GEOMETRI ANALITIK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
PSPM A 19
JURUSAN MATEMATIKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang “Vektor-
vektor dalam ruang tiga dimensi dan bidang pada ruang”“. Penyusunan untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Geometri Analitik.
Selaku tim penyusun, kami berterima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu
kami lewat bimbingan dan petunjuk yang sangat membantu suksesnya penyusunan makalah ini,
dan tak lupa kami menghaturkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Geometri
Analitik bapak Pardomuan Sinambela, S.Pd,M.Pd yang telah memberikan petunjuk, motivasi,
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kami selaku penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari dosen dan seluruh pembaca makalah, agar dapat dijadikan pedoman
dalam penyusunan makalah selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penyusun
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
Bicara tentang fungsi vektor, ada baiknya jika kita tahu terlebih dahulu apa itu vektor.
Dalam fisika kita mengenal vektor sebagai sebuah besaran yang memiliki nilai dan arah.
Sedangkan dalam matematika, vektor adalah anggota dari ruang vektor. Secara geometris,
vektor dapat disajikan dengan ruas garis berarah. Panjang ruas garis menyatakan besar
vektor dan anak panah menyatakan arah vektor.
Pada dasarnya, setiap bagian dari matematika memiliki fungsi masing-masing. Baik
fungsi matematisnya, penerapannya dalam kehidupan maupun kaitannya dengan ilmu
agama. Tidak terkecuali dengan vektor. Secara matematis, kita kadang-kadang menyatakan
bahwa sebuah fungsi vektor A (x,y,z) mendefinisikan suatu medan vektor karena
mengaitkan suatu vektor dengan setiap titik di suatu daerah. Sementara dari segi kehidupan
manusianya, vektor berfungsi misalnya dalam hal teknologi GPS. Sedangkan dari segi
agamis, vektor dapat memperlihatkan betapa mulianya Allah SWT. yang telah menciptakan
alam semesta beserta manusia dengan sempurnanya.
Kadang kala, muncul sebuah pertanyaan dari kalangan peserta didik, dimana mereka
menanyakan apa tujuannya, atau apa pentingnya kita mempelajari perihal bidang
pembelajaran seperti ini? Vektor, Fungsi vektor, turunan fungsi vektor, bukankah dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak akan ditanyai orang-orang tentang apa itu vektor? Atau
mereka tidak akan bertanya, berapa hasil dari turunan vektor berikut ini. terdengar lucu
memang, namun akan lebih baik jika kita bisa menjelaskan sedikit bagaimana aplikasi dari
vektor ini dalam kehidupan manusia. Sehingga mempelajarinya bukanlah sebuah kesia-
siaan. Maka dari itu, akhirnya penulis memutuskan untuk membahas tentang Fungsi Vektor
ditilik dari segi matematikanya, dalam penerapan sehari hari dan agamanya.
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Vektor
Sebuah vektor adalah sebuah ruas garis berarah. Karena berarah maka vektor ini dapat
digambarkan sebagai anak panah. Panjang panah adalah besarnya vektor dan arah panah
adalah arah dari vektor. Anak panah mempunyai pangkal dan ujung.
Suatu vektor perpindahan melukiskan jarak dan arah suatu perubahan letak Vektor
Suatu vektor letak menunjukkan letak suatu titik terhadap suatu titik asal. Misalnya
OA , ⃗
⃗ OB , ⃗
OP , (gambar 2.1.a).
Dua vektor dikatakan sama apabila keduanya mempunyai panjang sama besar dan
arahnya sama (Gambar 2.1.b).
sebagai |u|
u = <u1, u2, u3> = u1i + u2j + u3k, dimana i, j dan k adalah vektor-vektor satuan baku yang
OA= ádan ⃗
⃗ OB disebut
AB=b́ maka vektor ⃗
OA + ⃗
Secara simbolik ditulis ⃗ AB=⃗
OB
á+ b́=⃗
OB
OB ….…(2)
=⃗
2. Sifat assosiatif, a + (b + c) = (a + b) + c.
OA=a , ⃗
Misalkan ⃗ AB=bdan ⃗
BC=c
Maka a + (b + c) = O
⃗ A +(⃗
AB+ ⃗
BC)
=O
⃗ A +⃗AC
= OC….(3)
⃗
OA + ⃗
(a + b) + c = = (⃗ AB) +⃗
BC
OB +⃗
= ⃗ BC
=⃗OC…(4)
Dari (3) dan (4) diperoleh a+(b+c) = (a+b)+c.
sebuah vektor ádan scalar n, ditulis ná adalah sebuah vektor yang besarnya n kali dari á
dan mempunyai arah yang sama dengan á. Jika n adalah bilangan negatif maka arah dari
Misalkan OX, OY dan OZ adalah sumbu-sumbu yang saling tegak lurus. Misalkan i, j, k
vector-vektor satuan yang sejajar dengan sumbu-sumbu koordinat. Pada gambar dibawah ini,
Atau OP=( ⃗
⃗ OA + ⃗
AF ) + ⃗
FP
Atau O
⃗ P=O
⃗A +O
⃗ B +⃗OC
ŕ =xi+ yj+ zk
OP 2=OF 2 + FP 2
¿ ( OA 2 + AF 2 ) + FP 2
¿ OA 2 +OB 2+OC 2
¿ x 2 + y 2+ z 2
¿|ŕ|=√ x 2+ y 2 + z 2
Jika OP berturut-turut membentuk sudut-sudut α, β, γ dengan arah i, j, k maka kosinus-
kosinus arah dari OP adalah cos α, cos β, cos γ. Nilai dari cosinus arah dihitung dengan cara
yang sama dengan berikut ini.
Jika á dan b́ dua vektor yang mengapit sudut ϕ, maka á ∙ b́=‖a‖‖b‖ cos ∅
á ∙ b́
cos ϕ =
‖a‖‖b‖
Jika a = a1i + a2j + a3k sebuah vektor dalam ruang maka sudut-sudut yang diapit oleh vektor ini
diperoleh
Contoh :
1. Jika koordinat dari P adalah (3,4,12) maka tentukan besar OP dan cosinus-cosinus
arahnya.
Penyelesaian :
OP = 3i + 4j + 12k
OP|= √ 32 + 42 +122=13
|⃗
Jika ϕx, ϕy, ϕz berturut-turut sudut antara OP dengan sumbu x, sumbu y dan sumbu z
maka
Penyelesaian:
AC= i – 3j + 5k
Misalkan ⃗
AB= 3i - 2j + k
⃗
CB = 2i + j – 4k
⃗
AB=⃗
Dapat dilihat bahwa ⃗ AC + ⃗
CB
= 3i – 2j + k.
AB=⃗
Karena ⃗ AC + ⃗
CB maka ketiganya membentuk sebuah segitiga.
2
AC|=√ 12+ (−3 ) +5 2=√ 35
|⃗
2
AB|= √ 32 + (−2 ) +12= √ 14
|⃗
2
CB|=√22 +12 + (−4 ) = √ 21
|⃗
2 2 2
Karena |⃗
AB| +|⃗ AC| Maka ∆ ABC adalah siku-siku.
CB| =14 +21=35=|⃗
TEOREMA 2.1. Jika u, v dan w adalah vektor-vektor dalam ruang tiga dimensi dan k
skalar
maka
(a) u.v=v.u
(b) u . (v + w) = u . v + u . w
(c) k (u . v) = (k u) . v = u . (k v)
= (k u) . v
TEOREMA 2.2. Jika u dan a vektor-vektor dalam ruang tiga dimensi dan jika a ≠ 0,
maka
Bukti
BIDANG PADA RUANG
Bukti:
Misalkan T1 (x1, y1, z1) dan T2 (x2, y2, z2) terletak pada bidang itu.
Karena T1 (x1, y1, z1) dan T2 (x2, y2, z2) pada bidang itu maka dipenuhi
Ax1+ By1 + Cz1 + D = 0 dan Ax2+ By2+ Cz2 + D = 0.
Ambil P sebarang titik pada garis yang melalui T1 dan T2 .
Karena P pada garis tersebut maka koordinat P adalah
x 1 + λx 2 y 1 + λy 2 z 1 + λz2
x p= , y p= z p=
1+ λ 1+ λ dan 1+ λ ……**)
x 1 + λx 2 y + λy 2 z 1 + λz2
( )+ ( 1 )
A 1+ λ B 1+ λ +C 1+ λ +D
1
{( Ax1 + By 1 +Cz 1 + D )+ λ( Ax 2 + By 2 + Cz 2 + D )}
= 1+ λ
=0
Karena P sebarang dan P memenuhi persamaan bidang tersebut maka setiap titik pada
garis yang melalui T1dan T2 terletak pada bidang tersebut.Hal ini berarti bidang itu adalah bidang
datar.
Sekarang, perhatikan kemungkinan-kemungkinan bidang dengan persamaan Ax + By +
Cz + D = 0. Jika D = 0 maka persamaan menjadi Ax + By + Cz = 0. Bidang ini melalui titik asal
O.
Jika C = 0 maka persamaan menjadi Ax + By + D = 0. Bidang ini sejajar sumbu Z.
Lebih lanjut dapat dibuat tabel sebagai berikut.
Tabel 3.1 KemungkinanPersamaanBidang
Jika− p ≤0 , makaλD ≤ 0
Sehingga jikaD ≥ 0 maka λ ≤ 0 dan jika D ≥ 0makaλ ≥ 0
Perhatikan tandaλsama dengan tanda –D
D
Jarak O sampai bidang tersebut adalah p= 2
√A +B 2+ C2
maka koordinat ketiga titik tersebut adalah P ( −DA , 0,0) ,Q (0 , −DB , 0) dan( 0,0 , −DC )
Persamaan Ax + By + Cz + D = 0 dapat diubah menjadi
Ax + By + Cz = -D : -D
x y z
+ + =1
atau −D −D −D
A B C
−D −D −D
dimana absis P, ordinat Q, dan aplikat R.
A B C
Jadi jika bidang datar tersebut memotong sumbu X, Y dan Z berturut-turut sepanjang p, q
dan r maka persamaannya menjadi
x y z
+ + =1
p q r
Misalnya akan dicari persamaan bidang melalui titik P0(x0,y0,z0) dan tegak lurus pada vector
yang tidak nol n = < a, b, c >. Melalui gambar 3.3 dapat dilihat bahwa bidang memuat tepat titik-
titik P(x,y,z) sedemikian hingga vector tegak lurus terhadap n. Dengan persamaan dapat ditulis
n.⃗
P0 P=0 ……..(1)
Karenan . ⃗
P0 P=¿ x−x 0 , y− y 0 , z−z 0 >¿maka (1) dapat ditulis
Misalkan persamaan bidang yang melalui titik-titik yang diketahui Ti (xi,yi,zi)(i=1,2,3) adalah
Ax + By + Cz + D = 0 dengan A, B, C dan D yang akan dicari.
Ax + By + Cz + D = 0
Ax1 + By1 + Cz1 + D = 0
Maka dipenuhi Ax2 + By2 + Cz2 + D = 0
Ax3 + By3 + Cz3 + D = 0
Diperoleh empat persamaan dengan empat bilangan A, B, C dan D yang tidak diketahui.Dalam
bentuk determinan penyelesaian dari persamaan inia dalah sebagai berikut.
Persamaan Hesse bidang datar x cos α + y cos β + z cos γ – p = 0, dimana α, β dan γ adalah
sudut-sudut arah dari bidang datar sedangkan cos α, cos β dan cos γ adalah sudut-sudut arah dari
bidang datar. Bilangan-bilangan yang sebanding dengan cosinus-cosinus arah disebut bilangan-
bilangan arahnya.
A B C
cos α= 2 2 2 ; cos β= 2 2 2 ; cos γ =
± √ A +B 2+C 2
2
± √ A + B +C ± √ A + B +C
Tanda dari√ A 2 +B 2+ C2 diambil + semua atau – semua.
Dua bidang yang berpotongan menghasilkan dua sudut perpotongan, yaitu sudut θ (0 ≤ θ ≤
90°) dan suplemennya180 °−θ(gambar 3.4).J ika n1 dan n2 adalah normal-normal bidang maka
sudut antara n1dan n2 adalah θ atau180 °−θ bergantung kepada arah dari normal-normal bidang
(gambar 3.5).Jadi sudut antara dua bidang yang berpotongan ditentukan oleh normal dari kedua
bidang tersebut.
Jika persamaan bidang-bidang diketahui mempunyai persamaan-persamaan
V 1 ≡ A1 x + B1 y+ C1 z+ D 1=0dan
V 1 ≡ A2 x+ B2 y+ C2 z+ D 2 =0maka
nV =⟨ A 1 , B1 ,C 1 ⟩ dan n V =⟨ A 2 , B2 , C2 ⟩
1 2
Sehingga
A 1 A2 + B1 B2 +C 1 C 2
Cosθ= 2 2 2 2 2 2
√ A + B + C √ A + B +C
1 1 1 2 2 2
Kedua bidang akan saling tegaklurus jika cos θ = 0 atau A1A2 + B1B2 + C1C2 = 0.
Atau
A 1 B1 C1
= =
A 2 B2 C2
A 1 B1 C 1 D 1
Kedua bidang berimpit jika = = =
A 2 B2 C 2 D 2
Berkaitan dengan jarak, ada tiga masalah yang perlu diperhatikan, yaitu:
Tiga masalah ini saling terkait. Jika jarak antara titik dan bidang dapat ditentukan maka
jarak antara dua bidang sejajar dapat dicari dengan cara menghitung jarak bidang yang
satu dengan sebuah titik sebarang pada bidang lainnya (gambar 4.5a dan 4.5b).
Sedangkan untuk menentukan jarak dua garis bersilangan dapat ditentukan dengan cara
menghitung jarak dua bidang yang memuat masing-masing garis. Untuk yang terakhir
P0
Atau
(A1x-B1y+C1z+D1) + λ (A2x-B2y+C2z+D2) = 0
Untuk setiap harga λ yang nyata, persamaan ini merupakan persamaan bidang datar
Jika suatu titik terletak pada bidang Bd1 = 0 dan juga pada bidang Bd2 = 0 maka titik
itu tentu terletak pada Bd1 + λ Bd2 = 0. Jadi untuk setiap harga λ yang nyata, Bd 1 + λ
Bd2 = 0
dan Bd2 = 0 yang disebut persamaan berkas bidang. Bidang Bd1 = 0 dan Bd2 = 0
Jika Bd1 = 0 dan Bd2 = 0 adalah bidang-bidang yang sejajar maka berkas bidang terdiri
daribidang-bidangsejajar. Berkasinidisebutberkasbidangsejajar.
F. Jaring Bidang
Diketahui bidang yang bukan anggota dari satu berkas bidang datar sebagai berikut.
(A1 A2 A3 )x (B1 B2 B3 )y (C1 C2 C3 )z (D1 D2 D3 ) 0
bidangdatar.Jika suatu titik terletak pada Bd1 = 0, Bd2 = 0 dan Bd3 = 0 maka titik itu
Persamaan di atas disebut persamaan jaring bidang dan setiap anggota dari jaring
bidang melalui titik potong ketiga anggota dasar Bd1 = 0, Bd2 = 0 dan Bd3 = 0.
Sebaliknya bidang- bidang yang melalui satu titik tertentu membentuk suatu jaring
bidang.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Sebuah vektor adalah sebuah ruas garis berarah. Karena berarah maka vektor ini dapat
digambarkan sebagai anak panah. Panjang panah adalah besarnya vektor dan arah panah
adalah arah dari vektor. Anak panah mempunyai pangkal dan ujung. Suatu vektor
perpindahan melukiskan jarak dan arah suatu perubahan letak. Vektor perpindahan dari A ke
B ditunjukkan oleh vektor perpindahan AB dengan A sebagai titik pangkal dan B sebagai
titik akhir
Misalkan n adalah bilangan real positif dan á adalah sebarang vektor. Hasil kali dari
sebuah vektor á dan scalar n, ditulis n á adalah sebuah vektor yang besarnya n kali dari á
dan mempunyai arah yang sama dengan á . Jika n adalah bilangan negatif maka arah dari n á
berlawanan dengan á. Misalkan OX, OY dan OZ adalah sumbu-sumbu yang saling tegak
lurus. Misalkan i, j, k vector-vektor satuan yang sejajar dengan sumbu-sumbu koordinat.
OP ŕ dan P (x,y,z) maka ⃗
Pada gambar di bawah ini, jika ⃗ OA xi ⃗
OB yj ⃗
OC zk dan⃗
OP ,
OF+ ⃗
⃗ FP
1
bidang adalah λ = (Ax+By+Cz+D) = 0. Dari persamaan bidang datar Ax + By
± √ A + B2 +C2
2
+ Cz + D = 0 dengan A, B, C dan D semuanya tidak sama dengan nol, dapat dicari titik
potong dengan sumbu X, Y dan Z.
Sebuah bidang dalam tiga dimensi ditentukan oleh sebuah titik tetap dalam bidang dan
sebuah vector yang tegak lurus terhadap bidang. Sebuah vector yang tegaklurus pada bidang
tersebut disebut sebuah normal pada bidang itu.Persamaan Hesse bidang datar x cos α + y
cos β + z cos γ – p = 0, dimana α, β dan γ adalah sudut-sudut arah dari bidang datar
sedangkan cos α, cos β dan cos γ adalah sudut-sudut arah dari bidang datar. Bilangan-
bilangan yang sebanding dengan cosinus-cosinus arah disebut bilangan-bilangan arahnya.
Dua bidang yang berpotongan menghasilkan dua sudut perpotongan, yaitu sudut θ (0 ≤ θ
≤ 90o ) dan suplemennya 180o - θ. Jika n1 dan n2 adalah normal-normal bidang maka sudut
antara n1 dan n2 adalah θ atau 180o - θ bergantung kepada arah dari normal-normal
bidang.Jika suatu titik terletak pada bidang Bd1 = 0 dan juga pada bidang Bd2 = 0 maka titik
itu tentu terletak pada Bd1 + λ Bd2 = 0. Jadi untuk setiap harga λ yang nyata, Bd1 + λ Bd2 = 0
menunjukkan persamaan bidang yang melalui garis potong bidang –bidang Bd1 = 0 dan Bd2
= 0 yang disebut persamaan berkas bidang. Bidang Bd 1 = 0 dan Bd2 = 0 disebut anggota-
anggota dasar berkas bidang. Jika Bd1 = 0 dan Bd2 = 0 adalah bidang-bidang yang sejajar
maka berkas bidang terdiri dari bidang-bidang sejajar. Berkas ini disebut berkas bidang
sejajar.
3.2. Saran