Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV SEMESTER 3A

1. M. IBNU HIBBAN : 19110012


2. REZA SAPUTRI : 19110019
3. DESI PERMATASARI : 19110020
4. PUTRI MAHARANI V.C : 19110026

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
TAHUN 2020/2021

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI


PERCOBAAN I
PENGENALAN ALAT PRAKTIKUM DAN SIMPLISIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK IV 3A

1. M. IBNU HIBBAN : 19110012


2. REZA SAPUTRI : 19110019
3. DESI PERMATASARI : 19110020
4. PUTRI MAHARANI V.C : 19110026

JADWAL PELAKSANAAN

HARI/TANGGAL : 22/12/2020
DOSEN PEMBIMBING : Sabda Wahab S.Farm., M.H

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
TAHUN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena rahmat dan
perkenaan-Nyalah sehingga Laporan Pengenalan Alat Praktikum dan Simplisia ini
dapat penyusun selesaikan. Dalam penyusunan laporan ini, tak lupa penyusun
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung ikut membantu dalam penyelesaian laporan ini yaitu :
1. Terima Kasih kepada orang tua tercinta yang selalu memberikan restu dan
doa serta semangat kepada penyusun dalam penyelesaian laporan ini.
2. Terima Kasih kepada para dosen yang telah banyak memberi masukkan
baik teori maupun bimbingan sehingga itu semua dapat membantu
penyusun selama proses praktikum hingga selesai.
3. Terima Kasih kepada teman-teman seperjuangan khususnya para anggota
kelompok yang ikut serta dalam pengerjaan laporan ini.
Penyususn menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan untuk menyusun laporan
berikutnya agar bisa lebih baik lagi.
Penyusun mengharapkan biarlah laporan yang sederhana ini nantinya
dapat berkembang untuk jauh lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat bagi
para pembacanya. Penyusun juga berharap agar kita semua dapat terus belajar dan
juga mengembangkan potensi yang ada pada setiap individu masing-masing untuk
sebuah pencapaian yang maksimal di kemudian hari. Amin.

Palembang, 28 November 2020

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya seorang praktikan yang akan melakukan
praktikum harus menguasai prosedur-prosedur keamanan ataupun
prosedur-prosedur pemakaian alat dan bahan yang ada di
laboratorium. Karena alat-alat dan juga bahan kimia yang ada di
laboratorium semuanya memiliki prosedur kerja atau prosedur
pemakaian yang sudah ditetapkan pada saat masa produksi alat
ataupun bahan tersebut. Para praktikan wajib mengetahui tentang
prosedur tersebut guna meminimalisir kecelakaan kerja di
laboratorium pada saat praktikum.
Didalam laboratorium biasanya alat-alat dan juga bahan-
bahan yang disimpan dikelompokkan berdasarkan fungsi, cara kerja,
tekstur, bahkan karakteristik dan juga bahaya dari alat ataupun bahan
tersebut dikelompokkan guna mempermuda praktikan dalam proses
praktikum dan juga pembelajaran pengenalan alat-alat ataupun bahan
kimia yang ada di laboratorium. Didalam laboratorium terdapat
berbagai macam alat yang biasanya digunakan dalam praktikum yang
maka dari itu praktikan harus teliti dan berhati-hati dalam pemakaian
alat tersebut dan harus sesuai dengan prosedur kerja yang sudah
ditetapkan. ( Pamungkas, E, 2009 )

Selain bahan kimia kadang kala ada bahan alam juga yang
disimpan didalam laboratorium. Bahan alam yang disimpan di dalam
laboratorium biasa berbentuk serbuk atau pun non serbuk. Bahan
alam yang dikeringkan ini disebut dengan simplisia. Simplisisa
sendiri adalah bahan alam yang berasal dari nabati, hewani, ataupun
mineral yang dikeringkan dan diambil bagiannya yang berkhasiat
obat dalam keadaan murni dan belum mengalami proses apapun serta
bebas dari serangga, kotoran, fragmen, batu, bahan asing, cendawan,
lender, atau pengotoran lainnya serta harus bebas racun ataupun tidak
boleh berbahaya jika digunakan sebagai obat baik simplisisa nabati,
hewani ataupun mineral ( Depkes RI. 1995 ).

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan dapat mengetahui
berbagai macam contoh simplisia dan juga mengetahui alat-alat praktikum
yang digunakan dalam praktikum Farmakognosi.

C. MANFAAT PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam jenis simplisia serta
mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam jenis alat dan bahan yang ada
di laboratorium serta mahasiswa dapat memahami cara kerja penggunaan alat
tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MIKROSKOP
1. Pengertian
Pada saat melakukan pengamatan khususnya mengamati
bagian-bagian yang tidak bisa dilihat langsung menggunakan mata
maka alat yang tepat untuk membantu proses pengamatan ini
adalah mikroskop. Mikroskop adalah suatu alat yang digunakan
untuk memperbesar atau melihat benda-benda kecil atau specimen
yang diteruskan ke retina mata ataupun perangkat lainnya.
Mikroskop ditemukan oleh Antonie Van Leeuwenhoek
namun sebelum itu Robert Hook dan juga Marcello Malphigi telah
melakukan penelitian menggunakan lensa yang sederhana lalu
lensa sederhana tersebut dikembangkan oleh Antonie Van
Leewenhoek supaya menjadi kompleks agar dapat mengamati
bakteri, protozoa ataupun berbagai makhluk kecil lainnya
(Murphy, 2001).
2. Macam-macam mikroskop
Berdasarkan penampakan objek yang diamati yaitu
Mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya), Mikroskop tiga
dimensi (mikroskop stereo), Mikroskop electron.
a. Mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya).
Mikroskop ini memiliki ukuran perbesaran
hingga 1000x, memiliki tiga lensa yaitu lensa
objektif, lensa okuler dan juga lensa kondensor.
Pada lensa okuler bisa berbentu tunggal
(monokuler) dan ganda (binokuler). Pada bagian
bawah terdapat lensa objektif yang bisa dipasang
tiga lensa atau lebih sedangkan lensa kondensor
digunakan untuk menerangi objek maupun lensa-
lensa lainnya.
b. Mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo)
Mikroskop ini digunakan untuk benda-benda
yang relative besar, perbesaran pada mikroskop ini
juga hanya sekitar 7-30 kali saja. Untuk lensa yang
digunakan sama dengan mikroskop cahaya tadi
yaitu lensa objektif, lensa okuler, dan juga lensa
kondensor. Perbedaannya ialah mikroskop stereo
memiliki ketajaman lensa yang jauh lebih tinggi
dari mikroskop cahaya, sumber cahaya berasal dari
atas sehingga benda-benda tebal dapat diamati,
perbedaan lensa okuler yaitu sebesar 10 kali, lensa
okuler 0.7-3 kali.
c. Mikroskop electron
Mikroskop jenis ini dapat melakukan
pembesaran hingga 100.000 kali, electron sendiri
digunakan sebagai pengganti cahaya. Mikroskop
jenis ini memiliki dua tipe yaitu mikroskop
elektroning scanning (SEM)dan juga mikroskop
elektronik transmisi (TEM) (Campbell, 2010,
Sulfiani, 2012).

3. Komponen-komponen mikroskop
a. Kaki
Berfungsi untuk menopang dan memperkokoh
kedudukan mikroskop.
b. Lengan
Lengan digunakan untuk memegang mikroskop
pada saat proses pemindahan mikroskop dari satu
tempat ke tempat yang lainnya.
c. Kondensor
Tersusun dari lensa gabungan yang bertugas untuk
mengumpulkan sinar.
d. Diafragma
Berfungsi untuk mengatur banyaknya sinar atau
cahaya yang masuk.
e. Meja preparate
Tempat meletakkannya preparate (objek) yang akan
diamati. Meja preparate dapat diatur sedemikian
rupa guna mempermuda proses penelitian.

f. Tabung
Tempat melekatnya para lensa obyektif, lensa
okuler.
g. Lensa objektif
Bekerja dalam pembentukan bayangan pertama,
serta mentukan struktur dan bagian renik yang
terlihat di bayangan akhir.
h. Lensa okuler
Berfungsi untuk memperbesar bayangan yang
dihasilkan oleh lensa obyektif.
i. Pengatur kasar dan halus
Berfungsi untuk mengatur kedudukan lensa obyektif
terhadap objek yang akan diihat (Campbell, 2008)

B. SIMPLISIA
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisisa nabati adalah simplisia yang
berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman.
Eksudat tanaman adalah inti sel yang secara tidak langsung keluar
dari bagian tanaman yang belum mengalami pengolahan apapun dan masih
berupa zat murni. Simplisia hewani adalah simplisia yang diambil dari
hewan utuh atau bagian hewan yang berkhasiat obat dan belum mengalami
proses apapun dan masih dalam zat murni (Materi Medika Indonesia Jilid
III, 1979).
1. Jenis-jenis simplisia:
a. Simplisia nabati: simplisia yang berupa tumbuhan utuh,
bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau
isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya
dan belum berupa senyawa kimia murni
b. Simplisia hewani.
c. Simplisia pelikan (mineral)
Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang tidak
mengandung bahaya kimia, mikrobiologis, dan bahaya fisik, serta mengandung
zat aktif yang berkhasiat. Ciri simplisia yang baik adalah dalam kondisi kering
(kadar air < 10%), untuk simplisia daun, bila diremas bergemerisik dan berubah
menjadi serpihan, simplisia bunga bila diremas bergemerisik dan berubah menjadi
serpihan atau mudah dipatahkan, dan simplisia buah dan rimpang (irisan) bila
diremas mudah dipatahkan. Ciri lain simplisia yang baik adalah tidak berjamur,
dan berbau khas menyerupai bahan segarnya (Herawati, Nuraida, dan Sumarto,
2012).

1. Kayu Secang (Caesalpinia Sappan)


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Spermathophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Family : Caesalpiniaceae
Genus : Caesalpina
Spesies : Ceasalpinia Sappan L.
(Tjitrosoepomo, 1994 dalam
fadliah, 2014)

b. Nama Daerah
Nama Latin : Caesalpinia Sappan
Nama : Seupeng (Aceh), Sopang
Daerah (Batak), Cacang (Minang Kabau),
Kayu Sema (Manado), Sunyiha
(Ternate) dan roro (Tidore).
(Direktorat Obat Asli Indonesia,
2008)

c. Morfologi
Tumbuhan secang dapat ditemukan pada
daerah tropis,tumbuhan pada ketingian 500-1000 m
dpl (Astina, 2010). Habitus berupa tumbuhan semak
atau perdu, tingginya 5 – 10 M .Batang berkayu,
bulat dan berwarna hijau kecoklatan. Pada batang
dan percabangannya, terdapat duri-duri tempel yang
berbentuknya bengkok dan letaknya tersebar
(Harina, 2006).

Cabang memiliki lentisal (Direktorat Obat


Asli Indonesia, 2008). Akar tunggang berwarna
coklat, sedangkan daunnya bentuk menjemuk
menyirip ganda dengan panjang daun 25-40 cm,
jumlah anak daun tidak bertangkai, bentuk
lonjong,panjang 10 – 25 mm, dan lebar 3 – 11 mm
(Direktorat Obat Asli indonesia, 2008)

d. Kandungan Kimia
Kandungan branzilin pada kayu secang
dapat menghambat protein inhibitor apoptosi
survivin dan terlibat dalam aktivitas caspase 3 dan
caspase 9, sehingga dapat mengobati penyakit
kanker. Ekstrak methanol, n butanol serta klorofrom
dari kayu secang dapat membunuh sel kanker
( Zhong et al ,2009 )

e. Manfaat
Manfaat dari kayu secang adalah sebagai
minuman herbal untuk kesehatan dan mengobati
penyakit, sebagai obat diare, malaria, tumor, sifilis
(Anariawati, 2009), penawar racun, katarak, maag,
masuk angin, dan kelelahan (Rahmawati, 2011)

2. Lada (Piper Nigrum)


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper Nigrum

b. Nama Daerah
Nama Latin : Piper Nigrum
Nama : Raro (Mentawai), Sakang
Daerah Kembang (Madura), Rica
Tamelo (Tidore).
c. Morfologi
Bentuk daun dari tanaman lada, rata-rata
berbentuk bulat oval serta di ujung-ujungnya atau di
pucuknya akan meruncing. Daun dari tanaman lada
termasuk dalam kategori jenis daun tunggal. Mereka
memiliki tangkai dengan panjang sampai dengan 5
cm. Daun dari tanaman lada, memiliki satu warna
yakni berwarna hijau tua.
d. Kandungan Kimia
Mengandung karbohidrat, protein, lemak,
tannin, fenol dan kumarin.
e. Manfaat
Dapat digunakan untuk obat asma, haid tidak
teratur,, masuk angin, flu, demam, batuk, kurap
serta dapat mengatasi iritasi kulit (TOI, jilid 1)

3. Tapak Dara (Catharanthus Roseus L)


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Family : Apocynacaeae
Genus : Catharanthus
Spesies : Catharanthus roseus

b. Nama Daerah
Nama Latin : Catharanthus Roseus L
Nama : rutu-rutu (Sumatera), Kembang
Daerah Sari Cina (Jawa), Tapak Lima
(Bali).
c. Morfologi
Tanaman herba yang tumbuh hingga 1
meter, daunnya berwarna hijau berbentuk lonjong
dan bunganya memiliki 5 helai mahkota bentuk
terompet, memiliki aneka warna bunga ada yang
merah muda, putih atau putih ada bercak merah
ditengah (Dalimartha, 1999; Pandiangan dan
Nainggolan, 2006; lombonbitung et al., 2015)
d. Kandungan Kimia
Asam fenolik, flavonoid dan alkaloid (Aruna et al.,
2015)
e. Manfaat
Mengatasi malaria, sembelit, diuretic,
diabetes militus, hipertensi dan anti kanker
(Dalimartha, 1999; Jaleel et al., 2009)

4. Cabe Jawa (Piper Reftrofractum. Vahl)


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper etrofractum Vahl
b. Nama Daerah
Nama Latin : Piper Reftrofractum. Vahl
Nama : Cabe Sula (Jawa), Cabe Solah
Daerah (Madura), Cabian (Sulawesi)
c. Morfologi
Batang cabe jawa mirip seperti lada
mempunyai pembuluh kayu dan pembuluh tipis,
memiliki cabang buah dengan jumlah 5-7
buah/cabang (Nuryani, 1996). Daunnya berbentuk
sulur buah, lebar dan lanset, berwarna hijau hingga
hijau tua (Rostiana et al., 2005). Buahnya beraneka
ragam ada yang bulat ada yang lonjong, pipih dan
kecil (Rostiana et al., 2005).
d. Kandungan Kimia
Piperin, oleoresin dan minyak atsiri (Rostiana et al.,
2005).
e. Manfaat
Sebagai obat hipertensi, cholera, lemah sahwat,
bronchitis, sesak napas dan flu (Sa’roni et al., 1992)

5. Sirih (Piper Betle. L.)


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper Betle. L.

b. Nama Daerah
Nama Latin : Piper Betle. L.
Nama : Ureuh (Sunda), Sedah (Jawa),
Daerah Ranub (Aceh) (Sugumaran,dkk
2011)
c. Morfologi
Tanaman memanjat dengan tinggi 5-15 cm, daun
berbantu bulat telur atau lonjong panjang 5-18 cm
lebarnya 2.5-10.5 cm, berbiji bulat (Sugumaran,dkk
2011)
d. Kandungan Kimia
Saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri
(Sugumaran,dkk 2011)
e. Manfaat
Sebagai obat batuk, obat bisul, obat sariawan, obat
sakit mata (Sugumaran,dkk 2011)

6. Brotowali (Trinospora Crispa. L )


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Spermathophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiale
Family : Euphorbiaceae
Genus : Tinospora
Spesies : Tinospora crispa (L.) Miers

b. Nama Daerah
Nama Latin : Trinospora Crispa. L
Nama : Putrawali (Jawa), Antawali
Daerah (Bali).
c. Morfologi
Brotowali merupakan perdu yang
pertumbuhannya memanjat. Tinggi batang dapat
mencapai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking,
berbintil-bintil rapat, rasanya pahit. Daun brotowali
merupakan daun tunggal, berbentuk jantung dengan
ujung meruncing, tepi daun rata, tulang daun
menjari, berwarna hijau muda.
Panjang daun 7 – 12 cm dan lebar 5 – 10 cm.
Panjang tangkai daun 3 – 11 cm dengan pangkal
bengkok dan membesar. Bunga brotowali berwarna
hijau keputihan dan berbentuk tandan semu
(Permadi, 2008).

d. Kandungan Kimia
Alkaloid, berberin, damar lunak, pati, glikosida,
pikroretosid, harsa, zat pahit pikroretin,
tinokrisposid, palmatin, kolumbin, dan kaokulin
atau pikrotoksin (Kresnady, 2003).
e. Manfaat
Tanaman ini digunakan untuk membantu
mengobati hipertensi, dapat mengontrol diabetes,
mengatasi penyakit kulit, serta dapat melawan
alergi, dapat menyembuhkan berbagai jenis
penyakit. Brotowali dapat memberikan efek
farmakologis, yaitu analgesik, anti-inflamasi,
antikoagulan, tonikum, antiperiodikum dan diuretik.
Akar brotowali mengandung senyawa
antimikroba berberin dan kolumbin (Dweck, 2006).
Menurut penelitian Rahayu et al. (2004) batang
brotowali yang direbus dan diminum airnya dapat
berfungsi sebagai tonikum (menjaga kesehatan
secara umum) dalam tubuh manusia.

