OLEH : KELOMPOK 6
1. PATRIUS RANO K
2. PUJA TAFRIMAYENTI (19050003)
3. ABIEZER SAGARA GARA (19050005)
4. DHEA ADRIN NEELAM (19050011)
5. ZIKRILLAH AKBAR (19050027)
BP 19 SESI A
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kata geometri berasal dari bahasa Yunani “geos” yang berarti bumi dan “metron”
yang memiliki arti ukuran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, geometri berarti
ilmu ukur. Ilmu geometri mengenal dimensi. Dimensi satu ruang lingkupnya adalah garis,
dimensi dua ruang lingkupnya bidang, sedangkan dimensi tiga lingkupnya berupa ruang.
Pada dimensi dua dipelajari tentang titik dan garis. Pengkajian titik dan garis di antaranya
didapatkan berbagai bentuk bangun datar. Bangun datar berdasarkan banyak sisinya di
antaranya segitiga, segiempat, segilima, segienam, segitujuh, dan segibanyak lainnya. Di
antara segi banyak juga dapat dikaji berbagai bentuk jenisnya. Misalnya dari segiempat
dapat dikaji berbagai bentuk jenis segiempat seperti persegi, persegi panjang, trapesium
dan masih banyak lagi. Geometri dimensi dua juga mengkaji relasi bangun datar lain
seperti lingkaran dan elips. Dimensi tiga tidak hanya mempelajari titik dan garis tetapi
juga mempelajari bidang. Pada dimensi tiga akan ditemui berbagai bangun ruang yaitu
sebuah bangun yang dibentuk dari berbagai bangun datar. Beberapa contoh bangun ruang
tersebut di antaranya bidang-empat, bidang-lima, bidang-enam, dan bidang-banyak
lainnya. Terdapat pula bangun ruang yang bukan dibentuk dari berbagai bangun datar
seperti bola dan eipsoida. 2 Pada dimensi dua juga dipelajari hubungan antara bangun
datar. Salah satunya hubungan antara segitiga dan lingkaran. Sebuah segitiga memiliki
lingkaran-luar serta lingkaran-dalam. Lingkaran-luar pada segitiga didasarkan dari
sebuah teorema “garis sumbu dari setiap sisi segitiga ABC bertemu di titik O yang
berjarak sama dari setiap titik sudutnya” (Smith, 2000: 159).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu lingkaran luar segitiga?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana lingkaran luar segitiga.
2. Untuk mengetahui bagaimana lingkaran dalam segitiga.
3. Untuk mengetahui bagaimana lingkaran singgung segitiga.
4. Untuk mengetahui bagaimana segiempat tali busur.
5. Untuk mengetahui bagaimana segiempat garis singgung.
BAB II
PEMBAHASAN
Lingkaran luar segitiga atau lingkaran keliling dari sebuah segitiga ialah lingkaran yang melalui
ketiga titik sudut segitiga
Jari-jari circumcircle (Lingkaran luar) dari suatu segitiga dapat ditentukan dari rumus berikut.
PEMBUKTIAN
Dari gambar segitiga dan lingkaran luar di atas, tariklah garis yang menghubungkan salah satu
titik sudut ke titik pusat O. Dalam bukti ini, kita ambil titik C. Perpotongan garis itu dengan
lingkaran misalkan titik D. Kemudian, hubungkan titik D dengan titik yang lain. dalam hal ini,
kita ambil titik B. Kita tarik pula garis tinggi (t) dari titik C terhadap AB.
Maka, hasilnya ditunjukkan gambar berikut.
TERBUKTI
Lingkaran dalam dari sebuah segitiga adalah lingkaran yang menyinggung ketiga sisi segitiga.
Perhatikan gambar segitiga di bawah ini!
Segitiga ABC di atas merupakan segitiga sebarang. Titik P, Q, dan R merupakan titik singgung
antara segitiga ABC dengan lingkaran yang berpusat di O. OP = OQ = OR = r yang merupakan
jari-jari dari lingkaran O. Panjang BC = a, AC = b, dan AB = c. Dari titik A, B, C, dan O
terbentuk 3 buah segitiga yaitu segitiga AOB, segitiga AOC, dan segitiga BOC dengan tinggi
sama yaitu r. Luas dari masing-masing segitiga tersebut adalah
Luas Segitiga AOB = 1/2 x AB x OR
Luas Segitiga AOC = 1/2 x AC x OQ
Luas Segitiga BOC = 1/2 x BC x OP
Untuk menentukan jari-jari lingkaran dalam segitiga AOB kita dapat menggunakan persamaan
bahwa Luas Segitiga ABC sama dengan jumlah Luas Segitiga AOB, Luas Segitiga AOC dan
Luas Segiitiga BOC atau dapat ditulis sebagai berikut
Jadi, rumus jari-jari lingkaran dalam suatu segitiga adalah
Dengan s = setengah keliling atau s = ½ (a + b + c) dan L = luas segitiga. Luas segitiga dapat
ditentukan dua cara yaitu
Dari gambar segitiga ABC di atas, diperoleh juga rumus jarak titik sudut segitiga terhadap titik
singgung dengan lingkarannya.
Jadi,
x = s – (y + z) = s – a
y = s – (x + z) = s – b
z = s – (x + y) = s – c
atau
AR = AQ = s – a
BR = BP = s – b
CP = CQ = s – c
Lingkaran singgung (luar) dari suatu segitiga ialah lingkaran yang menyinggung sebuah sisi
segitiga dan sambungan kedua sisi yang lainnya.
Perhatikan gambar segitiga ABC di bawah
Misalkan dibuat lingkaran yang menyinggung sisi a, maka lingkaran singgung segitiga tersebut
dapat digambarkan melalui gambar berikut.
sanggup digambarkan melalui gambar diberikut.
Dari gambar terlihat bahwa, bundar singgung berpusat di O dengan menyinggung sisi a serta
menyinggung perpantidakboleh dari sisi b dan c. Jari-jari bundar singgung segitiga yang
menyinggung sisi a disebut dengan ra . ODAE, ODCF, dan OFBE ialah layang-layang garis
singgung. Panjang EB = FB = p, DC = FC = (a - p), serta panjang OD = OF = OE = ra . Untuk
memilih panjang OA sanggup dilakukan dengan dua cara yaitu
OA2 = AD2 + OD2 .......1)
OA2 = AE2 + OE2 ........2)
Dimana, s ialah setengah keliling segitiga atau s = ½ (a + b + c) dan L ialah luas segitiga yang
sanggup dicari dengan dua cara yaitu setengah dikali panjang ganjal dikali tinggi (L = ½ x ganjal
x tinggi) atau dengan memakai formula Heron yaitu
melaluiataubersamaini cara yang sama pula, kita akan mendapat rumus jari-jari bundar singgung
yang menyinggung sisi b dan sisi c. Sehingga, secara lengkap rumus jari-jari bundar segitiga
sanggup ditetapkan sebagai diberikut.
Segi empat tali busur adalah segiempat yang keempat titik sudutnya terletak pada keliling
lingkaran.
Jumlah dua sudut yang saling berhadapan pada segi empat tali busur adalah 180º.
Perhatikan gambar diatas, sudut-sudut yang berhadapan pada segi empat tali busur ABCD
yaitu ∠ABC dengan ∠ADC dan ∠BAD dengan ∠BCD. Selanjutnya perhatikan sudut
keliling ∠ABC dan ∠ADC.
∠ABC = ½×(∠AOD+∠DOC)
∠ADC = ½×(∠AOB+∠BOC)
∠ABC+∠ADC = ½×(∠AOD+∠DOC)+½×(∠AOB+∠BOC)
∠ABC+∠ADC = ½×(∠AOD+∠DOC+∠AOB+∠BOC)
∠ABC+∠ADC = ½×360º
∠ABC+∠ADC = 180º
Dengan cara yang sama, perhatikan sudut keliling ∠BAD dan ∠BCD
∠BAD = ½×(∠BOC+∠COD)
∠BCD = ½×(∠BOA+∠AOD)
∠BAD+∠BCD = ½×(∠BOC+∠COD)+½×(∠BOA+∠OD)
∠BAD+∠BCD = ½×(∠BOC+∠COD+∠BOA+∠AOD)
∠BAD+∠BCD = ½×360º
∠BAD+∠BCD = 180º
Segi empat tali busur yang kedua diagonalnya merupakan diameter lingkaran merupakan persegi
panjang.
Segi empat tali busur yang kedua diagonalnya merupakan diameter lingkaran yang saling
berpotongan tegak lurus merupakan persegi.
Perhatikan gambar diatas, AC dan BD merupakan diameter lingkaran dengan AC tegak lurus
BD. Dan karena ∠ABC, ∠BCD, ∠CDA serta ∠DAB merupakan sudut-sudut keliling yang
menghadap diameter, besar ∠ABC = ∠BCD = ∠CDA = ∠DAB = 90º.
Selanjutnya perhatikan segitiga BOC.
Misalnya segitiga BOC kita putar sejauh 90º berlawanan arah putaran jarum jam dengan titik O
sebagai titik putar maka akan diperoleh sebagai berikut :
Analog dengan cara diatas maka kita dapat menunjukan bahwa CD = DA = AB sehingga BC =
CD = DA =AB. Maka kita dapat mengatakan segi empat ABCD merupakan bangun persegi.
Segi garis singgung merupakan segiempat yang keempat sisinya menyinggung sebuah
lingkaran.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Maka dapat disimpulkan bahwa, pada lingkaran dalam dan luar segituga memiliki rumus
yang berbeda. Dan pada tali busur dan juga segiempat garis singgung memiliki cara yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
https://rumushitung.com/2014/12/22/rumus-jari-jari-lingkaran-dalam-dan-lingkaran-luar-segitiga/