieGovernment terbagi menjadi 3 (tiga) tahapan yang tidak tergantung antara yang satu dengan

yang lainnya. Tahapan tersebut harus dilakukan secara berurutan dan masing-masing tahapan
harus menjelaskan tujuan dari e-Government. Adapun ketiga tahapan tersebut antara lain,
yaitu:
1. Publish, yaitu tahapan yang menggunakan teknologi informasi untuk meluaskan akses untuk
informasi pemerintah, misalnya dengan cara pembuatan situs informasi di setiap lembaga,
penyiapan sumber daya manusia, sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk
publik, serta penyiapan sarana akses yang mudah. Hal ini sepadan dengan teori Agarwal,
yaitu tahapan tingkat 1 dari pengembangan e-Gov.
2. Interact, yaitu meluaskan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan, misalnya dengan cara
pembuatan situs yang interaktif dengan publik, serta adanya antar muka yang terhubung
dengan lembaga lain. Hal ini sepadan dengan tingkat 2 dan 3 dari perkembangan e-Gov.
3. Transact, yaitu menyediakan layanan pemerintah secara online, misalnya dengan cara
pembuatan situs transaksi pelayanan publik, serta interoperabilitas aplikasi maupun data
dengan lembaga lain. Hal ini sepadan dengan tingkat 4 dan 5 dari perkembangan e-Gov.
Agar ketiga tahapan tersebut bisa terlaksana dengan baik, maka harus ada jaminan
komitmen yang tinggi dari pimpinan Pemda, dalam hal bisa gubernur, bupati, atau walikota.
Disamping itu, pelaksanaan e-Government harus mempertimbangkan beberapa kondisi yaitu
prioritas layanan elektronik yang diberikan, kondisi infrastruktur yang dimiliki, kondisi
kegiatan layanan saat ini, dan kondisi anggaran dan sumber daya manusia yang dimiliki.
Untuk itu, dalam pengembangan e-Gov, diusulkan suatu bentuk organisasi kegiatan
pengembangan e-Gov seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar Struktur Manajemen Pengembangan E-Gov


Selain adanya usulan-usulan untuk kemajuan dan pengembangan e-Government di
Indonesia, e-Government juga menghadapi berbagai macam kendala antara lain:
Masih rendahnya kesadaran (awareness) dalam mengambil keputusan telematika
Langkanya SDM yang berkualitas
Masih minimnya infrastruktur telekomunikasi
Tarif internet yang masih mahalnya serta kurang memadai
Penetrasi PC yang masih rendah
Saran kami mengenai pengembangan E-Gov di lingkungan pemda yaitu
Perlu adanya komitmen dari pimpinan daerah untuk pengembangan e-Government yang
berakar pada perubahan budaya kerja dari tradisional menjadi elektronik dengan
memanfaatkan perangkat teknologi informasi.
Langkah-Langkah Strategis dan Taktis Pengembangan E-Government untuk Pemda

(http://dl2.cs.ui.ac.id/v3/wp-content/uploads/2008/08/langkah2-strategis-dantaktis-zainal-hasibuan1.pdf)
Dalam upaya peningkatan kualitas layanan publik, website kemkes.go.id akan tampil dengan
beberapa fitur baru Klik disini
Fatwa MUI Nomor 4 tahun 2016 tentang ImunisasiKlik di Sini
Surat Pemberitahuan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota perihal Rencana Pengadaan
CPNS Daerah dari PTT. Klik di Sini
Pengumuman Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Kementerian
Sosial. Klik di Sini
Pertanyaan Seputar Penyakit Virus ZIKA. Klik di Sini
KEMBALI | BERANDA | BERITA DAN INFORMASI |RILIS BERITA

Menkes Harapkan Kemkominfo Dukung Pemanfaatan Teknologi


Informasi dan Komunikasi (TIK) di Bidang Kesehatan
Dipublikasikan Pada : Rabu, 31 Desember 2014 00:00:00, Dibaca : 45.918 Kali

Jakarta,

31

Desember

2014

Di penghujung tahun 2014, Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, bertemu
dengan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, di Kantor Kementerian
Kesehatan
RI,
Jakarta
Selatan,
Rabu
pagi
(31/12).
Usai mengawali pertemuan dengan ucapan selamat datang, Menkes memaparkan
beberapa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di lingkungan
Kementerian Kesehatan, yakni: 1) Mendapatkan informasi kinerja sektor kesehatan di
Daerah; 2) Mendapatkan data dan informasi dalam pengelolaan obat dan farmasi; 3)
Melakukan analisis dalam pemenuhan kebutuhan pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN); 4) Memonitor ketersediaan dan kelengkapan sarana dan prasarana
kesehatan; serta 5) Pencatatan dan pelaporan yang bertujuan untuk kemudahan
pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan, seperti penataan data transaksi di
fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) dengan membuat aplikasi generik
modular yang akan meningkatkan kualitas dan kecepatan proses kerja pelayanan
kesehatan, serta penataan laporan yang masuk ke Pusat dengan mengembangkan
aplikasi
komunikasi
data
kesehatan
yang
berisi
115
data
prioritas.
Kondisi

Infrastruktur

TIK

di

Daerah

Mengutip data Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) yang dilakukan Kemenkes pada
tahun 2011, menggambarkan kondisi infrastruktur TIK di fasilitas pelayanan

kesehatan

di

daerah

pada

umumnya

belum

cukup

memadai.

Di Puskesmas, sebanyak 87,4% Puskesmas sudah tersambung listrik 24 jam,


sebanyak 78,4% sudah memiliki perangkat komputer. Namun, baru 17,1% yang
telah dilengkapi internet dan 15% yang memiliki sistem informasi Puskesmas
(SIMPUS)
dengan
local
area
network
(LAN).
Sementara itu, kondisi infrastuktur TIK di rumah sakit (RS), sebanyak 82% RS
Pemerintah sudah memiliki akses internet. Selain itu, dilaporkan juga bahwa
sebanyak 740 RS telah memiliki sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS).
SIMRS merupakan sebuah sistem informasi yang terintegrasi yang disiapkan untuk
menangani keseluruhan proses manajemen RS, mulai dari pelayanan diagnosa dan
tindakan untuk pasien, medical record, apotek, gudang farmasi, penagihan,
database personalia, penggajian karyawan, proses akuntansi sampai dengan
pengendalian
oleh
manajemen.
Di era JKN saat ini, 1.227 RS telah menggunakan aplikasi Indonesia Case Base Group
(INA-CBG), meliputi RS Pemerintah maupun swasta. INA-CBG merupakan sistem
pembayaran dengan sistem paket, berdasarkan penyakit yang diderita pasien dan
cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis atau kasus-kasus yang
relatif
sama.
Dengan demikian, sistem INA-CBG sudah menghitung layanan apa saja yang akan
diterima pasien tersebut berikut pengobatannya sampai dinyatakan sembuh, jelas
Menkes.
Telemedicine
Di beberapa RS juga tengah dikembangkan pilot project telemedicine yng
merupakan pelayanan kesehatan jarak jauh melalui pemanfaatkan teknologi
informasi dalam upaya diagnosis dan tatalaksana. Pelayanan telemedicine yang
dapat dikembangkan yaitu teleradiologi, telekardiologi, radio komunikasi medik
(teleconference), videoconference (vicon), teleradiotherapy, dan sebagainya.
Pemenuhan telemedicine diprioritaskan untuk meningkatkan akses pelayanan
kesehatan
yang
berkualitas
di
DTPK,
tutur
Menkes.
Pendidikan
Kesehatan

Jarak

Jauh

(PJJ)

sebagai

Percepatan

Pendidikan

Tenaga

Sejak tahun 2014, Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan Pendidikan


Jarak Jauh (PJJ) sebagai program percepatan bagi peningkatan kualifikasi dan
kompetensi tenaga kesehatan bagi mereka yang belum memenuhi kualifikasi
minimum
pendidikan
D3.
Setelah
mendapatkan
mandat
penyelenggaraan
dari
Kemendikbud,
PJJ
dikembangkan di Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Timur. Saat ini, telah
dilaksanakan PJJ untuk program studi D3 Keperawatan dan D3 Kebidanan di Provinsi
Kaltim dengan Unit Sarana Belajar Jarak Jauh (USBJJ) di Nunukan Provinsi Kaltara dan
di Provinsi NTT dengan USBJJ di Flores Timur dan Sumba Barat Daya.
Saat ini menurut data Badan PPSDM Kesehatan masih terdapat sekitar 146.542
tenaga kesehatan yang belum memiliki pendidikan D3 dan tersebar di seluruh
nusantara,
ujar
Menkes.
Ke depan akan dikembangkan PJJ untuk program studi yang lain, yakni Analis

Kesehatan, Farmasi, Kesehatan Lingkungan, Gizi dan Keperawatan Gigi yang


diantaranya akan dilaksanakan melalui kerja sama dengan Universitas Terbuka untuk
PJJ
dalam
negeri
dan
luar
negeri.
Sementara itu, tantangan terbesar dalam pelaksanaan PJJ adalah minimnya
infrastruktur dan jaringan internet di daerah, karena PJJ sebagian besar dilaksanakan
di remote area dan Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).
Mengakhiri pertemuan tersebut, Menkes mengharapkan Kemkominfo dapat
mendukung pelaksanaan program pembangunan kesehatan, melalui: 1) Penyediaan
jaringan internet mulai dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sampai ke Puskesmas
Kecamatan beserta jejaringnya. Penyediaan jaringan intranet diharapkan dapat
memanfaatkan Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dan Mobile Public Internet
Services (MPLIK) maupun pemanfaatan Palapa Ring; 2) Memfasilitasi pemanfaatan
Nusantara Internet Exchange (NIX) untuk menampung berbagai data kesehatan di
tingkat provinsi, sekaligus untuk mendukung pelaksanaan pencatatan medis
elektronik di rumah sakit; 3) Penguatan jaringan telekomunikasi data berkecepatan
tinggi dan mendorong percepatan pembangunan pita lebar terutama di DTPK dan
wilayah timur, dalam mendukung pelaksanaan telemedicine; 4) Peningkatan
pemahaman serta kemampuan terkait cyber security. Makin meningkatnya ancaman
keamanan data di dunia maya perlu diantisipasi dengan penajaman kemampuan
sumber daya manusia di bidang kemanan cyber; 5) Pemanfaatan universal service
obligation (USO) untuk mendorong operator telekomunikasi untuk meyediakan
konten kesehatan yang tidak berbayar, terutama untuk reminder program-program
prioritas kesehatan, misalnya reminder imunisasi; serta 6) Pemanfaatan sarana
Disaster Recovery Centre (DRC) untuk menjamin kelangsungan operasional berbagai
aplikasi
dilingkungan
Kementerian
Kesehatan.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui
nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021)
52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id
- See more at: http://www.depkes.go.id/article/view/15010200022/menkes-harapkankemkominfo-dukung-pemanfaatan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-tik-di-bidangkeseh.html#sthash.mwTNW7kf.dpuf

Keterkaitan E - Health dan Telemedicine dalam Sistem


Informasi Manajemen
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terus berkembang mengikuti
kebutuhan dan trend yang ada. TIK kini telah menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari rutinitas kehidupan manusia. Pemanfaatan TIK menjadi sangat penting
sebab terbukti bahwa dengan menggunakan TIK efektivitas dan efisiensi dalam

melakukan sebuah proses lebih dapat dicapai, jika dibandingkan hanya mengandalkan
manusia dalam melakukan proses tersebut. Salah satu pemanfaatan TIK yang kini
sedang marak yaitu pemanfaatan TIK dalam bidang kesehatan, dan lebih sering dikenal
dengan istilah E-Health.
E-Health merupakan istilah baru pelayanan kesehatan yang digunakan untuk
menggambarkan penggunaan gabungan komunikasi elektronik dan teknologi informasi
dalam sektor kesehatan, dimana digital data ditransmisikan, disimpan dan diambil
secara elektronik untuk kepentingan klinis, pendidikan dan administrasi. Adapun
konsep teknologi yang digunakan adalah Cloud Computing (Komputasi awan) yaitu
gabungan pemanfaatan teknologi komputer ('komputasi') dan pengembangan berbasis
Internet ('awan').
Dalam

bidang

pelayanan

kesehatan e-health ini

relatif

jauh

tertinggal

dibandingkan bidang lainnya dalam mengadopsi teknologi informasi. Meskipun sudah


semakin banyak yang mengadopsi (early adopters), ternyata risiko kegagalan
implementasinya cukup besar.
E-health seharusnya dipandang sebagai suatu pola pikir, sikap dan komitmen
dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan melalui pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), bukanlah sekadar komputer dan jaringannya, halaman
web

atau

hanya

sebatas

infrastruktur

komunikasinya

saja.

Kemunculan e-

health didorong oleh faktor penghematan (efisiensi biaya pelayanan kesehatan yang
makin meningkat), tuntutan keselamatan pasien, harapan peningkatan kualitas kerja,
perlunya alat pendukung keputusan klinis (di tengah pola penyakit yang semakin
kompleks), serta adanya peluang pengembangan berbasis TIK.
Di era pelayanan kesehatan berbasis informasi ini, digambarkan dengan
penyedia layanan yang aktif mempromosikan kesehatan, bukan hanya sekadar
mengelola penyakit. Tenaga profesional mendukung upaya mandiri masyarakat
mewujudkan kesehatannya. Tetapi bukan berarti mendiagnosis diri sendiri (self
diagnosis).

E-health mencakup

Sistem

berbagai telehealth, telecare, telemedicine,

Informasi
sistem

Rumah
pendukung

Sakit

(SIRS),

keputusan

klinis,

surveilans kesehatan dan pembelajaran elektronik (e-learning) dalam rangka


pendidikan

kedokteran

pengembangan

keahlian

berkelanjutan

(medical

continuing

berkelanjutan

(continuing

education)

professional

atau

development).

Tantangan E-health diantaranya : etika (bentuk hubungan baru pasien-dokter), legalitas,


keamanan, keakuratan informasi, kesenjangan digital (akses, kemampuan pakai,
dukungan teknis, keragaman penerima informasi), sumber daya manusia, infrastruktur,
finansial, kelangsungan kegiatan, dukungan pimpinan, partisipasi yang berkepentingan
dan penerimaan e-health itu sendiri.

B. Rumusan masalah
1.

Apakah yang dimaksud dengan E Helath ?

2.

Bagaimanakah peranan E- Health dalam pelayanan kesehatan?

3.

Bagaimanakah perkembangan E Health di Indonesia?

4.

Bagaimanakah perkembangan Telemedicine di Indonesia?

5.

Adakah keterkaitan E - Health dan Telemedicine dengan Sistem Informasi


Manajemen ?

C. Tujuan Penulisan

1.

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan E health

2.

Untuk mengetahui bagaimanakah peranan E - Health dalam pelayanan


kesehatan

3.

Untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan E- health di Indonesia

4.

Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Telemedicine di Indonesia

5.

Untuk mengetahui keterkaitan E - Health dan Telemedicine dengan Sistem


Informasi Manajemen

BAB II
PEMBAHASAN

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah sebuah sistem


informasi yang terintegrasi dan disiapkan untuk menangani keseluruhan proses
manajemen rumah sakit, mulai dari registrasi, apotik, penagihan, medical record,
database

personalia,

penggajian

karyawan,

proses

akuntansi

sampai

dengan

pengendalian oleh manajemen. Sistem ini dikembangkan untuk dioperasikan pada


perangkat komputer menggunakan jaringan komputer sehingga antara modul satu
dengan lainnya dapat saling berkomunikasi. SIMRS merupakan bagian dari TIK yang
penting dalam mewujudkan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sistem ini
secara umum bertujuan untuk mengintegrasikan berbagai subsistem di rumah sakit
untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan.
A. Sejarah E-Health

WHO mendefinisikan e-health sebagai the use of information and


communication technologies (ICT) for health. WHO telah mengeluarkan resolusi
mengenai e-health bernomor 58.28 tahun 2005. Dalam resolusi tersebut, WHO
mendorong kepada setiap negara untuk:
1.

Menyusun rencana strategis jangka panjang untuk mengembangkan layanan ehealth di berbagai bidang di kesehatan baik untuk administrasi kesehatan,
kerangka legal dan regulasi, infrastruktur serta mekanisme kemitraan publik dan
swasta,

2.

