Anda di halaman 1dari 11

Laporan Prakikum Ke : 3 Hari/Tanggal: Selasa / 4 Februari 2020

Mikrobiologi Nutrisi Tempat Praktikum : Laboratorium


Biokimia, Fisiologi, dan Mikrobiologi
Nutrisi
Nama Asisten:
1. Syarifah Aini / D24160007
2. Martina Sihombing / D24160021
3. Indry Agustiyani/ D24160037
4. Laily Rinda A / D24160057

PENGGUNAAN MIKROSKOP

Ananda Putri
D24170004
Kelompok 3 / G1

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehidupan manusia, ilmu pengetahuan sangat penting. Hal ini dikarenakan


kemanapun, kapanpun, dan dimanapun kita berada membutuhkan pengetahuan.
Pengetahuan memerlukan praktik dalam kegiatan praktikum, dimana dalam
melakukannya ada beberapa hal tidak dapat diamati menggunakan mata telanjang,
diperlukan beberapa peralatan sebagai unsur pendukung. Salah satu alat yang
digunakan untuk mengamti obyek yang tidak tidak dapat diamati dengan mata
telanjang adalah mikroskop. Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting
pada kehidupan laboratorium, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat
bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati objek yang berukuran sangat
kecil (mikroskopis). Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang
organisme yang berukuran kecil (Abdullah et al. 2014).
Mengingat bahwa mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk
melihat, atau mengenali benda-benda renik, untuk itu setiap akan mengamati
bagian-bagiannya selalu menggunakan mikroskop. Namun kegiatan pengamatan
tersebut tidak akan berhasil jika tidak mampu menggunakan mikroskop dengan
baik. Hal tersebut yang menjadi latar belakang dilakukannya praktikum ini,
sehingga diharapkan nantinya setiap praktikan mampu memahami semua
mengenai mikroskop.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui cara menggunakan mikroskop, bagian


mikroskop dan fungsinya dan cara meilihat preparat kering dan preparat basah
dengan berbagai perbesaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Mikroskop cahaya

Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali.


Mikroskop mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat
berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa
obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak
pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk
lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop
terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih.
Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat
preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk
menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain. ada mikroskop
konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan
dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat dibawah kondensor.
Mikroskop cahaya sendiri dibagi tagi menjadi mikroskop lapang terang
(Brightfield Microscopy), mikroskop fase kontras (Phase Contrast Microscopy),
mikroskop polarisasi (Polarizing Microscopy), mikroskop interferensi kontras
(lnterference Contrast Microscopy), mikroskop lapang gelap (Dark Field
Microscopy) dan mikroskop fluoresensi (Fluorescence Microscopy) (Lembar
2013).

Mikroskop Elektron

Transmission Electron Microscopy atau yang dikenal dengan mikroskop


elektron adalah sebuah mikroskop yang dapat membentuk pembesaran objek
hingga dua juta kali, dengan menggunakan elektro statik dan elektro magnetik,
yang mana digunakan untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta
resolusi yang sangat bagus. SEM adalah sebuah mikroskop elektron yang di
desain untuk menyelidiki permukaan dari objek solid secara langsung, yang
memiliki perbesaran 10 – 3000000x, depth of field 4 – 0.4 mm dan resolusi
sebesar 1–10 nm. Mikroskop electron yaitu mikroskop yang mempunyai
perbesaran hingga 1000 kali. Mikroskop electron mempunyai 2 tipe yaitu
mikroskop electron scanning (SEM) dan mikroskop electron transmisi (TEM).
Mikroskop electron scanning (SEM) mampu menghasilkan gambaran dengan
perbesaran yang kuat dan menggunakan sinyal yang berupa electron pantulan.
Mikroskop electron transmisi (TEM) menggunakan sinyal yang berupa sinyal
electron tembus (Hariono 2009).

