Abstrak
Banyaknya bangunan bertingkat di Pangkalan Kerinci memberikan keuntungan dalam hal ketinggian lokasi
untuk dibangun turbin angin, karena posisi yang lebih tinggi memiliki kecepatan angin yang lebih besar.
Tujuan penelitian ini menghasilkan data energi angin yang dapat dikonversi menjadi energi listrik di bangunan
bertingkat di Pangkalan Kerinci. Untuk mendapatkan kecepatan angin di lokasi penelitian, telah dilakukan
pengukuran menggunakan anemometer pada ketinggian 10 meter di atas permukaan tanah. Data hasil
pengukuran di lapangan diolah untuk mendapatkan besaran energi listrik yang dihasilkan pada ketinggian
tertentu. Perkiraan kecepatan angin rata-rata pada ketinggian 30 meter adalah 3,47 m/s, sedangkan daya listrik
yang dihasilkan dari sapuan rotor berdiameter 5 m adalah 248 watt per jam. Hasil tersebut tidak mencukupi
kebutuhan listrik untuk rumah tangga kecil sebesar 450 – 2200 VA.
PENDAHULUAN
Kebutuhan energi terus meningkat seiring berbagai sektor seperti pertanian, pendidikan,
dengan pertambahan jumlah penduduk di dunia. kesehatan, penerangan jalan, dan penggerak
Peningkatan kebutuhan energi terkadang tidak ekonomi masyarakat [1].
diiringi oleh peningkatan pembangunan sarana dan Konsep pemanfaatan energi angin sudah lama di
prasarana yang mendukung sehingga gunakan. Tercatat dalam suatu sumber energi angin
mengakibatkan beberapa tempat tidak mendapat telah digunakan pada masa Babilonia Kuno untuk
pasokan listrik yang cukup. Saat ini, Pemerintah kebutuhan irigasi, sedangkan pada sumber lain
terus mendorong pemanfaatan energi terbarukan pemanfaatan energi angin pertama kali berasal dari
dalam memenuhi kebutuhan energi nasional dalam India [2].
Diterima : 30 Oktober 2017, direvisi : 19 Februari 2018, disetujui terbit : 14 Desember 2018 23
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 18 No. 1 Juni 2019 : 23 – 28
24
Potensi Energi Angin Di Atas Bangunan Bertingkat Di Pangkalan Kerinci,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau
Tabel 1. Kecepatan angin di lokasi penelitian power law [8]. Model persamaan power law ditulis
pada ketinggian 10 meter di atas permukaan
dalam bentuk sederhana sebagai berikut [8] [9]:
tanah
Waktu Kecepatan Waktu Kecepatan 𝑈𝑈(𝑧𝑧) 𝑧𝑧 𝛼𝛼
(m/s) (m/s) =� � (1)
𝑈𝑈(𝑧𝑧𝑧𝑧) 𝑧𝑧𝑧𝑧
07.00 2,5 12.30 2,4
07.30 2,5 13.00 0,9
U(z) = Kecepatan angin pada ketinggian z
08.00 3,2 14.30 2,5
08.30 3 14.00 2,5
09.00 2,7 14.30 3,4 U(zr) = Referensi kecepatan angin yang
09.30 2,4 15.00 3,3
10.00 2,6 15.30 2,8 diketahui pada ketinggian zr
10.30 3,1 16.00 2,3
11.00 2,9 16.30 3,4 Eksponen α pada persamaan (1) dipengaruhi oleh
11.30 2,8 17.00 3,4
12.00 2,8 17.30 1,2 Roughness Length (z0) yang bisa didapat
12.30 2,4 18.00 1,5 menggunakan persamaan (2).
25
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 18 No. 1 Juni 2019 : 23 – 28
Tabel 3. Kecepatan angin pada ketinggian 10, 15, tergantung dari desain turbin angin. Untuk
20, 25, dan 30 meter menggunakan persamaan
mengetahui nilai efisiensi optimal pada berbagai
power law
jenis turbin angin dapat menggunakan grafik pada
Kec. angin pada ketinggian : (m/s)
Pukul Gambar 1.
10m 15m 20m 25m 30m
7.00 2.5 2.77 2.98 3.16 3.31
7.30 2.5 2.77 2.98 3.16 3.31
8.00 3.2 3.55 3.82 4.04 4.24
8.30 3 3.33 3.58 3.79 3.97
9.00 2.7 2.99 3.22 3.41 3.58
9.30 2.4 2.66 2.87 3.03 3.18
10.00 2.6 2.88 3.10 3.29 3.44
10.30 3.1 3.44 3.70 3.92 4.11
11.00 2.9 3.22 3.46 3.67 3.84
11.30 2.8 3.11 3.34 3.54 3.71
12.00 2.8 3.11 3.34 3.54 3.71
12.30 2.4 2.66 2.87 3.03 3.18 Gambar 1. Tip Speed Ratio dan Cp berbagai
13.00 0.9 1.00 1.07 1.14 1.19 bentuk turbin angin [10]
14.00 2.5 2.77 2.98 3.16 3.31
14.30 3.4 3.77 4.06 4.30 4.50 Pada grafik Gambar 1 terlihat nilai efisiensi
15.00 3.3 3.66 3.94 4.17 4.37 optimal pada turbin modern three-blade sebesar
15.30 2.8 3.11 3.34 3.54 3.71 0,46 (46%). Untuk menghitung energi angin yang
16.00 2.3 2.55 2.75 2.91 3.05
dapat dikonversi menjadi energi listrik, digunakan
16.30 3.4 3.77 4.06 4.30 4.50
persamaan (3) [11].
17.00 3.4 3.77 4.06 4.30 4.50
17.30 1.2 1.33 1.43 1.52 1.59 1
𝑃𝑃 = ρA𝑉𝑉 3 𝐶𝐶𝑝𝑝 (3)
18.00 1.5 1.66 1.79 1.90 1.99 2
Terendah 1.00 1.07 1.14 1.19 P = daya dalam angin (watt)
Tertinggi 3.77 4.06 4.30 4.50
A = luas area sapuan rotor (m2)
rata-rata 2.90 3.13 3.31 3.47
Ρ = Densitas udara =1,225 kg/m3
V = Kecepatan angin (m/s)
Konversi Energi Angin
Luas area sapuan rotor menggunakan
Angin memiliki energi yang dapat
persamaan (4) dengan r adalah panjang blade (m).
dikonversi menjadi listrik. Daya angin
berbanding lurus dengan kerapatan udara. A = πr 2 (4)
Berdasarkan Betz' Law, energi angin tidak bisa Kecepatan angin rata-rata pada ketinggian
dikonversi melebihi 16/27 (59,3%) dari energi 30 meter adalah 3,35 m/s, dengan kecepatan
kinetik [10]. Secara teori, power efficiency tertinggi 4,35 m/s dan terendah 1,15 m/s. Energi
maksimum yang dihasilkan dari berbagai macam listrik yang dihasilkan dari angin di Pangkalan
desain turbin adalah 0,59 yang disebut dengan Kerinci dengan menggunakan nilai Cp sebesar
power coefficient (Cp). Nilai efisiensi optimal 0,46 dapat dilihat pada Tabel 4.
26
Potensi Energi Angin Di Atas Bangunan Bertingkat Di Pangkalan Kerinci,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau
Tabel 4. Potensi listrik yang dihasilkan dari menggerakkan turbin bervariasi dan dipengaruhi
berbagai ukuran blade pada ketinggian 30 meter
oleh teknologi yang digunakan. Dalam
menggunakan turbin modern three-blade
perencanaan pembangunan turbin angin harus
P (watt)
Kecepatan
(m/s) r= r= r= r= r= mempertimbangkan sumber daya angin yang
1m 1,5 m 2 m 2.5 m 3m
tersedia. Teknologi turbin angin yang tersedia
3.31 29 66 118 184 265
3.31 29 66 118 184 265 umumnya memiliki persyaratan kecepatan angin
4.24 62 139 248 387 557 minimum (cut-in) agar bisa menghasilkan energi
3.97 51 114 203 318 458 yang optimal.
3.58 37 84 149 233 336
Dilihat dari besar energi listrik yang
3.18 26 59 105 163 235
3.44 33 74 132 207 298 dihasilkan pada tabel 4, terdapat range yang besar
4.11 56 127 226 353 508 antara daya listrik maksimum dengan minimum.
3.84 46 104 184 288 414 Pada waktu tertentu, energi listrik yang dihasilkan
3.71 41 93 166 259 373
turbin dengan sapuan rotor berdiameter 5 meter
3.71 41 93 166 259 373
3.18 26 59 105 163 235 mencapai 463 watt / jam, sedangkan di waktu yang
1.19 1 3 5 9 12 lain energi listrik yang dihasilkan hanya 9 watt /
3.31 29 66 118 184 265
jam. Dalam kondisi ini, turbin angin tidak bisa
4.5 74 167 296 463 666
4.37 68 153 271 424 610
beroperasi maksimal.
3.71 41 93 166 259 373
3.05 23 52 92 144 207 KESIMPULAN DAN SARAN
4.5 74 167 296 463 666 Kesimpulan
4.5 74 167 296 463 666 Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
1.59 3 7 13 20 29
Angin tidak cocok di Pangkalan Kerinci, karena
1.99 6 14 26 40 58
Tertinggi 74 167 296 463 666 rata-rata kecepatan angin rendah dan terdapat
Terendah 1 3 5 9 12 rentang yang besar antara kecepatan maksimum
Rata-rata 40 89 159 248 358 dengan minimum. Pada waktu tertentu kecepatan
Untuk mengetahui kecepatan angin yang angin pada ketinggian 30 meter mencapai 4,50
lebih akurat diperlukan pengukuran pada beberapa m/s, sedangkan di waktu yang lain kecepatan
lokasi dengan waktu pengukuran lebih dari angin hanya 1,19 m/s. Energi listrik rata-rata yang
setahun. Namun, dalam penelitian ini dengan dihasilkan cukup kecil yaitu 248 Watt, sehingga
pengambilan data yang cukup singkat telah tidak mencukupi kebutuhan listrik untuk rumah
memberikan hasil kecepatan angin yang sangat tangga kecil sebesar 450 – 2200 VA [12].
rendah.
Saran
Aplikasi Teknologi Turbin Angin Potensi energi angin di Pangkalan Kerinci
Turbin angin membutuhkan kecepatan tidak cukup memadai, sehingga perlu dilakukan
angin yang cukup untuk menghasilkan listrik. penelitian potensi energi surya guna mendukung
Kecepatan angin yang diperlukan untuk pemanfaatan energi terbarukan dalam penyediaan
27
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 18 No. 1 Juni 2019 : 23 – 28
energi listrik. Berdasarkan data tahun 2012, [6] National Renewable Energy Laboratory,
penyinaran matahari di Provinsi Riau cukup besar 2004. Small Wind Electric Systems, U.S.
yaitu 45,7 % [13], sehingga diharapkan energi Department of Energy,
listrik yang dapat dibangkitkan lebih baik https://www.nrel.gov/docs/fy04osti/36432.
dibandingkan dari energi angin. pdf, (accessed September 10, 2017).
[7] Wharton, Sonia, and Julie K. Lundquist.
UCAPAN TERIMAKASIH 2012. Atmospheric stability affects wind
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan turbine power collection. Environmental
terima kasih atas dukungan, bimbingan dan Research Letters 7 (1): 014005.
bantuannya dalam penelitian ini kepada : [8] A,”.Holmes, John D. 2015. Wind loading of
1. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan structures. CRC press
Daerah Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. [9] Manwell, James F., Jon G. McGowan, and
2. Teman-teman dan seluruh pihak yang Anthony L. Rogers. 2010. Wind energy
membantu dalam penulisan karya tulis ini. explained: theory, design and application.
John Wiley & Sons.
DAFTAR PUSTAKA [10] Patel, Mukund R. 2005. Wind and solar
[1] ESDM, Kementerian, 2017. Peraturan power systems: design, analysis, and
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral operation. CRC press.
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2016 [11] Stiebler, Manfred. 2008. Wind energy
tentang Tarif Tenaga Listrik yang systems for electric power generation.
disediakan Oleh PT. Perusahaan Listrik Springer Science & Business Media.
Negara (Persero). Jakarta: Kementrian [12] ESDM, Kementerian, 2017. Peraturan
ESDM. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
[2] Mathew, Sathyajith. 2006. Wind energy: Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017
fundamentals, resource analysis and tentang Pemanfaatan Sumber Energi
economics. Vol. 1. Berlin: Springer. Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga
[3] BPS Kabupaten, Pelalawan, 2016. Listrik. Jakarta: Kementrian ESDM.
Kecamatan Pangkalan Kerinci Dalam [13] Balitbang Provinsi, Riau, 2013. DED
Angka 2016. Pangkalan Kerinci: Badan Teknologi Hybrid Tenaga Angin Dan
Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan. Matahari Untuk Memenuhi Kebutuhan
[4] Wagner, Hermann-Josef, and Jyotirmay Energi Listrik Di Desa Teluk Meranti,
Mathur. 2013. Introduction to wind energy Kabupaten Pelalawan Sebagai Wilayah
systems: basics, technology and operation. Wisata Alam Bono. Pekanbaru: Badan
Springer Science & Business Media. Penelitian dan Pengembangan Provinsi
[5] G. L. Johnson. 1985. Wind energy systems. Riau.
Prentice-Hall. .
28