Anda di halaman 1dari 41

DESKRIPSI HASIL BELAJAR SISWA BERBASIS MODEL

PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA


PEMBELAJARAN IPA DI SDN 309
UJUNG BASSIANG LUWU
KELAS IV

NURSAFITRI
1701414148

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2021
PROPOSAL

DESKRIPSI HASIL BELAJAR SISWA BERBASIS MODEL


PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA
PEMBELAJARAN IPA DI SDN 309
UJUNG BASSIANG LUWU
KELAS IV

NURSAFITRI
1701414148

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian dalam rangka
penyusunan skripsi pada Prongram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Cokroaminoto Palopo

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2021

ii
PENGESAHAN PROPOSAL

Judul : Deskripsi Hasil Belajar Siswa Berbasis Model Pembelajaran


Talking Stick pada Pembelajaran IPA di SDN 309 Ujung
Bassiang Luwu Kelas IV
Nama : Nursafitri
NIM : 1701414148
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Telah diseminarkan pada:


Hari/Tanggal :
Tempat :
Disetujui untuk melakukan penelitian

Menyetujui,
Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Sunardin, S.Pd., M.Pd. Dr.Rusdiana Junaid, M.Hum, M.A.,


Tanggal: Tanggal:

Mengesahkan,
Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Erni, S.Pd.SD., M.Pd.


NIDN. 0911118108

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya, Sehingga Penulis dapat Menyelesaikan Proposal ini dengan Judul
Deskripsi Hasil Belajar Siswa Berbasis Model Pembelajaran Talking Stick pada
Pembelajaran IPA di SDN 309 Ujung Bassiang Luwu Kelas IV tak lupa shalawat
serta salam semoga tercurahkan kehadirat Nabi Muhammad SAW, atas Berkat
Bimbingan Beliaulah yang telah Menghantarkan Umatnya Kejalan yang di Ridhoi
Allah SWT.
Penulis Mempersembahkan Ucapan Terima Kasih yang Sebesar-Besarnya
kepada Kedua Orang Tua Penulis yang Tercinta dan telah Membesarkan Anaknya
dari Segala Bentuk Cinta yang Tulus Serta Iringan Doa yang Tulus Ikhlas Demi
Kesuksesan Penulis dalam Menuntut Ilmu dan Meraih Cita-Cita. Serta tak Lupa
Saudara dan Keluarga Penulis yang Senantiasa Mendukung Segala Aktivitas yang
di Lakukan oleh Penulis.
Selama Menyusun Proposal ini, Peneliti dapat mendapat Bantuan dari
Berbagai Pihak. oleh karena itu, pada Kesempatan ini Peneliti ingin Mengucapkan
Terima Kasih kepada Pihak-Pihak berikut ini:
1. Ibu Dr.Ma, Rufi, M.Pd Selaku Rektor Universitas Cokroaminoto Palopo.
2. Ibu Dr.Rusdiana Junaid, M.Hum, M.A., Selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Cokroaminoto Palopo.
3. Ibu Erni, S.Pd.SD., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Cokroaminoto Palopo.
4. Ibu Dr.Rusdiana Junaid, M.Hum, M.A., Dosen Pembimbing 1 yang
Senantiasa Memotivasi, memberi Petunjuk dan Ilmu, Serta Senantiasa
Membimbing Peneliti Selama Menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
5. Bapak Sunardin, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing 2 yang Senantiasa
memberikan Motivasi, Petunjuk, Ilmu, serta Membimbing dengan Ikhlas dan
Penuh kesabaran sehingga Peneliti dapat Menyelesaikan Skripsi ini dengan
baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah
memberikan Motivasi, Semangat untuk Terus Melangkah Maju.

iv
7. Staf Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan Staf Perpustakaan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar yang telah memberikan Fasilitas kepada Peneliti dengan baik
8. Teman-teman seperjuangan dari Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah
berjuang dari semester awal Sampai Semester akhir ini.
9. Kedua Orang Tua dan seluruh keluarga peneliti yang senantiasa mendoakan
dan memotivasi peneliti untuk terus melangkah maju.
Peneliti Menyadari bahwa Karya dalam bentuk Proposal ini Masih Jauh dari
Sempurna. oleh karena itu, Peneliti Mengharapkan Masukan dari Pembaca Berupa
saran dan kritik guna memperbaiki proposal ini. Semoga proposal ini bermanfaat
bagi semua pihak dan pembaca.

Palopo, September 2021

Nursafitri

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................4
1.4 Manfaat Pe nelitian.......................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori.................................................................................6
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan.....................................................15
2.3 Kerangka Pikir.............................................................................15
2.4 Hipotesis Tindakan.....................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan waktu penelitian.........................................................18
3.2. Sampel Penelitian...........................................................................18
3.3. Jenis penelitian...............................................................................18
3.4. Desain penelitian............................................................................18
3.5. Teknik pengumpulan Data.............................................................21
3.6. Teknik Analisis Data .....................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................25

vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.Skema Kerangka Pikir.................................................................................17
2. Desain Penelitian Menurut Kemmis dan MC. Taggart..............................19

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kriteria Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa.....................................................24

viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang di perlukan dirinnya, masyarakat, bangsa, dan nengara
Pendidkan adalah ‘’pertologan yang diberikan oleh orang dewas yang
bertangguang jawab terhadap perkembagan anak untuk menuju ketingkat
dewasa’’.pendidikan adalah adalah hak semua anak. Dalam pembukuan Undang-
undang dasar, pendidikan mendapat perhatian khusus dan tercantum secara
eksplisit pada alinea keempat.Bahkan, pendidikan sudah dianggap sebagai sebuah
hak asasi yang harus secara bebas dapat dimiliki oleh semua anak.Seperti yang
tercantum dalam Universal Declaration Of Human Right 1948 pasal 26 (1) yang
menyatakan bahwa:
Setiap orang memiliki hak atas pendidikan. Haruslah bebas, paling tidak
pada tingkat dasar. Pendidkan dasar haruslah bersifat wajib.pendidikan teknik dan
profesi harus tersedia dan pendidikan tinggi harus dapat diakses secara adil oleh
semua
Pendidikan formal yang diadakan di sekolah, pelaksanaan pendidikan di
lakukan melalui proses pembelajaran tersebut diperlikan pendidikan yaitu
seorang guru yang dapat dijadikan teladan, dan dapat membimbing peserta didik
untuk membagun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreatifitas yang di
milikinya.Dari sisni terjadi pergeseran pandagan dalam proses pembelajaran
opergeseran pandangan dari pengajaran. ‘’pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model pembelajaran.
2

