Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MAKALAH

GEOMETRI ANALITIK

“Vektor-Vektor Dalam Ruang Tiga Dimensi dan Bidang Pada Ruang”

Dosen Pengampu : Pardomuan Sinambela,S.Pd,M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Nur Hafizhah Husna (4191111006)


2. Ewilda Sinaga (4191111009)
3. Veronica Victoria Sinaga (4191111012)
4. Radika Ananda (4191111013)
5. Mifta Aqila Nasution (4191111022)

PSPM A 19

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang “Vektor-
vektor dalam ruang tiga dimensi dan bidang pada ruang”“. Penyusunan untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Geometri Analitik.

Selaku tim penyusun, kami berterima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu
kami lewat bimbingan dan petunjuk yang sangat membantu suksesnya penyusunan makalah ini,
dan tak lupa kami menghaturkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Geometri
Analitik bapak Pardomuan Sinambela, S.Pd,M.Pd yang telah memberikan petunjuk, motivasi,
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Kami selaku penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari dosen dan seluruh pembaca makalah, agar dapat dijadikan pedoman
dalam penyusunan makalah selanjutnya.Semoga  makalah ini dapat bermanfaat.

Medan , 08 Desmber 2020

Penyusun

Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bicara tentang fungsi vektor, ada baiknya jika kita tahu terlebih dahulu apa itu vektor.
Dalam fisika kita mengenal vektor sebagai sebuah besaran yang memiliki nilai dan arah.
Sedangkan dalam matematika, vektor adalah anggota dari ruang vektor. Secara geometris,
vektor dapat disajikan dengan ruas garis berarah. Panjang ruas garis menyatakan besar
vektor dan anak panah menyatakan arah vektor.

Pada dasarnya, setiap bagian dari matematika memiliki fungsi masing-masing. Baik
fungsi matematisnya, penerapannya dalam kehidupan maupun kaitannya dengan ilmu
agama. Tidak terkecuali dengan vektor. Secara matematis, kita kadang-kadang menyatakan
bahwa sebuah fungsi vektor A (x,y,z) mendefinisikan suatu medan vektor karena
mengaitkan suatu vektor dengan setiap titik di suatu daerah. Sementara dari segi kehidupan
manusianya, vektor berfungsi misalnya dalam hal teknologi GPS. Sedangkan dari segi
agamis, vektor dapat memperlihatkan betapa mulianya Allah SWT. yang telah menciptakan
alam semesta beserta manusia dengan sempurnanya.

Kadang kala, muncul sebuah pertanyaan dari kalangan peserta didik, dimana mereka
menanyakan apa tujuannya, atau apa pentingnya kita mempelajari perihal bidang
pembelajaran seperti ini? Vektor, Fungsi vektor, turunan fungsi vektor, bukankah dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak akan ditanyai orang-orang tentang apa itu vektor? Atau
mereka tidak akan bertanya, berapa hasil dari turunan vektor berikut ini. terdengar lucu
memang, namun akan lebih baik jika kita bisa menjelaskan sedikit bagaimana aplikasi dari
vektor ini dalam kehidupan manusia. Sehingga mempelajarinya bukanlah sebuah kesia-
siaan. Maka dari itu, akhirnya penulis memutuskan untuk membahas tentang Fungsi Vektor
ditilik dari segi matematikanya, dalam penerapan sehari hari dan agamanya.

1.3. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan vektor?

2. Bagaimana vektor-vektor dalam ruang tiga dimensi?

3. Bagaimana persamaan umum bidang datar pada ruang?

1.2 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan vektor


2. Mengetahui vektor-vektor dalam ruang tiga dimensi
3. Mengetahui persamaan umum bidang datar pada ruang
BAB II

PEMBAHASAN

VEKTOR _VEKTOR DALAM RUANG DIMENSI TIGA

A. Pengertian Vektor
Sebuah vektor adalah sebuah ruas garis berarah. Karena berarah maka vektor ini dapat

digambarkan sebagai anak panah. Panjang panah adalah besarnya vektor dan arah panah

adalah arah dari vektor. Anak panah mempunyai pangkal dan ujung.

Suatu vektor perpindahan melukiskan jarak dan arah suatu perubahan letak Vektor

ABdengan A sebagai titik


perpindahan dari A ke B ditunjukkan oleh vektor perpindahan ⃗

pangkal dan B sebagai titik akhir (gambar 2.1.a).

Suatu vektor letak menunjukkan letak suatu titik terhadap suatu titik asal. Misalnya

OA , ⃗
⃗ OB , ⃗
OP , (gambar 2.1.a).

Dua vektor dikatakan sama apabila keduanya mempunyai panjang sama besar dan
arahnya sama (Gambar 2.1.b).

Gambar 2.1.a Gambar 2.1.b


Vektor-vektor ini dapat dinyatakan dengan u⃗ dan ⃗v . Besarnya atau panjangnya ditulis

sebagai |u|

Komponen-komponen vektor dalam ruang mempunyai tiga komponen, yaitu

u = <u1, u2, u3> = u1i + u2j + u3k, dimana i, j dan k adalah vektor-vektor satuan baku yang

disebut vektor-vektor basis dengan arah ketiga sumbu koordinat positif.

Besarnya u diberikan oleh

|u|=√ u12+ u22+u 32

Gambar 2.2 Vektor u


B. Penjumlahan Vektor-Vektor

Misalkan a⃗ dan b⃗ adalah dua vektor. Jika

OA= ádan ⃗
⃗ OB disebut
AB=b́ maka vektor ⃗

jumlah dari vektor a dan b.

OA + ⃗
Secara simbolik ditulis ⃗ AB=⃗
OB

á+ b́=⃗
OB

Sifat-Sifat Penjumlahan Vektor

1.Sifat Komutatif, á+ b́= b́+ á


OA= á dan ⃗
Misalkan ⃗ AB=b́

Maka á+ b́=⃗


OA + ⃗
AB
OB …..……(1)
=⃗

Dan b́+ á=⃗


OC + ⃗
CB

OB ….…(2)
=⃗

Dari (1) dan (2) diperoleh á+ b́= b́+ á

2. Sifat assosiatif, a + (b + c) = (a + b) + c.

OA=a , ⃗
Misalkan ⃗ AB=bdan ⃗
BC=c

Maka a + (b + c) = O
⃗ A +(⃗
AB+ ⃗
BC)
=O
⃗ A +⃗AC
= OC….(3)

OA + ⃗
(a + b) + c = = (⃗ AB) +⃗
BC

OB +⃗
= ⃗ BC
=⃗OC…(4)
Dari (3) dan (4) diperoleh a+(b+c) = (a+b)+c.

B. Hasil Kali Vektor dengan Skalar


Misalkan n adalah bilangan real positif dan ádalah sebarang vektor. Hasil kali dari

sebuah vektor ádan scalar n, ditulis ná adalah sebuah vektor yang besarnya n kali dari á

dan mempunyai arah yang sama dengan á. Jika n adalah bilangan negatif maka arah dari

náberlawanan dengan á.

C. Vektor dalam Diagram Cartesius

Misalkan OX, OY dan OZ adalah sumbu-sumbu yang saling tegak lurus. Misalkan i, j, k

vector-vektor satuan yang sejajar dengan sumbu-sumbu koordinat. Pada gambar dibawah ini,

OP=ŕdan P (x,y,z) maka ⃗


jika ⃗ OA=¿xi, ⃗
OB yj, ⃗
OC zk dan ⃗
OP=⃗
OF + ⃗
FP

Atau OP=( ⃗
⃗ OA + ⃗
AF ) + ⃗
FP
Atau O
⃗ P=O
⃗A +O
⃗ B +⃗OC
ŕ =xi+ yj+ zk
OP 2=OF 2 + FP 2
¿ ( OA 2 + AF 2 ) + FP 2
¿ OA 2 +OB 2+OC 2
¿ x 2 + y 2+ z 2
¿|ŕ|=√ x 2+ y 2 + z 2
Jika OP berturut-turut membentuk sudut-sudut α, β, γ dengan arah i, j, k maka kosinus-
kosinus arah dari OP adalah cos α, cos β, cos γ. Nilai dari cosinus arah dihitung dengan cara
yang sama dengan berikut ini.

F. Sudut yang Diapit oleh Dua Vektor

Jika á dan b́ dua vektor yang mengapit sudut ϕ, maka á ∙ b́=‖a‖‖b‖ cos ∅

Dari persamaan ini diperoleh

á ∙ b́
cos ϕ =
‖a‖‖b‖

Jika a = a1i + a2j + a3k sebuah vektor dalam ruang maka sudut-sudut yang diapit oleh vektor ini

dengan sumbu-sumbu x, y dan z dapat dicari.


Jika ϕx, ϕy, ϕz berturut-turut sudut antara ádengan sumbu x, sumbu y dan sumbu z maka

diperoleh

Contoh :

1. Jika koordinat dari P adalah (3,4,12) maka tentukan besar OP dan cosinus-cosinus

arahnya.

Penyelesaian :

OP = 3i + 4j + 12k

OP|= √ 32 + 42 +122=13
|⃗
Jika ϕx, ϕy, ϕz berturut-turut sudut antara OP dengan sumbu x, sumbu y dan sumbu z
maka

cos ϕx = , cos ϕy = , cos ϕz = .


2. Tunjukkan bahwa vector-vektor a = 3i – 2j + k, b = i -3j + 5k, c = 2i + j – 4k membentuk
segitiga siku-siku.

Penyelesaian:

AC= i – 3j + 5k
Misalkan ⃗

AB= 3i - 2j + k

CB = 2i + j – 4k

AB=⃗
Dapat dilihat bahwa ⃗ AC + ⃗
CB

AB= (i – 3j + 5k) + (2i + j – 4k)


Atau ⃗

= 3i – 2j + k.

AB=⃗
Karena ⃗ AC + ⃗
CB maka ketiganya membentuk sebuah segitiga.

Berikut akan ditunjukkan bahwa Δ ABC siku-siku.

2
AC|=√ 12+ (−3 ) +5 2=√ 35
|⃗
2
AB|= √ 32 + (−2 ) +12= √ 14
|⃗
2
CB|=√22 +12 + (−4 ) = √ 21
|⃗
2 2 2
Karena |⃗
AB| +|⃗ AC| Maka ∆ ABC adalah siku-siku.
CB| =14 +21=35=|⃗

TEOREMA 2.1. Jika u, v dan w adalah vektor-vektor dalam ruang tiga dimensi dan k
skalar
maka

(a) u.v=v.u

(b) u . (v + w) = u . v + u . w

(c) k (u . v) = (k u) . v = u . (k v)

(d) v.v = |v|2

Bukti: Akan dibuktikan (c) dan (d)

( c) Misalkan u = u1i + u2 j + u3k dan v = v1i + v2 j + v3k

maka k (u . v) = k (u1v1 u2v2 u3v3

= (ku1)v1 + (ku2)v2 + (ku3)v3

= (k u) . v

Dengan cara yang sama, k (u . v) = u. (k v)

(d) Misalkan v = v1i + v2 j + v3k

maka v . v = v1v1 + v2v2 + v3v3 = v12 + v22 + v32 = ‖v‖2

TEOREMA 2.2. Jika u dan a vektor-vektor dalam ruang tiga dimensi dan jika a ≠ 0,
maka

proyeksi u sepanjang a adalah

Bukti
BIDANG PADA RUANG

A. Persamaan Umum Bidang Datar pada Ruang

Persamaan bidang datar pada ruang adalah Ax + By + Cz + D = 0 ………. *)


A, B dan C tidak bersamaan, sama dengan nol.
Untuk membuktikan bahwa bidang tersebut adalah bidang datar maka perlu ditunjukkan bahwa
jika dua titik terletak pada suatu bidang maka semua titik pada garis yang melalui kedua titik
itu terletak pada bidang tersebut.