Mengembangkan infrastruktur TIK untuk e-health,

3.

Membangun kolaborasi dengan sektor swasta dan lembaga profit untuk


mendukung e-health,

4.

Mengembangkan e-healh yang menjangkau masyarakat, khususnya yang rawan


terhadap permasalahan kesehatan (vulnerable) dan sesuai dengan kebutuhan
mereka,

5.

Memobilisasi kerjasama lintas sektor dalam mengadopsi norma dan standar ehealth, evaluasi,prinsip-prinsip cost-effectiveness dalam e-health untuk menjami
mutu, etika dan keamanan dengan tetap mengedepankan kerahasiaan, privasi,
equity dan equality.

6.

Mengembangkan center of excellence dan jejaring e-health,

7.

Mengembangkan

model

sistem

informasi

kesehatan

masyarakat

untuk

surveilans, respon dan emergency.

B.

Konsep E-Health

Internet saat ini sudah menjadi sarana komunikasi yang penting dan
efektif di seluruh dunia dan banyak bidang yang menggunakannya. Aplikasi elearning dalam bidang pendidikan, e- commerce dalam bidang bisnis, dan egovernment dalam bidang pemerintahan sudah banyak diimplementasikan dan
terbukti memberi manfaat untuk masyarakat. Bidang kesehatan pun kini sudah
melirik potensi internet ini. Sekarang ini, internet menjadi sarana pembelajaran
dan pertukaran informasi yang berguna untuk penyedia layanan kesehatan
(provider)

dan

pengguna

layanan

kesehatan

(consumer).

Berdasarkan

perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat akan akses layanan


kesehatan yang praktis dan efisien, lahirlah konsep e-health sebagai jawaban
atas tuntutan tersebut. Di negara lain, seperti Amerika Serikat, Jerman, atau
Australia, e-health sudah diimplementasikan dan terus berkembang. Bahkan di
Eropa, e-health sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1989 .
E-health adalah aplikasi internet atau teknologi lain yang berkaitan di
industri pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan akses,
efisiensi, efektivitas, dan kualitas dari proses medis dan bisnis, yang melibatkan

organisasi pelayanan medis (rumah sakit atau klinik), praktisi medis (dokter atau
terapis), laboratorium, apotek, asuransi, dan pasien sebagai konsumen.
Solusi yang ditawarkan e-health meliputi produk, sistem, dan layanan,
sebagai contoh : informasi kesehatan, rekam medis elektronik, layanan
pembelian obat, sistem komunikasi antar pengguna, dan informasi lainnya
terkait pencegahan penyakit, diagnosa, perawatan, monitoring kesehatan, dan
manajemen gaya hidup.

C. Pengertian E-Health

Ada banyak definisi mengenai e-health. Tiga di antaranya


1.

Pemanfaatan internet dan teknologi yang berhubungan dengannya dalam


industri pelayanan kesehatan guna meningkatkan akses, efisiensi, efektifitas dan
kualitas dari proses klinis dan bisnis yang dijalankan organisasi pelayanan
kesehatan, para praktisi, pasien dan konsumen dalam rangka peningkatan status
kesehatan pasien(Healthcare Information and Management Systems Society
[HIMSS]).

2.

E-health adalah e-commerce versi

kesehatan:

yaitu

pemanfaatan

bisnis

kesehatan secara elektronik. E-health adalah kombinasi dari pemanfaataan


komunikasi elektronik dan teknologi informasi pada bidang kesehatan, baik di
tempat sendiri (lokal) maupun di klinik yang jauh, untuk tujuan klinik, pengajaran
dan administratif.
3.

E-health

adalah

pelayanan

kesehatan

berbasis

teknologi

informasi

dan

komunikasi (TIK) komputer, dengan adanya e health layanan kesehatan dapat


dilakukan oleh siapa saja dan siapa saja.

Secara luas e-health dapat diartikan bidang pengetahuan baru yang


merupakan persilangan dari informasi medis, kesehatan public, dan usaha,
berkaitan dengan jasa pelayanan dan informasi kesehatan yang dipertukarkan
atau ditingkatkan melalui saluran internet dan teknologi.
Dengan adanya e-health diharapkan masyarakat mendapatkan informasi
mengenai pencegahan penyakit, serta peningkatan pelayanan dan pengurangan
biaya kesehatan.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kualitas dari sebuah
situs e-health :
1.

Security (keamanan)
Situs e-health yang baik harus memiliki tingkat sekuritas tinggi, karena data
yang diolah dan ditransmisikan adalah data yang bersifat rahasia (confidential).

2.

Privacy (privasi)
Hak akses setiap user harus diatur untuk menjaga privasi setiap user karena
data yang disimpan bukan merupakan data umum yang dapat dipublikasikan ke
setiap user.

3.

Content (isi)
Isi dari situs harus akurat, lengkap, dan menyediakan informasi yang tepat
sasaran.

4.

Credibility (kredibilitas)
Kredibilitas meliputi sumber dari data, penulis, sponsor, nilai dari informasi,
relevansi dan kegunaan dari informasi.

5.

Interactivity (forum interaktif)


Forum interaktif meliputi pembangunan mekanisme feedback(umpan balik) dan
saluran untuk bertukar informasi antar user e-health.

6.

Disclosure (kejelasan)
Situs e-health harus menginformasikan kepada user tujuan dari situs, fitur yang
tersedia, dan manfaat yang dapat diperoleh userdari situs tersebut

7.

Design (Desain)
Desain situs harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya : kemudahan dalam
mengakses, navigasi yang tidak membingungkan, dan fitur searching yang
memadai.

D. Bentuk-Bentuk E-Health

Istilah ini dapat mencakup berbagai layanan atau sistem yang berada di
tepi obat / kesehatandan informasi teknologi, termasuk:
1.

Elektronik kesehatan catatan : memungkinkan komunikasi data pasien


antaraprofesional kesehatan yang berbeda (dokter, spesialis,dll)

2.

Telemedicine : perawatan fisik dan psikologis di kejauhan

3.

Konsumen kesehatan informatika : pemanfaatan sumber daya elektronik pada


topikmedis oleh individu yang sehat atau pasien

4.

Kesehatan manajemen pengetahuan : mislnya dalam sebuah gambaran jurnal


medisterbaru, pedoman praktek terbaik atau pelacakan epidemiologi (contoh
termasuksumber daya dokter seperti Medscape dan MDLinx )

5.

Virtual tim kesehatan: terdiri dari profesional kesehatan yang berkolaborasi dan
berbagiinformasi mengenai pasien melalui peralatan digital (untuk perawatan
transmural)

6.

mHealth atau m-Kesehatan : mencakup penggunaan perangkat bergerak dalam


pengumpulan data dan tingkat kesehatan pasien agregat, memberikan informasi
kesehatan untuk praktisi, peneliti, dan pasien.

Fungsi E-Health

Bagi pemerintah di tingkat lokal maupun pusat juga mendapat tantangan


untuk menanggulangi meningkatkan biaya pelayanan kesehatan, meningkatkan
akses dan kualitas pelayanan. Selain itu, mereka juga bertanggungjawab
terhadap pemantauan kesehatan umum dan kemungkinan penyebaran penyakit
menular tertentu. Mengembangkan layanan e-Health akan membantu pihakpihak penyedia layanan kesehatan termasuk pemerintah untuk mencapai hal
tersebut di atas. E-Health akan memberikan kesempatan kepada semua pihak
untuk melakukan kolaborasi, pengumpulan dan analisa data kesehatan yang
melampaui batasan fisik dan waktu.

Manfaat E- Health

E-Health ini diharapkan dapat meningkatkan berbagai aspek kesehatan


(kualitas, efisiensi biaya,akses) oleh:

1.

Mendukung pemberian pelayanan yang disesuaikan dengan pasien individu, di


mana TIKmemungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik berdasarkan
data bukti danpasien-spesifik

2.

Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas proses perawatan dan


memfasilitasi perawatan bersama melintasi batas

3.

Membantu praktik berbasis bukti dan pengurangan kesalahan

4.

Meningkatkan akurasi diagnostik dan kesesuaian pengobatan

5.

Meningkatkan akses terhadap kesehatan yang efektif dengan mengurangi


hambatan yang diciptakan, misalnya, dengan lokasi fisik atau kecacatan

6.

Memfasilitasi pemberdayaan pasien untuk perawatan diri dan pengambilan


keputusankesehatan

7.

Meningkatkan efisiensi biaya melalui penyederhanaan proses, mengurangi


waktu menunggu dan limbah.

Kelebihan E- Health

1.

Banyak informasi informasi tentang artikel kesehatan dan berita


tentang dinas kesehatan serta tips kesehatan.

2.

Web terupdate dan tertata rapi.

3.

Terdapat peta lokasi lokasi puskesmas di daerah.

4.

Memiliki forum yang dapat digunakan untuk sharing dan diskusi.

E. Peranan E- Health dalam pelayanan kesehatan

Di seluruh dunia, terjadi peningkatan biaya pelayanan kesehatan.


Banyak orang tidak mendapat kesempatan bagi pelayanan kesehatan yang
lebih baik. Catatan kesehatan yang masih mengandalkan dokumen kertas
banyak menimbulkan kesalahan dan mengurangi produktivitas layanan.
Walau demikian, patut diakui terdapat juga kenaikan pelayanan
kesehatan di masyarakat, yang memberikan peluang kehidupan yang lebih
baik, namun juga berarti terdapatkan golongan masyarakat manula (manusia
usia lanjut) yang lebih besar. Pada umumnya manula juga memerlukan
layanan kesehatan yang lebih besar dibandingkan usia produktif.
Bagi pemerintah di tingkat lokal maupun pusat juga mendapat
tantangan untuk menanggulangi meningkatkan biaya pelayanan kesehatan,
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan. Selain itu, mereka juga
bertanggungjawab

terhadap

pemantauan

kesehatan

umum

dan

kemungkinan penyebaran penyakit menular tertentu. Mengembangkan


layanan e-Health akan membantu pihak-pihak penyedia layanan kesehatan
termasuk pemerintah untuk mencapai hal tersebut di atas. E-Health akan
memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk melakukan kolaborasi,
pengumpulan dan analisa data kesehatan yang melampaui batasan fisik dan
waktu.
Sebagai contoh, e-Health dapat diterapkan untuk membantu pemerintah
mengembangkan program yang membantu dokter, perawat, dan tenaga
kesehatan lainnya saling bertukar infomasi secara elektronik, mengambil data
rekam medis pasien kapan dan dimana diperlukan, dan melakukan kolaborasi
dengan memberi layanan jasa kesehatan lainnya secara real time melalui
internet. Layanan kesehatan seperti ini akan memberikan banyak sekali
penghematan dari sisi biaya dokumen dan administrasi layanan dan memberikan

keuntungan pemberian keputusan layanan kesehatan yang terbaik kepada


pasien dengan lebih cepat.

Peranan komputer dalam mengelola dan melakukan pertukaran data


kesehatan melalui internet menjadi sangat vital dalam menyelenggarakan eHealth. Karena data kesehatan tidak hanya berupa teks, bahkan bisa
merupakan

data

gambar,

suara,

dan

multimedia

lainnya.

Diperlukan

komputer yang memiliki kemampuan proses yang tinggi untuk dapat


mengolah data yang ada menjadi informasi yang berharga bagi suatu
keputusan layanan kesehatan. Komputer dengan multi-inti dan ukuran cache
yang besar, seperti yang berbasis pada prosesor Intel Core 2 Duo adalah
antara lain yang disarankan sebagai komputer bagi penyedia jasa layanan
kesehatan.
Pertukaran jasa layanan kesehatan melalui internet juga harus didukung
oleh infrastruktur komunikasi pita lebar. Sekali lagi alasannya karena data yang
dipertukarkan tidak hanya berupa teks, tetapi berupa data multimedia. Pada
akhirnya, pelayanan jasa kesehatan dengan TIK, atau e-Health memerlukan
komitmen dari penyelenggara jasa kesehatan untuk melakukan modernisasi dari
perangkat dan infrastruktur yang digunakannya.

F.

Perkembangan E-Health Di Indonesia

Perkembangan e-health di Indonesia, tidak seperti negara-negara seperti


contohnya Eropa, New Zealand, Perancis, dan negara Barat lainnya, belum
menunjukkan perkembangan yang pesat. Memang tanda-tanda menuju ke sana
sudah mulai terlihat dengan semakin maraknya kajian mengenai dunia
informatika kedokteran, milis-milis kedokteran yang bertebaran di internet, juga

situs-situs kesehatan dan dunia medis yang mulai banyak dibangun. Beberapa
milis kesehatan Indonesia yang sudah beroperasi di internet:
1.

kesehatan@yahoogroups.comkesehatan@yahoogroups.com

2.

kesehatan-indonesia@yahoogroups.com

3.

kesehatan-indonesia@yahoogroups.com

4.

seks-kesehatan@yahoogroups.comseks-kesehatan@yahoogroups.com

Sedangkan beberapa beberapa website yang bisa mewakili e-healthdi Indonesia


adalah:
1.

http://www.idionline.org (situs yang dikelola oleh Ikatan Dokter Indonesia IDI )

2.

http:// www.pdpersi.co.id (situs yang dikelola oleh Persatuan Rumah Sakit


Indonesia PERSI)

3.

http: //www. kalbe. co.id (situs yang dikelola oleh perusahaan farmasi Kalbe
Farma )

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, masalah pengimplementasian


sistem e-health pada suatu negara terkadang juga terbentur pada permasalahan
hukum (Legal issue). Sedangkan dalam bidang hukum atau regulasi di Indonesia,
berdasarkan

referensi

menyiapkan

peraturan

dari www.gerbang-jabar.go.id pemerintah


perundang-undangan

yang

diharapkan

sudah
mampu

memberikan perlindungan kepada para pemilik dan pemakai. Pemerintah telah


menerbitkan

Inpres

No.

Tahun

2003

tentang

kebijakan

dan

strategi

pengembangan e-government.
Di Indonesia Program E-Health ini, bekerja sama dengan Pusat layanan
sellular seperti Indosat atau Telkomsel untuk dapat mengirimkan informasi dari

pusat pelayanan kesehatan dengan menggunakan layanan SMS (Short Messages


Service),

untuk

berkomunikasi

mendukung

kelompok

kepatuhan

dengan

mengingatkan melalui SMS. Contohnya mengurim jutaan pesan SMS sehari


dikirim selama satu tahun (365 juta) untuk mendorongorang agar dites dan
diobati untuk HIV
G. E Health di luar Indonesia
Di luar Indonesia sendiri sudah mulai dikembangkan aplikasi-aplikasi
kesehatan. Mulai dari aplikasi desktop yang digunakan rumah sakit, sampai yang
berbentuk web, bahkan ada yang bertemakan social networking. Tidak
ketinggalan juga implementasinya di perangkat mobile, semacam smartphone
hingga tablet. Kebanyakan orang menyebut aplikasi seperti ini dengan e-health.
Berikut ini adalah contoh e health berbasis di luar negri :

withings.com
Sebuah situs yang menawarkan e-health yang terintegrasi dengan smartphone
anda beserta peralatan eksternal lainnya. Di sini pengguna dapat mencatat
perkembangan berat badan, tekanan darah dan juga kondisi bayi anda. Aplikasi ini
cukup membantu kesadaran si penggunanya untuk memiliki rekam medis pribadi.
Nantinya hasil dari data data tersebut dapat dikirimkan melalui email langsung ke
dokter yang diinginkan sebagai bahan konsultasi maupun medical check up. Dengan
begitu pengguna diberdayakan dan di edukasi untuk selalu memperhatikan
kesehatannya dengan bantuan teknologi.

https://secure.motherknows.com/home_p

MotherKnows menargetkan apliaksi web mereka untuk para orang tua. Disini
para orang tua dapat membuat catatan medis dari putra putri mereka. Selain itu para
orang tua juga bisa menambahkan jadwal imunisasi, golongan darah, riwayat alergi,
riwayat pengobatan serta tindakan kesehatan yang pernah dilakukan serta melihat
statistik perkembangan berat dan tinggi anak secara cepat. Tidak ketinggalan juga para

orang tua dapat mencatat, dokter mana saja yang telah dikunjungi dan lain sebagainya.
Selain dapat diakses melalui web site, MotherKnows juga direncanakan akan memiliki
aplikasi mobile.
H. Telemedicine
Telemedicine didefinisikan sebagai penggunaan telekomunikasi untuk
menyediakan informasi medis maupun layanan medis. Aplikasi ini bisa sangat
sederhana misalnya dalam bentuk 2 profesional kesehatan berdiskusi tentang
suatu kasus melalui telepon atau menggunakan teleconference, atau sangat
canggih menggunakan teknologi satelit untuk mengirimkan konsultasi antar
provider pada fasilitas yang berbeda negara menggunakan teleconference atau
teknologi robotik. Keadaan yang pertama dilakukan setiap hari oleh kebanyakan
tenaga kesehatan dan yang terakhir digunakan oleh militer dan beberapa pusat
kesehatan.