Preparat Basah

Preparat sementara adalah preparat yang keawatannya hanya sementara


dan tidak lebih dari 24 jam. Preparat ini tidak diawetkan dengan menggunakan
proses apapun, sesudah selesai pengamatan obyek yang bersangkutan dapat
langsung dibuang. Tujuan pembuatan preparat sementara ini untuk mempelajari
suatu obyek dalam keadaan segar. Kelemahan dalam penggunaan preparat basah
adalah penampakan preparat di mikroskop terkadang kurang jelas, sehingga perlu
dilakukan pewarnaan pada jaringan. Pewarnaan bertujuan untuk membedakan
bagian setiap jaringan sehingga mudah diamati dibawah mikroskop. Zat warna
yang biasa digunakan adalah safranin dan fastgreen. Kedua zat warna ini
merupakan zat warna sintetik dengan harga yang relatif mahal, sulit didapat dan
tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama (Apriani 2016).

Preparat Kering

Preparat permanen atau preoarat kering adalah preparat yang keawetannya


bertahun-tahun. Preparat permanen ini proses pembuatannya memerlukan
beberapa macam peralatan dan bahan kimia. Tujuan pembuatan preparat
permanen adalah agar selalu tersedia bahan praktikum setiap saat. Selain itu
pembuatan preparat ini membutuhkan waktu yang relatif lama (Indasari et al.
2013).
MATERI DAN METODE

Matari

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah alat tulis, mikroskop
cahaya, object glass, cover glass, cawan petri, botol semprot, tissue, korek api dan
botol spiritus.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah aquadest, alkohol,
preparat kering kapang, kapas, rambut dan daun.

Metode

Langkah kerja untuk praktikum ini yaitu menyiapkan alat dan bahan terlebih
dahulu, kemudian menyiapkan preparat yang akan digunakan. Preparat yang
digunakan terdiri dari preparat keing dan basah. Preparat kering kapang tanah
sudah disiapkan saat praktikum sehingga tinggal digunakan, terdapat tiga jenis
preparat kering yang diberi kode A, B, dan C, setelah itu kemudian menyiapkan
preparat basah.
Pembuatan preparat basah yaitu menggunakan bahan kapas, daun dan
rambut. Object glass dan cover glass juga dibersihkan menggunakan alkohol serta
dilap dengan tisu, agar menjadi lebih steril object glass dipanaskan di atas api
spiritus dengan cara diayunkan, tidak boleh didiamkan lama diatas api. Kapas
diambil sedikit dan diletakkan di atas object glass. Aqudest diteteskan sedikit di
atas kapas, hingga tersebar merata, lalu ditutup dengan cover glass. Lakukan hal
yang sama seperti pengamatan sebelumnya pada preparat daun dan rambut.
Setelah semua preparat kering dan basah telah siap, kemudian melakukan
penggamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran empat, sepuluh, dann
empat puluh secara bergantian, dan mencatat hasilnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berikut ini merupakan hasil pengamatan preparat basah kapas, rambut dan
daun, dan preparat kering kapang menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4x,
10x dan 40x.
Gambar 1 Kapang A perbesaran 4x4 Gambar 2 Kapang A perbesaran 10x10

Gambar 3 Kapang A perbesaran 40x40 Gambar 4 Kapas perbesaran 4x4

Gambar 5 Kapas perbesaran 10x10 Gambar 6 Kapas perbesaran 40x40


Gambar 7 Rambut perbesaran 40x40 Gambar 8 Rambut perbesaran 10x10

Gambar 9 Rambut perbesaran 4x4 Gambar 10 Kapang B perbesaran 10x10

Gambar 11 Kapng B perbesaran 10x10 Gambar 12 Kapang B perbesaran 40x40


Gambar 13 Daun perbesran 4x4 Gambar 14 Daun perbesaran 10x10

Gambar 15 Daun perbesaran 40x40 Gambar 16 Kapang 3 perbesaran 4x4

Gambar 17 Kapang 3 perbesaran 10x10 Gambar 18 Kapang 3 perbesaran 40x40


Gambar 19 Literatur Rambut Gambar 20 Literatur Kapas dengan
perbesaran 100x mikroskop elektron
(Khan et al. 2014) (Jacobsen 2001)