Bukti:
Misalkan T1 (x1, y1, z1) dan T2 (x2, y2, z2) terletak pada bidang itu.
Karena T1 (x1, y1, z1) dan T2 (x2, y2, z2) pada bidang itu maka dipenuhi
Ax1+ By1 + Cz1 + D = 0 dan Ax2+ By2+ Cz2 + D = 0.
Ambil P sebarang titik pada garis yang melalui T1 dan T2 .
Karena P pada garis tersebut maka koordinat P adalah

x 1 + λx 2 y 1 + λy 2 z 1 + λz2
x p= , y p= z p=
1+ λ 1+ λ dan 1+ λ ……**)

Substitusi **) ke *) diperoleh

x 1 + λx 2 y + λy 2 z 1 + λz2
( )+ ( 1 )
A 1+ λ B 1+ λ +C 1+ λ +D

1
{( Ax1 + By 1 +Cz 1 + D )+ λ( Ax 2 + By 2 + Cz 2 + D )}
= 1+ λ

=0

Karena P sebarang dan P memenuhi persamaan bidang tersebut maka setiap titik pada
garis yang melalui T1dan T2 terletak pada bidang tersebut.Hal ini berarti bidang itu adalah bidang
datar.
Sekarang, perhatikan kemungkinan-kemungkinan bidang dengan persamaan Ax + By +
Cz + D = 0. Jika D = 0 maka persamaan menjadi Ax + By + Cz = 0. Bidang ini melalui titik asal
O.
Jika C = 0 maka persamaan menjadi Ax + By + D = 0. Bidang ini sejajar sumbu Z.
Lebih lanjut dapat dibuat tabel sebagai berikut.
Tabel 3.1 KemungkinanPersamaanBidang

Jika Persamaan Bidang


B=0 Ax + Cz + D = 0 sejajarsumbu Y
A=0 By + Cz + D = 0 sejajarsumbu Z
C=D=0 Ax + By = 0 melaluisumbu Z
B=D=0 Ax + Cz = 0 melaluisumbu Y
A=D=0 By + Cz = 0 melaluisumbu X
B=C=0 Ax + D = 0 sejajarbidang YOZ
A=C=0 By + D = 0 sejajarbidang XOZ
A=B=0 Cz + D = 0 sejajarbidang XOY
D=B=C=0 Ax = 0 bidang YOZ
D=A=C=0 By = 0 bidang XOZ
D=A=B=0 Cz = 0 bidang XOY

1. Persamaan Normal Hesse


Misalkan Ax + By + Cz + D = 0 dan x cosα + y cosβ + z cosγ – p = 0 menunjukkan persamaan
bidang yang sama, maka berlaku

cos α cos β cos γ −P λ, λ∈R


= = = =¿
A B C D
Sehingg acosα = λA, cos β = λB, cos γ = λCdan – p = λD.
Karena cos2α + cos2 β + cos2γ = 1 maka λ 2
(A2 + B2 + C2) = 1
1
λ=
Atau ± √ A +B 2 +C 2
2

Jadi persamaan normal dari bidang adalah


1
λ= ( Ax+ By +Cz+ D )=0
± √ A +B 2 +C 2
2

Jika− p ≤0 , makaλD ≤ 0
Sehingga jikaD ≥ 0 maka λ ≤ 0 dan jika D ≥ 0makaλ ≥ 0
Perhatikan tandaλsama dengan tanda –D
D
Jarak O sampai bidang tersebut adalah p= 2
√A +B 2+ C2

2 Persamaan Bidang Melalui Titik-Titik Potong dengan Sumbu X, Y dan Z

Dari persamaan bidang datar Ax + By + Cz + D = 0 dengan A, B, C dan D semuanya tidak


sama dengan nol, dapat dicari titik potong dengan sumbu X, Y dan Z.

Misalnya P, Q dan R berturut-turut adalah titik-titik potong dengan sumbu X, Y dan Z,

maka koordinat ketiga titik tersebut adalah P ( −DA , 0,0) ,Q (0 , −DB , 0) dan( 0,0 , −DC )
Persamaan Ax + By + Cz + D = 0 dapat diubah menjadi

Ax + By + Cz = -D : -D

x y z
+ + =1
atau −D −D −D
A B C

−D −D −D
dimana absis P, ordinat Q, dan aplikat R.
A B C

Jadi jika bidang datar tersebut memotong sumbu X, Y dan Z berturut-turut sepanjang p, q
dan r maka persamaannya menjadi

x y z
+ + =1
p q r

Persamaan ini tidak berlaku jika bidang melalui titik O.

3. Persamaan Bidang melalui Sebuah Titik


Sebuah bidang dalam tiga dimensi ditentukan oleh sebuah titik tetap dalam bidang dan sebuah
vector yang tegak lurus terhadap bidang (gambar 3.2).Sebuah vector yang tegak lurus pada
bidang tersebut disebut sebuah normal pada bidang itu.

Misalnya akan dicari persamaan bidang melalui titik P0(x0,y0,z0) dan tegak lurus pada vector
yang tidak nol n = < a, b, c >. Melalui gambar 3.3 dapat dilihat bahwa bidang memuat tepat titik-
titik P(x,y,z) sedemikian hingga vector tegak lurus terhadap n. Dengan persamaan dapat ditulis

n.⃗
P0 P=0 ……..(1)

Karenan . ⃗
P0 P=¿ x−x 0 , y− y 0 , z−z 0 >¿maka (1) dapat ditulis

a ( x−x 0 ) +b ( y− y 0 ) +c ( z−z 0 )=0 … ..( 2)

Yang merupakan sebuah persamaan bidang melalui sebuah titik.


4. Persamaan Bidang melalui 3 Buah Titik

Misalkan persamaan bidang yang melalui titik-titik yang diketahui Ti (xi,yi,zi)(i=1,2,3) adalah
Ax + By + Cz + D = 0 dengan A, B, C dan D yang akan dicari.

Ax + By + Cz + D = 0
Ax1 + By1 + Cz1 + D = 0
Maka dipenuhi Ax2 + By2 + Cz2 + D = 0
Ax3 + By3 + Cz3 + D = 0

Diperoleh empat persamaan dengan empat bilangan A, B, C dan D yang tidak diketahui.Dalam
bentuk determinan penyelesaian dari persamaan inia dalah sebagai berikut.

B. Sudut Arah, Cosinus Arah dan Bilangan Arah

Persamaan Hesse bidang datar x cos α + y cos β + z cos γ – p = 0, dimana α, β dan γ adalah
sudut-sudut arah dari bidang datar sedangkan cos α, cos β dan cos γ adalah sudut-sudut arah dari
bidang datar. Bilangan-bilangan yang sebanding dengan cosinus-cosinus arah disebut bilangan-
bilangan arahnya.

Perhatikan persamaan bidang datar Ax + By + Cz + D = 0, A, B, C adalah bilangan – bilangan


arah dari bidang.
Jika α, β dan γ adalah sudut-sudut arah maka cosinus-cosinus arah:

A B C
cos α= 2 2 2 ; cos β= 2 2 2 ; cos γ =
± √ A +B 2+C 2
2
± √ A + B +C ± √ A + B +C
Tanda dari√ A 2 +B 2+ C2 diambil + semua atau – semua.

C. Sudut Antara Dua Bidang

Dua bidang yang berpotongan menghasilkan dua sudut perpotongan, yaitu sudut θ (0 ≤ θ ≤
90°) dan suplemennya180 °−θ(gambar 3.4).J ika n1 dan n2 adalah normal-normal bidang maka
sudut antara n1dan n2 adalah θ atau180 °−θ bergantung kepada arah dari normal-normal bidang
(gambar 3.5).Jadi sudut antara dua bidang yang berpotongan ditentukan oleh normal dari kedua
bidang tersebut.
Jika persamaan bidang-bidang diketahui mempunyai persamaan-persamaan
V 1 ≡ A1 x + B1 y+ C1 z+ D 1=0dan
V 1 ≡ A2 x+ B2 y+ C2 z+ D 2 =0maka

nV =⟨ A 1 , B1 ,C 1 ⟩ dan n V =⟨ A 2 , B2 , C2 ⟩
1 2

Sehingga

A 1 A2 + B1 B2 +C 1 C 2
Cosθ= 2 2 2 2 2 2
√ A + B + C √ A + B +C
1 1 1 2 2 2

Kedua bidang akan saling tegaklurus jika cos θ = 0 atau A1A2 + B1B2 + C1C2 = 0.

Kedua bidang akan sejajar jika bilangan-bilangan arahnya sebanding.

Atau
A 1 B1 C1
= =
A 2 B2 C2

A 1 B1 C 1 D 1
Kedua bidang berimpit jika = = =
A 2 B2 C 2 D 2

D. Jarak Suatu Titik ke SebuahBidang

Berkaitan dengan jarak, ada tiga masalah yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Menentukan jarak sebuah titik dan sebuahbidang

2. Menentukan jarak dua bidangsejajar

3. Menentukan jarak dua garisbersilangan.

Tiga masalah ini saling terkait. Jika jarak antara titik dan bidang dapat ditentukan maka

jarak antara dua bidang sejajar dapat dicari dengan cara menghitung jarak bidang yang

satu dengan sebuah titik sebarang pada bidang lainnya (gambar 4.5a dan 4.5b).

Sedangkan untuk menentukan jarak dua garis bersilangan dapat ditentukan dengan cara

menghitung jarak dua bidang yang memuat masing-masing garis. Untuk yang terakhir

ini akan dibahas pada bab berikutnya.

P0

Gambar 4.5a Gambar 4.5b

Jarak D suatu titik P0(x0, y0, z0) ke sebuah bidang ax + by + cz + d = 0 adalah


|ax 0 +by 0 + cy 0+ d|
D=
√ a2 +b2 +c 2
E. Berkas Bidang

Misalkan persamaan Bd1≡ A1x-B1y+C1z+D1 = 0 dan Bd2≡ A2x-B2y+C2z+D2 = 0


Dari kedua persamaan itu dbentuk persamaan baru, yaitu Bd1 + λ Bd2 = 0

Atau

(A1x-B1y+C1z+D1) + λ (A2x-B2y+C2z+D2) = 0

(A1 A2 )x (B1 B2 ) y  (C1 C2 )z  (D1 D2 )  0

Untuk setiap harga λ yang nyata, persamaan ini merupakan persamaan bidang datar

karena berderajat satu dalam x, y dan z.

Jika suatu titik terletak pada bidang Bd1 = 0 dan juga pada bidang Bd2 = 0 maka titik

itu tentu terletak pada Bd1 + λ Bd2 = 0. Jadi untuk setiap harga λ yang nyata, Bd 1 + λ

Bd2 = 0

menunjukkan persamaan bidang yang melalui garis potong bidang –bidang Bd 1 = 0

dan Bd2 = 0 yang disebut persamaan berkas bidang. Bidang Bd1 = 0 dan Bd2 = 0

disebut anggota-anggota dasar berkasbidang.

Jika Bd1 = 0 dan Bd2 = 0 adalah bidang-bidang yang sejajar maka berkas bidang terdiri

daribidang-bidangsejajar. Berkasinidisebutberkasbidangsejajar.
F. Jaring Bidang

Diketahui bidang yang bukan anggota dari satu berkas bidang datar sebagai berikut.

Bd1 A1 x B1 y C1 z D1  0

Bd2 A2 x B2 y C2 z D2  0

Bd3 A3 x B3 y C3 z D3  0

Dari ketiga persamaan itu dibentuk persamaan baru

Bd1 + λ Bd2+ μ Bd3 =0


Atau

(A1 A2 A3 )x (B1 B2 B3 )y (C1 C2 C3 )z  (D1 D2 D3 )  0

dengan λ, μ sebagai parameter.

Karena untuk setiappasangharga λ dan μ nyata menunjukkan persamaan

berderajat satu dalam x, y dan z maka persamaan di atas adalah persamaan

bidangdatar.Jika suatu titik terletak pada Bd1 = 0, Bd2 = 0 dan Bd3 = 0 maka titik itu

juga terletak pada Bd1+ λ Bd2+ μ Bd3 = 0.

Persamaan di atas disebut persamaan jaring bidang dan setiap anggota dari jaring

bidang melalui titik potong ketiga anggota dasar Bd1 = 0, Bd2 = 0 dan Bd3 = 0.

Sebaliknya bidang- bidang yang melalui satu titik tertentu membentuk suatu jaring

bidang.
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Sebuah vektor adalah sebuah ruas garis berarah. Karena berarah maka vektor ini dapat
digambarkan sebagai anak panah. Panjang panah adalah besarnya vektor dan arah panah
adalah arah dari vektor. Anak panah mempunyai pangkal dan ujung. Suatu vektor
perpindahan melukiskan jarak dan arah suatu perubahan letak. Vektor perpindahan dari A ke
B ditunjukkan oleh vektor perpindahan  AB dengan A sebagai titik pangkal dan B sebagai
titik akhir

Misalkan n adalah bilangan real positif dan á adalah sebarang vektor. Hasil kali dari
sebuah vektor á dan scalar n, ditulis n á adalah sebuah vektor yang besarnya n kali dari á
dan mempunyai arah yang sama dengan á . Jika n adalah bilangan negatif maka arah dari n á
berlawanan dengan á. Misalkan OX, OY dan OZ adalah sumbu-sumbu yang saling tegak
lurus. Misalkan i, j, k vector-vektor satuan yang sejajar dengan sumbu-sumbu koordinat.
OP ŕ dan P (x,y,z) maka ⃗
Pada gambar di bawah ini, jika ⃗ OA  xi ⃗
OB  yj ⃗
OC  zk dan⃗
OP ,
OF+ ⃗
⃗ FP

Persamaan bidang datar pada ruang adalah Ax + By + Cz + D = 0 ………. *) A, B dan C


tidak bersamaan, sama dengan nol. jika dua titik terletak pada suatu bidang maka semua titik
pada garis yang melalui kedua titik itu terletak pada bidang tersebut. Persamaan normal dari

1
bidang adalah λ = (Ax+By+Cz+D) = 0. Dari persamaan bidang datar Ax + By
± √ A + B2 +C2
2

+ Cz + D = 0 dengan A, B, C dan D semuanya tidak sama dengan nol, dapat dicari titik
potong dengan sumbu X, Y dan Z.

Sebuah bidang dalam tiga dimensi ditentukan oleh sebuah titik tetap dalam bidang dan
sebuah vector yang tegak lurus terhadap bidang. Sebuah vector yang tegaklurus pada bidang
tersebut disebut sebuah normal pada bidang itu.Persamaan Hesse bidang datar x cos α + y
cos β + z cos γ – p = 0, dimana α, β dan γ adalah sudut-sudut arah dari bidang datar
sedangkan cos α, cos β dan cos γ adalah sudut-sudut arah dari bidang datar. Bilangan-
bilangan yang sebanding dengan cosinus-cosinus arah disebut bilangan-bilangan arahnya.

Dua bidang yang berpotongan menghasilkan dua sudut perpotongan, yaitu sudut θ (0 ≤ θ
≤ 90o ) dan suplemennya 180o - θ. Jika n1 dan n2 adalah normal-normal bidang maka sudut
antara n1 dan n2 adalah θ atau 180o - θ bergantung kepada arah dari normal-normal
bidang.Jika suatu titik terletak pada bidang Bd1 = 0 dan juga pada bidang Bd2 = 0 maka titik
itu tentu terletak pada Bd1 + λ Bd2 = 0. Jadi untuk setiap harga λ yang nyata, Bd1 + λ Bd2 = 0
menunjukkan persamaan bidang yang melalui garis potong bidang –bidang Bd1 = 0 dan Bd2
= 0 yang disebut persamaan berkas bidang. Bidang Bd 1 = 0 dan Bd2 = 0 disebut anggota-
anggota dasar berkas bidang. Jika Bd1 = 0 dan Bd2 = 0 adalah bidang-bidang yang sejajar
maka berkas bidang terdiri dari bidang-bidang sejajar. Berkas ini disebut berkas bidang
sejajar.

3.2. Saran

Dalam penyusunan makalah ini tidak menutup kemungkinan terdapat banyak


kekurangan-kekurangan dalam memaparkan sumber informasi dan materi. Oleh karena itu,
kelompok kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari
teman-teman maupun dosen pembimbing, sebagai landasan pembelajaran selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Panggabean,Ellis Mardiana. 2013. Geometri Analitik Ruang. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai