Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kejadian munculnya pandemi virus corona atau covid-19 mampu


melumpuhkan aktivitas semua kalangan masyarakat yang dilakukan di
luar rumah. Corona virus merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit ringan sampai berat, seperti common cold atau
pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS. Penularannya
dari hewan ke manusia (zoonosis) dan penularan dari manusia ke
manusia sangat terbatas. Masa pandemi covid-19 tidak bisa dikendalikan
secara cepat sehingga membutuhkan penatalaksanaan yang begitu tepat
baik dari pemerintah maupun masyarakat. Salah satu pencegahan untuk
memutus penularan covid-19 yang dihimbau oleh pemerintah adalah
tetap tinggal dirumah (Kemkes, 2020).

Adanya virus ini membuat pemerintah dituntut untuk sesegera


mungkin menangani pandemi covid–19. Jawaban sementara terkait
permasalahan ini ada dalam Undang–undang Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan. Undang–undang tersebut memuat hal
tentang kekarantinaan kesehatan. Dalam kondisi saat ini kekarantinaan
sangatlah mendukung untuk meminimalisir penularan covid–19
(Telaumbanua, 2020). Tidak hanya pihak pemerintah saja, Dalam masa
pandemi seperti ini rumah sakit dituntut untuk mencegah dan
mengendalikan potensi penularan covid-19 di lingkungan kerja termasuk
di lingkungan rumah sakit (PUTRANTO, 2020). Hal ini dikarenakan
tingkat penularan covid-19 di rumah sakit sangatlah tinggi. Berbagai
upaya tentu dilakukan oleh pihak rumah sakit dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan protokol kesehatan (Hasanah, 2006).

1
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berkah Pandeglang
merupakan instansi pemerintah pusat yang menjalankan pelayanan
publik dalam bidang kesehatan. RSUD Berkah Pandeglang merupakan
Rumah Sakit Negeri yang berlokasi di Jl. Raya Labuan Km. 5 Cikoneng
- Pandeglang adalah rumah sakit bertipe B yang terus membuat Pusat
Layanan Unggulan atau Center of Excellent dan Diagnostic Center yang
lengkap guna mendukung diagnosa penyakit secara paripurna dan
akurat, di RSUD Berkah Pandeglang juga terdapat 27 poliklinik yang
aktif.

Sebelum adanya pandemi covid-19, pendaftaran pasien rawat jalan


poliklinik di RSUD Berkah Pandeglang dilakukan secara manual
(offline), dimana pasien datang pagi ke rumah sakit untuk mengantri
nomor antrian dan kunjungan pasien rawat jalan poliklinik rata-ratanya
mencapai 250 pasien perhari.

Dan setelah adanya pandemi covid-19, Direktur Utama Rumah


Sakit Umum Daerah Berkah Pandeglang membuat keputusan dan
pertujuan di mulai tahun 2020 tentang Pendaftaran Online melalui
WhatsApp yaitu tata cara pendaftaran pasien yang akan mendapatkan
pelayanan kesehatan di poliklinik sesuai jumlah kunjungan yang sudah
ditentukan oleh poliklinik yang bersangkutan dalam satu periode.
Kunjungan pasien rawat jalan poliklinik perhari di masa pandemi covid-
19 ini mencapai 150 pasien rata-ratanya. Pasien tersebut rata-rata berasal
dari berbagai daerah di sekitar Kabupaten Pandeglang.

Sistem pendaftaran rawat jalan di RSUD Berkah Pandeglang sudah


dilakukan secara komputerisasi. Pada saat pasien datang, data identitas
pasien akan di proses melalui komputer untuk menerbitkan nomor Surat
Eligibilitas Peserta (SEP). Di RSUD Berkah Pandeglang proses sistem
informasi pendaftaran tersebut sewaktu-waktu mengalami kelambatan,
karena jaringan sistem yang masih tidak stabil. Menurut Heryana (2017:
26), “Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan untuk
mencapai satu tujuan.” Sistem juga dapat dianggap sebagai suatu

2
kesatuan pendekatan dalam mencapai tujuan. Menurut Jogiyanto
(Masniah, 2015: 9), “Sebuah sistem adalah suatu jaringan prosedur yang
saling berhubungan, berpadu untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk
mencapai tujuan tertentu.”

Upaya dalam meningkatkan pelayanan administrasi rumah sakit


sangat memerlukan inovasi baru dengan melibatkan teknologi informasi.
Semakin besar peran teknologi informasi dapat mempermudah proses
penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan merupakan kegiatan yang
tidak dapat terlepaskan dari aktivitas kehidupan sehari-hari. Gronroos
(Ramdhani, 2015: 26), mengemukakan terkait “Pelayanan ialah suatu
aktivitas atau kegiatan yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat
diraba) hal ini terjadi akibat adanya interaksi dalam memecahkan
permasalahan dan mencapai suatu tujuan yang dicapai.” Sistem
pelayanan dapat diartikan sebagai suatu elemen-elemen yang saling
berhubungan dalam melakukan kegiatan pelayanan.

Pada umumnya persoalan pelayanan pendaftaran RSUD Berkah


Pandeglang adalah antrian tunggu pendaftaran pasien yang berbelit-belit
dan membutuhkan waktu tunggu antrian berjam-jam, menjadi tantangan
yang sulit untuk diatasi dalam kegiatan pelayanan publik. Maka hal itu
perlu dilakukan dengan sebuah kebijakan yang harus diterapkan oleh
pihak RSUD Berkah Pandeglang.

Penerapan merupakan proses atau prosedur dalam melakukan


kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Wahab
(2016: 139), unsur–unsur dari proses penerapan meliputi:

(1) Adanya program yang dilaksanakan.

(2) Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang


bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun
pengawasan dari proses penerapan tersebut.

(3) Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran


dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.

3
Penerapan berorientasi pada proses yang akan dicapai dengan melihat
sejauh mana program tersebut dilaksanakan.

RSUD Berkah Pandeglang berupaya mewujudkan pelaksanaan


inovasi pelayanan pendaftaran dalam jaringan (daring) atau online
berbasis aplikasi whatsapp yang dapat diakses menggunakan komputer
atau handphone yang terkoneksi dengan internet. Kehadiran aplikasi
whatsapp pendaftaran online sangat berguna bagi pasien yang ingin
mendaftar antrian berobat rawat jalan dan melakukan reservasi kuota
dokter secara online. Pasien tanpa harus datang pertama ke rumah sakit
untuk mendaftar dan mendapatkan nomor antrian, sehingga mereka
dapat memperkirakan waktu menunggu di rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan medis sehingga pelayanan dapat cepat
diperoleh.

Sejak diterapkannya pendaftaran berbasis online, pelayanan


tersebut masih mengalami berbagai permasalahan.

(1) Hubungan jaringan antara pihak rumah sakit dengan BPJS dalam
mengeluarkan nomor Surat Eligibilitas Peserta (SEP) yang sering
mengalami gangguan internet sehingga nomor SEP tidak dapat
diterbitkan pada mesin Anjungan Pendaftaran Mandiri (APM).
Fungsi dari SEP yaitu untuk memastikan keabsahan peserta bahwa
pasien sudah dijamin oleh pihak BPJS. Agar menjamin pelayanan
dapat berjalan dengan lancar maka pihak rumah sakit menerbitkan
nomor SEP lokal sementara untuk memperlancar pasien dapat
diperiksa meskipun nomor SEP tidak diterbitkan.

(2) Penggunaan aplikasi pendaftaran online belum optimal. Pasien yang


sudah lanjut usia terkendala dalam menggunakan teknologi atau
gagap teknologi (gaptek) dalam mengakses pendaftaran online
sehingga perlu mendapatkan bantuan dari orang lain dalam
mengoperasionalkan aplikasi tersebut atau memilih mendaftar
melalui pendaftaran manual.

4
(3) Pasien BPJS harus memiliki surat rujukan dari faskes II atau rumah
sakit daerah untuk dapat ditangani oleh RSUD Berkah Pandeglang.
Para pasien yang hendak melakukan rawat jalan yang telah
mendapatkan surat rujukan dari rumah sakit daerah belum tertuju
sub spesialis. Pada prosesnya, persyaratan tersebut tidak bisa
terverifikasi secara online dan harus mengubah data tersebut ke
kantor BPJS agar tercantum sub spesialis.

(4) Pendaftaran online mewajibkan pasien untuk mengunggah semua


dokumen atau berkas persyaratan pada aplikasi pendaftaran online
RSUD Berkah Pandeglang. Namun, banyak pasien yang mengalami
kesulitan terkait kemampuan pasien dalam menggunakan aplikasi.
Terkendalanya Jaringan internet dan fasilitas telepon masyarakat
mengakibatkan gambar berkas yang diunggah pasien tidak dapat
terbaca oleh petugas verifikasi. Jika ada persyaratan yang belum atau
gagal terverifikasi karena tidak memenuhi syarat mengakibatkan
pasien tidak dapat melanjutkan proses pendaftaran, sehingga harus
melakukan unggah berkas ulang yang belum terverifikasi untuk
selanjutnya menunggu semua persyaratan dapat terverifikasi.
Kegagalan verifikasi berkas seringkali terjadi ketika pasien akan
melakukan cetak SEP di mesin APM. Implikasinya menghambat
proses pelayanan yang diperoleh pasien. Kegagalan dalam verifikasi
berkas disisi lain dapat disebabkan surat rujukan yang sudah tidak
berlaku.

(5) Waktu akses pendaftaran online terbatas hanya dibuka pada hari
kerja, yaitu Senin-Kamis pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
14.00 WIB, hari Jum’at dan Sabtu pukul 08.00 WIB sampai dengan
12.00 WIB. Setelah masuk chat whatsapp, pengguna dipersilahkan
mengklik pilihan sesuai kategori pendaftaran. Kategori (A) Untuk
Pasien BPJS Baru, kategori (B) Untuk Pasien BPJS Kontrol dan
kategori (C) Untuk Pasien Umum. Setelah itu isi sesuai intruksi yang
tertera pada jawaban chat otomatis Admin.

5
Dalam pelaksananya, masyarakat juga harus memperhatikan
beberapa hal sebegai berikut :

(1) Setelah mendapatkan balasan whatsapp pasien wajib konfirmasi


ulang ke loket pendaftaran untuk mengambilan hasil reservasi
berupa SEP (Surat Eligibilitas Peserta).

(2) Untuk pasien baru melengkapi data persyaratan surat rujukan online
asli.

(3) Untuk pasien lama harus melengkapi surat kontrol sesuai dengan
tanggal periksa yang terjadwal di surat kontrol.

(4) Pasien harus memastikan bahwa surat rujukan masih aktif.

(5) Nomor antrian pendaftaran online whatsapp RSUD Berkah


Pandeglang tidak dapat menerima layanan panggilan telepon hanya
menerima khusus untuk chat whatsapp.