I.

Manfaat Telemedicine
Manfaat telemedicine mencakup kedalam 3 aspek yang saling terkait satu sama
lain yaitu pasien, dokter dan rumah sakit. Manfaat langsung bagi pasien adalah:

Mempercepat akses pasien ke pusat-pusat rujukan.

Mudah mendapatkan pertolongan sambil menunggu pertolongan langsung dari


dokter-dokter pribadi.

Pasien merasakan tetap dekat dengan rumah dimana keluarga dan sahabat
dapat memberikan dukungan langsung.

Menurunkan stres mental atau ketegangan yang dirasakan di tempat kerja.

Menseleksi antara pasien-pasien yang perlu dibawa ke rumah sakit dan pasien
yang tidak perlu perawatan di rumah sakit akan tetap tinggal di rumah.

J.

Program dan aplikasi telemedicine


Banyak

aplikasi

yang

telah

dikembangkan

berbasis

pada

konsep

telemedicine salah satu contohnya adalah WebcamMD. WebcamMD, adalah situs


yang menyediakan layanan konsultasi untuk diagnosis penyakit melalui layanan
website. Ada beberapa fasilitas yang ditawarkan oleh webcamMD, khusus untuk
pasien maupun untuk profesional kesehatan.
Layanan utama dari situs ini adalah layanan videoconference yang
berbasis web. Pasien atau penggguna login terlebih dahulu kemudian tinggal
melakukan teleconference dengan petugas yang online dan menyebutkan
kesulitan yang terjadi untuk masalah-masalah misalnya bayi rewel atau
pertolongan pertama pada kecelakan yang terjadi pada salahsatu anggota
keluarga. Dukungan bandwidth yang lebar dan akses internet yang cepat dan
murah tentunya menjadi kendala dari pengimplementasian teknologi ini di
Indonesia.

K. Perkembangan Telemedicine di Indonesia


Telemedicine

di

Indonesia sudah

berkembang

cukup signifikan.

Di

Indonesia sudah meluai menggunakan telemedicine sejak tahun 90an. Pada era
tersebut masih menggunakan teknologi telepon standar. Di era sekarang
telemedicine sudah berkembang lebih pesat, misalnya di Surabaya antar
puskesmas di seluruh Surabaya sudah saling terhubung dengan tekologi internet
dan sudah terhubungsatu dengan yang lain, selain itu puskesmas juga sudah
terhubung dengan pusat kesehatan kota. Tetapi bandwidth di Indonesia masih
kurang untuk dilakukan teleconference antar pasien dengan praktisi kesehatan.
Tetapi hal ini memungkinkan apabila antar puskesmas dengan pusat kesehatan
kota memiliki akses internet sendiri tidak menggunakan layanan public internet.

Cangkupan layanan telemedicine meliputi :

Skala Mikro

Skala Makro
Pelaksanaan telemedicine di Indonesia sampai saat ini terus dikajidan

dikembangkan,

karena

dalam

implementasinya

dijumpai

beberapakendala

utama. Kendala pertama berasal dari aspek instalasi sistem/infra telemedicine.


Biaya perangkat keras untuk melakukan teleconference (untuk telediagnosis
maupun tele konsultasi) belum banyak dimiliki di fasilitas kesehatan yang ada di
daerah terpencil. Biaya pengadaan perangkat lunak penunjang (kalau memang
teknologinya sudah ada) juga tidak murah, belum lagi biaya instalasi yang
memerlukan dukungan tenaga terlatih. Masalah lain juga tim

bul pada aspek integrasi konsep telemedicineke dalam praktek kedokteran


di Indonesia. Tenaga Medis dengan dukungan kemampuan telemedicine masih
terbatas.
Penerimaan komunitas terhadap hasil dari telemedicine dibidang tenaga
kesehatan maupun tenaga non-medis juga beragam, belum lagi aspek legal dan
etik praktik telemedicine ini. Dan terakhir adalah aspek pemeliharaan sistem.
Beberapa

isu

yang

mengemuka

adalah

besarnya

Biaya

pemeliharaan,

Efektivitas-biaya secara komersial, Pengawasan kualitas layanan, dan terakhir


adalah Penyesuaian dgn perkembangan teknologi informasi & ilmu
Kedokteran.

L.

Hubungan E- Health dan Telemedicine terhadap Sistem Informasi


Manajemen

Seperti yang telah dijelaskan bahwa e- health adalah suatu layanan


kesehatan secara elektronis dan Telemedicine adalah konsultasi medis secara
jarak jauh. Hal ini dapat di kaitkan dengan konsep manajemen.
Kedua tema tersebut berkaitan dengan sistem informasi manajemen
rumah sakit. Dimana kemudahan dalam mendapatkan pelayanan medis untuk
pasien dan kemudahan dalam mengelola data pasien dapat diwujudkan dengan
adanya e- health dan telemedicine.
Dengan adanya e health dan telemedicine maka kita dapat menghemat
biaya biaya, seperti : biaya administrasi, biaya ongkos, biaya pembuatan
dokumen dokumen. Dan kita juga dapat menghemat waktu. Hal itu
dikarenakan tanpa harus kita pergi ke rumah sakit kita dapat berkonsultasi
dengan dokter spesialis menggunakan internet saja.
Dari penjelasan tersebut jelas sekali bahwa adanya e health dan
telemedicine itu sangat terkait dengan ilmu manajemen. Adanya kemudahan
dalam bidang kesehatan ini dapat memberikan beberapa keuntungan dalam
bidang manajemen.
Dari fenomena tersebut jelas sekali semakin berkembangnya sistem
informasi manajemen saat ini dapat mempermudah seseorang dalam melakukan
suatu kegiatan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
E-health merupakan suatu bentuk layanan kesehatan secara elektronis
yang mempunyai tujuan untuk mendukung kegiatan kesehatan secara umum
dan meningkatkan kualitas layanan

Sistem layanan digitalisasi data riwayat kesehatan pasien, e-Health


memang belum bisa diterapkan dalam waktu dekat. Hal itu disebabkan sumber

daya manusia (SDM) industri kesehatan yang ada belum menguasai teknologi secara
keseluruhan. Sistem e-Health tersebut akan merombak sistem layanan yang ada di
rumah sakit selama ini. Apalagi rumah sakit tersebut belum menerapkan teknologi
untuk menunjang operasionalnya. Beberapa yang harus dikuasai sebelum e-Health ini
diterapkan adalah masalah informasi dan teknologi (IT).
Hingga saat ini tidak semua rumah sakit hingga puskesmas memiliki
infrastruktur IT memadai. Padahal, untuk bisa menerapkan sistem layanan e-Health

tersebut dibutuhkan infrastruktur IT yang cukup, koneksi dan integrasi antara pihak
rumah sakit hingga masalah kecepatan akses bandwidth internet.
Penerapan layanan e-Health di Indonesia dinilai baru akan berhasil jika ada

dorongan dari instansi terkait seperti Kementrian Kesehatan untuk mensosialisasikan


penggunaannya. -Health bisa menjadi alternatif solusi layanan kesehatan baik di daerah
pelosok maupun di daerah pinggiran yang belum mendapatkan layanan kesehatan
secara memadai.
Pengembangan e-Health pun perlu didasarkan pada kebutuhan pengguna akan

layanan kesehatan, sehingga akan tercipta e-Health yang tepat sasaran dan mampu
meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia.
Telemedicine adalah konsep praktek kedokteran yang sangat bermanfaat
untuk mendukung diagnosis maupun konsultasi medis jarak jauh. Telemedicine
dapat menjembatani kekurangan tenaga spesialis medis disuatu tempat dan
menawarkan layanan kesehatan cepat yang dibatasi jarak. Telemedicine sangat
tergantung pada tingkat ketersediaan infrastruktur IT di suatu daerah dan juga
tingkat biaya operasional yang tersedia. Telemedicine juga masih sangat dibatasi
oleh penguasaan teknologi ini khususnya oleh tenaga medis di Indonesia.

B.

Saran
Sebaiknya sebelum menerapkan sistem E Health pemerintah harus
mengadakan sosialisasi terhadap masyarakat dan mengadakan pelatihan kepada
pihak yang terkait. Perangkat sistem komputerisasinya pun harus di perbaharui
agar mumpuni saat menerapkan sistem tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
http://teknojurnal.com/e-health-di-indonesia-bidang-yang-belum-terjamah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Telemedis#Fase_Perkembangan_Telemedicine
http://kamanti.blogspot.com/2012/06/e-health-and-telemedicine-normal0.html
http://gentiara.blogspot.com/2012_04_01_archive.html
buk.depkes.go.id

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCAQFjAB
&url=http%3A%2F%2Fwww.buk.kemkes.go.id%2Findex.php%3Foption
%3Dcom_content%26view%3Darchive%26year%3D2011%26month
%3D11%26Itemid
%3D27&ei=pjudVMzTCsuWuATq1ILYCQ&usg=AFQjCNERW7uIGNhwRpBJkHZmF13
yaRBHRQ&sig2=M4c-UkoFOXLtQ6Dr826R-A&bvm=bv.82001339,d.c2E

sistem informasi.
Informasi keperawatan
Sistem memegang
peranan dalam proses
kelangsungan
dari care.19
Berdasarkan
pengalaman perawat
dari telehealth

dan telenursing,
beberapa dari mereka
menyatakan mereka
memiliki
mendengar, sudah
diketahui namun belum
diimplementasikan, dan
ada juga beberapa dari
mereka yang
menyatakan bahwa
mereka telah
melaksanakan itu,

misalnya dengan
konsultasi via telepon
atau faks.
Secara teoritis, sistem
telehealth dapat
digunakan
menggunakan internet,
serat optik, termasuk
reservasi medis sistem,
konferensi video
sistem, e-konsultasi, epemeriksaan, e-carte,

e-medis sertifikat, emedis formulir


persetujuan,
e-resep, dan ecommerce.7 Yang
lainnya
telemedicine penemuan
biasanya menggunakan
telekomunikasi dengan
audio dan video, di
yang memungkinkan
mereka untuk
berkomunikasi dengan

interaktif real time atau


asynchronous dengan
telepresenter sebagai
analysis.8 nya Bentuk
lain dari
paten penemuan adalah
metode untuk
memantau
salah satu adalah
kondisi fisik, termasuk
menangkap
gambar untuk
menentukan bagian-

bagian tubuh,
mengamati
kesehatan parameter
menggunakan gambar
normal,
menyimpan data,
mengidentifikasi potensi
berubah dan
memberikan peringatan
dari fisiologi
change.9
Harapan terhadap
pengembangan

telenursing adalah
dengan pembentukan
telenursing, layanan
kesehatan bisa
disampaikan lebih
cepat, para perawat bisa
memberikan kesehatan
pendidikan kepada
pasien, dan perawat
pengetahuan dan
kualitas pelayanan
dapat

ditingkatkan. Banyak
persiapan yang
dibutuhkan untuk
menjadi
dilakukan dalam rangka
untuk mengembangkan
sistem ini,
persiapan yang
diperlukan termasuk
manusia
sumber daya,
infrastruktur, regulasi,
dan juga

sosialisasi sistem.
Telehealth dan
telenursing bisa menjadi
salah satu
solusi untuk
melaksanakan
pencegahan
berfungsi, membantu
sistem peringatan dini,
dan
juga memegang peran
dalam kesinambungan
perawatan

antara rumah sakit dan


puskesmas. itu
pengembangan
telenursing untuk
kardiografi
Kasus ini dimulai dengan
menjelajahi
kardiovaskular penyakit
umum di Indonesia,
dan juga perawatan
yang paling umum
diberikan

untuk pasien yang


terkait dengan
kardiovaskular
kasus. Penelitian ini
bertujuan untuk
membuat
sistem yang memenuhi
kebutuhan dan kondisi
di Indonesia. Bentuk
telenursing bisa
berbasis web, telepon,
fax dan juga

teleconference.
Pelatihan ini diperlukan
sebelum pelaksanaan
sistem,
Selanjutnya sosialisasi di
implementasi sistem ini
juga diperlukan
dalam rangka untuk
membuat sistem
berjalan dengan baik.
Daftar pustaka
1. Depkes RI. 2003.
Health Survey: Mortality

2001: Trend of etiology


of mortality in Indonesia.
Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan, Jakarta
2. Hariyati RTS, Afifah E,
Handiyani H. 2010.
Developing prototype
model of discharge
planning with CD
learning media in
Indonesia.

3. Hebert M. 2009.
Developing a telehealth
research program.
4. Nurmartono. 2007.
Telenursing as
alternative of delivering
nursing care in
Indonesia.
5. FERA LIZA. 2010.

PERKEMBANGAN
TELENURSING

6.

Hanif Al Fatta . 2008.


Telemedicine : dalam
tinjauan teknologi
informasi
of 18

ANALISIS JURNAL TRISNA


by agusprawitastyawan

on Oct 16, 2015


Report

Category:

DOCUMENTS
Download: 1
Comment: 0
79

views

Comments
Description
analisis jurnal trisna
Download Analisis jurnal trisna

Transcript
Analisis jurnal trisna Latar Belakang: Saat ini, perpindahan gaya hidup
mendorong meningkatnya degeneratif penyakit, seperti penyakit jantung, yang
sejak tahun 1995, telah dinyatakan sebagai penyebab utama kematian di
Indonesia. Telehealth didefinisikan sebagai penggunaan teknologi telekomunikasi
mendukung informasi kesehatan dan meningkatkan pelayanan kesehatan.
Telehealth di negara maju dapat meningkatkan perilaku hidup sehat. Telehealth
di Indonesia diperkirakan akan meningkat pola hidup sehat yang dapat
mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan degeneratif lainnya penyakit.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi pengalaman
terkait dalam asuhan keperawatan dari kasus kardiovaskular, pengalaman dalam
penggunaan telehealth dan berharap dalam pelaksanaan telehealth di Indonesia.
Studi Desain: Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan fokus diskusi kelompok. Peserta dalam penelitian ini adalah 64
perawat. Pemilihan peserta dilakukan dengan menggunakan purposive sampling.
Data dari penelitian ini, yang dalam bentuk transkrip dan lapangan laporan dari
setiap diskusi kelompok FGD, dianalisis dengan menggunakan metode
fenomenologi dikembangkan oleh Collaizi. Hasil: Tema asuhan keperawatan
dibagi menjadi 4 sub-tema yang: penilaian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi. Sub tema definisi dan harapan untuk telehealth dinyatakan,
"Sejauh yang saya tahu, rumah sakit jantung telah menggunakan sistem online,
sehingga jika kita ingin melakukan rujukan, pasien bisa konsultasi secara
langsung, tapi saya tidak tahu tentang sistem. Dengan Telehealth, perawat bisa
mengamati tanda dan gejala dari rumah pasien. Kesimpulan: Hasil penelitian
kualitatif menunjukkan bahwa telehealth Di Indonesia terbatas. Harapan untuk
pengembangan telecardiology telehealth / adalah untuk lebih memfasilitasi
konsultasi, komunikasi dan pendidikan dapat mendukung pasien atau perawat.
pengantar Indonesia adalah negara berkembang, saat ini kesehatan adalah salah
satu isu sentral yang menjadi fokus pembangunan nasional. Tingginya
persentase di sejumlah penyakit menular, seperti DBD dan TBC, masih menjadi
masalah; itu diperburuk oleh gaya hidup yang menyebabkan sejumlah penyakit
degeneratif meningkat secara signifikan. Berdasarkan Survei Kesehatan
Domestik pada tahun 2001 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, proporsi kematian yang disebabkan oleh penyakit inkomunikabel
meningkat dari 25.41% pada tahun 1990 menjadi 48.53% pada tahun 2001.
Sementara proporsi kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler
tumbuh dari 9,1% pada tahun 1986 menjadi 26,3% pada 2001. Pada tahun 2020,
diperkirakan bahwa penyakit kardiovaskuler akan menjadi penyebab kematian
sedikitnya 25 orang per tahun. serangan jantung, penyakit jantung juga

merupakan faktor utama kematian dan cacat bagi negara-negara di Seluruh


dunia. Di negara-negara berkembang, mulai 1990-2020, angka kematian yang
disebabkan oleh penyakit jantung koroner diperkirakan akan meningkat 137%
pada laki-laki dan 120% pada wanita. Pasien dengan kasus degeneratif harus
dideteksi di Puskesmas namun kurangnya perangkat deteksi seperti
elektrokardiograf (EKG) dan perangkat pemantauan lainnya, kurangnya
kemampuan manusia dalam mengobati pasien dan melaksanakan fungsi
pencegahan, dan kurangnya sistem koordinasi antara Puskesmas dan rumah
sakit. Semua faktor ini menyebabkan keterlambatan dalam mendiagnosis pasien.
Situasi ini membuat pengobatan menjadi lebih sulit dan biasanya sudah
terlambat untuk menangani. Situasi yang sama terjadi setelah perawatan di
rumah sakit, karena debit perencanaan / DP berfungsi untuk melepaskan pasien
karena komunitas mereka tidak terorganisir secara baik. Pasien dengan penyakit
degeneratif lebih mungkin untuk mengunjungi unit gawat darurat, dirawat di
rumah sakit lebih sering, sehingga Biaya medis yang mereka harus membayar
akan lebih tinggi daripada yang lain. Selama periode debit dari rumah sakit ke
rumah pasien, mereka biasanya membutuhkan dukungan, termasuk obat,
pengobatan, gejala manajemen, dan bagaimana meningkatkan gaya hidup
sehat. Kondisi perencanaan pasca Rumah sakit harus diamati, terutama kontrol
gejala dan manajemen, dan juga dukungan untuk melakukan gaya hidup sehat.
teknologi telehealth memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk
memantau aktivitas harian pasien dan untuk memberikan intervensi kesehatan.
Awal intervensi penting seperti menandatangani pengamatan observasi dan alat
pacu jantung dapat membantu meningkatkan gejala manajemen dan gaya hidup
sehat, dan memantau manajemen pengobatan, dan juga mengurangi tingkat
kunjungan rawat inap dan darurat. Telehealth didefinisikan dari teknologi
telekomunikasi yang digunakan untuk mendukung informasi kesehatan dan
meningkatkan layanan kesehatan, dan juga untuk memecahkan geografis,
waktu, sosial dan permasalahan budaya. Telenursing adalah bagian dari
Telehealth. Telenursing (jarak asuhan keperawatan) adalah digunakan teknologi
komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan terhadap
klien, menggunakan kabel elektromagnetik (magnet, radio, dan optik
gelombang) dalam mentransmisikan komunikasi sinyal suara, data, dan video.
Hal ini juga dapat didefinisikan sebagai jarak komunikasi, menggunakan listrik
dan optik transmisi, antara manusia dan / atau komputer. Definisi lain dari
telenursing adalah pengiriman, organisasi, dan koordinasi layanan menggunakan
teknologi telekomunikasi. Teknologi disebutkan adalah termasuk saluran
elektromagnetik seperti kawat, radio, dan optik untuk mengirimkan suara, data
dan sinyal video komunikasi. di lain kata-kata, itu adalah komunikasi jarak
menggunakan listrik atau transmisi antara manusia dan / atau komputer. Telehomecare adalah salah satu aplikasi tersedia dalam keperawatan telehealth.
Dengan telehomecare, salah satu secara teratur bisa memantau seseorang
sendiri berat badan, tekanan darah, denyut jantung dan lainnya darurat gejala
potensial. Selain itu, mereka bisa melakukan perawatan di rumah dan
pengobatan terhubung dengan penyedia layanan kesehatan. Berdasarkan
efektivitas biaya studi dengan pasien Diabetes Mellitus n = 171, di mana ada 85
pasien yang menggunakan telehealth, sedangkan 86 lainnya adalah

menggunakan homecare tradisional, bisa menyimpulkan bahwa rumah sakit


diperkirakan Biaya untuk kelompok telehealth adalah $ 87.327; sedangkan untuk
kelompok rekan biaya adalah sekitar $ 232.872. Nursing Home Badan (2004)
dinilai 31 pasien dengan pasien telehealth dan 176 tanpa fasilitas telehealth, dan
hasilnya menunjukkan bahwa tingkat rawat inap dari mereka yang menggunakan
sistem telehealth adalah 1. Di Sebaliknya tingkat bagi mereka yang tidak
menggunakan sistem telehealth adalah 30. rumah sakit kunjungi untuk
pengguna telehealth adalah 355. Sementara rumah sakit pengguna nontelehealth kunjungan adalah 2.888. Para pasien rata-rata rumah sakit Kunjungan
adalah 11.45 untuk pasien telehealth, sedangkan bagi mereka yang tidak
menggunakan telehealth, rata-rata rumah sakit mereka tingkat kunjungan
adalah 16,41. Sistem telehealth dapat digunakan oleh bantuan dari serat optik
atau internet, yang sistem reservasi termasuk medis, video sistem konferensi, ekonsultasi, eexamination, e-carte, e-sertifikat medis, emedical persetujuan
bentuk, e-resep, dan e-commerce. penemuan telemedicine lain menggunakan
sistem telekomunikasi dengan audio dan video yang memungkinkan pengguna
untuk berkomunikasi secara real time interaktif atau asynchronous dengan telepresenter bermain sebagai analis. Bentuk paten dari penemuan lain adalah
metode untuk memantau kondisi fisik individu, termasuk menangkap gambar
untuk menentukan bagian-bagian tubuh, mengukur kesehatan Parameter
berdasarkan gambar normal, menyimpan data, mengidentifikasi potensi
perubahan dan tag perubahan fisiologi. Sistem telehealth telah digunakan dalam
dan luar negeri, dan itu memberi efisiensi baik dari sisi keuangan dan nyaman.
Namun, penelitian dan pengembangan telehealth di Indonesia masih parokial.
Berdasarkan pernyataan latar belakang disebutkan sebelumnya, dalam rangka
mengembangkan telenursing sistem dengan kasus kardiografi di Indonesia,
peneliti melakukan studi awal yang berkaitan dengan telenursing di Indonesia.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi bertujuan untuk
mendapatkan dan menggali pemahaman peserta dengan mengingat
pengalaman peserta subyektif dan unik. deskriptif fenomenologi dipilih dalam
penelitian ini untuk melakukan eksplorasi langsung, analisis, dan deskripsi
menuju phenomenon. Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengeksplorasi
persepsi penyedia kesehatan, khususnya persepsi perawat, terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan kepada kardiovaskular klien, sedangkan
perawatan kontinuitas keperawatan antara Puskesmas dan rumah sakit, dan juga
pengetahuan dan harapan terhadap telenursing. peserta Para peserta penelitian
ini adalah 64 perawat, terdiri dari 22 laki-laki dan 42 perempuan. Para peserta
adalah perwakilan dari rumah sakit. Puskesmas, dan kesehatan setempat
departemen di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Para peserta dibagi
menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 sampai 12 orang.
Pemilihan rumah sakit dan Puskesmas dilakukan dengan menggunakan
purposive sampling, yang berarti bahwa para peserta dalam penelitian ini
ditentukan oleh beberapa istilah dan kondisi yang dibuat oleh peneliti. kriteria
rumah sakit yang dipilih adalah Rumah sakit yang terletak di daerah Jabodetabek
yang pengobatan kasus kardiografi diimplementasikan, dan rumah sakit yang
memiliki kemungkinan untuk terpapar dengan inovasi telehealth. Di sisi lain,

pemilihan Puskesmas adalah berdasarkan jarak terlihat terjangkau antara


Puskesmas dan terpilih rumah sakit. jarak terjangkau adalah salah satu dari
faktor yang memungkinkan kelangsungan perawatan antara puskesmas dan
rumah sakit. Isu etik Semua isi penelitian dan izin etis masalah telah pergi di
bawah review dan memiliki memperoleh persetujuan dari Menteri Indonesia dari
Riset dan Teknologi Yayasan. itu izin etis juga telah disetujui oleh komite etik
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Dalam penelitian ini, kepala
sekolah adalah kebaikan dilaksanakan dengan menerbitkan keuntungan
penelitian ini di mana ia diharapkan bahwa ini studi dapat digunakan sebagai
data dasar untuk mengembangkan telenursing, yang pada akhirnya bisa
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. itu menghormati orang yang
berkaitan dengan hak-hak untuk mendapatkan informasi yang menyeluruh dan
otonomi dari peserta untuk memberikan mereka pendapat dan pengalaman
berdasarkan nyata Kondisi. Sebelum mengikuti FGD, semua peserta telah diberi
penjelasan tentang penelitian, dan semua peserta telah diberikan mereka
menginformasikan persetujuan sebagai bukti mereka kesediaan untuk menjadi
peserta dalam FGD. Pengumpulan data Metode untuk mengumpulkan data yang
digunakan Focus Diskusi Kelompok / metode FGD. Sebuah fokus kelompok adalah
wawancara kelompok sekitar enam sampai dua belas orang yang berbagi sama
karakteristik kepentingan umum. A fasilitator dipandu kelompok berdasarkan
yang telah ditentukan set topik. fasilitator menciptakan lingkungan yang
mendorong peserta untuk berbagi persepsi mereka dan sudut pandang.
Kelompok fokus adalah kualitatif Metode pengumpulan data, yang berarti bahwa
data bersifat deskriptif dan tidak dapat mengukur numerically. Dalam studi ini,
para peserta dibagi menjadi 6 kelompok FGD di mana dalam setiap kelompok
terdiri 8 sampai 12 peserta. pengelompokan didasarkan pada lokasi antara
rumah sakit dan Puskesmas yang memungkinkan rujukan proses. Setiap
kelompok dipimpin oleh seorang fasilitator, dibantu oleh seorang pengamat yang
mengamati dan mencatat non-verbal merespon, dan teknisi yang difasilitasi
audio-visual digunakan selama proses penelitian. masing-masing peserta dalam
setiap kelompok memiliki sama kesempatan untuk menyampaikan pengalaman
mereka terkait dengan perawatan terhadap kardiovaskular kasus, kontinuitas
perawatan, dan inovasi telenursing. Sebelum melakukan penelitian yang
sesungguhnya, sebuah eksperimental pengujian terhadap instrumen kunci telah
dilakukan. Semua fasilitator, pengamat, dan teknisi telah mengikuti Proses
eksperimental dan telah disamakan mereka persepsi terhadap tujuan yang
diharapkan dari penelitian dan pertanyaan-pertanyaan yang akan membimbing
fasilitator dalam melakukan FGD. setelah FGD telah dilakukan, fokus catatan
diskusi kemudian diinformasikan menuju peserta untuk mengklarifikasi apakah
catatan disesuaikan dengan apa yang sedang disampaikan oleh masing-masing
peserta. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan arti
masing-masing peserta dikaitkan dengan: 1) kardiovaskular kasus, 2) asuhan
keperawatan pada kasus kardiovaskular, 3) masalah dalam proses kelangsungan
keperawatan perawatan, 4) pengetahuan tentang telehealth / telenursing, dan 5)
harapan menuju telenursing telehealth /. 1) Kasus Kardiovaskular Tema ini adalah
ilustrasi kardiovaskular kasus yang telah ditangani di rumah sakit dan
Puskesmas. Tema ini adalah dibagi menjadi subtema kasus cardio dan kasus

vaskular. a) kasus Cardio: penyakit kardiovaskular dirawat oleh rumah sakit dan
Puskesmas yang bervariasi. Rumah sakit rujukan biasanya menangani beberapa
gangguan kardiovaskular yang lebih variatif dari Puskesmas bisa menangani. itu
gangguan jantung yang disebutkan oleh peserta MCI (infark Cardio Infark
miokard atau Infark), penyakit jantung bawaan, infeksi, dan dysryhtmia. Ini
semacam kardiovaskular penyakit yang disebutkan oleh peserta sebagai: ... jika
kita berbicara tentang Kasus kardiovaskular, kami sudah bertemu hampir semua
jenis kasus, dan jika kita berbicara tentang frekuensi, yang paling umum kasus
adalah sejarah infark, kegagalan, katup gangguan pada anak-anak ........ ada
juga hipertensi, CVD (Cardio Penyakit Vascular) ...., Koroner Akut Syndrome.
Ketika sedang diperiksa di Puskesmas, mungkin tidak dikenal sebagai jantung
gangguan, tetapi ketika diperiksa di rumah sakit jantung, itu terdeteksi sebagai
MCI, CHF (Jantung Kongestif Kegagalan) ....... b) kasus Vascular: Tema ini muncul
dari sub tema dan kategori vaskular gangguan dan komplikasinya. itu gangguan
vaskular diilustrasikan oleh peserta sebagai: "Sebagian besar
hipertensi ........., .... penting hipertensi ..... Oh, krisis hipertensi .... Krisis
Hipotensi .... Kolesterol tinggi atau pasca-hipertensi seperti stroke. Ya, DVT ...
(Deep Vein Thrombosis) ". 2) Perawatan Kardiovaskular Tema asuhan
keperawatan pada Klien kardiovaskular dibagi menjadi 4 subthemes yang:
penilaian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. a) Penilaian subtema yang termasuk sub-sub tema dari anamnesis, kesehatan pemeriksaan, dan
diagnosis. Sub-sub Tema dari anamnesis diidentifikasi melalui keluhan utama dan
klinis sejarah. Keluhan utama adalah diilustrasikan oleh peserta sebagai: "... Apa
keluhan Anda, sejak kapan Anda merasa bahwa, mungkin itu dalam keluarga
medis sejarah ... penilaian, apa skala nyeri, di mana rasa sakit didistribusikan. "
Riwayat kesehatan dan pengobatan yang diilustrasikan oleh peserta sebagai
berikut: "Sejarah ... medis sebelumnya, yang kemungkinan sejarah, dan kita juga
perlu menilai risiko Faktor ... " "... Obat tertentu, adalah serangan jantung terjadi
selama aktivitas atau saat dia Sub-tema dari penilaian kesehatan adalah
diilustrasikan dalam kategori penilaian: fisik, psikologis, dan mendukung. itu
penilaian fisik digambarkan sebagai: "Fisik penilaian ... mengukur penting tandatanda ... Assessment terkait dengan sirkulasi Sistem ... kesadaran ... Mengukur
tekanan darah, biasanya di sepanjang dengan detak jantung ... ... Denyut
jantung, pernapasan dari mereka ... ... Konjungtiva terlihat pucat, atau pasien
memiliki kesulitan napas. ... Tanda-tanda gangguan jantung, rasa sakit, yang
kapiler isi ulang ... ... Tinggi badan, berat badan, perut lingkar ... dengan
kolesterol total Tingkat ... Kategori penilaian psikologis adalah diilustrasikan
sebagai berikut: "... Sebagian besar pasien adalah cemas ...... ketakutan ... "
Kategori mendukung penilaian adalah diilustrasikan sebagai berikut: "...
Biasanya, kami melakukan EKG Pemeriksaan ... ... Setiap pasien yang lebih dari
40 tahun mengalami pemeriksaan EKG. EKG perangkat, x-ray perangkat telah
tersedia di Puskesmas Kecamatan. b) Sub tema Diagnosis Keperawatan Sub
tema dari diagnosis keperawatan adalah diidentifikasi dari sub-sub tema
keperawatan masalah. Selain itu, itu dicerminkan dalam kategori: kenyamanan;
sisa & kegiatan; mengatasi / toleransi terhadap stres, gangguan oksigenasi,
cairan ketidakseimbangan, yang digambarkan oleh peserta sebagai:
"Kenyamanan Gangguan: Sakit ..." ... Intoleransi aktivitas ... Kecemasan ......

Takut ... Pola pernapasan tidak efektif ... cairan ... more dari saldo Fluid ...... .... c)
sub tema dari perencanaan adalah dijelaskan oleh sub-sub tema intervensi yang
diidentifikasi dari dua kategori, yang merupakan perawatan rencana dan operasi
standar Prosedur (SOP). Rencana asuhan keperawatan digambarkan oleh para
peserta sebagai: "... Kami menyarankan mereka, bahwa ketika ia merilis dari
rumah sakit, ia harus berusaha untuk perawat lagi, sehingga kita bisa
membuatnya lagi keperawatan rencana perawatan ... " SOP ini digambarkan
sebagai: "Medis SOP yang ada, maka adalah perawat itu. " d) sub tema
pelaksanaan adalah diilustrasikan dalam tema sub-sub independen intervensi,
dibagi menjadi beberapa kategori: Pemantauan / pengamatan, oksigenasi,
positioning; keseimbangan cairan, mobilisasi; gizi / diet, aktivitas hidup seharihari, perawatan luka; menenangkan, pendidikan kesehatan, pengurangan
psikologis stres, latihan / aktivitas / rehabilitasi, promosi, dan debit perencanaan.
Kategori pemantauan / observasi dan oksigenasi adalah diilustrasikan oleh
peserta sebagai: "... Keperawatan rencana perawatan, biasanya kami ketat
mengamati tanda-tanda vital ... ... Memantau klien mengeluh ... Sedangkan
kategori posisi dan cairan asupan digambarkan sebagai: "... Semi-fowler atau
menggunakan bantal. ... Asupan-output ... keseimbangan cairan ... kita
memberikan ASI atau susu ... " Sedangkan kategori mobilisasi dan nutrisi / diet
dinyatakan sebagai: "Dimulai dari tempat tidur-beristirahat sampai pasien bisa
berjalan. ... Diet yang sesuai dengan pasien Kondisi ... Dan kemudian, apa yang
disebut, diet ... diet kita disarankan biasanya diet rendah sodium. Kategori ADL
dan perawatan luka adalah disebutkan oleh: "Dimulai dari rutinitas sehari-hari
seperti mandi ... Untuk operasi-kasus, itu tergantung pada kasus apakah perlu
perawatan luka, aktivitas, dan obat pengobatan. " Kategori pendidikan kesehatan
didefinisikan dengan pernyataan sebagai berikut: "Ketika pasien itu akan segera
dirilis, kami memberikan pendidikan kesehatan. ... menjelaskan tentang obatobatan mereka, dosis. Untuk kasus kardiovaskular, mungkin, setiap kali pasien
pergi, mereka harus membawa obat dalam tas mereka. Pendidikan ini berkaitan
dengan faktor risiko ". "Untuk psikopat ... mental mereka, kami sarankan klien
tidak memikirkan hal-hal yang bisa membuat stres mereka ... Kategori latihan /
aktivitas / fisik rehabilitasi dikemukakan oleh peserta sebagai: "Ajarkan
bagaimana seharusnya menjadi pernapasan normal ... Apa yang bisa dilakukan,
apa yang tidak boleh dilakukan. ... tidak melakukan tugas yang sulit namun ... ...
berkaitan dengan rehabilitasi mereka ... lanjut ... intervensi ". Kategori promosi
kesehatan didefinisikan sebagai: "Konseling gaya hidup sehat ... seperti Perilaku
Sanitasi dan Sehat ... gaya hidup dan pola hidup ...... tidak merokok dan
kemudian ...... yang olahraga yang dapat berlatih di rumah ". Kategori
perencanaan debit adalah dijelaskan sebagai: "Untuk kasus alat pacu jantung,
sejak awal mereka telah diamati perencanaan ... kita memberikan buku yang
relevan dengan pasien karena mereka harus mandiri, apa yang harus dilakukan
karena perangkat itu dipasang di dalam mereka. Misalnya, mereka harus mampu
menghitung denyut jantung mereka. Kami telah memberitahu mereka dengan
jelas tentang penyakit mereka, dan memotivasi mereka bahwa mereka bisa
pulih. Jangan lupa untuk selanjutnya check up ... e) sub tema pengawasan
adalah diidentifikasi melalui evaluasi dengan Evaluasi kategori selama rawat
inap dan posthospitalization evaluasi. Kategori ini diilustrasikan oleh pernyataan

di bawah ini: "Yah, mungkin evaluasi. Setelah kita lakukan semua pelaksanaan ...
Dan kemudian di rumah sakit, kami juga memiliki program untuk bertanya
tentang kondisi pasien setelah kembali rumah. Jadi, kita disebut pasien dan
meminta kondisi mereka, atau bertanya apakah ada sesuatu yang dapat
membantu, dan mengingatkan pasien untuk mereka mendatang check-up ". 3)
Hambatan dari proses perhatian dan kesinambungan perawatan antara rumah
sakit dan puskesmas Rintangan terhadap proses peduli diidentifikasi melalui
tema: yang sinergi perawatan di puskesmas dan rumah sakit memiliki belum
bekerja keluar dan kontinuitas sistem antara rumah sakit dan puskesmas. a)
Sistem sinergi tidak bekerja namun ".... pasien yang telah dibebaskan dari
Rumah sakit harus diperiksa diri dalam puskesmas, tetapi kenyataannya adalah
mereka langsung pergi ke rumah sakit untuk check up ... . Nah ... itu benar-benar
tergantung dari masyarakat, kami hanya menerima aspirasi mereka. ... pasien
berasal dari perkotaan biasanya hanya datang ke puskesmas hanya untuk
meminta referensi surat untuk rumah sakit, tanpa melalui penilaian pertama.
Kadang-kadang mereka hanya mengeluh memiliki arythmia, atau nyeri chect,
dan mereka meminta referensi ke jantung rumah sakit, sepertinya sebuah rumah
sakit raksasa. " b) Kontinuitas dari sistem pelayanan "Mereka mengatakan bahwa
layanan di puskesmas tidak to the point, tidak ada sistem yang memungkinkan
pasien untuk berkonsultasi spesialis ... itu layanan lambat. ... saat sekarang, satu
dari Slipi ke Cipto Mangunkusumo rumah sakit, yang dari Menteng yang dirujuk
ke rumah sakit Jantung. itu seharusnya jaringan antara rumah sakit, sehingga
akan lebih cepat. 4) Pengetahuan dan harapan terhadap inovasi dan telehealth
telenursing teknologi Pengetahuan dan harapan terhadap inovasi telehealth dan
telenursing Teknologi dapat diidentifikasi melalui dua Tema yang tema
pengetahuan dan harapan. a) Pengetahuan Tema pengetahuan diidentifikasi
melalui 8 sub tema, yang merupakan subtema dari definisi telehealth; subtema
dari jenis telehealth, penggunaan telehealth, manfaat dari telehealth, dan
subtema peran perawat pada telehealth. Melalui tema definisi telehealth adalah
diidentifikasi dari pemaparan umum, pernyataan peserta adalah sebagai berikut:
"Sejauh yang saya tahu, rumah sakit jantung telah digunakan sistem online,
sehingga jika kita ingin melakukan rujukan, pasien dapat mengelola secara
langsung, tapi kemudian aku tidak tahu tentang sistem ... ... Saya tidak tahu
tentang hal itu, tapi aku sudah mendengar sebelumnya .... Aku pernah
mendengar tentang telemedicine. kita tidak tahu bahwa itu telehealth ...
evaluasi keperawatan dan intervensi tanpa tatap muka ... di puskesmas kita
tidak memiliki sistem belum karena kita hanya melaksanakan penilaian dasar
Sub tema jenis telehealth adalah diidentifikasi dari kategori telepon / fax, MMS,
kardiografi skrining, internet / website, teleconference, jarak pendidikan
kesehatan, dan telecardiography. "... saat ini telah umum dengan menggunakan
telepon dan faks ... tidak menggunakan internet, tapi telepon ... di puskesmas,
hanya telepon ... menggunakan MMS, untuk pasien patah tulang, kami mengirim
gambar ... ... komunikasi melalui internet ... ... melalui situs web. Biasanya dalam
bentuk pertanyaan, maka dokter akan menjawab .... Aku pernah mendengar
tentang hal itu ... teleconference Model ... operasi berada di luar negeri. kamera
dipasang, pelatihan ini di negara kita. " Kategori telecardiography dinyatakan
sebagai: "... terlihat seperti monitor, jika ada keluhan, itu diletakkan di dada,

kemudian dipantau dari rumah sakit ... ... jika aritmia terjadi, kami akan
memberikan instruksi Saya telah bekerja di Jantung Harapan Kita Rumah Sakit,
perangkat kecil. Ada dulunya pasien yang tinggal di Bogor dengan perangkat.
kemudian kita melekat perangkat, dan kemudian kami hanya amati dalam
monitor untuk kurang dari satu menit, dan kemudian mencetak gambar.
Kemudian, kita dapat berkonsultasi dengan spesialis dan kemudian kami kembali
ke pengirim. Sub tema keuntungan dari ini Program diidentifikasi dari kategori
koordinasi, penyedia informasi, konsultasi antar-profesi, klien bisa membahas
tentang masalah mereka, dan mengamati pasien. Mereka adalah kategori
terkoordinasi informasi dalam pernyataan peserta sebagai di bawah ini: "... ada
koordinasi yang baik antara rumah sakit sistem dan pelayanan kesehatan
dasar. ... penyedia informasi, menggunakan internet, telepon, dll ... kita dapat
berkonsultasi kepada kesehatan lain profesional ... " ... bahkan dokter bisa
berkonsultasi dengan sub-sub spesialis. ... jika saya klien ... baik ... Saya dapat
mendiskusikan tentang masalah saya ... ... sehingga pasien tidak perlu pergi ke
jantung rumah sakit. ... jika mereka memerlukan obat-obatan, kita bisa
membiarkan mereka tahu terlebih dahulu. ... hasilnya telah dibaca oleh dokter,
apa yang adalah petunjuk, kita bisa memberitahu mereka bahwa ... anak mereka
demam, maka kami disebut ... kita mendengarkan mereka ... maka kami
sarankan mereka untuk memberikan obat antipiretik, minum banyak air, atau
hanya sekedar datang ke puskesmas ". 5) Harapan terhadap telehealth Sub tema
dari harapan terhadap telehealth diidentifikasi dari sub tema penerima manfaat,
yang diidentifikasi dari kategori apakah ada persiapan yang baik dan harapan
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Kategori persiapan yang baik adalah
termasuk: sosialisasi, fasilitas pendukung, dan pelatihan. "... jika ada sistem
baru, sosialisasi telah harus dilakukan sesuai dengan protokol ... ... untuk
implementasi, kita membutuhkan pelatihan untuk individu yang akan
menggunakannya ... pengetahuan dari sumber daya manusia harus
mendapatkan pelatihan ... ... kelangsungan pendidikan ...... mendukung dalam
Fasilitas ... Harapan yang terkait dengan pelaksanaan telehealth diidentifikasi
dari sub kategori, termasuk: Konektivitas, praktis untuk masyarakat dan cepatlayanan "... ada konektivitas antara puskesmas dan rumah sakit ... ... ada
jaringan antara rumah sakit. jadi bahwa hal itu bisa lebih cepat ... ... pasien bisa
mendapatkan pelayanan yang cepat-, dan juga menghindari risiko ... ... mereka
tidak perlu pergi jauh, misalnya jika dapat dirawat di rumah ... ... pasien bisa
mendapatkan jawaban dari mereka keluhan dari tempat mereka sendiri ... ...
perawat bisa mengamati tanda dan Gejala dari rumah pasien ... seperti untuk
pasien dengan penyakit jantung, Tekanan darah mereka bisa amati di jauh "
diskusi Hasil penelitian ini menginformasikan beberapa kategori penyakit
jantung, yang Angka-angka itu rawan untuk meningkatkan baik dalam
puskesmas dan rumah sakit. Kecenderungan Pertumbuhan dalam kasus
kardiografi berada di sinkron dengan pernyataan bahwa pada tahun 2020 itu
diperkirakan bahwa penyakit jantung akan menjadi penyebab kematian 25 orang
setiap year.1 Karakteristik pasien yang datang ke para puskesmaas berbeda
dibandingkan dengan mereka yang datang ke rumah sakit. Umumnya, pasien
datang ke puskesmas dengan keluhan dari peningkatan tekanan darah dan
lampu lainnya gejala umum, sedangkan pasien yang datang ke rumah sakit

biasanya telah bervariasi keluhan. Salah satu penyakit yang paling umum
ditemukan adalah sindrom koroner akut. akut sindrom koroner (ACS) adalah
salah satu yang paling umum yang mengancam kehidupan jenis kardiovaskular
penyakit di seluruh dunia serta Indonesia. Di Amerika Serikat, lebih dari 50% dari
1,2 juta orang menderita sindrom koroner akut meninggal setiap tahun sebelum
mencapai rumah sakit, sementara di Amerika Kerajaan, tingkat mortalitas adalah
sekitar 33% .14 Penundaan pengobatan memainkan kontribusi besar untuk
koroner kematian dan disfungsi jantung sejak kelangsungan hidup hasil secara
signifikan tergantung pada waktu berlalu antara timbulnya gejala dan inisiasi
terapi trombolisis sebagai definitif pengobatan koroner akut syndrome.15 Asuhan
keperawatan dilaksanakan oleh perawat mulai dari penilaian, baik independen
dan kolaboratif. itu Penilaian dimulai dengan keluhan dan klinis sejarah dan
riwayat keluarga klinis. The Keluhan Umum dinyatakan oleh pasien Biasanya
gejala kesulitan bernapas dan nyeri dada. The penilaian fisik dilakukan adalah
pengukuran darah tekanan, denyut jantung, laju respirasi, dan penilaian dari
kepala sampai kaki. para pendukung penilaian yang biasanya dilakukan dalam
Kasus kardiologi adalah EKG dan lengkap Jumlah sel darah laboratorium, CK,
CKMB, Troponin, dan D-Dimer. Protokol ini adalah sesuai dengan teori yang ada
empat alat diagnostik utama yang digunakan dalam diagnosis UA dan STEMI di
klinik sejarah, elektrokardiografi (EKG), jantung spidol, dan stres testing.16 EKG
itu sendiri adalah salah satu dari keahlian diperlukan dalam menilai,
mendiagnosa, dan pemantauan hasil klinis yang akut koroner sindrom pasien.
keakraban dengan berbagai pola yang terlihat dalam electrocardiograms dari
subyek normal dan pemahaman dari efek non-jantung gangguan pada jejak
adalah prasyarat untuk akurat interpretation.16 Dalam penelitian ini, tidak
semua penyedia kesehatan mampu menafsirkan Hasil EKG, umumnya hasilnya
sedang dikonsultasikan ke dokter menggunakan fax, scan atau panggilan
telepon. Diagnosis keperawatan yang paling umum di Kasus kardiovaskular
adalah kenyamanan status: nyeri, mobilisasi, ketidakseimbangan cairan, dan
pernapasan Pola gangguan. Dari diagnosis segera timbul, intervensi yang
dilakukan mandiri oleh perawat adalah positioning, istirahat dan aktivitas, dan
pendidikan kesehatan dalam rangka untuk mempersiapkan pasien sebelum
mereka habis. Pendidikan kesehatan diperlukan untuk pasien. Studi terakhir
telah menunjukkan bahwa pasien tidak seragam berkomitmen untuk menerima
saran dan kebutuhan karena itu ditargetkan intervensi. Ini profesional terlatih
bisa memastikan perlu didasarkan dan individual saran secara efisien untuk
mewujudkan yang diinginkan perilaku change.17 Hambatan dalam
kesinambungan perawatan dari rumah sakit ke rumah dan puskesmas ditemukan
dalam penelitian ini. Biasanya, pasien disukai untuk mencari pelayanan medis di
rumah sakit, Oleh karena itu rumah sakit menjadi 'Raksasa puskesmas '.
Kurangnya kepercayaan terhadap sumber daya manusia dan fasilitas yang juga
penyebab preferensi dalam pelayanan medis dipilih, dan masalah ini bisa saja
diselesaikan dengan menggunakan sistem telehealth / telenursing. Harus ada
suatu sistem inf ormasi yang mengelola proses laporan dan aliran informasi
sehingga bisa menjamin kesinambungan perawatan. Kontinuitas perawatan
adalah didefinisikan sebagai hubungan dan kelangsungan pasien dengan
pelayanan kesehatan sebagai layanan dan informasi penyedia untuk patient.18

The pasca-pasien dirawat di rumah sakit harus mendapatkan Informasi dari


perawatan lebih lanjut dan kesederhanaan untuk mendapatkan pelayanan
langsung dalam Kondisi darurat; namun ini Kondisi belum didahului. Salah satu
kunci sukses dari kesinambungan perawatan adalah sistem informasi. Informasi
keperawatan Sistem memegang peranan dalam proses kelangsungan dari
care.19 Berdasarkan pengalaman perawat dari telehealth dan telenursing,
beberapa dari mereka menyatakan mereka memiliki mendengar, sudah
diketahui namun belum diimplementasikan, dan ada juga beberapa dari mereka
yang menyatakan bahwa mereka telah melaksanakan itu, misalnya dengan
konsultasi via telepon atau faks. Secara teoritis, sistem telehealth dapat
digunakan menggunakan internet, serat optik, termasuk reservasi medis sistem,
konferensi video sistem, e-konsultasi, e-pemeriksaan, e-carte, e-medis sertifikat,
e-medis formulir persetujuan, e-resep, dan e-commerce.7 Yang lainnya
telemedicine penemuan biasanya menggunakan telekomunikasi dengan audio
dan video, di yang memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dengan
interaktif real time atau asynchronous dengan telepresenter sebagai analysis.8
nya Bentuk lain dari paten penemuan adalah metode untuk memantau salah
satu adalah kondisi fisik, termasuk menangkap gambar untuk menentukan
bagian-bagian tubuh, mengamati kesehatan parameter menggunakan gambar
normal, menyimpan data, mengidentifikasi potensi berubah dan memberikan
peringatan dari fisiologi change.9 Harapan terhadap pengembangan telenursing
adalah dengan pembentukan telenursing, layanan kesehatan bisa disampaikan
lebih cepat, para perawat bisa memberikan kesehatan pendidikan kepada
pasien, dan perawat pengetahuan dan kualitas pelayanan dapat ditingkatkan.
Banyak persiapan yang dibutuhkan untuk menjadi dilakukan dalam rangka untuk
mengembangkan sistem ini, persiapan yang diperlukan termasuk manusia
sumber daya, infrastruktur, regulasi, dan juga sosialisasi sistem. Telehealth dan
telenursing bisa menjadi salah satu solusi untuk melaksanakan pencegahan
berfungsi, membantu sistem peringatan dini, dan juga memegang peran dalam
kesinambungan perawatan antara rumah sakit dan puskesmas. itu
pengembangan telenursing untuk kardiografi Kasus ini dimulai dengan
menjelajahi kardiovaskular penyakit umum di Indonesia, dan juga perawatan
yang paling umum diberikan untuk pasien yang terkait dengan kardiovaskular
kasus. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem yang memenuhi
kebutuhan dan kondisi di Indonesia. Bentuk telenursing bisa berbasis web,
telepon, fax dan juga teleconference. Pelatihan ini diperlukan sebelum
pelaksanaan sistem, Selanjutnya sosialisasi di implementasi sistem ini juga
diperlukan dalam rangka untuk membuat sistem berjalan dengan baik. Daftar
pustaka 1. Depkes RI. 2003. Health Survey: Mortality 2001: Trend of etiology of
mortality in Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta
2. Hariyati RTS, Afifah E, Handiyani H. 2010. Developing prototype model of
discharge planning with CD learning media in Indonesia. 3. Hebert M. 2009.
Developing a telehealth research program. 4. Nurmartono. 2007. Telenursing as
alternative of delivering nursing care in Indonesia. 5. FERA LIZA. 2010.
PERKEMBANGAN TELENURSING 6. Hanif Al Fatta . 2008. Telemedicine : dalam
tinjauan teknologi informasi

RECOMMENDED

Analisis Jurnal
Ringkasan Analisis Jurnal Kajian Tindakan

Analisis jurnal
1. PEMBELAJARAN BERASASKAN ELEKTRONIK & WEB ( KPT 6044 ) TUGASAN 1 : ANALISIS
JURNAL NAMA PENSYARAH : PROF MADYA DR. ABDUL LATIF BIN HAJI GAPOR DISEDIAKAN
OLEH : SITI

Analisis jurnal
1. UNIVERSITI PENDIDIKAN SULTAN IDRISFAKULTI: PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
MANUSIA (FPPM)SEMESTER: 3 ( 2012/2013)NAMA SUBJEK: PEMBELAJARAN BERASASKAN
ELEKTRONIK DAN WEBKOD

ANALISIS JURNAL

D. Telemedicine

Telemedicine adalah pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan medis
jarak-jauh. Aplikasi telemedicine saat ini, menggunakan dua negara teknologi satelit untuk menyiarkan
konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan dan memakai peralatan video conference. Dapat kita pahami
bahwa cakupan telemedicine cukup luas, meliputi penyediaan pelayanan kesehatan (termasuk klinis, pendidikan
dan pelayanan administrasi) jarak jauh, melalui transfer informasi (audio, video, grafik), dengan menggunakan
perangkat-perangkat telekomunikasi (audio-video interaktif dua arah, komputer, dantelemetri) dengan
melibatkan dokter, pasien dan pihak-pihak lain. Secara sederhana, telemedicine sesungguhnya telah
diaplikasikan ketika terjadi diskusi antara dua dokter membicarakan masalah pasien lewat telepon.

Aplikasi Telemedicine
1. Skala Mikro
Dilaksanakan oleh salah satu intansi layanan kesehatan dalam skala terbatas.
2. Skala Makro

Aplikasi Sektoral
Terbatas untuk satu subdisiplin ilmu kedokteran/ bidang layanan kesehatan.

Aplikasi Regional
Mencakup keseluruhan bidang layanan kesehatan terbatas pada wilayah tertentu dalam satu negara.

Aplikasi Nasional
Mencakup seluruh bidang layanan kesehatan di seluruh wilayah suatu Negara.

Aplikasi Telemedicine di Indonesia


1.

2.

3.

Instalansi Sistem

Biaya instalansi

Teknologi perangkat lunak

Teknologi perangkat keras


Inkorporasi Kedalam Praktek Kedokteran di Indonesia

Tenaga kesehatan dengan keterampilan layanan kesehatan jarak jauh

Penerimaan komunitas kesehatan dan non kesehatan

Aspek etika, legalitas, dan reimbursement


Pemeliharaan Sistem

Biaya pemeliharaan

Efektivitas biaya secara komersial

Pengawasan kualitas layanan

Penyesuaian dengan perkembangan teknologi informasi dan ilmu kedokteran

D. Telehealth
penyediaan layanan kesehatan dan informasi yang terkait melalui teknologi
telekomunikasi.Telehealth dapat menggunakan telepon, atau dengan menggunakan
videoconference. Telehealthmerupakan perluasan dari telemedicine. Perbedaannya adalah telemedicin berfokus
pada pengobatan/kuratif sedangkan telehealth menitikberatkan pada aspek preventif, promotif dan kuratif.
Dengan menggunakan telehealth pemberi layanan kesehatan kesehatan dapat melakukan monitoring pasien dari
jarak jauh, seperti memonitor tanda-tanda vital pasien, berat badan, tekanan darah, nadi dan indikasi lain yang
merupakan tanda-tanda yang emergensi serta keluhan pasien dan obat-obatan. Pasien yang berada di rumah
dapat berkomunikasi dengan pemberi layanan kesehatan menggunakan media ini.
E. PDA (Personal Digital Assistants)
PDA (Personal Digital Assistants) merupakan salah satu teknologi informasi dan komunikasi yang
berbentuk alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan. Fungsi PDA untuk kita sebagai perawat

adalah mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau
perhitungan cairan IV fluid/infus, menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan
menyebarluaskan. Perawat juga dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi keperawatan dan
membuat rencana asuhan keperawatan, menyimpan daftar nama, email, alamat website, dan agenda
harian menggunakan media ini.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Teknologi dan Informasi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat penting,terutama dalam
memberikan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Seiring dengan perkembangan
teknologi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang harus di penuhi. Hal tersebut
membuat keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas
pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi.

B.

Saran
Pemerintah atau lembaga kesehatan hendaknya segera meningkatkan standar dan mutu sistem kesehtan
di Indonesia, terutama yang berhubungan dengan teknologi dan iinformasi, karena bila di bandingkan dengan
negara lain ini masih sangat tertinggal. Untuk membenahi hal tersebut maka harus di butuhkan solusi cerdas.

REKMED Tugas Jarkom 04 Kerangka Paper FIKI 2015


Posted by tria.novida.a on Apr 12, 2015 in Uncategorized
JUDUL : E-Health Untuk Kesehatan Masyarakat
LATAR BELAKANG :
E-health adalah aplikasi internet atau teknologi lain yang berkaitan di industri pelayanan kesehatan
yang bertujuan untuk meningkatkan akses, efisiensi, efektivitas, dan kualitas dari proses medis
dan bisnis, yang melibatkan organisasi pelayanan medis (rumah sakit atau klinik), praktisi medis
(dokter atau terapis), laboratorium, apotek, asuransi, dan pasien sebagai konsumen . Secara garis
besar E-health adalah memanfaatkan internet untuk transmisi informasi kesehatan
sedangkan Telemedicine adalah penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk
pertukaran informasi kesehatan.
E-health menggambarkan kemampuan unik Internet yang memungkinkan pengiriman pelayanan
kesehatan yang merupakan karakter dari telehealth dan telemedicine. Hasilnya, Ehealthmenyebabkan pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien, membuat pasien dan professional
dapat melakukan hal yang sebelumnya mustahil menjadi dapat dilakukan melalui Internet.
Adanya E-health mampu diterapkan dalam membantu pemerintah dalam pengembangan program
pemerintah yang dapat membantu pihak layanan kesehatan misal dalam membantu dokter,
perawat dan tenaga medis dalam hal saling bertukar informasi secara elektronik. Selain itu dalam
hal membantu pihak penyedia layanan kesehatan maupun pengguna, misal dalam pemantauan

kesehatan maupun penyebaran penyakit. Dengan adanya hal tersebut mampu pemberian
keputusan layanan kesehatan dengan lebih cepat dan juga mampu menghemat biaya dokumen
dan administrasi.
Selain itu adanya kekuatan dari teknologi telekomunikasi, E-health,
telehealth dan telemedicinetelah memperlihatkan bagaimana teknologi komunikasi dapat didesain,
diimplementasikan dan dikelola untuk membantu layanan profesional memperluas dan
mentransformasi organisasinya.
Telemedicine adalah layanan kesehatan yang dilakukan dari jarak
jauh. Cakupan telemedicinecukup luas, meliputi penyediaan pelayanan kesehatan (termasuk klinis,
pendidikan dan pelayanan administrasi) jarak jauh, melalui transfer informasi (audio, video, grafik),
dengan menggunakan perangkat-perangkat telekomunikasi (audio-video interaktif dua arah,
komputer, dan telemtri) dengan melibatkan dokter, pasien dan pihak-pihak lain
Adanya E-Health, misal telemedicine dapat memudahkan akses informasi kesehatan secara jarak
jauh dan juga mampu mempercepat tindakan medis. Sehingga apabila posisi pasien jauh masih
biasa diakses. Dengan adanya hal tersebut mampu memberikan keuntungan dari penghematan
biaya-biaya, antara lain: administrasi, obat-obatan, diagnostik penyakit, terapi, perawatan, dan
penelitian. Peran komputer menjadi hal terpenting dalam penyelenggaraan E-Health yaitu melalui
internet. Misalnya dalam tukar informasi layanan kesehatan tersebut tidak hanya berupa teks saja
namun juga berupa gambar yang meliputi hasil lab, rontgen, maupun percakapan suara dan lain
sebagainya. Peran konsumen disini bisa berupa mendapat layanan informasi kesehatan. Misalnya
dalam konsultasi kesehatan, pada kasus pasien psikiatri maupun kasus-kasus lain.
Namun untuk perkembangan penggunaaan telemedicine di Indonesia masih dikaji dan terus
dikembangkan, karena masih dijumpai adanya kendala. Kendala tersebuat antaranya penginstalan
struktur telemedicine, masih belum banyak dimiliki oleh fasilitas kesehatan yang terpencil,
kemampuan tenaga medis dalam hal tersebut juga masih terbatas dan besarnya biaya.
RUMUSAN MASALAH
Apakah yang dimaksud dengan E-Health?
Bagaimanakah peranan E-Health dalam pelayanan kesehatan?
Bagaimanakah perkembangan E-Health dan Telemedicine di Indonesia?
BATASAN MASALAH
Menjelaskan mengenai sejarah perkembangan E-Health, konsep E-Health, dan pengertian serta
perkembangan E-Health di Indonesia.
SOLUSI
E-Health maupun telemedicine memiliki kelebihan dan kekurangan serta dampak positif dan
negatifnya. Dengan adanya IT yang modern mampu mengembangkan lebih jauh lagi dalam
pengembangan dan penggunaannya dalam instalansi sistem seperti biaya instalansinnya,
teknologi perangkat lunak, teknologi perangkat keras. Selain itu juga dalam inkorporasi kedalam
praktek kedokteran di Indonesia, tenaga kesehatan harus memiliki keterampilan dalam layanan
kesehatan jarak jauh, penerimaan komunitas kesehatan dan non kesehatan, serta
mempertimbangkan aspek etika, legalitas, dan reumbersment. Dalam hal pemeliharaan sistem
juga perlu dipertimbangkan biaya pemeliharaannya, efektivitas biaya secara komersial,
pengawasan kualitas layanan, penyesuaian dengan perkembangan teknologi informasi dan ilmu
kedokteran.
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN SOLUSI

Langkah dalam solusi diatas adalah sebelum menerapkan sistem E-Health pemerintah harus
mengadakan sosialisasi dahulu terhadap masyarakat dan mengadakan pelatihan kepada pihak
yang terkait. Kemudian perangkat sistem komputerisasinya pun juga harus di perbaharui agar
dalam menerapkan sistem tersebut berjalan dengan baik dan lancar.
Setelah itu harus diimbangi dengan peningkatan sosialisasi media internet dengan pengenalan EHealth, mengajak konsumen untuk mengenali kemudahan adanya E-Health, memperkenalkan
aplikasi-aplikasi kesehatan kepada pihak pelayanan kesehatan dalam hal memudahkan kinerja
kerja dan juga mutu pelayanan, serta peningkatan wawasan dan pengetahuan kepada tenaga
medis dalam penggunaan E-Health.

EGAL ETIK DALAM PRAKTIK TELEMEDICINE


BY CITRANERSCUTE

Nama : Citra Kartika Prastiwi


NIM : 10.010
Alamat : https://citranerscute.wordpress.com
LEGAL ETIK DALAM PRAKTIK TELEMEDICINE
Telemedicine didefinisikan sebagai penggunaan telekomunikasi untuk
menyediakan informasi medis maupun layanan medis. Aplikasi ini bisa
sangat sederhana misalnya dalam bentuk 2 profesional kesehatan
berdiskusi tentang suatu kasus melalui telepon atau menggunakan
teleconference, atau sangat canggih menggunakan teknologi satelit untuk
mengirimkan konsultasi antar provider pada fasilitas yang berbeda negara
menggunakan teleconference atau teknologi robotik. Keadaan yang pertama
dilakukan setiap hari oleh kebanyakan tenaga kesehatan dan yang terakhir
digunakan oleh militer dan beberapa pusat kesehatan
Telemedicine merupakan suatu layanan kesehatan antara dokter atau praktisi kesehatan dengan
pasien jarak jauh guna mengirimkan data medik pasien menggunakan komunikasi audio visual
mengunakan infrastruktur telekomunikasi yang sudah ada misalnya menggunakan
internet,satelit dan lain sebagainya.
Telemedicine sangat tergantung pada tingkat ketersediaan infrastruktur IT di suatu daerah dan
juga tingkat biaya operasional yang tersedia. Telemedicine juga masih sangat dibatasi oleh
penguasaan teknologi ini khususnya oleh tenaga medis di Indonesia.
Program dan aplikasi telemedicine
Banyak aplikasi yang telah dikembangkan berbasis pada konsep
telemedicine salah satu contohnya adalah WebcamMD. WebcamMD, adalah
situs yang menyediakan layanan konsultasi untuk diagnosis penyakit melalui
layanan website. Ada beberapa fasilitas yang ditawarkan oleh webcamMD,

khusus untuk pasien maupun untuk profesional kesehatan.


Gambar 1: Tampilan situs webcamMd
Layanan utama dari situs ini adalah layanan videoconference yang berbasis
web. Pasien atau penggguna login terlebih dahulu kemudian tinggal
melakukan teleconference dengan petugas yang online dan menyebutkan
kesulitan yang terjadi untuk masalah-masalah misalnya bayi rewel atau
pertolongan pertama pada kecelakan yang terjadi pada salahsatu anggota
keluarga. Dukungan bandwidth yang lebar dan akses internet yang cepat
dan murah tentunya menjadi kendala dari pengimplementasian teknologi ini
di Indonesia.
Format data
Format Data dalam telemedicine sama seperti format data dalam
pertukaran data teknologi informasi. Umumnya ada beberapa format data
yang dipakai 1.
Data teks dan numerik:
Transmisi dlm bentuk hanya-untuk-dibaca (read-only)
Contoh: Laporan, korespondensi, catatan ttg pasien
dlm rekam medik
Data audio
Transmisi dlm btk analog / digital . Contoh: Suara pembicaraan,
sinyal audio dari
stetoskop elektronikPage 15
Citra diam (still image):
Transmisi dlm btk terkompresi (standar kompresi lossy: the Joint
Photography Expert Group; JPEG) Contoh: Foto Rontgen, citra
mikroskopik patologi, citra dermatologi, hasil CT-scan
Data video (citra sekuensial).
Standar kompresi: the Moving Picture Expert Group;
MPEG Contoh: Sinyal biologi ultrasound gerakan fetus
Berikut ini gambaran tentang data tipikal yang digunakan dalam
telemedicine :
Sumber Type Ukuran File Tipikal
Catatan tentang pasien Teks <10 KB
Stetoskop Elektronik Audio 100 KB
Foto Rontgen Thorax Citra Diam 1 MB
Ultrasound Fetus ( 30 sec) Video 10 MB
Salah satu teknologi yang bisa dilirik untuk pengemasan paket data
telemedicine adalah pengiriman data melalui jaringan 3G. Aplikasi 3G
memungkinkan integrasi video call, pengiriman data medis yang kompleks
(gambar radiologi, hasil pemeriksaan patologi anatomi) sampai ke rekaman
biosignal (EKG, EEG) dapat dilakukan menggunakan teknologi ini
Aplikasi Telemedicine di Indonesia
Pelaksanaan telemedicine di Indonesia sampai saat ini terus dikaji dan dikembangkan, karena

dalam implementasinya dijumpai beberapa kendala utama. Kendala pertama berasal dari aspek
instalasi sistem/infra struktur telemedicine. Biaya perangkat keras untuk melakukan
teleconference (untuk telediagnosis maupun tele konsultasi) belum banyak dimiliki di fasilitas
kesehatan yang ada di daerah terpencil. Biaya pengadaan perangkat lunak penunjang (kalau
memang teknologinya sudah ada) juga tidak murah, belum lagi biaya instalasi yang memerlukan
dukungan tenaga terlatih. Masalah lain juga timbul pada aspek integrasi konsep Telemedicine ke
dalam praktek kedokteran di Indonesia. Tenaga Medis dengan dukungan kemampuan
telemedicine masih terbatas. Penerimaan komunitas terhadap hasil dari telemedicine dibidang
tenaga kesehatan maupun tenaga non-medis juga beragam, belum lagi aspek legal dan etik
praktik telemedicine ini. Dan terakhir adalah aspek pemeliharaan sistem.
Beberapa isu yang mengemuka adalah besarnya Biaya pemeliharaan, Efektivitas-biaya secara
komersial, Pengawasan kualitas layanan, dan terakhir adalah Penyesuaian dgn perkembangan
teknologi informasi & ilmu kedokteran.
Manfaat telemedicine mencakup kedalam 3 aspek yang saling terkait satu sama lain yaitu
pasien, dokter dan rumah sakit. Manfaat langsung bagi pasien adalah:
Mempercepat akses pasien ke pusat-pusat rujukan.
Mudah mendapatkan pertolongan sambil menunggu pertolongan langsung dari dokter-dokter
pribadi.
Pasien merasakan tetap dekat dengan rumah dimana keluarga dan sahabat dapat memberikan
dukungan langsung.
Menurunkan stres mental atau ketegangan yang dirasakan di tempat kerja.
Menseleksi antara pasien-pasien yang perlu dibawa ke rumah sakit dan pasien yang tidak perlu
perawatan di rumah sakit akan tetap tinggal di rumah.
Hal yang perlu disiapkan dalam legalitas daripada layanan kesehatan atau keperawatan jarak
jauh dalam hal ini penggunaan telenursing atau telemedicine yang ada di rumah sakit yang
dilakukan oleh instansi-instansi kesehatan seperti perawat, dokter, dan yang lain-lain adalah
dimana perawat menggunakan pengetahuan, keterampilan, pertimbangan, dan pemikiran kritis
yang tidak bisa dipisahkan di dalam ilmu pendidikan perawatan. Aktifitas tersebut sudah dapat
diberikan lisensi untuk melakukan asuhan keperawatan. Definisi legal ilmu perawatan hampir
selalu meliputi yaitu: penggunaan ilmu perawatan pendidikan, pemikiran kritis, dan pengambilan
keputusan.
Dengan melihat potensi dan perkembangan pelayanan keperawatan, sistem informasi
kesehatan dan penggunaan internet di Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini mendasari
telemedicine berkembang di Indonesia (dalam berbagai bentuk aplikasi tehnik komunikasi) dan
beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan asuhan keperawatan dan perkembangan ilmu,
riset dan pendidikan keperawatan di Indonesia dapat sejajar minimal dengan perkembangan
tehnologi kesehatan, dan kedokteran di Indonesia.
Namun ringkasnya, telemedicine sebagai suatu alat bantu telah menawarkan beberapa peluang.
Dengan mengutamakan keselamatan pasien yang didukung regulasi, standar, penelitian dan
kedokteran berbasis bukti, telemedicine mungkin dapat membantu terwujudnya masyarakat
yang sehat dan sejahtera.

B. KONSEP TELENURSING
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien
sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian
di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai
koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang
menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara
bagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing
masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan
umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik
dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek
keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan
pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan
dalam merawat pasien adalah :
1.
Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetap terjaga
2.
Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial
resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
3.
Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol
dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
4.
Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah
gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia


Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai
bidang yang meliputi:
a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian
pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau
antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan,
jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat,
meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan
keperawatan berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999).
Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien
dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit
tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di
Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik
informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai.
b.Definisi :

Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi


komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang
menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam
menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan
sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan
atau komputer )
Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan
tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan
kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara
beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi
bidang medis dan non-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi
dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit
untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai
peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth)

B.Bagaimana aplikasi dan keuntungan telenursing


Aplikasi telenursing tersedia di rumah, rumah sakit, melalui telenursingcentre dan
melalui unit mobile. Telepon triage dan home care saat ini merupakan aplikasi yang tumbuh
yang paling cepat. Perawat home care menggunakan sistem yang memberikan ijin untuk
melakukan monitoring parameter fisiologi di rumah, seperti tekanan darah, glukosa darah,
pernapasan, dan menimbang berat badan, via internet. Melalui sistem video interaktif, pasien
menghubungi perawat bertugas dan menyusun suatu konsultasi melalui video untuk
menunjukkan permasalahan yang dihadapi; sebagai contoh, bagaimana cara mengganti
balutan luka, memberi suntikan hormon insulin atau mendiskusikan peningkatan nafas
pendek (sesak nafas). Hal ini sangat membantu orang dewasa dan anak-anak dengan kondisikondisi kronis dan macam-macam penyakit yang melemahkan, terutama sekali mereka yang
mempunyai cardiopulmonary diseases.
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam
perawatan, terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis. Hal itu
memungkinkan perawat untuk menyediakan informasi secara akurat dan tepat waktu dan
memberikan dukungan secara langsung (online). Kesinambungan pelayanan ditingkatkan
dengan memberi kesempatan kontak yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan
pasien dan keluarga-keluarga merek
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait dengan beberapa
faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak kasus penyakit kronik dan lansia,
sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural, dan daerah yang
penyebaran pelayanan kesehatan belum merata. Dan keuntungannya, telenursing dapat
menjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak
tempuh, menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari
rawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.
Sama seperti telemedicine yang saat ini berkembang sangat luas yang telah diaplikasikan
di Amerika, Yunani, Israel, Jepang, Italia, Denmark , Belanda, Norwegia, Jordania dan India
bahkan Malaysia. Telenursing telah lama diaplikasikan di Amerika Serikat, Kanada, Australia
dan Inggris. Di Amerika Serikat sendiri ANA (American Nurses Association) dalam dialog
nasional telemedicine/telehealth Agustus 1999, telah menganjurkan pengembangan analisa
komprehensif penggunaaan telehealth/telemedicine termasuk didalamnya telenursing.

Di Amerika Serikat 36% peningkatan kebutuhan perawat home care dalam 7 tahun
mendatang, dapat ditanggulangi oleh telenursing. Sedangkan di Inggris sendiri 15% pasien
yang dirawat di rumah (home care) dilaporkan memerlukan tehnologi telekomunikasi, dan
sejumlah studi di Eropa memperlihatkan sejumlah besar pasien mendapatkan pelayanan
telekomunikasi di rumah dengan telenursing Pasien tirah baring, pasien dengan penyakit
kronik seperti COPD/PPOM, DM, gagal jantung kongestif, cacat bawaan, penyakit
degeneratif persyarafan (Parkinson, Alzheimer, Amyothropic lateral sclerosis) dll, yang
dirawat di rumah dapat berkunjung dan dirawat secara rutin oleh perawat melalui
videoconference, internet, videophone, dsb. Atau pasien post op yang memerlukan perawatan
luka, ostomi, dan pasien keterbelakangan mental. Yang dalam keadaan normal seorang
perawat home care hanya dapat berkunjung maksimal 5 7 pasien perhari, maka dengan
menggunakan telenursing dapat ditingkatkan menjadi 12 16 pasien seharinya
Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS,
peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan
merata, dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care). Aplikasi
telenursing di Denmark pada perawat yang bekerja di poliklinik (OPD outpatient) yang
mempertahankan kontak dengan pasien melalui telepon, maka jumlah kunjungan ke RS, dan
hari rawat berkurang setengahnya. Di Islandia, dengan penduduk yang terpencar, pelayanan
asuhan keperawatan berbasis telepon dapat mensuport ibu yang kelelahan dan stress merawat
bayinya. Dan beberapa program telenursing dapat membantu mengurangi hipertensi pada ibu
bersalin dengan eklamsia. Bahkan di Irlandia utara telenursing untuk perawatan luka diabetik
telah menjadi alternatif pelayanan keperawatan untuk pasien penderita diabetik ulcer.
Aplikasi telenursing juga dapat diterapkan dalam model hotline/call centre yang dikelola
organisasi keperawatan, untuk melakukan triage pasien, dengan memberikan informasi dan
konseling dalam mengatur kunjungan RS dan mengurangi kedatangan pasien di ruang gawat
darurat. Telenursing juga dapat digunakan dalam aktifitas penyuluhan kesehatan,
telekonsultasi keperawatan, pemeriksaan hasil lab dan uji diagnostik, dan membantu dokter
dalam mengimplementasikan protokol penanganan medis.
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait denganbeberapa
faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak kasus penyakit kronik dan lansia,
sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural, dan daerahyang
penyebaran pelayanan kesehatan belum merata. Dan keuntungannya, telenursing
dapatmenjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi
jarak tempuh, menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah
harirawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.Telemedicine yang
saat ini berkembang sangat luas yang telah diaplikasikan di Amerika,Yunani, Israel, Jepang,
Italia, Denmark , Belanda, Norwegia, Jordania dan India bahkan Malaysia.
Telenursing telah lama diaplikasikan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan
diInggris.Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di
RS,peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas
danmerata, dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).
Aplikasitelenursing di Denmark pada perawat yang bekerja di poliklinik (OPD)
outpatient) yangmempertahankan kontak dengan pasien melalui telepon, maka jumlah
kunjungan ke RS, danhari rawat berkurang setengahnya. Di Islandia, dengan penduduk yang
terpencar, pelayananasuhan keperawatan berbasis telepon dapat mensuport ibu yang
kelelahan dan stress merawatbayinya. Dan beberapa program telenursing dapat membantu
mengurangi hipertensi pada ibubersalin dengan eklamsia. Bahkan di Irlandia utara
telenursing untuk perawatan luka diabetik telah menjadi alternatif pelayanan keperawatan
untuk pasien penderita diabetik ulcer.

Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan, etik dan kerahasiaan
pasiensama seperti telehealth secara keseluruhan. Dibanyak negara, dan di beberapa negara
bagiandi Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online
sebagaikoordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien
yangmenerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar
negarabagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan
telenursingmasih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya
Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang
berkembang pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat
memonitor tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow
pernapasan pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference, pasien dapat
berkonsultasi dalam perawatan luka,injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas.
Pada akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga, terutama
dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat, cepat dan
dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak antara perawat dan pasien yang
tidak terbatas.
Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1. Faktor legalitas
Dapat didefinisikan sebagai otononi profesi keperawatan atau institusi keperawatan yang
mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing.
2. Faktor financial
Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya
sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan
aspek financial dalam pelaksanaan telenursing
3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang telenursing.
Perawat dan pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi telenursing. Terlaksananya
telenursing sangat tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara pasien dan perawat.
Pengetahuan tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan tehnologi informasi.
4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa
ada motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan
dalam merawat pasien adalah :
1.
Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetap terjaga
2.
Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial
resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
3.
Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol
dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
4.
Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah
gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh
karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya
dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk mensiasati keterbatasan
pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat
telepon yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum banyak
dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pelayanan
keperawatan. Telenursing menggunakan telepon ini dapat diaplikasikan di unit gawat darurat
dan home care. Di indonesia sendiri telenursing baru diterapkan disalah satu universitas
negeri terkemuka di Indonesia yakni Universitas Gajah Mada.
Menurut Britton, Keehner, Still & Walden 1999 ada beberapa keuntungan
telenursing adalah yaitu :
1. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter praktek, ruang gawat darurat, RS dan nursing
home)
2. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
keperawatan tanpa batas geografis
3. Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di RS
4. Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan biaya dan
meningkatkan pemanfaatan tehnologi
5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning) dan
perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat pula
digunakan dalam pembelajaran di kampus, video conference, pembelajaran online dan
multimedia distance learning. Ketrampilan klinik keperawatan dapat dipelajari dan
dipraktekkan melalui model simulasi lewat secara interaktif.

E HEALTH & TELEMEDICINE DI


INDONESIA
FAJAR PAMBUDHI 5:02 AM

JURNAL ILMIAH
E HEALTH & TELEMEDICINE DI INDONESIA
R FAJAR PAMBUDHI
(1151500074)
TEKNIK INFORMATIKA - INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
Jl. Raya Puspitek Serpong, Tangerang Selatan, Banten 15320
Email : fjrpambudhi@gmail.com
ABSTRAK
Internet saat ini sudah menjadi sarana komunikasi yang penting dan efektif di
seluruh dunia dan banyak bidang yang menggunakannya. Aplikasi elearning dalam bidang pendidikan, e-commerce dalam bidang bisnis, dan e-

government dalam bidang pemerintahan sudah banyak digunakan dan terbukti


memberi manfaat untuk masyarakat. Bidang kesehatan pun kini sudah melihat
potensi internet. Sekarang ini, internet menjadi sarana pembelajaran dan pertukaran
informasi yang berguna untuk penyedia layanan kesehatan (provider) dan
pengguna layanan kesehatan (consumer). Berdasarkan perkembangan teknologi
dan kebutuhan masyarakat akan akses layanan kesehatan yang praktis dan efisien,
lahirlah konsep ehealth dan telemedicinesebagai jawaban atas tuntutan
tersebut.
E-health adalah aplikasi internet atau teknologi lain yang berkaitan di industri
pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan akses, efisiensi,
efektivitas, dan kualitas dari proses medis dan bisnis, yang melibatkan organisasi
pelayanan medis, sedangkan Telemedicine adalah aplikasi dari pengobatan klinis
yang pengembangannya memanfaatkan telepon, internet, dan jaringan komunikasi
lain untuk mentransfer informasi medis. Dengan transfer ini informasi media tersebut
dapat digunakan untuk konsultasi kesehatan
Solusi yang ditawarkan e-health dan telemedicine meliputi produk, sistem,
layanan dan konsultasi kesehatan.
Kata Kunci : e-commerce, e-government, provider, consumer, e-health,
telemedicine

I. PENDAHULUAN
Teknologi Internet di Indonesia saat ini berkembang pesat. Internet sudah
menjangkau banyak lapisan masyarakat, mulai dari pelajar, karyawan, sampai
manula. Internet terbukti banyak memberikan kemudahan bagi setiap orang dalam
melakukan aktivitas dan mendapatkan berbagai macam informasi. Kini,internet telah
menjadi alternatif media komunikasi dan pertukaran informasi yang paling efektif.
Karena efektivitasnya itu, muncul sebuah ide untuk memanfaatkan internet
dalam
bidang
kesehatan.
Perangkat
Lunak E-Health dibangun
untuk
mempermudah dan mempercepat akses untuk mendapatkan pelayanan medis,
memberikan efisiensi dari segi biaya dan waktu, mempermudah proses administrasi,
dan menyediakan sarana komunikasi yang cepat dan efisien untuk dokter, pasien,
manajemen rumah sakit, laboratorium, apotek, dan pihak asuransi.
Pada masa sekarang ini, pengetahuan masyarakat Indonesia tentang
kesehatan masih minim, sehingga dengan adanya E-Health yang memberikan
informasi lengkap mengenai kesehatan dan kemudahan dalam mengakses
pelayanan medis melalui sistem yang terintegrasi, diharapkan sistem baru ini akan
membuat masyarakat memiliki kesadaran lebih akan kesehatan. Permasalahan
yang lain adalah banyaknya data pasien (medical record) yang harus disimpan
sehingga membutuhkan penanganan khusus.
Dengan E-Health, medical record pasien dapat tersimpan dengan baik,
mudah dalam proses pencarian ketika dibutuhkan,serta mudah dan aman untuk
ditransmisikan kepada pasien dengan tetap mementingkan privasi pasien.
II. PEMBAHASAN

E-health adalah aplikasi internet atau teknologi lain yang berkaitan di industri
pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan akses, efisiensi,
efektivitas, dan kualitas dari proses medis dan bisnis, yang melibatkan organisasi
pelayanan medis (rumah sakit atau klinik), praktisi medis (dokter atau terapis),
laboratorium, apotek, asuransi, dan pasien sebagai konsumen .
E-health merupakan e-commerce versi kesehatan: yaitu pemanfaatan bisnis
kesehatan secara elektronik. E-health adalah kombinasi dari pemanfaataan
komunikasi elektronik dan teknologi informasi pada bidang kesehatan, baik di tempat
sendiri (lokal) maupun di klinik yang jauh, untuk tujuan klinik, pengajaran dan
administratif.
Solusi yang ditawarkan e-health meliputi produk, sistem, dan layanan, sebagai
contoh : informasi kesehatan, rekam medis elektronik, layanan pembelian obat,
sistem komunikasi antar pengguna, dan informasi lainnya terkait pencegahan
penyakit, diagnosa, perawatan, monitoring kesehatan, dan manajemen gaya hidup.
Di Indonesia sendiri, e-health belum diterapkan, walaupun sudah banyak
berkembang situs-situs kesehatan, tetapi situs-situs tersebut belum mengadaptasi
konsep e-health sepenuhnya.
System E-Health
Aplikasi Perangkat Lunak E-Health Laboratorium Medis ini dibangun dengan
menggunakan bahasa pemrograman PHP (PHP Hypertext Preprocessor), untuk
database menggunakan MySQL. Alasannya, agar user tidak perlu lagi melakukan
instalasi aplikasi sebelum menggunakannya. Untuk dapat menggunakan aplikasi ini,
user hanya menyediakan perangkat koneksi. Perancangan sistemnya menggunakan
system flow, work flow, DFD (Data Flow Diagram), CDM (Conceptual Data Model),
dan PDM (Phsycal Data Model).
Secara sederhana sistem E-Health terdiri atas sejumlah Stasiun Medis yang
satu sama lain dihubungkan dalam suatu jaringan (Network). Suatu stasiun medis
sendiri dapat terdiri atas :

Komputer dengan perangkat lunak di dalamnya

Sebuah perangkat antar-muka pasien

Sejumlah instrument biomedika (tergantung keperluan)

Sebuah perangkat antar-muka pengguna (berikut alat input output yang


digunakan)

Jaringan dan perangkat telekomunikasi yang tersedia.


Pada dasarnya setiap stasiun medis dapat berhubungan dengan stasiun medis
lainnya secara

Real-time (secara sinkron), contohnya saat telekonsultasi antara dokter


umum dan dokter spesialis mengenai kasus darurat seorang pasien.

Store and forward, pengiriman informasi dan pembacaannya tidak pada saat
yang sama, contohnya dalam penyampaian singkat jumlah rekapitulasi jumlah
pasien di suatu puskesmas selama sebulan beserta informasi penting secara
singkat.
Maanfaat dan Kendala Dari Penggunaan Sistem E-Health :
Sistem E-Health ini begitu bermanfaat bagi dunia kesehatan dan kedokteran saat
ini, berikut manfaat lain dari penerapan sistem E-Health dalam dunia kedokteran :

Peningkatan efisiensi atau penurunan biaya.

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.


Pembuktian diagnose melalui evaluasi ilmiah
Pemberdayaan pasien dan konsumen
Mendorong terjadinya hubungan yang lebih baik antara pasien dan tenaga
kesehatan

Pendidikan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat

Mendorong tumbuhnya komunikasi dan pertukaran informasi antar lembaga


pelayanan kesehatan

Perluasan ruang lingkup pelayanan kesehatan.


Dan berikut masalah yang perlu di atasi :

Kesiapan sumberdaya manusia

Kesiapan organisasi yang terlibat

Budaya kerja

Perkembangan teknologi dan ketersediaan infrastruktur

Masalah birokrasi

Hubungan antara konsumen dan tenaga kesehatan


Contoh Penerapan E-Health Pada Dunia Kesehatan :

Sistem Resep Elektronik


Merupakan sistem komputerisasi penulisan resep obat yang juga dikenal
dengan E-Prescription, dimana pada sistem ini dokter menuliskan dan mengirimkan
resep kepada bagian farmasi/apotek menggunakan media elektronik menggantikan
tulisan tangan dan penggunaan media kertas.
Sistem ini dibuat untuk menghindari terjadinya ROM (Reaksi Obat Merugikan) yang
biasa disebabkan oleh adanya kesalahan pemakaian obat selama dalam
penanganan tenaga kesehatan, yang sebenarnya hal ini dapat dicegah apabila
dilakukan dengan lebih teliti dan hati-hati.
Kesalahan tersebut dapat dibagi dalam 4 fase :

Fase penulisan resep

Fase pembacaan resep

Fase penyiapan hingga penyerahan resep oleh petugas apotek

Fase penggunaan obat oleh pasien


Cara Kerja Sistem Resep Elektronik :
Resep elektronik ini terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak,
perangkat keras yang digunakan adalah computer dan perangkat lunak yang
digunakan adalah perangkat lunak resep elektronik dengan modul pendeteksi ROM
(Reaksi Obat Merugikan).
Satu computer digunakan sebagai server (pusat data). Server tersebut
dihubungkan dengan computer-komputer lainnya menggunakan hub pada LAN
(Local Area Network). Perangkat lunak hanya di instalasi di computer server saja
dan sistem ini dapat digunakan pada satu, dua atau banyak computer.
Perangkat lunak pada sistem resep elektronik pendeteksi ROM ini secara sederhana
mempunyai fungsi sebagai berikut :

Mencatat semua data pasien yang dapat dengan mudah dicari kembali

Menulis resep elektronik tanpa kertas dan dapat langsung dikirim ke apotek,
sehingga pasien dapat langsung pergi ke apotek untuk ambil obat.

Membantu bapak ibu dokter dalam menulis resep dengan memberikan


informasi mengenai obat yang akan diresepkan dan mendeteksi apabila ada

interaksi antara obat-obata tersebut dalam resep dengan memberi peringatan


sebelum obat dikirimkan ke apotek.

Mencatat data penggunaan obat

Membuat laporan dengan lebih cepat dan mudah


Dengan adanya sistem seperti ini sebenarnya akan sangat memudahkan
seorang dokter dalam bekerja dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pemberian suatu resep yang dapat menimbulkan kerugian pada pasien, sehingga
dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan.
Telemedicine
Telemedicine adalah aplikasi dari pengobatan klinis yang pengembangannya
memanfaatkan telepon, internet, dan jaringan komunikasi lain untuk mentransfer
informasi medis.Telemedicine merupakan layanan kesehatan yang dilakukan dari
jarak jauh (Telemedicine is health care carried out at a distance). Istilah
telemedicine sering disalahartikan dengan istilah e-health ataupun telehealth.
Telemedicine hanya merujuk pada layanan klinis, sedangkan telehealth mencakup
baik layanan klinis maupun layanan nonklinis seperti pendidikan, administrasi, dan
penelitian bidang medis. Sedangkan e-health digunakan pada istilah yang
mencakup telehealth, rekam medis elektronik, dan komponen-komponen lain dalam
kesehatan TI (teknologi informasi).
Contoh Aplikasi Telemedicine :
Aplikasi telemedicine sangatlah luas, tergantung dari materi dan objek
transmisi
nya.
Misalnya, teleradiologi, teledermatologi, telepsikiatri, teleneurologi,
teleedukasi, telekonsultasi, pengobatan telenuklir, teleotorinolaringologi dan
penatalaksanaan trauma jarak jauh. Selain itu dikenal pula berbagai disiplin
telemedicine lainnya seperti telenursing (pelayanan keperawatan jarak jauh),
dan teleprescribing (resep jarak jauh).
Penggunaan E-Health dan Telemedicine di Indonesia
E-Health di Indonesia
Di Indonesia sendiri penggunaan sistem layanan e-health memang belum
bisa diterapkan dalam waktu dekat. Hal itu disebabkan sumber daya
manusia (SDM) industri kesehatan yang ada belum menguasai teknologi
secara keseluruhan. Beberapa yang harus dikuasai sebelum e-Health ini
diterapkan adalah masalah informasi dan teknologi (IT). Hingga saat ini
tidak semua rumah sakit hingga puskesmas memiliki infrastruktur IT
memadai.
Padahal, untuk bisa menerapkan sistem layanan e-Health tersebut
dibutuhkan infrastruktur IT yang cukup, koneksi dan integrasi antara pihak rumah
sakit hingga masalah kecepatan akses bandwidth internet.
Pengembangan e-health perlu didasarkan pada kebutuhan pengguna akan
layanan kesehatan, sehingga akan tercipta e-health yang tepat sasaran dan
mampu meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia. Saat ini ekosistem kesehatan
terdiri dari beberapa komponen yaitu, pengguna (pasien dengan berbagai level
ekonomi), pemerintah sebagai regulator dan fasiliastor, dokter, rumah sakit, apotik,

industri obat dan penyelenggara maupun pendukung kesehatan lainnya. Masingmasing komponen bisa membangun dengan program TIK masing-masing. Namun
demikian karena pasien itu berpindah-pindah dan perlu penanganan yang cepat,
akurat dan murah, maka diperlukan suatu sistem TIK yang baik.
Telemedicine di Indonesia
Pelaksanaan telemedicine di Indonesia sampai saat ini terus dikaji dan
dikembangkan, karena dalam penerapannya ada beberapa kendala utama.
Kendala
pertama
berasal
dari
aspek
instalasi
sistem/infra
struktur telemedicine.
Biaya
perangkat
keras
untuk
melakukan teleconference (untuk telediagnosis maupun tele konsultasi) belum
banyak dimiliki di fasilitas kesehatan yang ada di daerah terpencil. Biaya pengadaan
perangkat lunak penunjang (kalau memang teknologinya sudah ada) juga tidak
murah, belum lagi biaya instalasi yang memerlukan dukungan tenaga terlatih.
Masalah lain juga timbul pada aspek integrasi konsep telemedicine ke
dalam praktek kedokteran di Indonesia. Tenaga Medis dengan dukungan
kemampuan telemedicine masih terbatas. Penerimaan komunitas terhadap hasil
dari telemedicine dibidang tenaga kesehatan maupun tenaga non-medis juga
beragam, belum lagi aspek legal dan etik praktik telemedicine ini. Dan terakhir
adalah aspek pemeliharaan sistem.
Beberapa isu yang mengemuka adalah besarnya Biaya pemeliharaan, Efektivitasbiaya secara komersial, Pengawasan kualitas layanan, dan terakhir adalah
Penyesuaian dengan perkembangan teknologi informasi & ilmu kedokteran.
III. KESIMPULAN
E-health merupakan suatu bentuk layanan kesehatan secara elektronis yang
mempunyai tujuan untuk mendukung kegiatan kesehatan secara umum,
meningkatkan kualitas layanan, meningkatkan akses, efisiensi, efektivitas, dan
kualitas dari proses medis dan bisnis, yang melibatkan organisasi pelayanan medis
(rumah sakit atau klinik), praktisi medis (dokter atau terapis), laboratorium, apotek,
asuransi, dan pasien sebagai konsumen .
Sistem layanan e-Health memang belum bisa diterapkan dalam waktu
dekat. Hal itu disebabkan sumber daya manusia (SDM) industri kesehatan yang ada
belum menguasai teknologi secara keseluruhan. Sistem e-Health tersebut akan
merombak sistem layanan yang ada di rumah sakit selama ini. Apalagi rumah sakit
tersebut belum menerapkan teknologi untuk menunjang operasionalnya. Beberapa
yang harus dikuasai sebelum e-Health ini diterapkan adalah masalah informasi dan
teknologi (IT).
Hingga saat ini tidak semua rumah sakit hingga puskesmas memiliki
infrastruktur IT memadai. Untuk bisa menerapkan sistem layanan e-Health tersebut
dibutuhkan infrastruktur IT yang cukup, koneksi dan integrasi antara pihak rumah
sakit hingga masalah kecepatan akses bandwidth internet.
Pengembangan e-Health pun perlu didasarkan pada kebutuhan pengguna
akan layanan kesehatan, sehingga akan tercipta e-Health yang tepat sasaran dan
mampu meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia.
Telemedicine adalah konsep praktek kedokteran yang sangat bermanfaat
untuk mendukung diagnosis maupun konsultasi medis jarak jauh. Telemedicine
dapat menjembatani kekurangan tenaga spesialis medis disuatu tempat dan

menawarkan layanan kesehatan cepat yang dibatasi jarak, tetapi telemedicine


sangat tergantung pada tingkat ketersediaan infrastruktur IT di suatu daerah dan
juga tingkat biaya operasional yang tersedia. Telemedicine juga masih sangat
dibatasi oleh penguasaan teknologi ini khususnya oleh tenaga medis di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/EHealth
https://id.wikipedia.org/wiki/Telemedis
www.scribd.com/doc/38674825/7/PENGENALAN-KONSEP-E-HEALTH
http://www.scribd.com/doc/38674825/e-health-system#scribd
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=203609
http://ramafebriyanti.blogspot.co.id/2014/12/keterkaitan-e-health-dantelemedicine.html
https://boedimanagoes.wordpress.com/2014/09/25/sistem-e-health-dalam-bidangkesehatan/

Anda mungkin juga menyukai