Farida jaya dalam bukunya menjelaskan bahwa pembelajarn merupakan


aktivitas (proses) yang sistematis dan sistemik yang yang terdiri dari bebrapa
komponen yaitu guru atau dosen,program/kurikulum, siswa, proses,output, dan
fasilitas strategi.Dalam proses pembelajaran guru merupakan unsur pokok,
kualitas belajar mengajar yang dilakukan guru merupakan unsur utama dalam
peningkatan hasil belajar yang akan di capai siswa.
Dalam proses belajar, apa yang dicapai sepatutnya dirasakan dan dimiliki
oleh setiap siswa. Tujuan belajar bukan berarti tujuan pembelajaran, karena tujuan
pembelajaran merupakan tujuan dan harapan yang ingin dicapai guru dari
kegiatan yang di lakukan. Meskipun apa yang diinginkan atau di harapkan itu
kemunculannya pada diri siswa, namun belum tentu apa yang di inginkan guru itu
sesuai dengan apa yang di inginkan siswa.
Menurut sudjana, hasil belajar siswa pada hakikatnya adalahel perubahan
tingkah laku.Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas
mencakup bidang kognitif, efektif, dan psikomotorik. Oleh sebab itu, dalam
penilaian hasil belajar, tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan
tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar
dan acuan penilaian.
Menurut Benjamin S. Bloom Tiga (domain) hasil belajar yaitu kognitif,
efektif, dan psikomotorik. Menurut Hamalik hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, dan sikap-sikap serta apersepsi dan
abilitas.
Pembelajaran dipahami sebagai upaya yang disengaja untuk mengelola
kejadian atau peristiwa belajar dalam memfasilitasi peserta didik, sehingga
memperoleh tujuan yang di pelajarinya. Jadi, desain pembelajaran berhubugan
dengan memahami, memperbaiki, menerapkan metode pembelajaran. Desain
pembelajaran juga berarti lebih dari menciptakan pembelajaran secara
harfah.Degan demikian,definisi desain pembelajaran dapat di dekati dari berbagai
perspektif, yakni (1) sebagai suatu proses, (2) sebagai suatu disiplin, (3)ilmu
pengetahuan, (4) sebagai realitas.
Karakteristik desain pembalajaran antara lain: (1) berpusat pada peserta
didik, (2) berorientasi tujuan, (3) terfokus pada pengembangan atau perbaikan
3

kinerja peserta didik, (4) mengarahkan hasil yang dapat dipercaya,(5) bersifat
empiris, berulang, dan dapat di koreksi sendiri,(6) upaya bersama dalam tim.
Pada penelitian ini peneliti mengambil mata pelajaran IPA sebagai bahan
yang diteliti, karena konsep IPA merupakan suatu konsep yang memerlukan
penalaran dan proses mental yang kuat pada seorang peserta didik. Proses mental
peserta didik dalam mempelajaran IPA merupakan kemampuan mengintegrasikan
pengetahuan/sekma kognitif peserta didik peserta didik yang tersusun dari atribut-
atribut dalam bentuk keterampilan dan nilai untuk mempelajaran fenomena-
fenomena alam.
Hasil belajar IPA yang dicapai oleh peserta didik di Indonesia yang
tergolong rendah dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu krakteristik peserta didik
dan keluarga, kemampuan membaca, motivasi belajar, minat dan konsep diri,
strategi dan model pembelajaran, tingkat kehadiran dan rasa memiliki.Faktor
belajar yang sangat penting adalah lingkugan belajar peserta didik dalam bentuk
model yang diciptakan guru untuk mengoptimalkan potensi- potensi yang di
miliki peserta didik dalam mempelajari IPA, dan menggunakan konsep IPA
tersebut dalam memahami lingkugan.
Berkaitan dengan hasil belajar IPA yang dicapai oleh peserta didik di
Indonesia yang tergolong rendah maka peneliti mencoba menggunakan model
pembelajaran talking stick dalam pembelajaran untunk mengatasi masalah yang
dialami peserta didik tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan semangat dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
Istilah talking stick (tongkat berbicara) sebenarnya istilah yang sudah
berumur panjang.Model ini berawal dari kebiasaan penduduk asli Amerika untuk
mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum
(pertemuan antar suku).Dengan perkembangan informasi dan teknologi,model ini
diadopsi untuk dipergunakan dalam sistem. Pembelajaran di sekolah-sekolah.
Model pembelajaran talking stick merupakan satu dari sekian satu model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran yang dijadikan sebagai jatah atau
giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pelajaran.
4

Model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan hasil siswa karena


berdasarkan kenyataannya yang ada bahwa salah satu karakteristik anak SD
adalah masih senang dengan bermain.selainitu, dengan menggunakan model
pembelajaran talking stick, guru dapat mengetahui mana siswa yang sudah paham
materi dan yang belum paham, yang kemudian guru menjelaskan kepada siswa
yang masih kesulitan sehingga siswa tersebut menjadi paham, dengan demikian
hasil belajar siswa dapat meningkat.
Berdasrkan pemaparan di atas, maka peneliti melakukan penelitian dalam
bentuk PTK dengan judul Deskripsi Hasil Belajar Siswa Berbasis Model
Pembelajaran Talking Stick pada Pembelajaran IPA Di SDN 309 Ujung Bassiang
Luwu Kelas IV.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimnakah hasil belajar siswa aspek kognitif pada pembelajaran IPA
menggunakan model pembelajaran Talking stick di kelas IV SDN 309 Ujung
bassiang ?
2. Bagaimnakah hasil belajar siswa aspek efektif pada pembelajaran IPA
menggunakan model pembelajaran Talking stick di kelas IV SDN 309 Ujung
bassiang ?
3. Bagaimanakah hasil belajar siswa aspek psikomotorik pada pembelajaran IPA
menggunakan model pembelajaran Talking stick di kelas IV SDN 309 Ujung
bassiang ?
1.3 Tujuan penelitian
1. Mendeskripsikan hasil belajar siswa aspek kongnitif pada pembelajaran IPA
menggunakan model pembelajaran Talking stick di kelas IV SDN 309 Ujung
bassiang ?
2. Mendeskripsikan hasil belajar siswa aspek afektif pada pembelajaran IPA
menggunakan model pembelajaran Talking stick di kelas IV SDN 309 Ujung
bassiang ?
3. Mendeskripsikan hasil belajar siswa aspek psikomotorik pada pembelajaran
IPA menggunakan model pembelajaran Talking stick di kelas IV 309 Ujung
bassiang ?
5

1.4 Manfaat penelitian


Adapun penelitian ini nantinya diharapkan mempunyai manfaat dan berguna
bagi semua kalagan antara lain
1. Teoretis
a. Menambah dan mengembangkan pembendaharaan teori-teori tentang macam
model pembelajaran yang dapat menigkatkan hasil belajar siswa.
b. Menambah kekayaan kepustakaan Universitas cokroaminotopalopo dan
keguruan program studi pendidikan Guru
2. Praktis
a. Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang dirumuskan.
Selain itu, dengan selesainya penelitian ini penulis jadi lebih memahami
tentang pengaruh yang terjadi terhadap hasil belajar siswa dengan
menggunakan berbagai model pembelajaran.
b. Bagi sekolah
Sebagai bahan bagi kepala sekolah terutama di SDN 309 Ujung Bassiang
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran terutama
mengevaluasi kinerja guru.Dan dapat menjadi informasi berharga bagi
kepala sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam
kaitan dengan upaya menyajikan model pembelajaran yang efektif dan
efesien di sekolah.
3. Bagi Guru
Sebagai bahan kajian bagi guru mata pelajaran IPA untuk
perbaikan pengajaran pada pelajaran IPA. Informasi hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjdi informasi serta masukan berharga bagi para guru
dalam melakukan berbagai upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran talking stick,
khususnya dalam pelajaran ilmu pengetahuan dan mata pelajaran lain pada
umunya.
4. Bagi Siswa
Siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna, sehingga
siswa menjadi lebih menguasai dan terampil dalam pembelajaran IPA dengan
6

penerapan model pembelajaran talking stick sehingga hasil belajar lebih


meningkat dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan Alam.
19

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Benjamin S. Bloom Tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu
kognitif, efektif dan psikomotorik. Menurut Hamalik hasil belajar adalah pola-
pola perbuatan., nilai- nilai, pengertian- pegertian, dan sika-sikap serta apersepsi
dan abilitas.
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk
mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran
menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian
memungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiyah yang dapat
diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu’’ hasil’’dan’’ belajar’’. Pengertian hasil (product) menunjuk
pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional .Menururt Winkel hasil
belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan
tingkah lakunya.
Menurut syafaruddin hasil belajar pada hakikatnya merupakan tingkat
penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti program
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran pada satu jenjang program
pendidikan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan menurut hamid hasil belajar
adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indicator tentang nilai dari
penggunaan suatu metode dibawah kondisi yang berbeda. Efek ini bisaberupa efek
yang sengaja dirancang, karena itu ia berupa efek yang di inginkan dan bisa juga
berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pembelajaran tertentu.
Dari penjelasan tersebut dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah
tujuan belajar yang meliputi perubahan tingkah laku berupa pengetahuan dan
20

keterampilan pemahaman materi. Hasil belajar merupakan tolak ukur bagi seorang
guru untuk mengambil lagkah baru untuk materi berikutnya.
a. Faktor faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi pada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-
tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut munadi dalam hamzah
meliputi faktor internal yaitu:
1. Faktor internal
a. Faktor Fisiologis
Secara umum, kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima
tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani,
dan sebagainya.Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam
menerima materi pelajaran.
b. Faktor psikologis
Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi
fsikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil
belajarnya. Beberapa faktor psikologis, meliputi intelegensi (IQ),
perhatian minat, bakat, motif, motivasi, kongnitif dan daya nalar siswa
2. Faktor Eksternal
a. Faktor lingkugan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan
ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan social lingkungan alam
misalnya suhu, dan kelembaban.
3. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Fakto-
faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-
tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa
kurikulum sarana dan gur
21

b. Aspek hasil belajar


Menurut Bloom (1956,p.24) membagi “learning domain sebagai tujuan
dirumuskan kedalam tiga klasifikasi atau aspek yaitu:(1) Aspek cognitive; (2)
Aspek affective; dan (3). Ranah psikomotor merupakan taksonomi belajar Bloom
yang terfokus pada keterampilan yang berkaitan dengan tugas motorik. Pada
dasarnya Ranah psikomotor merupakan standar pembelajaran sesuai kebutuhan
industry. Ranah psikomotor akan dijelaskan dalam 4 pandagan taksonomi
simpon’s dengan perkembagan penguasan berdasarkan penemuan pengamatan
meliputi:persepsi (perception), keteratuaran (set) respons terbimbing (gueded
response), mekanisme (mechanism), respons cepat (complex overtresponse).
Adaptasi (adaptation),dan inisiasi (origination). Taksonomi Dave’s terfokus pada
kemampuan fisik,meliputi: imitasi(imitation)manipulasi (manipulation),persisi
(precision), artikulasi (articulation)dan naturalisasi(naturalization). Taksonomi
Harrow’s dengan perkembagan penguasaan terlatih pada anak, meliputi: gerakan
reflex (reflex movements), gerakan fundamental dasar (basic fundamental
movements), kemempuan mengamati (perceptual), dan kemampuan komunaksi
non- diskursif (non- discursive communicatiaon). Taksonomi dengan kategori
herarkis sensorik, fisik, tugas,psikomotor dan keterampilan,di tempat kerja atau
industri, taksonomi ini digunakan untuk syarat membagun kemampuan, tetapi
tidak sesuai dengan pengelompokan hasil belajar.

c. Faktor-faktor Hasil Belajar

Menurut teori Gsalt pada SusantoAhmad (2016, h. 1) belajar merupakan


suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak
mengalami perkembangan. Berdasarkan teori ini hasil belajar dipengaruhi oleh
dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswwa; dalam arti
kemampuan berpikir atau tingkah laku, intelektual motivasi, motivasi, minat dan
kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana
prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta
dukunganlingkungan, keluarga dan lingkungan. Pendapat yang senada
dikemukakan oeh Wasilman dalam Ahmad S (2016, h. 12) hasil belajar yang
dicapai oleh pesrya didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
22

mempengaruhi baik faktor internal maupun faktor eksternal. Selanjutnya


dikemukakan oeh Walisman dalam Ahmad S (2016, h. 13) bahwa sekolah
merupakan salah satu faktor yang menetukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi
kemampuan belajar siswa dan kualitas pelajaran disekolah maka semakin tinggi
pula hasil belajar siswa. Kualitas pengajaran pengajaran disekolah sangat
ditentukan oleh guru sebagai mana dikemukakan oleh Wina Sanjaya dalam
SusantoAhmad (2016, h. 13) Guru adalah salah satu komponenyang sangat
menentukan komponen dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Menurut
Dunkin dalam Ahmad Susanto (2016, h. 13) terdapat sejumlah aspek yang dapat
mempengaruhi kualitas aspek yang dapat mempengaruhi pembelajaran dilihat dari
faktor guru yaitu :

a. Teacher formatif experience, meliputi jenis kelamin seerta semua pengalaman


hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk dalam
aspek ini diantaranya tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang
budaya dan adat istiadat.
b. Teacher Training Eperience meliputi pengalaman pengalaman yang
berhbungan dengan aktivitas dan latar belakang guru, misalnya pengalaman
latihan profesional, tingkat pendidikan dan pengalaman jabatan.
c. Teacher Propertis, adalah segala sesuatu sifat yang berhubungan dengan guru,
misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhaap siswa kemampuan
dan intelegensi guru, motivasi dan kemampuan mereka baik kemampuan
dalam pengelolaan pembelajaran termasuk didalamnya kemampuan dalam
merencanakan dan evaluasi pembelajaran maupun kemampuan dalam
penguasaan materi.

d. Manfaat hasil belajar

Salah satu aspek dari kerjasama adalah target atau tujuan yang akan di
capai. Melihat ini,maka sudah jelas bahwa dengan adanya kerjasama diharapan di
peroleh manfaat dari pihak- pihak yang bekerjasama tersebut. Manfaat kerja sama
dilihat daritarget tersebut adalah baik bersifat finansial maupun nonfinansial. Bila
ditanya 1+1 pasti anda akan menjawab 2, tetapi dalam konsep kerjasama atau
23

kemitaraan 1+1 ha sudahrus lebih besar dari 2 (1+1>2).Mengapa demikian?sudah


diuraikan sebelumnya bahwa pihak-pihak yang bekerjasama masing –masing
memiliki kelebihan dan kekuragan masing- masing.Oleh karena ituu, keduanya
berusaha menutupi kekuragan masing- masing dengan kelebihan yang dimiliki
oleh pihak lain atau pihak yang bermitra, Dengan demikian,diharapkan hasil yanh
dicapai dari kerjasama usaha harus lebih baik atau lebih besar di bandingkan jika
dikelola sendidri tanpa kerjasama dengan pihak lain. Jika hasil yang diperoleh dari
kerjasama tidak lebih baik bila seandainya tanpa kerjasama, maka hal ini berarti
kerjasama tersebut gagal Hkusnadi (2003) mengatakan bahwa berdasarkan
penelitian, kerjasama mempunyai beberpa manfaat, yaitu sebagai berikut:

1. Kerjasama mendorong persaingan di dalam pencapai tujuan dan peningkatan


produktivitas
2. Kerjasama mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja lebih
produktif, efektif dan efisien.
3. Kerjasama mendorong terciptanya sinergi sehingga biaya operasionalisasi
akan menjadi semakin rendah yang menyebabkan kemampuan bersaing
meningkatkan.
4. Kerjasama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antara pihak
terkait serta meningkatkan rasa kesetia kawanan
5. Kerjasama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat
kelompok.
6. Kerjasama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan keadaan yang
terjadi dilingkugannya dan kondisi yang telah baik.

2. Pembelajaran IPA
a. Pengertian Pembelajaran IPA
IPA merupakan ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari
fenomena alam yang factual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau
kejadian (events) dan hubungan sebab- akibatnya. Cabang ilmu yang termasuk
anggota rumpun IPA saat ini antara lain Biologi, Fisika, IPA, Astronimi/
Astrofisika, dan Geologi.
24

Ada 3 istilah yang termasuk dalam IPA atau ilmu pengetahuan Alam,
yaitu‘’ilmu’’ pengetahuan’’, dan’’ alam’’. Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui manusia. Dalam hidupnya, banyak sekali pengetahuan yang
dimiliki manusia. Pengetahuan tentang agama, pendidikan kesehatan, ekonomi,
politik,social dan alam sekitar adalah contoh pengetahuan tentang alam semesta
beserta isinya.
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata bahasa inggris
yaitu natural science, yang artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan
dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science itu pengertiannya dapat
disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi dialam.
Menurut H.W. Fowler dalam Abduh Ahmadi dan Supatmo mengatakan
bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan. Yang berhubugan
gengan segala- gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan, dan
induksi. Sedangkan Nokes di dalam Bukunya “Science in Educatiaon”
menyatakan bahwa IPA adalah pengerahuan teoritis yang diperoleh dengan
motode khusus.
Kedua pendapa diatas sebenarnya tidak berbeda. Memang benar bahwa IPA
merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut di dasarkan atas pengamatan
percobaan- percobaan terhadap gejala-gejala alam. Betapapun indahnya suatu
teori dirumuskan, tidaklah dapat dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-
hasil engamatan / observasi. Fakta fakta tentang gejala kebendaan alam diselidiki
dan diuji berulang-ulang melalui percobaan- percobaan, kemudian berdasarkan
hasil eksperimen itukah dirumuskan keterangan ilmiahnya.Teori pun tidak dapat
berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh suatu hasil pengamatan.
Pengetahuan Alam membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun
secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang
dilakukan oleh manusia. IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan
tentang benda atau makhluk hidup, tetapi juga memerlukan kerja secara berfikir
dan cara memcahkan masalah.
Adapun Wahyana dalam Trianto mengatakan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya
25

secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembagannya tidak hanya di


tandai oleh adanya kumpulan faktsa, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap
ilmiahnya.
Berdasarkan pendapat –pendapat diatas, dapat dipahami bahwa dalam
pembelajaran IPA semua yang diajarkan terkait dengan objek alamem semesta
serta persoalannya. Dengan belajar IPA siswa dapat menyadari keterbatasan
pengetahuan mereka. Siswa memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai
pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari Oleh karena itu pembelajaran IPA memerlukan keaktifan siswa secara
lagsung dalam pembelajaran dikelas maupun pengalaman kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu jelaslah bahwa pembelajaran IPA memiliki tujuan
pendidikan secara umum sebagaimna termasuk dalam taksonomi Bloom bahwa:
Diharapkan dapat pembelajaran. Jenis pengetahuan (kongnitif), yang merupakan
tujuan utama dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-
hari. Disampaikan hal itu, pembelajaran sains diharapkan pula memberikan
keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (pemahaman, kebiasaan
dan apresiasi didalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan.
b. Tujuan pembelajaran TPA
Tim pengembagan MKDP kurikulum dan pembelajaran (2011,h 148)
tujuan pembelajaran adalah tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang
ingin dicapai, oleh kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini merupakan
tujuan antara dalam mencapai tujuan- tujuan yang lebih tinggi tingkatnnya yakni
tujuan pendidikandan tujuan pembagunan nasional.
Dengan demikian,secara umum ada tiga tujuan pembelajaran yaitu:
1. Untuk mendapatkan pengetahuan

2. Untuk mendapatkan konsep dan pengetahuan


3. Untuk membentuk sikap atau kepribadian

Menurut Rudi dan cepi (2009,h.1) pembelajaran adalah suatu kegitan yang
melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,keterampilan dan
nilai-nilai positif dengan manfaatkan berbagai sumber untuk belajar.
26

Sedangkan menurut Dadang dan Nana (2006, 1) pembelajaran adalah suatu


proses kegiatan yang dan diatur sedemikian rupa dengan berdasarkan kepada
berbagai aspek baik menyangkut aspek hakikat pembelajaran.

c. Karakteristik pembelajaran IPA

IPA dapat diartikan secara berbeda menurut sudut pandang yang


dipergunakan. IPA sering didefinisikan sebagai kumpulan informasi ilmiah. Ada
ilmuwan yang memandang IPA sebagai suatu metode untuk menguji hipotesis.
Sedangkans seorang filsuf memandangnya sebagai cara bertannya tentang
kebenaran dari apa yang kita ketahui. Para ilmuwan IPA dalam mempelajari
gejala alam, menggunakan proses ilmiah yang di maksud misalnya melalui
pengamatan, eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional. Sikap ilmiah
contohnya adalah objektif dan jujur dalam mengumpulkan data yang di peroleh.

Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu scientist memperoleh


penemuan- penemuan atau produk yang berupa fakta, konsep, preinsip, dan teori.

Carin (1993)menyatakan bahwa IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta,
konsep, prinsip, hokum- hokum dan teori IPA. Jadi pada hakikatnya IPA terdiri
dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya
terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihapal, IPA
juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam
mempelajari gejala- gejala alam yang menggunakan apa yang telah diketahui
sebagai batu loncatan untuk memahami apa yang belum di ketehui.

Suatu masalah IPA yang telah dirumuskan dan kemudian berhasil


dipecahkan akan memungkinkan IPA untuk berkembang secara dinamis, sehingga
kumpulan pengetahuan sebagai produk juga bertambah.
27

Sedangkan menurut Trowbridge dan Bybee (1990) IPA merupakan


representasi dari suatu hubugan dinamis yang mencakup tiga faktor utama, yaitu:
theextent body of scientific knowledge, the values of science,and the methods and
processes of science’’. Pandangan ini lebihluas jika dibandingkan dengan
pengertian IPA yang dikemukakan Hungerford dan volk (1990),karena trowbridge
dan Bybee (1990), selain memandang IPA sebagai suatu proses dan metode
(methods and processes) serta produk- produk (body of scientific knowledge), juga
melihat bahwa IPA mengandung nilai- nilai (values) IPA adalah sekumpulan
nilai- nilai dan prinsip yang dapat menjadi petunjuk pengembagan kurikulum
dalam IPA(Gill, 1991).

Sebagai body of scientific knowledge, IPA adalah hasil interpretasi/


deskripsi tentang dunia kealaman (natural world). Hal ini sesungguhnya sama
dengan elemen produk pada definisi IPA yang dikemukakan oleh Hungerford dan
volk (1990). Tujuan IPA adalah knowledge (hyllegard dan morrow, 1996).

IPA sebagai proses/ metode penyelidikan (inquiry methods) meliputi cara


berpikir, sikap, dan langkah- langkah kegiatan saintis untuk memperoleh produk-
produk IPA atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi, pengukuran,
merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan
pridiksi.

Dalam konteks itu, IPA bukan sekedar cara bekerja, melihat, dan cara
berpikir melainkan’ science as a way of knowing’Artinya,IPA sebagai prose juga
dapat meliputi kecenderugan sikap/ tindakan keingintahuan, kebiasaan berpikir,
dan seperangkat prosedur. Sementara nilai- nilai IPA berhubung dengan
tangguang jawab moral, niali- nilai social, manfaat IPA untuk IPAdan kehidupan
manusia, serta sikap dan tindakan 9 misalnya, keingintahuan, kejujuran, ketelitian,
ketekunan, hati- hati, toleran, hemat dan pengembilan keputusan).