7. Kumis Kucing (Orthosipon Stamineus Benth)


a. Klasifikasi
Kingdom : -
Division : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae / Solanales
Family : Labiatae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon stamineus Benth
(Van Steenis, 1947).

b. Nama Daerah
Nama Latin : Orthosipon Stamineus Benth
Nama : kumis kucing (Sunda),
Daerah remujung (Jawa), se
saleyan (Madura) songot
koceng (Madura) (Heyne,
1987).

c. Morfologi
Tanaman kumis kucing biasanya tumbuh di
sepanjang anak sungai atau selokan. Atau biasanya
ditanam di pekarangan rumah untuk digunakan
sebagai tanaman obat keluarga, karena kumis
kucing memiliki banyak khasiat dan mudah ditanam
yaitu dengan cara menebar biji atau setek batang.
Tanaman ini dapat ditemukan di dataran rendah
pada ketinggian ± 700 m di atas permukaan
laut.Tanaman kumis kucing tumbuh tegak dengan
tinggi antara 50-150 cm.
Batang berkayu, segi empat agak beralur,
beruas, bercabang, berambut pendek atau gundul,
berakar kuat. Daun tunggal, bulat telur, elips atau
memanjang, berambut halus, tepi bergerigi, ujung
dan pangkal runcing, tipis, panjang 2-10 cm, lebar
1-5 cm, warna hijau. Bunga majemuk dalam tandan
yang keluar di ujung percabangan, berwarna ungu
pucat atau putih, benang sari lebih panjang dari
tabung bunga.

Buah berupa nuah kotak, bulat telur, masih


muda berwarna hijau, setelah tua berwarna
coklat.Biji kecil, masih muda berwarna hijau,
setelah tua berwarna hitam

d. Kandungan Kimia
Minyak atsiri, senyawa fenolik (Sudarsono
dkk., 1996)., salvigenin, circimaritrin, piloin,
rhamnazin, trimethilapigenin. Kandungan lain pada
tanaman ini antara lain asam kafeat dan turunannya
(contoh asam rosmarat) inositol, fitosterol (contoh
β-sitosterol) dan garam kalium (Barnes et al., 1996).
e. Manfaat
Tanaman kumis kucing mempunyai banyak
manfaat untuk pengobatan, antara lain sebagai
antiradang, peluruh kencing (diuretik),
menghilangkan panas dan lembab, serta
menghancurkan batu saluran kencing

8. Daun Salam (Syzgium Polyanthum)


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum

b. Nama Daerah
Nama Latin : Syzgium Polyanthum
Nama : Salam (Sunda, Jawa, Madura)
Daerah Gowok (Sunda) Manting (Jawa)
Kastolam (Kangean, Sumenep)
Meselengan (Sumatera)

c. Morfologi
Berukuran sedang, mencapai tinggi 30 m
dan gemang 60 cm. Pepagan (kulit batang)
berwarna coklat abu-abu, memecah dan bersisik.
Berbentuk simpel, bangun daun jorong, pangkal
daunnya tidak bertoreh dengan bentuk bangun bulat
telur (ovatus), runcing pada ujung daun, pangkal
daun tumpul (obtusus).

Terdapat tulang cabang dan urat daun, daun


bertulang menyirip (penninervis), tepi daun rata
(integer). Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus),
berkayu (lignosus) biasanya keras dan kuat, bentuk
batangnya bulat (teres), permukaan batangnya
beralur (sulcatus), cara percabangannya
monopodial.

d. Kandungan Kimia
Senyawa yang terkandung di dalam daun
salam yaitu minyak atsiri (sitral dan eugenol), tanin,
flavonoid. Senyawa bioaktif dalam daun salam
dapat bersifat bakterisidal, bakteriostatik, fungisidal,
dan germinal ataau menghambat germinal spora
bakteri (Kusumaninggrum, 2013).

e. Manfaat
Syzygium polyanthum biasanya digunakan untuk
menghentikan diare, gastritis, diabetes mellitus, gatal,
astringen, dan kudis. Pinatih et al., (2011)
9. Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Division : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua
/ dikotil)
Ordo : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii

b. Nama Daerah
Nama Latin : Cinnamomum burmannii
Nama : keningar (jawa), katuk (Bali).
Daerah

c. Morfologi
Tanaman kayu manis tumbuh menahun
(perenial),berbebtuk semak perdu ketinggian antara
2.5 m sampai 5 m,dan menurut susunan morf
ologinya tanaman kayu manis terdiri atas
akar,batang daun bunga,buah,dan biji. Sistem
perakaran tanaman kayu manis menyebar kesegala
arah dan dapat mencapai kedalaman antara 30 cm
sampai 50 cm. Batang tanaman kayu manis tegak
dan berkayu. Pada stadium muda batang tanaman
berwarna hijau dan setelah tua berubah menjadi
kelabu keputih – putihan.

Tanaman kayu manis cukup tahan terhadap


perlakuan mekanis,misalnya pemangkasan. Bila
ujung batang di pangkas maka pada bagian bekas
pangkasan akan tumbuh tunas baru yang berbentuk
percabangan,dengan tata letak agak jarang.
Tanaman kayu manis mempunyai daun majemuk
genap,berukuran kecil,berbentuk bulat seperti daun
kelor,dan tersusun dalam tangkai daun anak daunlur
deng berbentuk bulat ujung lancip, struktur tipis
dengan pangkal tumpul, dan bagian tepi rata,
permukaan atas daun berwarna hijau gelap,
sedangkan permukaan bawah daun berwaarna hijau
muda.
Tanaman kayu manis setiab tahun
berbunga,bunga tanaman berukuran kecil,berwarna
merah gelap sampai kekuning – kuningan dengan
bintik - bintik merah gelap. Serta mempunyai
kelopak bunga yang keras dan berwarna putih
kemerah – merahan.

d. Kandungan Kimia
cinnamaldehyde, eugenol, trans-cinnamic
acid; kelompok senyawa fenol; tannins; catechins;
oligomeric proanthocyanidins; limonene dan alpha-
terpineol; pinene; calcium monoterpenoid oxalates;
gum; mucilages; resins; starch; complex sugars.

e. Manfaat
Sebagai obat pemurnian darah, diabetes,
infeksi, jantung, gangguan pencernaan dan
dapat pula digunakan sebagai parfum
(Santoso,Hieronimus Hadi.1998).

10. Cengkeh (Syzygium Aromaticum)


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Marga : Eugenia
Spesies : Syzygium aromaticum L.

b. Nama Daerah
Nama Latin : Syzygium Aromaticum
Nama Daerah : Cengkeh (indonesia, jawa,
sunda), bungeu lawang (gayo),
gamode (halmahera,tidore),
cangkih (lampung), wunga
lawang (bali), cengke (bugis),
sinke (flores), canke (ujung
padang), sake (nias). (haditomo,
2010).

c. Morfologi
Akar Tunggang, batang Keras berkayu
bercabang. Bentuk bulat (teres) dan memiliki
permukaan kasar. Daun kaku bentuk lanset, warna
pangkal daun hijau suram, dan bergradasi ke kuning
lalu jingga ke ujungnya. Bunga majemuk tak
berbatas malai rata (corymbus rasomus), muncul
pad ujung ranting daun (flos terminalis) dengan
tangai pendek.
Buah termasuk kedalam buah buni dengan
panjang 2-2,5 cm warna merah sampai merah
kehitaman, Biji berwarna coklat berukuran ± 4 mm
(Tjitrosoepomo, 2005).

d. Kandungan Kimia
Tanin, asam galotanat, metil salisilat (suatu zat
penghilang nyeri), asam krategolat, beragam
senyawa flavonoid (yaitu eugenin, kaemferol,
rhamnetin, dan eugenitin), berbagai senyawa
triterpenoid (yaitu asam oleanolat, stigmasterol, dan
kampesterol), serta mengandung berbagai senyawa
seskuiterpen.
e. Manfaat
Sebagai anti bakteri, analgesic, obat jantung,
melawan kanker, mencegah inflamasi, obat mual,
kembung, serta pengusir nyamuk.

11. Kayu Cendana (Santalum Album L)


a. Klasifikasi
Division : Spermatophyta
Sub Division : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Santalales
Family : Santalaceae
Genus : Santalum
Spesies : Santalum album Linn.
Holmes (1983)

b. Nama Daerah
Nama Latin : Santalum Album L
Nama : hau meni (Timor), ai nitu, ai
Daerah salun, ai sarun, ai kamelin
(Sumba).

c. Morfologi
Rudjiman (1987) menyimpulkan bahwa
Santalum album L. termasuk model arsitektur
ROUX. Bentuk bunga seperti payung menggarpu
atau malai, dengan hiasan bunga seperti tabung,
berbentuk lonceng dan panjangnya ± 1 mm, yang
pada awalnya berwarna kuning, kemudian berubah
menjadi merah gelap kecoklat-coklatan. Inti kayu
(empulur) cendana keras, serat-seratnya rapat,
berwarna cokelat kekuningkuningan. Gubalnya
berwarna putih dan tidak berbau.

d. Kandungan Kimia
Tanaman cendana tergolong tanaman yang
sangat penting karena mempunyai nilai ekonomi yang
cukup tinggi. Cendana NTT mempunyai keunggulan
diantaranya memiliki kadar minyak dan produksi kayu
teras yang tinggi. Kayu cendana menghasilkan minyak
atsiri dengan aroma yang harum dan banyak digemari,
sehingga mempunyai nilai pasar yang cukup baik.
Cendana merupakan sumber penghasil minyak
atsiri dan merupakan komoditi hasil hutan bukan kayu
yang potensial di Provinsi NTT dan tergolong mewah
karena sifat kayu terasnya yang khas dan mengandung
minyak dengan aroma yang spesifik (Waluyo 2006).

e. Manfaat
Sering digunkan sebagai wewangian baik itu dupa,
parfum, kosmetik atau sabun tak lupa sebagai bahan
kerajinan ukiran yang dapat bernilai tinggi (Satriadi,
2012).
BAB III
METODE KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
a. Mikroskop
b. Cover Glass
c. Objek Glass
d. Alat-alat gelas lainnya.

2. BAHAN
a. Simplisia Bunga Cengkeh (Syzygium/aromaticum)
b. Simplisia Kayu Cendana (Santalum Album L)
c. Simplisia Daun Tapak Dara (Catharanthus Roserus)
d. Simplisia Cabe Jawa (Piper Retrofractum)
e. Simplisia Daun Sirih (Piper Betle)
f. Simplisia Lada hitam (Piper Nigrum)
g. Simplisia Kayu Secang (Caesalpinia Sappan)
h. Simplisia Kayu Manis (Cinnamomum Venum)
i. Simplisisa Daun Salam ( Syzygium Polyanthum)
j. Simplisia Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus)

B. CARA KERJA
1. Pembuatan Preparate
Untuk membuat preparate non-permanen maka langkah
kerja yang harus dilakukan ialah :
a. Buatlah serbuk halus dari simplisia yang akan diamati. Lalu
letakkan serbuk halus dari simplisia tersebut diatas objek
glass dan teteskan dengan air sedikit saja menggunakan
pipet tetes.
b. Panaskan selama beberapa detik lalu tambahkan aquadest
sedikit saja menggunakan pipet tetes dan tutup dengan
cover glass.
c. Pastikan disaat menutup cover glass tidak ada gelembung
udara yang masuk kedalam objek glass. Jika ada
gelembung udara yang masuk maka atur kembali letak
cover glass hingga tidak ada gelembung udara yang masuk
kembali.
d. Amati preparate menggunakan mikroskop, atur mikroskop
mulai dari pencahayaan, tata letak meja preparate hingga
posisi guna mendapatkan hasil yang baik.
e. Setelah diamati catat atau ambil gambar dokumentasi pada
sampel yang dibutuhkan.
2. Pengamatan mikroskop
a. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
mikroskop yaitu :
1) Selalu membawa mikroskop dengan dua tangan.
2) Jika menggunakan preparat basah, maka tabung
mikroskop harus selalu dalam keadaan tegak, artinya
meja harus dalam keadaan datar. Ini berlaku bagi
mikroskop dengan tabung tegak dan tidak berlaku
untuk mikroskop dengan tabung miring.
3) Preparat basah harus selalu ditutup dengan cover glass
saat dilihat di bawah mikroskop
4) Selalu menjaga kebersihan lensa-lensa mikroskop
termasuk pula dengan cermin.
5) Jika ada bagian mikroskop yang tidak berfungsi
dengan baik/hilang segera laporkan kepada laboran.
6) Tidak diperbolehkan melepas lensa-lensa mikroskop
dari tempatnya.
7) Setelah selesai menggunakan mikroskop, pasang
lensa objektif dengan Perbesaran paling rendah pada
kedudukan lurus ke bawah.

b. Cara kerja yang digunakan agar praktikan dapat mengamati


suatu objek atau preparat dengan menggunakan mikroskop
yaitu :
1) Meja preparat harus dalam keadaan datar dan lensa
objektif perbesaran rendah, pasang pada kedudukan
segaris sumbu dengan lensa okuler.
2) Amati objek melalui okuler dengan satu mata (untuk
mikroskop monokuler) dan dua mata (untuk
mikroskop binokuler).
3) Atur cermin agar sinar yang masuk cukup tersedia
atau nyalakan lampu serta atur jumlah sinar yang
diperlukan.
4) Atur lubang diafragma sehingga sinar yang diterima
mata optimal (tidak terlalu terang atau redup).
5) Jauhkan lensa objektif dari meja preparat dengan
memutar pengatur kasar searah jarum jam.
6) Letakkan preparat di bawah objektif dan lihatlah dari
samping, atur lensa objektif perbesaran rendah pada
jarak kira-kira 1 cm dari preparat.
7) Lihat lagi melalui okuler, dan naikkan meja preparat
dengan pemutar kasar kemudian gunakan pengatur
halus sampai preparat jelas terlihat.
8) Lihat lagi dari samping, dengan hati-hati putar
objektif dengan menggunakan perbesaran yg lebih
tinggi (misalnya 45x) pada kedudukannya.
9) Perhatikan agar lensa tidak menyingung preparat, lalu
lihat kembali melalui lensa okuler dan fokuskan
preparat dengan memutar pemutar halus secara
perlahan ke arah berlawanan jarum jam.
10) Atur pencahayaan kembali dan amati preparat dan
catat atau ambil gambar dari hasil preparate yang
diamati tadi.
11) Jika pengamatan telah selesai dilaksankan putar
revolver objektif ke perbesaran rendah, naikkan
tabung atau turunkan meja, setelah itu ambil preparat
dari meja prep.
12) Bersihkan mikroskop dan kembalikan ke keadaan
semula dimana tidak ada sampah atau pun preparate
yang melekat di area mikroskop, lalu letakkan
mikroskop ketempat semula.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PRAKTIKUM
1. Hasil pengamatan secara mikroskopik
No Simplisia Hasil Pengamatan

1 Daun Sirih Lensa Okuler 16 Lensa Okuler 10 Perbesaran


Perbesaran Lensa Lensa Objektif 4
Objektif 4

2 Daun Sirih Lensa Okuler 16 Lensa Okuler 10 Perbesaran


Perbesaran Lensa Lensa Objektif 10
Objektif 10
3 Daun Sirih Lensa Okuler 16 Lensa Okuler 10 Perbesaran
Perbesaran Lensa Lensa Objektif 40
Objektif 40

- -

4 Daun Sirih Lensa Okuler 16 Lensa Okuler 10 Perbesaran


Perbesaran Lensa Lensa Objektif 100
Objektif 100

2. Hasil uji organoleptis


No Simplisia Uji Organoleptis Gambar
Bentuk Warna Bau Rasa

1 Kumis Haksel Coklat Aromatic Pahit


kucing

2 Tapak Haksel Coklat Khas Pahit


Dara

3 Brotowali Haksel Coklat Aromatic Pahit

4 Cabe Jawa Serbuk Coklat Aromatic Pedas

5 Daun Haksel Coklat Aromatic Pahit


Sirih
6 Kayu Haksel Coklat Tidak Tidak
Secang Berbau Berasa

7 Lada Haksel Coklat Aromatic Pedas

8 Daun Haksel Coklat Aromatic Tidak


Salam Berasa

9 Kayu Haksel Coklat Aromatic Manis


Manis

10 Cengkeh Haksel Coklat Aromatic Pedas


11 Kayu Haksel Krem Tidak Tidak
Cendana Berbau Berasa

B. PEMBAHASAN
1. MIKROSKOP
Pada praktikum kemarin alat dan bahan yang digunakan
adalah alat-alat praktikum pada umumnya. Seperti mikroskop,
beker gelas, batang pengaduk, hot plate dan ayakan serbuk dengan
nomor yang berbeda-beda. Hot plate sendiri adalah alat
loboratorium yang digunakan untuk memanaskan sampel yang
akan digunakan. Sampel tersebut diletakkan di dalam beker gelas
ataupun Erlenmeyer baru setelah itu dipanaskan diatas hot plate.
Sedangkan batang pengaduk digunakan untuk mengaduk sampel
ataupun menghomogen sampel yang akan digunakan. Untuk
sampel yang bertekstur serbuk biasanya diayak terlebih dahulu
menggunakan ayakan khusus dengan nomor ayakan yang berbeda-
beda.
Mikroskop adalah alat utama dalam mempelajari struktur
benda-benda kecil, mikroskop terbagi menjadi dua jenis yaitu
mikroskop monokuler dan mikroskop binokuler. Mikroskop
ditemukan oleh Antonie Van Leeuwenhoek namun sebelum itu
Robert Hook dan juga Marcello Malphigi telah melakukan
penelitian menggunakan lensa yang sederhana lalu lensa sederhana
tersebut dikembangkan oleh Antonie Van Leewenhoek supaya
menjadi kompleks agar dapat mengamati bakteri, protozoa ataupun
berbagai makhluk kecil lainnya (Suripto, 1994). Hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan mikroskop yaitu :
a. Selalu membawa mikroskop dengan dua tangan.
b. Jika menggunakan preparat basah, maka tabung
mikroskop harus selalu dalam keadaan tegak, artinya
meja harus dalam keadaan datar. Ini berlaku bagi
mikroskop dengan tabung tegak dan tidak berlaku
untuk mikroskop dengan tabung miring.
c. Preparat basah harus selalu ditutup dengan cover glass
saat dilihat di bawah mikroskop
d. Selalu menjaga kebersihan lensa-lensa mikroskop
termasuk pula dengan cermin.
e. Jika ada bagian mikroskop yang tidak berfungsi
dengan baik/hilang segera laporkan kepada laboran.
f. Tidak diperbolehkan melepas lensa-lensa mikroskop
dari tempatnya.
g. Setelah selesai menggunakan mikroskop, pasang
lensa objektif dengan Perbesaran paling rendah pada
kedudukan lurus ke bawah.

Cara kerja yang digunakan agar praktikan dapat mengamati suatu objek
atau preparat dengan menggunakan mikroskop yaitu :
a. Meja preparat harus dalam keadaan datar dan lensa
objektif perbesaran rendah, pasang pada kedudukan
segaris sumbu dengan lensa okuler.
b. Amati objek melalui okuler dengan satu mata (untuk
mikroskop monokuler) dan dua mata (untuk
mikroskop binokuler).
c. Atur cermin agar sinar yang masuk cukup tersedia
atau nyalakan lampu serta atur jumlah sinar yang
diperlukan.
d. Atur lubang diafragma sehingga sinar yang diterima
mata optimal (tidak terlalu terang atau redup).
e. Jauhkan lensa objektif dari meja preparat dengan
memutar pengatur kasar searah jarum jam.
f. Letakkan preparat di bawah objektif dan lihatlah dari
samping, atur lensa objektif perbesaran rendah pada
jarak kira-kira 1 cm dari preparat.
g. Lihat lagi melalui okuler, dan naikkan meja preparat
dengan pemutar kasar kemudian gunakan pengatur
halus sampai preparat jelas terlihat.
h. Lihat lagi dari samping, dengan hati-hati putar
objektif dengan menggunakan perbesaran yg lebih
tinggi (misalnya 45x) pada kedudukannya.
i. Perhatikan agar lensa tidak menyingung preparat, lalu
lihat kembali melalui lensa okuler dan fokuskan
preparat dengan memutar pemutar halus secara
perlahan ke arah berlawanan jarum jam.
j. Atur pencahayaan kembali dan amati preparat dan
catat atau ambil gambar dari hasil preparate yang
diamati tadi.
k. Jika pengamatan telah selesai dilaksankan putar
revolver objektif ke perbesaran rendah, naikkan
tabung atau turunkan meja, setelah itu ambil preparat
dari meja prep.
l. Bersihkan mikroskop dan kembalikan ke keadaan
semula dimana tidak ada sampah atau pun preparate
yang melekat di area mikroskop, lalu letakkan
mikroskop ketempat semula.

2. SIMPLISIA
Pada praktikum kemarin simplisia yang digunakan ada dua
kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 11 sampel simplisia
yang akan diuji secara organoleptik, simplisia yang digunakan
yaitu :
a. Simplisia Bunga Cengkeh (Syzygium/aromaticum)
b. Simplisia Kayu Cendana (Santalum Album L)
c. Simplisia Daun Tapak Dara (Catharanthus Roserus)
d. Simplisia Cabe Jawa (Piper Retrofractum)
e. Simplisia Daun Sirih (Piper Betle)
f. Simplisia Lada hitam (Piper Nigrum)
g. Simplisia Kayu Secang (Caesalpinia Sappan)
h. Simplisia Kayu Manis (Cinnamomum Venum)
i. Simplisisa Daun Salam ( Syzygium Polyanthum)
j. Simplisia Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus)
k. Simplisia Brotowali (Tinospora Crispa, L. Miers)
Kelompok yang kedua adalah simplisia yang dibawa oleh masing-
masing kelompok, dan simplisia yang kedua ini praktikan menggunakan simplisia
daun sirih yang terlebih dahulu sudah mengalami proses pengumpulan bahan
baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering dan
pengemasan atau penyimpanan. Daun sirih yang sudah dikeringkan lalu di
haluskan dan juga di ayak untuk mendapatkan serbuk yang benar-benar halus
untuk digunakan dalam pembuatan preparate yang akan diamati di mikroskop.
Daun sirih sendiri adalah salah satu tanaman yang diperkaya banyak sekali
manfaatnya serta populasinya yang melimpah membuat tanaman ini sangat
digemari di kalangan masyarakat baik untuk dijadikan tanaman hias atau pun
dijadikan sebagai tanaman obat. Bentuk makroskopik dari daun sirih adalah
berdaun tunggal, bertangkai pendek, helaian daun berbentuk hati agak lonjong
atau lebar, panjang 10-15 cm dan lebar 5-7 cm.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan
yaitu :
1. Alat-alat yang ada dilaboratorium ternyata sangat beragam dan
juga dikelompokkan sesuai karakteristik dari alat tersebut.
2. Mikroskop ternyata memiliki berbagai macam komponen yang
sangat penting serta prosedur kerja yang ada sangat membantu
guna memperlancar proses praktikum.
3. Simplisisa daun sirih merupakan tanaman yang memiliki banyak
sekali manfaat yang baik untuk tubuh. Serta populasinya yang
banyak menjadikannya sebagai tanaman yang sangat digemari oleh
masyarakat.
4. Proses pembuatan preparate ternyata berpengaruh terhadap hasil
akhir dalam pengambilan data sampel yang diperlukan.
B. SARAN
1. Laboratorium
Sebaiknya laboratorium yang biasa digunakan oleh para
praktikan dijaga kebersihannya serta dilakukannya peremajaan
alat-alat yang ada dilaboratorium guna kenyamanan dalam
praktikum dan bahan-bahan kimia atau pun bahan-bahan alam
lainnya juga harus dijaga ataupun diperbanyak guna memperlancar
jalannya praktikum.

2. Universitas
Ada baiknya jika kampus yang bergerak dibidang
kesehatan ini menyisakan sedikit halaman yang tak digunakan
untuk dimanfaat kan sebagai media atau tempat penanaman
tanaman obat atau tanaman yang memiliki khasiat obat. Sehingga
para mahasiswa tidak perlu lagi membeli atau pun mencari
ditempat-tempat lain. mahasiswa hanya perlu ikut serta merawat
atau pun menanam benih tanaman tersebut guna melestarikan
populasinya yang semakin hari mungkin akan semakin berkurang.
3. Dosen
Sedikit kritikan yaitu disaat penjelaskan materi jangan
terlalu cepat menjelaskan karena terkadang kami sebagai
mahasiswa sulit untuk mencerna kata atau pun maksud dari
penjelasan yang disampaikan. Hal ini lah yang dapat memicum
terjadinya pengulangan materi yang berkepanjangan akibat faktor
kurang jelasnya maksud dari materi atau pun faktor mahasiswa
yang memiliki respon terhadap materi yang kurang baik, baik
secara langsung maupun tidak langsung seperti hal nya
pengulangan materi melalui social media. Apalagi jika materi yang
disampaikan termasuk materi baru bagi beberapa mahasiswa yang
mungkin tidak memiliki latar belakang pendidikan kesehatan atau
farmasi sebelumnya.

Bahkan untuk mahasiswa yang memiliki latar belakang


pendidikan farmasi pun masih sering sulit dimengerti karena
adanya batasan materi yang disampaikan pada saat di bangku smk.
Hal ini juga yang mendorong beberapa mahasiswa untuk
membahas materi yang sudah disampaikan tadi secara pribadi baik
secara langsung maupun tidak langsung. Karena terkadang disaat
mahasiswa mendapatkan informasi yang kurang bisa dimengerti
oleh individu tersebut maka individu tersebut akan refleks
menanyakannya secara langsung kepada dosen yang bersangkutan
dari pada menanyakannya kepada sesama mahasiswa yang belum
tentu juga paham akan materi yang disampaikan tadi, maka dari itu
sangat diharapkan kedepannya penyampaian materi sedikit lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anariawati. 2009. Studi eksperimen pembuatan serbuk instan kayu secang
(Caesalpinia sappan) dengan menggunakan jumlah gula yang
berbeda sebagai minuman berkhasiat. [Skripsi]. Jurusan Teknologi
Jasa dan Produksi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang.
Semarang.

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, jilid I. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta

Astina, I. G. A. A. 2010. Optimasi pembuatan ekstrak etanolik kayu secang


(Caesalpinia sappan L.) secara digesti : Aplikasi desain faktorial.
[Skripsi]. Fakultas Farmasi. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta

Campbell, dkk. 2008. Biologi edisi kedelapan jilid 1.


Jakarta : Erlangga.
Campbell, N.A, J.B. Reece, M.L. Cain, S. A. Wasserman, P.V. Minorsky & R.B.
Jackson. 2011. Biology. 9th ed. San Franscisco : Pearson
Education, Inc.

Direktorat Obat Asli Indonesia. 2008. Caesalpinia sappan L.


Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1.


Jakarta : Trubus Agriwidya, 146-149

Murphy, D.B. 2001. Fundamentals of Light Microscopy and Electronic Imaging.


New York : John Wiley & Sons, Inc.

Nuryani, Y. 1996. Klasifikasi dan karakterisasi tanaman lada (Piper nigrum L.).
Monograf Tanaman Lada No. 1 : 33 – 46.

Rostiana, O., A. Abdullah, W. Haryudin, dan S. Aisyah. 1994.


Eksplorasi, karakterisasi, evaluasi, dan pelestarian plasma nutfah
tanaman obat. Koleksi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Pertanian.
Review Hasil dan Program Penelitian Plasma Nutfah Pertanian,
Bogor. 193-208.

Rostiana, O., SMD. Rosita, W, Haryudin, B. Martono, M. Raharjo, Hernani, S.


Aisyah, dan Nasrun. 2005.
Karaterisasi cabe jawa dan purwoceng, seleksi pohon induk, dan
efisiensi pemupukan cabe jawa di sentra produksi. Laporan Teknis
Penelitian 2004. Buku II : 95-127. Balittro.

Sa’roni, W. Winarto, M. Adjirni, dan B. Nuratmi. 1992.


Beberapa penelitian efek farmakologi cabe jawa pada hewan
percobaan. Warta TOI 1 (3) : 1-3.

Sugumaran, M., Ghandi, M.S., Sankarnayarana, K,. Yokesh,


M., Poornima, M and Rajasekhar, S.R. (2011). Chemical
Composition an Antimicrobial Activity of Vellaikodi Variety of
Piper betle. Leaf Oil Against Dental Pathogens. International
Jurnal of PharmTech Research, 4(3). 2136-2139.

Depkes RI.(1995) Farmakope Indonesia, ed.III-IV. Th 1979.

Depkes RI. Materia Medika Indonesia (MMI), I s/d VI Th. 1978-1995.

Dewanti, Sisilia dan M. Teguh Wahyudi, 2011, Antibacteri Activity Of


Bay Leaf Infuse (Folia Syzygium polyanthum WIGHT) To
Escherichia Coli In-Vitro, Jurnal Medika Planta, Vol. 1 No. 4

Mukti Harahap,Indra.2000.Katuk dan Manfaatnya.yogyakarta:kanisius

Santoso,Hieronimus Hadi.1998.Tanaman Obat Keluarga.


Yogyakarta:Teknologi Tepat GunaQodir Hadi.2011.Tanaman
Investasi Pendulang Rupiah

Surata, I.K. 2006. Teknik Budidaya Cendana. Balai Penelitian dan


Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara

Anda mungkin juga menyukai