Dalam penelitian ini, peneliti dapat melihat dilapangan bahwa


pendaftaran rawat jalan masih belum maksimal karena dilihat dari
antrian dan lamanya pasien menunggu untuk mendapatkan layanan
kesehatan, selain itu juga kurangnya informasi mengenai pendaftaran
online yang sudah di upayakan oleh pihak RSUD Berkah Pandeglang
kepada masyarakat, bahkan masih banyak masyarakat yang gagap
teknologi (gaptek) soal media sosial diantaranya yaitu whatsapp
sehingga masyarakat merasa lebih nyaman daftar offline dari pada
daftar online.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk


meneliti sejauh mana penerapan sistem pelayanan aplikasi pendaftaran
online di RSUD Berkah Pandeglang. Perkembangan zaman yang
semakin canggih sangat penting bagi suatu instansi atau pemerintahan
dalam melakukan perubahan inovasi pelayanan yang melibatkan
teknologi informasi.

6
Maka dari itu peneliti mengambil judul “Implementasi Skema
Pendaftaran Online Bagi Pasien Rawat Jalan di RSUD Berkah
Pandeglang.”

1.1 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka fokus penelitian ini


adalah Bagaimana Implemetasi Skema Pendaftaran Online Bagi Pasien
Rawat Jalan di RSUD Berkah Pandeglang?

1.2 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan fokus masalah, maka yang


menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Implementasi Skema Pendafatran Online Bagi Pasien Rawat Jalan di
RSUD Berkah Pandeglang.

1.3 Kegunaan Penelitan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada


berbagai pihak antara lain :

1) Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat melakukan


penelitian tentang implementasi skema pendaftaran online bagi
pasien rawat jalan di RSUD Berkah Pandeglang.

2) Bagi Rumah Sakit

Memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan RSUD


Berkah Pandeglang dalam upaya meningkatkan implementasi skema
pendaftaran online bagi pasien rawat jalan di RSUD Berkah
Pandeglang.

3) Kegunaan bagi Akademik

Memberikan kontribusi ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan


dengan implementasi skema pendaftaran online bagi pasien rawat

7
jalan di RSUD Berkah Pandeglang.

4) Bagi Pembaca

Menambah wawasan pengetahuan dan sebagai bahan referensi bagi


peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis berkaitan
dengan implementasi skema pendaftaran online bagi pasien rawat
jalan di RSUD Berkah Pandeglang.

1.4 Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika yang terbagi dalam


lima bab, masing-masing terdiri dari beberapa sub bab agar lebih mudah
memperjelas isi dan cakupan masalah yang diteliti. Adapun tata letak
masing-masing bab dan pokok pembahasannya yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,


kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Menguraikan kajian teori, penjelasan konsep, kerangka berpikir,


argumentasi penelitian, dan penelitian terdahulu.

BAB III : METODE PENELITIAN

Menguraikan pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan


data (data primer dan data sekunder), teknik pengambilan informan,
teknik kebasahan data dan teknik analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Menguraikan deskripsi lokus penelitian dan analisis penelitian.

BAB V : PENUTUP

Menguraikan tentang kesimpulan dari penelitian berdasarkan analisis


data yang telah diolah dan telah dibahas pada bagian sebelumnya dan
berisi saran-saran yang relevan untuk disampaikan terkait penelitian ini

8
dan sebelumnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Administrasi Publik

Administrasi secara umum dapat dibedakan menjadi dua,


yaitu dalam arti sempit dan arti luas. Pengertian administrasi
dalam arti sempit menurut Prajudi Atmosudirdjo (dalam Ayub,
2007: 30) adalah tata usaha atau office work yang meliputi
kegiatan catat-mencatat, tulis-menulis, mengetik, korespodensi,
kearsipan, dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan pengolahan data
dan informasi yang meliputi kegaiatan catat-mencatat, surat-
menyurat, pembukuan secara tertulis yang diperlukan oleh suatu
organisasi.

Sementara itu, pengertian administrasi dalam arti luas


menurut Sondang P. Siagian (dalam Ayub, 2007: 30) adalah
keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang
didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya.

Berdasarkan pengertian mengenai administrasi menurut


para ahli, administrasi dapat disimpulkan sebagai proses
kerjasama yang melibatkan dua orang atau lebih untuk mecapai
sasaran atau tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya.

2.1.2 Implementasi

Implementasi merupakan salah satu tahapan yang penting


dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus

9
diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang
diinginkan. Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno,
2002: 102) bahwa implementasi adalah tindakan yang dilakukan
baik oleh individu/pejabat maupun kelompok pemerintah atau
swasta untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pendapat sebagian ahli tersebut, implementasi


kebijakan dapat dimaknai sebagai sebuah proses atau tindakan
untuk melaksanakan kebijakan sesuai standar atau tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Lane, implementasi sebagai konsep dapat dibagi


ke dalam dua bagian. Pertama, implementation = F (Intention,
Output, Outcome). Sesuai definisi tersebut, implementasi
merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan tujuan, hasil
sebagai produk dan hasil dari akibat. Kedua, implementasi
merupakan persamaan fungsi dari Implementation = F (Policy,
Implementor, Initiator, Time). Penekanan kedua fungsi ini adalah
kepada kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan
dilaksanakan oleh implementor dalam kurun waktu tertentu.
(Sabatier, 1986: 21-48).

Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan


kebijakan dan realisasinya hasil kegiatan pemerintah. Hal ini
sesuai dengan pandangan Van Meter dan Horn (1980: 6) bahwa
tugas implementasi adalah membangun jaringan yang
memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui
aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak
yang berkepentingan (policy stakeholders).

2.1.3 Perspektif Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan publik dapat dilihat dari beberapa


perspektif atau pendekatan. Salah satunya ialah
implementation problems approach yang diperkenalkan oleh

10
Edwards III (1984: 9-10). Alasan mengapa implementasi
kebijakan diperlukan mengacu pada pandangan para pakar bahwa
setiap kebijakan yang telah dibuat harus diimplementasikan. Oleh
karena itu, implementasi kebijakan diperlukan karena berbagai
alasan atau perspektif.

Edwards III mengajukan pendekatan masalah implementasi


dengan terlebih dahulu mengemukakan dua pertanyaan pokok,
yakni: (1) faktor apa yang mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan? dan (2) faktor apa yang menghambat keberhasilan
implementasi kebijakan?

Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut dirumuskan empat


faktor yang merupakan syarat utama keberhasilan proses
implementasi, yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi
atau pelaksana dan struktur organisasi, termasuk tata aliran kerja
birokrasi.

Empat faktor yang menjadi kriteria penting dalam


implementasi suatu kebijakan, diantaranya :

(1) Komunikasi suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan


baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut
proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan
konsistensi informasi yang disampaikan.

(2) Sumber daya, meliputi empat komponen yaitu staf yang


cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan guna
pengambilan keputusan, kewenangan yang cukup guna
melaksanakan tugas atau tanggung jawab dan fasilitas yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan.

(3) Disposisi atau sikap pelaksana merupakan komitmen


pelaksana terhadap program.

(4) Struktur birokrasi didasarkan pada standard operating


prosedure yang mengatur tata aliran pekerjaan dan

11
pelaksanaan kebijakan.

2.1.4 Model Implementasi Kebijakan

Grindle (1980: 6-10) memperkenalkan model implementasi


sebagai proses politik dan administrasi. Model tersebut
menggambarkan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh beragam aktor, dimana keluaran akhirnya ditentukan oleh
baik materi program yang telah dicapai maupun melalui
interaksi para pembuat keputusan dalam konteks politik
administratif. Proses politik dapat terlihat melalui proses
pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai aktor
kebijakan, sedangkan proses administrasi terlihat melalui proses
umum mengenai aksi administratif yang dapat diteliti pada
tingkat program tertentu.

Selain model implementasi kebijakan di atas Van Meter


dan Van Horn (2000: 20) mengembangkan Model Proses
Implementasi Kebijakan. Keduanya meneguhkan pendirian
bahwa perubahan, kontrol dan kepatuhan dalam bertindak
merupakan konsep penting dalam prosedur implementasi.
Keduanya mengembangkan tipologi kebijakan menurut: 1)
jumlah perubahan yang akan dihasilkan, dan 2) jangkauan atau
ruang lingkup kesepakatan mengenai tujuan oleh berbagai pihak
yang terlibat dalam proses implementasi.

Tanpa mengurangi kredibilitas model proses implementasi


kebijakan dari Van Meter dan Van Horn terlihat bahwa elemen
yang menentukan keberhasilan penerapannya termasuk ke dalam
elemen model proses politik dan administrasi menurut Grindle.
Kata kunci yakni perubahan, kontrol dan kepatuhan termasuk
dalam dimensi isi kebijakan dan konteks implementasi
kebijakan. Demikian pula dengan tipologi kebijakan yang dibuat
oleh keduanya termasuk dalam elemen isi kebijakan dan
konteks implementasi menurut Grindle. Tipologi jumlah

12
perubahan yang dihasilkan termasuk dalam elemen isi
kebijakan dan tipologi ruang lingkup kesepakatan termasuk
dalam konteks implementasi.

Ada berbagai cara yang digunakan oleh pelaksana


kebijakan agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Salah satu
caranya adalah dengan mengembangkan kerangka pikir yang
dibangun sendiri atau dengan cara mereplikasi, mengkombinasi
atau mensinergikan, dan mengembangkan pendapat para pakar
mengenai model implementasi kebijakan. Pada pengembangan
model tersebut dapat diketahui model mental para pakar dan
implementor bersama kelompok sasaran kebijakan, minimal
berdasarkan relevansi dan keefektifan implementasi
kebijakannya.

Komunikasi suatu program hanya dapat dilaksanakan


dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini
menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi
dan konsistensi informasi yang disampaikan. Sumber daya,
meliputi empat komponen yaitu staf yang cukup (jumlah dan
mutu), informasi yang dibutuhkan guna pengambilan keputusan,
kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas atau tanggung
jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan. Disposisi
atau sikap pelaksana merupakan komitmen pelaksana terhadap
program. Struktur birokrasi didasarkan pada prosedur operasional
standar yang mengatur tata aliran pekerjaan dan pelaksanaan
kebijakan.

Berdasarkan pendekatan kepatuhan dan pendekatan faktual


dapat dinyatakan bahwa keberhasilan kebijakan sangat ditentukan
pada tahap implementasinya dan keberhasilan proses
implementasi ditentukan oleh kemampuan implementor, yaitu:
(1) kepatuhan implementor mengikuti apa yang diperintahkan
oleh atasan, dan (2) kemampuan implementor melakukan apa

13
yang dianggap tepat sebagai keputusan pribadi dalam
menghadapi pengaruh eksternal dan faktor non organisasional,
atau pendekatan faktual.

2.1.5 Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan


dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan adminstratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Undang-
Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik).

Penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi


penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang
dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan
publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk
kegiatan pelayanan publik.

Organisasi penyelenggara pelayanan publik adalah satuan


kerja penyelenggara pelayanan publik yang berada di lingkungan
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen
yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan
pelayanan publik, dan badan hukum dibentuk untuk kegiatan
pelayanan publik. Pelaksana pelayanan publik adalah pejabat,
pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam
organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan
atau serangkaian tindakan pelayanan publik.

Standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan


sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian
kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara
kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas,
cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.

14
Sistem informasi pelayanan publik adalah rangkaian
kegiatan yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan informasi
serta mekanisme penyampaian informasi dari penyelenggara
kepada masyarakat dan sebaliknya dalam bentuk lisan, tulisan
Latin, tulisan dalam huruf Braile, bahasa gambar, dan/atau
bahasa lokal, serta disajikan secara manual ataupun elektronik.

2.1.6 Tujuan Pelayanan Publik

Tujuan pelayanan publik menurut Undang-Undang No. 25


Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, diantaranya sebagai
berikut :

1) Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak,


tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak
yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik.

2) Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang


layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan
korporasi yang baik.

3) Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai


dengan peraturan perundang-undangan.

4) Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi


masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

2.2 Penjelasan Konsep

Keberhasilan kebijakan dalam keputusan dan pertujuan yang


direncanakan oleh Direktur Utama RSUD Berkah Pandeglang harus
diimplementasikan dengan baik, Van Horn dan Van Meter berpendapat
bahwa implementasi menitikberatkan pada proses dalam mencapai
tujuan. Dalam hal ini tentunya pelaksanaan pendaftaran online akan
berhasil seiring dengan kerjasama dari berbagai pihak baik itu
penyelenggara/Admin loket pendaftaran, jaringan internet, maupun
masyarakat agar pelaksanaan pendaftaran online berjalan secara lancar.

15
Keberhasilan pelaksanaan pendaftaran online itu tidak
terlepas dari para penyelenggara ditingkatan paling bawah yaitu
kelompok penyelenggara/Admin loket pendaftaran online dalam
melaksanakan tugas. Kinerja Admin loket pendaftaran online sangat
berpengaruh pada kelancaran pendafatran online, sebagai mana
dikemukakakn oleh Rival dan Basri (2011: 210) menyatakan bahwa
“Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok yang untuk
melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan
tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan”.

Disisi lain manfaat dari pendaftaran online itu adalah untuk


mempermudah pasien rawat jalan mendapatkan nomor antrian
poliklinik. Dari Edwards III dirumuskan empat faktor yang merupakan
syarat utama keberhasilan proses implementasi, yakni komunikasi,
sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan struktur organisasi,
termasuk tata aliran kerja birokrasi.

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian ini akan menerangkan bagaimana Implementasi


Skema Pendaftaran Online Bagi Pasien Rawat Jalan di RSUD Berkah
Pandeglang. Kerangka pemikiran ini merupakan bagian dari tinjauan
pustaka yang berisi tentang rangkuman atas dasar-dasar teori yang akan
dijadikan landasan dalam penelitian ini, dimana dalam kerangka
pemikiran ini diberikan skema singkat tentang alur penelitian yang
menggambarkan proses penelitian.

Dalam penelitian ini ada 2 variabel yaitu variabel independen


(tidak terikat) dan variabel dependen (terikat). Variabel independen
(tidak terikat) dalam penelitian ini adalah Implementasi Skema
Pendaftaran Online dengan menggunakan teori Edwards III yang
membagi empat faktor yang merupakan syarat utama keberhasilan
proses implementasi, yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi
atau pelaksana dan struktur organisasi, termasuk tata aliran kerja
birokrasi., sedangkan variabel dependen (terikat) yang digunakan

16
adalah Pasien Rawat Jalan di RSUD Berkah Pandeglang dengan
menggunakan kebijakan dari Direktur RSUD Berkah Pandeglang.

Untuk lebih jelas, dibuatkan skema kerangka pemikiran seperti


gambar berikut :

Gambar I.1

Kerangka Berpikir Implementasi Skema Pendaftaran Online

Kebijakan
Direktur RSUD
Berkah
Pandeglang

Skema
Pendaftaran
Online

Implementasi
Teori Edwards
III

Komunikasi Sumber Daya Disposisi atau Struktur


Sikap Birokrasi
Pelaksana
Whatsapp Petugas/Admin Loket Poliklinik
Pendaftaran RSUD Yang di
Berkah Pandeglang Nomor Antrian
Tuju

Kemudahan Pelayanan
Bagi Pasien

17
2.4 Argumen Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berkah Kabupaten Pandeglang


terus berinovasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat
di Kabupaten Pandeglang. Sebelumnya sudah dilakukan pendaftaran dengan
mengakses mobile JKN, kali ini pelayanan rawat jalan ke poliklinik di RSUD
Berkah dapat diakses pendaftaranya melalui aplikasi Whatsapp. Inovasi yang
dilakukan RSUD Berkah merupakan implementasi dari visi misi pemerintah
daerah untuk mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
Kesehatan. Dengan adanya inovasi yang dilakukan oleh RSUD Berkah
Pandeglang masyarakat dapat memanfaatkan teknologi untuk mempermudah
akses pelayanan.

Kini ke Poliklinik rawat jalan RSUD Berkah tak perlu antri ambil
nomor dan datang pagi-pagi, bisa langsung mendaftar melalui Whatsapp di
nomor 081218026030 atau bisa juga langsung mengklik link
http://wa.me/+6281218026030. Akses pendaftaran melalui Whatsapp ini
harus dilakukan satu hari sebelum kunjungan ke poliklinik rawat jalan. Daftar
online via Whatsapp, telah melalui masa percobaan selama tiga bulan,
terhitung dari awal Agustus hingga akhir Oktober dan selama masa percobaan
tersebut banyak mendapatkan beragam masukan dan perbaikan.

Pendaftaran online Whatsapp ini akan dibuka dan dapat dipesan pada
jam kerja, yaitu, hari senin sampai dengan Kamis Pukul 08.00 sampai dengan
pukul 14.00 WIB, hari Jum’at dan Sabtu Pukul 08.00 sampai dengan pukul
12.00 WIB. Setelah masuk chat Whatsapp, pengguna dipersilahkan mengklik
pilihan sesuai kategori pendaftaran. Kategori (A) Untuk Pasien BPJS baru,
katogeri (B) Untuk Pasien BPJS Kontrol dan (C) Untuk Pasien Umum,
Setelah itu isi sesuai intruksi yang tertera pada jawaban chat otomatis dari
Admin.

18
Dalam pelaksanaannya, masyarakat juga harus memperhatikan
beberapa hal berikut :

(1) Setelah mendapatkan balasan whatsapp, pasien wajib


konfirmasi ulang ke loket pendaftaran, untuk mengambil
hasil reserveasi berupa SEP (Surat Eligibilitas Peserta).

(2) Untuk pasien baru melengkapi data persyaratan surat rujukan


online asli.

(3) Untuk pasien lama harus melengkapi surat kontrol sesuai


dengan tanggal periksa yang terjadwal di surat kontrol.

(4) Masyarakat harus memastikan bahwa rujukan onlinenya


masih aktif.

(5) Nomor antrean pendaftaran online Whatsapp RSUD Berkah


tidak dapat menerima layanan panggilan telepon, hanya
khusus untuk chat Whatsapp.

19
2.5 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan, dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti
yang pernah penulis baca diantaranya :

20
No Judul Peneliti Nama Sumber dan Masalah Konsep yang Metode Kesimpulan
Peneliti Tahun Terbit Penelitian digunakan Penelitian Penelitian

1 Pelaksanaan Put Yogta Skripsi Dalam Konsep Kualitatif Pendafatran


Pelayanan Rilotomo Program Studi Pendaftaran Pelaksanaan Pasien
Pendaftaran Rekam Medis Offline itu PelayananKon Langsung
Pasien Rawat dan Informasi kurang sep Faktor (Offline) itu
Jalan di Rumah Kesehatan (D- Efektif Penyebab menghabiskan
Sakit Umum 3) Fakultas ketimbang Berdasarkan waktu yang
Daerah Kesehatan Pendafataran Unsur cukup lama,
Prambana Universitas secara Online Manajemen sedangkan
Jendral (5M) yang Pendafatran
Achmad Yani Mempengaruh Pasien Tidak
Yogyakarta i Pelaksanaan Langsung
2018 Pelayanan (Online) itu
Pendaftaran tidak
Pasien Rawat menghabiskan
Jalan waktu cukup
lama

2 Aplikasi Diksi Skripsi Ingin Konsep sistem Kualitatif Aplikasi


Pendafatran Kresnawati Program Studi membangun informasi pendaftaran
Pasien Rawat Teknik suatu aplikasi Konsep pasien pasien
Jalan Berbasis Informatika pendaftaran informasi berfungsi
WEB dan WAP Fakultas Sains pasien rawat berbasis web dengan baik
(Studi Kasus : dan Teknologi jalan secara Konsep rawat untuk
Rumah Sakit Universitas online jalan Konsep melakukan
21
Panti Rapih Sanata Dharma dengan Pengembanga pendaftaran
Yogyakarta) Yogyakarta menggunaka n Rekayasa pasien baik
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik untuk


mencapai maksud, cara kerja sistematis untuk memudahkan
pelaksanaan sebuah kegiatan untuk mecapai tujuan yang
ditentukan. Dengan demikian metode penelitian mengemukakan
secara teknis tentang metode yang digunakan dalam penelitian
(Sulistyo-Basuki, 2010: 22). Desain penelitian ini adalah kualitatif,
hal itu menyebabkan data dan analisis yang digunakan dalam
penelitian ini juga bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi,
pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti. Dalam penelitian
kualitatif segala sesuatunya tidak dapat diukur dengan angka dan
teori yang digunakan dalam penelitian tidak dipaksakan untuk
memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut
pandangan manusia yang telah diteliti (Sulistyo-Basuki, 2006: 78).
Penelitian jenis ini juga tidak menggunakan kuesioner sebagai
instrumen pengumpulan data, instrumen pengumpulan data adalah
peneliti itu sendiri.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif


dengan pendekataan kualitatif. Menurut Sugiyono (2016: 9)
metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci
teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Menurut Sulistyo-Basuki (2010: 110), penelitian deskriptif

22
mencoba mencari deskripsi yang tepat serta cukup dari semua
aktivitas, objek, proses, dan manusia. Penelitian deskriptif
berkaitan dengan pengumpulan fakta dan data secara valid untuk
memberikan gambaran mengenai objek yang diteliti.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data


untuk keperluan penelitian, pengumpulan data merupakan langkah
yang amat penting dalam metode ilmiah. Pada umumnya, data
yang dikumpulkan akan digunakan, kecuali untuk keperluan
eksploratif, juga untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan
(Moehar, 2002: 131). Oleh karena itu data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

3.2.1 Data Primer

Sugiyono (2012: 225) mengatakan data primer adalah sumber


yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Sumber primer ini berupa catatan hasil wawancara yang peneliti
lakukan melalui wawancara. Selain itu, peneliti juga melakukan
observasi lapangan dan pengumpulan data dalam bentuk catatan
tentang situasi dan kejadian di lapangan.

Data merupakan faktor penting dalam penelitian, untuk itu


diperlukan teknik tertentu dalam pengumpulan data. Teknik
pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :

1) Observasi

Observasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan


cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang
diteliti. Observasi dilakukan untuk mendekatkan peneliti
kepada orang-orang yang ditelitinya dan ke situasi atau
lingkungan di lapangan yang sebenarnya. Dan peneliti dapat
masuk ke lingkungan yang ditelitinya atau yang dikenal

23
dengan observasi partisipatif. Pada observasi ini, peneliti
mengamati peristiwa, kejadian, pose, dan sejenisnya disertai
dengan daftar yang perlu di observasi (Sulistyo-Basuki, 2010:
149).

2) Wawancara

Moleong (2012: 118) menjelaskan wawancara adalah


percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.
Melalui wawancara ini pula peneliti menggali informasi secara
mendalam dari informan.

Penelitian ini menggunakan wawancara tersturktur maupun


tidak terstruktur, yaitu wawancara dilakukan baik yang sudah
menyiapkan pertanyaan yang tersusun sesuai dengan masalah
maupun pertanyaan yang diajukan sesuai dengan alur
pembicaraan dengan harapan dapat menemukan informasi
lebih terbuka dari informan (Sugiyono, 2011: 137).

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam


pengumpulan data melalui wawancara adalah sebagai berikut :

(1) Melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait


dengan penelitian ini. Pertanyaan wawancara didapatkan
dari analisis masalah, selain pertanyaan yang sudah di
persiapkan, pertanyaan juga bisa bersifat fleksibel sesuai
dengan alur pembicaraan.

(2) Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan menggunakan


alat perekam dan buku catatan. Alat perekam digunakan
setelah peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada
informan.

24
(3) Data yang didapatkan kemudian dianalisis sesuai dengan
teknik analisisi data.

Wawancara baik dilakukan dengan face to face maupun


menggunakan sosial media atau telepon, akan selalu menjadi
kontak pribadi. Oleh karena itu, pewawancara perlu memahami
situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat
kapan dan dimana harus melakukan wawancara apalagi
disituasi pandemi covid-19. Pada saat responden sedang sibuk
bekerja, sedang mempunyai masalah berat, sedang mulai
istirahat, sedang tidak sehat, atau sedang marah maka harus
hati-hati dalam melakukan wawancara. Jika dipaksakan untuk
wawancara tidak valid dalam kondisi seperti itu, maka akan
menghasilkan data yang kurang akurat. Maka sebaliknya
sebelum melakukan wawancara, pewawancara meminta
waktunya terlebih dahulu kapan dan dimana bisa melakukan
wawancara. Dengan cara ini maka sasaran wawancara akan
lebih baik, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap
dan valid.

3.2.2 Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak


memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data.
Sugiyono (2012: 225) mengatakan sumber data sekunder ini dapat
berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang
disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain.

Data ini digunakan untuk mendukung informasi dari data


primer yang diperoleh baik dari wawancara maupun dari observasi
langsung ke lapangan. Peneliti juga menggunakan data sekunder
hasil dari studi pustaka. Dalam studi pustaka, peneliti membaca
literatur-literatur yang dapat menunjang penelitian, yaitu literatur-
literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

25
1) Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data


yang datanya diperoleh dari buku, internet, atau dokumen lain
yang menunjang penelitian yang dilakukan. Dokumen
merupakan catatan mengenai peristiwa yang sudah belalu.
Peneliti mengumpulkan dokumen yang dapat berupa tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2012: 225). Dalam hal ini peneliti menggunakan
dokumen berupa catatan.

2) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mencari dengan mengumpulkan


bahan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk
memperkuat data sekunder dengan cara membaca, mempelajari
literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas dalam penelitian ini seperti karya ilmiah, majalah,
skripsi dan lain-lain untuk memperoleh teori-teori dan konsep
yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari
sumber data sekunder yang mendukung penelitian dengan
menggunakan bahan dokumentasi (Moleong, 2012: 217).

3.3 Teknik Pengambilan Informan

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi,


karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada
pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan
diberlakukan pada polulasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain
pada situasi sosial dalam kasus yang dipelajari. Sampel dalam
penelitian kualitatif tidak disebut responden melainkan
narasumber, partisipasi atau informan (Sugiyono, 2012 : 216).
Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan berbagi
informasi yang diperlukan selama proses penelitian melalui

26
wawancara. Informan adalah seseorang yang benar-benar
mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang
darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan
terpercaya (Moleong, 2000: 97). Informasi tersebut dapat berupa
pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu
dalam memahami persoalan atau permasalahan yang diteliti.
Informan dalam penelitian ini, peneliti tentukan dengan metode
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria atau pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2012: 216). Dengan menggunakan purposive
sampling, diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar
sesuai dengan penelitian yang dilakukan dan mampu menjelaskan
keadaan sebenarnya tentang objek yang diteliti. Kriteria informan
yang peneliti pilih adalah pengelola informasi itu sendiri terdiri
dari :

1) Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Berkah Pandeglang Bpk.


dr. H. Kodiat, M.Kes sebagai pembuat keputusan dan pertujuan
pendaftaran online bagi pasien rawat jalan.

2) Admin loket pendaftaran Rumah Sakit Umum Daerah Berkah


Pandeglang sebanyak 2 orang sebagai pengelola pendaftaran
online bagi pasien rawat jalan.

3) Masyarakat atau pasien rawat jalan sebanyak 30 orang yang


berkunjung ke poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Berkah
Pandeglang

3.4 Teknik Keabsahan Data (Validitas dan Reliabilitas)

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut


biasanya menekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Hal
tersebut dilakukan untuk mendukung penelitian agar mudah
menganalisis data (Sugiyono, 2017: 268). Pada dasarnya uji
keabsahan data meliputi kepercayaan kredibilitas data (credibility),

27
keterahlian (transferability), ketergantungan (dependenbility), dan
kepastian (confirmability). Adapun uji keabsahan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji
credibility (uji kredibilitas). Uji kredibilitas merupakan uji dimana
peneliti mencari dan mengetahui tingkat kepercayaan terhadap
data yang diteliti. Uji keabsahan data dilakukan dengan cara
perpanjangan pengamatan, triangulasi maupun member check.

1) Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan


kredibilitas/kepercayaan data. Dengan perpanjangan
pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan untuk
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data
yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru.
Perpanjangan pengamatan berarti hubungan antara peneliti
dengan sumber data akan semakin terjalin, semakin akrab,
semakin terbuka, saling timbul kepercayaan sehingga
informasi yang diperoleh semakin banyak dan lengkap.

Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data


peneliti difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah
diperoleh. Data yang diperoleh setelah dicek kembali ke
lapangan benar atau tidak, ada perubahan atau masih tetap.
Setelah dicek di lapangan data yang diperoleh dipertanggung
jawabkan benar berarti kredibel, maka perpanjangan
pengamatan perlu diakhiri (Sugiyono, 2017: 270).

2) Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari


berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
yang peneliti lakukan dengan sumber data yang berbeda

28
(Sugiyono, 2017: 273).

(1) Triangulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan apa


yang dikatakan oleh informan dengan maksud agar data
yang diperoleh dapat dipercaya karena tidak hanya
diperoleh dari satu sumber saja yaitu subyek penelitian,
tetapi data juga diperoleh dari beberapa sumber lain.

(2) Triangulasi metode, yaitu dengan cara membandingkan


data hasil pengamatan, data hasil wawancara dengan isi
dokumen yang berkaitan. Dalam hal ini peneliti berusaha
mengecek kembali data yang diperoleh melalui wawancara.

3) Member check

Menurut Sugiyono (2017: 276) member check adalah


proses pengecekan data yang diberikan dari sumber data.
Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh dengan apa yang diberikan sumber data.

(1) Uji Reliabilitas

Dalam penelitian kualitatif uji reliabilitas dilakukan


dengan mengaudit keseluruhan proses penelitian. Caranya
dilakukan oleh validitor yang independen yaitu dosen
pembimbing skripsi untuk mengaudit keseluruhan aktivitas
peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti
mulai menentukan masalah, memasuki lapangan,
menentukan sumber data, melakukan analisis data,
melakukan uji keabsahan dan sampai kesimpulan harus
dapat ditunjukkan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2011),
jika peneliti tidak mempunyai dan tidak menunjukkan jejak
aktivitas lapangannya maka reliabilitas penelitiannya masih
diragukan.

29
3.5 Teknik Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data, seluruh data yang


terkumpul kemudian diolah oleh peneliti. Data dianalisis
menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan
mendeskripsikan secara menyeluruh data yang didapat selama
proses penelitian. Sugiyono (2017: 246) mengungkapkan bahwa
dalam mengolah data kualitatif dilakukan melalui tahap reduksi,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1) Reduksi

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti menemukan banyak


sekali data dari berbagai hasil pengumpulan. Semakin lama
peneliti turun ke lapangan, maka semakin banyak pula data
yang diperoleh. Untuk itu harus segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data. Mereduksi berarti merangkum, memilih
hal-hal pokok yang penting kemudian dicari tema dan polanya
(Sugiyono, 2012: 247). Pada tahap ini peneliti memilah
informasi mana yang relevan dan mana yang tidak relevan
dengan penelitian. Setelah direduksi data akan mengerucut,
semakin sedikit dan mengarah ke inti permasalahan sehingga
mampu memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
objek penelitian.

2) Penyajian Data

Setelah dilakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah


menyajikan data. Menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Menurut Sugiyono
(2017: 249) dengan menyajikan data, maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi. Dalam melakukan
penyajian data, selain dengan teks naratif juga dapat disajikan
dalam bentuk tabel, grafik, matrik dan uraian penjelasan yang
bersifat deskriptif.

30
Tahap ini dilakukan peneliti melalui pengolahan data yang
telah dihasilkan untuk mempersingkat dan memperjelas hasil
dari reduksi data sebelumnya, sehingga data yang disajikan
lebih sistematis dan terorganisir guna mempermudah dalam
memahami hasil penelitian.

3) Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir pengolahan data adalah penarikan kesimpulan.


Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya
masih remang-remang atau gelap sehingga diteliti menjadi
jelas, dapat berupa hubungan klausal atau interaktif, hipotesis
atau teori (Sugiyono, 2017: 253).

Sehingga dengan adanya kesimpulan, peneliti dapat menjawab


segala permasalahan yang telah difokuskan dari awal, tetapi hasil
tersebut masih bersifat sementara karena akan berkembang setelah
penelitian di lapangan. Setelah semua data tersaji permasalahan
yang menjadi objek penelitian dapat dipahami dan kemudian
ditarik kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian ini.

31
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, R. (2006). Asumsi Masyarakat Mengenai Keselamatan Pasien Pada

Masa Covid-19 di Rumah Sakit.

Edward III, George C (edited), (1984). Implementasi Kebijakan Publik. Jai Press
Inc,

London-England.

Sabatier, Paul. (1986). Pendekatan Top down and Bottom up Untuk Riset

Implementasi. Jurnal Kebijakan Publik.

Atmosudirdjo, S. Prajudi. (2007). Administrasi dan Manajemen Umum.

Jilid II. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Winarno, Budi. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media Pressindo

Yogyakarta.

Basuki, Sulistyo. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.

Daniel, Moehar. (2002). Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta, CV.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

Undang–Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan.

32

Anda mungkin juga menyukai