Berdasarkan berbagai pandagan di atas, IPA harus di pandang alam,


melakukan penyelidikan,Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh collete
dan chiappetta (1994) yang menyatakan bahwa IPA pada hakikatnya merupakan;
28

kumulan pengetahuan ( abody of knowledge), cara atau jalan berfikir (method of


thingking), dan cara untuk penyelidikan(method of investigating).
3. Model Pembelajaran Talking Stick
a. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara
atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), Tongkat
berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku Indian sebagai alat
menyimak secara adil dan tidak memihak.
Talking Stick termasuk salah satu metode pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa
untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan. Kolaboratif sendiri
diartikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap
menghormati sesama. Peserta didik betanggung jawab atas belajar mereka sendiri
dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
dihadapkan pada mereka dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Metode
talking stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif karena memiliki ciri-ciri
yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah
3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda.
4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk
berani mengemukakan pendapat. Talking Stick dalam Proses belajar mengjar
dikelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat
yang diberikan dari satu siswa kesiswa yang lain pada saat guru menjelaskan
materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan, maka siswa yang
sedang memegang tongkat itu yang memperoleh kesempatan untuk menjawab
29

pertanyaan tersebut. Hal ini dilakuakan hingga semua siswa berkesempatan


mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
Metode Talking Stick adalah sebuah metode pendidikan yang dilaksanakan
dengan cara pemberi kebebasan pada peserta didik untuk dapat bergerak dan
bertindak dengan leluasa sejauh mungkin menghindari unsu-unsur perintah dan
tidak ada unsur paksaan yang merugikan bagi pesrta didimmaksud untuk
menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri.
b. Karakeristik Model Pembelajaran Talking Stick

c. Kelebihan dan kekurangan Model pembelajaran talking stick


Kelebihan:
1) Siswa lebih dapat memahami materi karena diawali dari penjelasan seorang
guru.
2) Siswa lebih dapat menguasai materi ajar karena ia diberikan kesempatan
untuk mempelajarinya kembali melalui buku paket yang tersedia.
3) Daya ingat siswa lebih baik sebab ia akan ditanyai kembali tentang yang
diterangkan dan dipelajarinya.
4) Siswa tidak jenuh karena ada tongkat sebagai pengikat daya Tarik siswa
mengikuti pelajaran hal tersebut.
5) Pelajaran akan tuntas sebab pada bagian akhir akan diberikan kesimpulan
oleh guru.
Kekuragan:
Kekurangan dari model-model pembelajaran talking stick ini adalah:
1) Kurang terciptanya interaksi antara siswa alam proses belajar mengajar.
2) Kurangnya menciptakan daya nalar siswa sebab ia kebih bersifat memahami
apa yang ada di dalam buku.
3) Kemampuan menganalisis permasalahan tersebut sebab siswa hanya
mempelajari dari apa- apa yang ada di dalam buku saja.
d. Langkah- langkah Model pembelajaran talking stick
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat
30

2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian


memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan
mempelajari materinya
3) Setelah selesai membaca materi/ buku pelajaran dan mempelajarinya
peserta didik menutup bukunya.
4) Guru mengambil togkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu
guru memberikan pertanyan dan peserta didik memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya, demikian seterusnya samapi sebagian besar peserta
didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
5) Guru memberikan kesimpulan
6) Evaluasi
7) Penutup
2.3 Kerangka Berfikir
Dalam kegiatan belajar mengajar, model pembelajaran menempati posisi
yang penting dan dapat menentukan pencapaian hasil belajar yang baik. Salah
satunya faktor yang turut mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa adalah
lemahnya model pembelajaran yang digunakan guru selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
Oleh karena itu untuk, mencapai hasil belajar yang lebih baik terutama
dalam IPA guru harus mempu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dan cocok dengan materi pelajaran dan kemampuan siswa. Dalam
mencapai keberhasilan siswa dalam mempelajari materi guru harus menggunakan
model pembelajaran aktif bukan hanya model ceramah. Model pembelajaran
Talking stick merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas
pelajaran dalam kelas dan sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa.
Pemillihan dalam model pembelajaran talking stick tentu akan
mempengaruhi proses belajar mengajar didalam kelas, karena dengan begitu
pembelajaran akan sangat membantu guru dalam menjelaskan materi.Selain
menjelaskan materi juga dapat menigkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam
mempelajari IPA materi gaya.
31

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

Guru belum
menerapkan model
Talking stick dalam
pembelajaran IPA Siswa: hasil belajar
Pratindakan IPA perlu
ditingkatkan
32

Siklus I: menerapkan
model Talking tick dalam
Tindakan pem belajaran IPA
Menerapkan model
Talking stick dalam
pembelajaran IPA

Hasil yang
diharapkan

Siklus II : Melanjutkan
Menerapkan model Talking stick
dalam pembelajaran IPA dengan
acuan reflek siklus I.

Dengan menerapakan model Talking stick dalam


meningkatkan hasil belajar IPA
33

2.3 Peneliti yang Relevan


Penelitian berikut memiliki relevansi dengan penelitian yang baik dari segi
subtansi dan metode penelitiannya yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti aminah hasibuan (2021) dengan judul
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Talking Stick Pada Mata Pelajaran Ipa Materi Gaya Di Kelas V
Min Medan Maimun Kelurahan Timbang Deli. hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan
pembelajaran IPA Kelas 1V, kompetensi dasar’’mendeskripsikan perubahan
kenampakan bumi’.
2. Penelitian yang relevan dengan menggunakan model pembelajaran talking stick
dilakukan oleh Nursafitri (2021) yang meneliti ‘’ Pengaruh Hasil Belajar
Dengan Metode Talking Stick Terhadap Sikap Ilmiah Siswa Tema Pencemaran
Lingkungan’ Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model talking
stick dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran dengan
kompetensi dasar’’ mengenal aktifitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber
daya alam potensi lain di daerahnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan waktu penelitian


34

Penelitian ini dilakukan dikelas IV SDN 309 Ujung Bassiang Desa


Bassiang Kecamatan Pondrang Selatan.Penelitian ini dilakukan pada semester
ganjil, Tahun ajaran 2021/2022.

3.2. Subjek Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 309 Ujung Bassiang
yang berjumlah 34 siswa yang terdiri dari satu kelas.

3.3. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif


menjadi salah satu metode penelitian yang seriang digunakan. Penelitian ini
biasanya dilakukan untuk mendapat gambaran atau deskripsi tentang fenomena
social yang diteliti

3.4. Desain penelitian

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang termasuk dalam jenis


penelitian kualitatif. Metode deskriptif adalah metode yang meneliti suatu
kelompok, objek, kondisi, dan sistem pemikiran Tujuan penelitian deskriptif
adalah untuk membuat deskripsi, lukisan atau gambar secara sistematis, factual
dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.

Whitney( Moh. Nazir : 2014)mengemukakan metode deskriptif adalah pencarian


fakta dengan interpretasi yang tepat. Dalam model deskriptif,peneliti dapat
membandingkan fenomena tertentu sehingga merupakan studi komparatif. Metode
deskriptif juga menyelidiki suatu fenomena atau faktor dan menilai hubugan suatu
faktor dengan faktor lain.

Metode deskriptif juga mempelajari tentang norma atau standar, sehingga


penelitian ini disebut sebagai survey normatif. Dalam metode deskriptif dapat
diteliti masalah normative dan membuat perbandigan antar fenomena.
35

Berdasarkan pada masalah penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif


dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian merupakan metode yang di
gunakan untuk menjawab masalah dari objek yang akan diteliti

Gambar 2. Desain Penelitian menurut kemmis dan MC. Taggart

1. Pelaksanaan Siklus 1

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan, penelitian mengadakan beberapa kali


pertemuan dengan guru kelas membahas teknis penelitian tindakan kelas. Pada
pertemuan ini peneliti membahas dan menganalisis materi pelajaran kemudian
peneliti:

1) Menentukan mata pelajaran dan materi yang akan diajarkan sesuai dengan
silabus dan kurikulum yaitu mata pelajaran IPA materi gaya.
2) Membuat Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan mata
pelajaran dan materi pembelajaran dengan model pembelajaran talking
stick agar pembelajaran aktif dan menarik.
3) Meyusun format atau lembar observasi yang akan digunakan.
36

4) Meyusun tes untuk mengukur hasil belajar selama tindakan penelitian


diterapkan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini mengajar harus secara benar dan sesuai dengan skenario yang
telah dirancang. Skenario pembelajaran yang telah dirancang dengan sedemikian
rupa dengan mengutamakan tindakan yang ingin diterapkannya yaitu upaya
meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model talking stick.
Dalam melaksanakan tindakan maka perlu menyusun langkah- langkah
operasional atau scenario pembelajaran dari tindakan yang dilakukan.

c.Oservasi

Dalam melakukan pengamatan, peneliti diamati oleh pengamat (observer)


yaitu guru bidang studi yang mengamati proses pembelajaran berlangsung.Dalam
proses pembelajaran peneliti meminta pengamat (guru) untuk mengamati proses
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan memakai lembar observasi
yang telah dirancang. Pengamatan terhadap proses pembelajaran dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan atau keaktifan siswa dalam pembelajaran
IPA

d. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan untuk mempertimbangkan pedoman mengajar


yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan
dalam pembelajaran, untuk itu dilakukan refleksi atas adanya kekuragan atau
kelemahan tindakan yang telah dilaksanakan yang berguna antuk diperbaiki pada
pelaksanaan siklus II.

2. Pelaksanaan Siklus II

Dilakukan evaluasi dan analisis pada tindakan pertama bertujuan untuk


menemukan permasalahan yang muncul pada siklus I. Setelah menemukan
37

permasalahan pada siklus maka selanjutnya diperbaiki pada siklus II dengan


kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan masih sama yaitu:

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti mengadakan beberapa kali


pertemuan dengan guru kelas membahas teknis penelitian tindakan kelas. Pada
pertemuan ini, peneliti membahas dan menganalisis materi pelajaran kemudian

Penelitian:

a) Menentukan mata pelajaran dan materi yang akan diajarkan sesuai dengan
silabus dan kurikulum yaitu mata pelajaran IPA materi Gaya.
b) Membuat Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan mata
pelajaran dari materi pembelajaran dengan model pembelajaran talking stick
agar pembelajaran aktif dan menarik.
c) Menyusun format atau lembar observasi yang akan digunakan.
d) Menyusun tes untuk mengukur hasil belajar selama tindakan penelitian
diterapkan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan


pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking stick yang sesuai
dengan rencana pembelajaran.Adapun tujuan pelaksanaan tindakan yaitu untuk
mengupayakann adanya perubahan kearah perbaikan dan peningkatan kualitas
proses dan hasil belajar dengan melakukan kegiatan pembelajaran sebagaimna
yang telah direncanakan di awal. Tindakan yang direncanakan kemudian
dilakukan dalam bentuk lagkah- langkah operasional atau scenario pembelajaran
adapun sebagai berikut:

c. Observasi

Dalam melakukan pengamatan, peneliti diamati oleh pengamat (observer)


yaitu guru bidang studi yang mengamati proses pembelajaran berlangsung. Dalam
38

proses pembelajaran peneliti meminta pengamat (guru) untuk mengamati proses


pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan memakai lembar observasi
yang telah dirancang. Pengamatan terhadap proses pembelajaran dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan atau keaktifan siswa dalam pembelajaran
IPA.

3.5. Teknik pengumpulan Data

Istrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan


data penelitian. Karena alat atau instrument ini mencerminkan juga cara
pelaksanaannya, maka sering juga disebut dengan teknik penelitian sebagai suatu
cara ilmiah dalam memecahkan masalah termasuk PTK, selamanya berhubungan
dengan instrument pengumpulan data. Tanpa instrument yang tepat,penelitian
tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan.

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses proses pengumpulan data.


Proses pengumpulan data tersebut dapat dilakukan dengan metode tertentu. Jenis
metode yang dipilih dan digunakan dalam proses pengumpulan data tergantung
pada sifat dan karakterristik penelitian yang dilakukan. Agar data yang
dikumpulkan memenuhi persyaratan atau dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah, maka petugas pengumpulan data dan alat bantu (instrument) pengumpulan
data haruslah memenuhi kriteria yang diperlukan. Diantara pengumpulan data
yang cukup penting diantaranya :

1. Wawancara

Secara umum yang dimaksud dengan wawncara adalah cara menghimpun


bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab secara lisan,
sepihak, berhadapan muka dan dengan dan dengan arah tujuan yang telah
ditentukan. Ada dua jenis wawancara yang dapat dilakukan dalam kaitannya
dengan pengumpulan data penelitian yaitu : (1) wawancara terpimpin
(guidedinterview) yang juga dikenal dengan sebutan wawancara berstruktur atau
wawancara sistematis, (2) wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang
dikenal dengan istilah wawancara sederhana atau wawancara bebas. Sehubungan
39

dengan intstumen yang digunakan dalam wawancara, arikunto dalam P.


Manurung membedakan dua jenis pedoman wawancara yaitu :

a. Pedoman wawancara tidak berstuktur adalah pedoman wawancara yang


hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.
b. Pedoman wawancara yang berstruktur adalah pedoman wawancara yang
disusun secara rinci sehingga menyerupai check list.

2. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan


dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap realita

atau hal yan dijadikan objek pengamatan. Observasi sebagai metode pengumpulan

data banyak digunakan untuk mengamati tingkah laku individu atau proses
terjadinya suatu kegiatan.

3. Tes

Pengumpulan data penelitian dapat dilakukan dengan tes atau pengujian.


Tes adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang
distandarisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok untuk dikerjakan,
dijawab, atau direspons baik dalam bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan. Tes
juga dapat diatikan sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif
sehingga dapat dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan
psikis atau tingkah laku individu.

Beberapa tes yang biasa digunakan dalam penelitian misalnya tes bakat, tes
intelegensi, tes minat, tes prestasi, tes kepribadian dan sebagainya. Untuk
menentukan jenis tes mana yang dipakai dalam penelitian, tergantung jenis dan
tujuan pemelitian itu sendiri. Tes yang baik adalah tes yang objektif, valid.

3.6. Teknik Analisis Data


40

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan


PTK (penelitian tindakan kelas) ini dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan teknik persentase untuk melihat kecendrungan yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran. Secara individu, siswa dikatakan telah tuntas apabila =
75%. Untuk mencari nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu dengan Untuk
mencari nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu dengan menggunakan rumus

∑x
sebagai berikut: berikut: berikut: x=
∑N

Keterangan:

X : Nilai rata-rata

∑x : Jumlah semua nilai siswa

∑N : Jumlah seluruh siswa

Dengan melihat hasil ketuntasan belajar siswa baik secara perorangan


maupun klasikal, maka dapat diketahui bahwa seorang siswa dinyatakan tuntas
bila memiliki nilai persentase paling sedikit 75% sedangkan ketuntasan secara
klasikal terdapat bila paling sedikit 80% siswa dikelas tersebut tuntas.

Keterangan:

X : Nilai rata-rata

∑x : Jumlah semua nilai siswa

∑N : Jumlah seluruh siswa

Dengan melihat hasil ketuntasan belajar siswa baik secara perorangan


Keterangan:

X : Nilai rata-rata

∑x : Jumlah semua nilai siswa


41

∑N : Jumlah seluruh siswa

Dengan melihat hasil ketuntasan belajar siswa baik secara perorangan


maupun klasikal, maka dapat diketahui bahwa seorang siswa dinyatakan tuntas
bila memiliki nilai persentase paling sedikit 75% sedangkan ketuntasan secara
klasikal terdapat bila paling sedikit 80% siswa dikelas tersebut tuntas belajar.
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai
berikut:

∑ siswa yang tuntas belajar


P= x 100 %
∑ siswa

Dari persentase ketuntasan belajar, maka kriteria tingkat keberhasilan


belajar dalam persen (%) sebagai berikut.

Tabel 1. Tabel Kriteria Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa


Tingkat keberhasilan(%) Arti
Sangat tinggi
>80% Tinggi
60- 79% Sedang
40- 59% Rendah
20- 39% Sangat rendah
<20%
42

DAFTAR PUSTAKA

Abdu Ahmad dan A. Supatmo. (2008). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Agus Kamaluddin. (2012). Pintar IPA Terpadu. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Agus Suprijono. (2009). Cooperative Learning, Surabaya: Pustaka Belajar.

Asep Jihad dan Abdul Haris. (2013). Evaluasi Pembelajaran.

Asih Widi Wisudawati, Eka Sulistyowati. (2014). Metodologi Pembelajaran Ipa,

Jakarta: Bumi Aksara.

E. Kosasih. (2014). Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum

2013, Bandung: Yrama Widya.

Erlangga. (2013). RPAL. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Farida Jaya. (2015). Perencanaan Pembelajaran. Medan: Gema Insani.

Hadis Riwayat Sunan Ibnu Majah. (2001). Kitab Al-Ilmi, Bab Keutamaan Ulama’

dan Anjuran Mencari Ilmu. (Bentuk-bentuk Dar Al-fikri), Jilid 1.

Hamzah dan nurdin mohammad. (2004). Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM.

Jakarta: Bumi Aksara.

Hayat dan Yusuf. (2010). Metodologi Pembelajaran Ipa. Jakarta: Bumi Aksara.
43

Imas Kurniasih. (2015). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk

Meningkatkan Professional Guru. Kata Pena.

Istarani. (2014). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Media Persada: Medan.

Imam Jalaludin. (911 H). Tafsir Jalalain, Mesir: Jilid III.

Kementerian Agama RI. (2012). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Sygma

Mardianto. (2014). Psikologi Pendidikan. Medan : Perdana Publishing.

Anda mungkin juga menyukai