Gambar 21 Literatur Daun (Hajiboland


et al. 2012)

Pembahasan

Mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk
dilihat secara kasat mata. Kata mikoskop berasal dari bahasa Yunani yaitu micros
yang artinya kecil. dan scopein yang artinya melihat. Mikroskop merupakan alat
bantu yang dapat ditemukan hampir diseluruh laboratorium untuk dapat
mengamati organisme berukuran kecil (mikroskopis). Menurut Hartati et al.
(2011) mikroskop adalah alat untuk membantu mengamati objek yang sangat
kecil karena kuat nya kemampuan pembesar. Mikroskop dapat digunakan dalam
ilmu pengetahuan dan pendidikan, evaluasi properti obyek, domain medis, kontrol
kualitas, tipis film investigasi, dan analisis biomedis. Operasi dari mikroskop
analog mengharuskan pengguna untuk secara tepat menentukan kombinasi lensa
untuk mendapatkan tingkat yang tepat dari pengaturan perbesaran dan fokus
untuk pengamatan yang tajam dan jelas.
Ada dua bagian utama yang umumnya menyusun mikroskop yaitu, bagian
optik, yang terdiri dari lensa objektif dan lensa okuler. Bagian non-optik, yang
terdiri dari kaki dan lengan mikroskop, diafragma, meja objek/meja preparat,
pemutar halus dan kasar, penjepit kaca objek (preparat),cermin, kondensor, dan
sumber cahaya. Menurut Kinaryosi (2014), bagian mekanik mikroskop, yaitu kaki
mikroskop merupakan penyangga yang digunakan untuk menyangga mikroskop
agar tidak jatuh.. Kondensor merupakan bagian mekanik yang berfungsi
untuk mengumpulkan cahaya sehingga dapat menerangi preparat. Lengan
mikroskop merupakan komponen mikroskop yang berfungsi untuk memegang
mikroskop. Makrometer merupakan komponen mikroskop yang berfungsi untuk
menaik turunkan tubus mikroskop secara cepat agar diperoleh fokus bayangan
objek yang tepat. Meja objek merupakan komponen mikroskop yang digunakan
untuk meletakkan objek yang akan diamati. Mikrometer merupakan komponen
mikroskop yang berfungsi untuk mencari bayangan yang paling jelas penjepit
objek merupakan komponen mikroskop yang berfungsi untuk mencepit kaca
objek yang akan diamati Revolver merupakan komponen mikroskop yang
digunakan untuk memilih lensa objektif yang akan digunakan. Sekrup merupakan
komponen mikroskop yang berfungsi untuk mengatur sudut berdirinya
mikroskop. Tubus merupakan tabung menghubungkan antara lensa objektif
dengan lensa okuler.
Berdasarkan dari preparat basah yang digunakan, preparat daun yang
diamati dengan mikriskop perbesaran 40x40 tidak memperlihatkan morfologi
daun yang jelas dan terlihat jelas bagian spons. Sedangkan warna preparat yang
diamati berwarna hijau segar. Menurut Setjo (2001) jaringan mesofil daun
terdapat diantara epidermis atas dan bawah. Pada daun dikotil jaringan mesofilnya
berdiferensiasi menjadi jaringan spons parenkim, palisade parenkim dan berkas
pengangkut. Jaringan spons terdiri dari sel-sel berbentuk tidak teratur dengan
dinding tipis dan mengandung sedikit kloroplas dengan ruang antar sel besar,
sehingga memudahkan pertukaran gas. Jaringan palisade parenkim tersusun dari
sel-sel bentuk silindris memanjang, selapis atau lebih rapat satu sama lain,
mengandung banyak kloroplas yang didalamnya banyak klorofil berfungsi dalam
menangkap cahaya untuk proses fotosintesis. Sedangkan menurut Hanifa et al.
(2016) pengamatan secara mikroskopis daun menunjukkan daun tersusun oleh
jaringan epidermis atas dan bawah, palisade parenkim, berkas pembuluh dan
spons parenkim.
Preparat rambut berdasalkan hasil pengamatan menggunakan mikroskop
morfologi terlihat kutikula rambut. Menurut Khan et al. (2014) saat rambut dilihat
secara mikroskopis akan terlihat kutikula, setiap rambut manusia memiliki
kutikula yang berbeda-beda. Sedangkan preparat kapas yang diamati dibawah
mikroskop dengan perbesaran 40x40 memperlihatkan serabut tipis dan tidak rapat
dan tidak menampilkan detail seluruh morfologinya.

KESIMPULAN

Mikroskop terdiri dari dua bagian yaitu bagian optik ( kondensor, lensa
objektif, dan lensa okuler) dan bagain nonoptik (kaki, makrometer, mikrometer,
lengan, meja preparat, sendi inklinasi, dan revolver). Penggunaan mikroskop
harus hati-hati karena komponennya mudah sekali mengalami kerusakan. Preparat
yang digunakan dalam praktikum menggunakan preparat kering dan preparat
basah, dimana pengamatan dilakukan menggunakan perbesaran tertentu, sehingga
preparat yang diamati tampak jelas dibawah mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Marvira R. 2014. Analisis keterampilan psikomotorik dalam


menggunakan mikroskop pada siswa kelas vii smp negeri 8 banda aceh.
Jesbio. 5 (3): 25-27.
Hajiboland R, Farhanghi F,and Aliasgharpour M. 2012. Morphological and
anatomical modifications in leaf, stem and roots of four plant species under
boron deficiency conditions. Anales de Biología. 34: 15-29
Hanifa MH dan Haryanti S. 2016. Morfoanatomi daun jambu air (Syzygium
samarangense) var. Demak normal dan terserang hama ulat. Buletin
Anatomi dan Fisiologi. 1(1): 24-29
Hariono B. 2009. Mikroskopi Elektron Pengenalan dan Teknik Preparasi.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Hartati S, Harjoko A, dan Supardi TW. 2011. The digital microscope and its
image processing utility. Jurnal Telkomnika. 9(3) : 566 – 567.
Ike Apriani. 2016. Pengembangan media belajar: angkak beras merah dan teh
(Camellia sinensis) sebagai pewarna alternatif preparat basah jaringan
tumbuhan. Jurnal Bioilmi. 2 (1): 59-65.
Indasari IN, Budiono JD, Wisanti. 2013. Wenter sebagai pewarna alternative
dalam pewarnaan media preparat jaringan batang dan akar tumbuhan
pletekan (Ruellia sp.) dan Beluntas (Pluchea indica). Bioedu. 2(1): 35-39.
Jacobsen KR, Grossman YL, Hsieh YL, Plant RE, Larlor WF, and Jernstedt JA.
2001. Neps, seed-coat fragment and non-seed impurities in processed
cotton, dyeing characteristics of processed fibers. Journal of Cotton
Science. 5(1): 53–67.
Khan A, Maryam J, Yaqub T, Nadeem A (2014). Human hair analysis among four
different castes having potential application in forensic Investigation. J
Forensic Res. 5 (2): 2-4.
Kinaryosi, S. 2014. Bagian-bagian Mikroskop. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia 6 (10) : 133-137. A
Lembar S, Then, Gerry AW. 201 3. Urinalisis dan Pemerilcsaan Cairan Tubuh
Sederhana. Edisi Pertama. Jakarta (ID): WIMI.
Lubis K. 2015. Metoda - metoda karakterisasi nanopartikel perak. J. Pengabdian
Kepada Masyarakat. 21 (79): 50-55.
Setjo S. 2001. Anatomi Tumbuhan. Malang (ID): Universitas Negri Malang Press.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai