KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Manajemen
suatu tujuan.
Dalam bahasa Arab istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau at-
tanzim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan
menata, dan merapikan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, mengetahui prinsip-
prinsipnya serta menjadikan hidup selaras dan serasi dengan yang lainnya.
15
Al-Mu'ajm al-Wajiiz, Majma'ul-Lughoh al-Arrabiyyah, huruf Nuun
16
James A.F. Stoner,R.Edward Freeman, Daniel Gillbert,JR, Managemen Sixt Edition,
New Jersey: Prentice Hall.1995.hlm 7.
12
13
Prof. Oey Liang Lee: “Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan,
daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da'a, yad'u' da'wan, du'a,19 yang diartikan
permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah tabligh, amr
islam, menyeruh untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar serta
memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia untuk menuju kehidupan
yang baik dan sesuai dengan nilai ajaran islam demi tercapainya kebahagian hidup
didunia dan akhirat. Sesuai dengan nilai ajaran islam demi tercapainya kebahagian
17
Drs. RB. Khatib Pahlawan kayo, Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional
Menuju Dakwah Professional, Jakarta: Amzah. Cet.1, 2007, hlm. 17
18
Munir M dan Wahyuni Illahi. 2006. Manajemen Dakwah, Cet I Kencana: Jakarta. hlm.11
19
Majma' al-Lughah al-Arabiyah, 1972: 286
14
hidup didunia dan akhirat. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
yang makmur atas yang mungkar, memenangkan yang hak atas yang
batal.
kepada manusia untuk berbuat baik dan menjauhi yang buruk sebagai
20
Al-Aliyy.Al-qur’an dan terjemahannya.Bandung: CV Penerbit Diponegoro hlm :323
15
pembinaan.21
ajakan dan seruan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku yang
dilaksanakan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain
baik secara individu maupun kelompok agar timbul dalam dirinya suatu kesadaran
internal dan sikap serta penghayatan dalam pengamalan ajaran agama dengan
setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u
(mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), dan thariqah
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan
ataupun perbuatan yang baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi
atau lembaga.
Kata da’i ini secara umum sering disebut dengan mubaligh (orang yang
21
Wahidin Saputra. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
hlm: 261
16
Da’i juga harus tahu apa yang disajikan dakwah tentang Allah, alam
semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan
dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah
Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u, yaitu manusia yang menjadi
sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun tidak, atau dengan
kata lain manusia secara keseluruhan. Sesuai dengan firman Allah QS. Saba‟ 28:
٨٢ َو َما ٓ َأ ۡر َسلۡنَ َٰ َك إ اَّل ََكٓف ا ٗة ِن ّلنا ِاس ب َ ِش ٗريإ َوه َ ِذ ٗيرإ َوم َ َٰ ِك ان َأ ۡك َ ََث أمنا ِاس ََّل ي َ ۡعلَ ُمو َن
ِ
Artinya: “Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada yang
mengetahui”.(QS. Saba‟: 28)
1. Tipe innovator, yaitu masyarakat yang memiliki keinginan keras pada setiap
3. Tipe pengikut dini, yaitu masyarakat sederhana yang kadang- kadang kurang
siap mengambil resiko dan umumnya lemah mental. Kelompok masyarakat ini
masuk.
tinjauan, yaitu:
tiga, yaitu: dzalimum linafsih (orang fasik dan ahli masiat), sabiqun
22
Munir, M.dan Wahyuni Illahi.2006. Manajemen Dakwah, Cet I Kencana: Jakarta: hlm.
107.
18
dan masyarakat.
1) Al Qur‟an
Agama islam adalah agama yang menganut ajaran kitab allah yakni Al
itu sebagai materi utama dalam berdakwah, Al Quran menjadi sumber utama dan
2) Hadis
Qur‟an. Dengan menguasai materi hadis maka seorang da’i telah memiliki bekal
dakwah yang hendak dicapai. Namun, secara global materi dakwah dapat
muamallah.
Unsur dakwah yang ke empat adalah wasilah (media dakwah), yaitu alat
dan suara. Dakwah dengan wasilah ini dapat berbentuk pidato, ceramah,
2) Melalui media cetak seperti tulisan, buku majalah, surat kabar, surat
23
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Amzah: Wonosobo. hlm: 70-75
20
internet.
Metode dakwah, adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk
أ ۡد ُع إ َ َٰل َس ِب ِيل َرب ّ َِك بِٱمۡ ِح ۡۡكَ ِة َوأمۡ َم ۡو ِع َظ ِة أمۡ َح َس نَ ِ ِۖة َو َج َٰ ِدمۡهُم بِٱم ا ِِت ِ َِه َأ ۡح َس ُ ُۚن
ِ
٥٨١ يِلۦ َوه َُو َأ ۡع َ َُل بِٱمۡ ُمهۡ َت ِد َين ِ ِ إ ان َرب ا َك ه َُو َأ ۡع َ َُل ِب َمن ضَ ال َعن َس ِب
ِ
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati agar
dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran
tinggi seperti seperti, ahli kitab, orientalis, filosof dan lain sebagainya.
ajaran Allah.
Apabila di tinjau dari sudut pandang yang lain, metode dakwah dapat di
lakukan pada berbagai metode yang lazim di lakukan dalam pelaksanaan dakwah.
24
Moh, Prof. Dr. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Surabaya: Kencana, 2008. hlm. 218-219
22
1) Metode Ceramah
tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam
3) Metode Diskusi
antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu yang di
4) Metode Propaganda
cara mempengaruhi dan membujuk secara massal, persuasif, dan bersifat otoritatif
(paksaan).
5) Metode Keteladanan
6) Metode Drama
23
7) Metode Silaturrahim
lakukan dengan mengadakan kunjungan kepada suatu objek tertentu dalam rangka
dakwah.25
pengaturan secara sistematik dan koordinatif dalam kegiatan atau aktifitas dakwah
yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan dakwah.
25
Shaleh, Rosyad A. 1997. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang hlm.123
24
ِ ِكْ َس ب
ۖ ُْيلْ إِلَىْ ا ْدع ِ ا لْح س نَةِْ وا لْم و ِع ظَةِْ بِا ل
َ ِّْح ْك َم ةِْ َرب َْ َ َ َ
Artinya : “serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah
(kebijaksaan) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik” (Q.S: an-Nahl:125)
agar dapat terlaksana dan melaksanakan kebagian sesuai dengan kemampuan dan
keahlian.
اى ثُ َّن
ََّ ي َك ََّ ص ْوا آ َهنُوا ال ِذ
ََّ يي ِه َ ْر َوتَ َوا َ َوتَ َوا
َِّ ص ْوا ِبالصب
َّ﴾ ِب ْال َورْ َح َو ِة٧١﴿
Artinya:” Dan dia termasuk orang-orang beriman dan saling
berpesan untuk bersabar dan berpesan untuk saling berkasih sayang.”
pedoman bagi manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas
dicapai dalam waktu tertentu. Sedangkan sasaran adalah yang telah ditetapkan
oleh manajemen puncak untuk menentukan arah organisasi dalam jangka panjang.
26
fitrahnya.26
Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran agar mau
dengan kerangka sehingga tujuan dakwah akan lebih mudah tercapai dengan
26
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas.1983.hlm. 49
27
Wiardi.1983. Asas-Asas Manajemen ,Alumni: Bandun. hlm.36
27
sarana atau alat pembantu pada aktivitas dakwah itu sendiri. Karena dalam sebuah
aktivitas dakwah itu akan timbul masalah atau problem yang sangat kompleks,
sistematis. Dalam konteks ini, maka ilmu manajemen sangat berpengaruh dalam
pengelolaan sebuah lembaga atau organisasi dakwah sampai pada tujuan yang
diinginkan.
meliputi:
merumuskan materi yang ideal tanpa mengetahui seluk beluk mad‟u yang
dihadapi nya.
a) Keberadaan seorang da’i, baik yang terjun secara langsung maupun tidak
b) Materi merupakan isi yang akan disampaikan kepada mad’u, pada tataran
ini materi harus bisa memenuhi atau yang dibutuhkan oleh mad’u,
c) Mad’u kegiatan dakwah harus jelas sasarannya, dalam artian ada objek
kegiatan dawah yang dilaksanakan akan berjalan secara terarah, teratur, rapi serta
dan kondisi.
kondisi diwaktu yang akan datang dalam perencanaan dan kegiatan yang akan
diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat.29
sebuah perencanaan.30
baik, tidak jelas kemana arah dan target yang akan dicapai dari kegiatan itu serta
28
Munir M.dan Wahyuni Illahi.2006. Manajemen Dakwah, Cet I Kencana: Jakarta.hlm.79-
80
29
Hani Handoko, Manajemen.hlm 77-78
30
Munir M dan Wahyuni Illahi.2006. Manajemen Dakwah, Cet I Kencana: Jakarta: hlm. 94
29
pelaksanaan kegiatan dimasa yang akan datang. Rencana yang baik hendaknya
rencana.31
31
A.W Wijaya, Perencanaan sebagai Fungsi Manajemen, Bima Aksara:1987 hlm. 9
30
berikut:
adalah baik. Standar baik dalam islam adalah yang sesuai dengan
dakwah.
menjalankan aktivitasnya.
32
Munir, S.Ag, M.A. dan Wahyu Illaihi, S.Ag, M.A., 2009, Manajemen Dakwah, Kencana:
Jakarta. hlm.98-99
31
yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka
mencapai sasaran seefektif mungkin. Salah satu model perencanaan yang adikuat
1. Identifikasi masalah
33
Shaleh, Abd. Rosyad. Manajemen Dakwah. PT Bulan Bintang: Jakarta, 1986.hlm 56-76
32
dan
dakwah meliputi:
yang lebih luas karena mencakup segala aspek kehidupan. Pada akhirnya,
waktu paling tidak selama satu tahun. Sedangkan rencana jangka panjang
34
Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah, 1996, sipress: yogyakarta. hlm
222
33
rencana dengan kerangka batas waktu tiga tahun keatas. Dalam program
disesuaikan dengan kebutuhan umat atau kondisi yang berlaku. Dalam hal ini
sebuah organisasi dapat merancang batas waktu berapa saja yang diinginkan
pedoman umum. Rencana itu memberikan fokus, tetapi tidak mengunci para
khusus adalah sebuah rencana yang telah dirumuskan dengan jelas serta tidak
terduga.
tidak terprogram yang diambil oleh para manajer. Kebalikan rencana ini
dalam organisasi.35
Pengorganisasian tidak lepas dari koordinasi, yaitu upaya penyatuan sikap dan
langkah dalam mencapai tujuan. Menurut Eri Sudewo koordinasi dapat terwujud
1. Pimpinan
berjalan koordinasi.
3. Sistem
Organisasi yang memiliki sistem lebih mampu bertahan dalam waktu yang
lebih lama.36
35
Munir, S.Ag, M.A. dan Wahyu Illaihi, S.Ag, M.A., 2009, Manajemen Dakwah, Kencana:
Jakarta. hlm.111-112
36
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, hlm.106-107
35
b) Mendepartementalisasi dakwah
koordinasikan.
membentang dari tingkat atas organisasi terus sampai tingkat paling bawah
siapa-siapa yang harus dituju jika mereka menemui permasalahan dan juga
d) Rentang kendali
bawahan yang dapat disurvei oleh seorang manajer secara efisien dan
efektif.
mencakup pada wewenang formal, yaitu hak-hak yang inhern dalam posisi
f) Menformalisasi dakwah
tingkah laku, skill, dan keterampilan para da’i dibimbing dan diarahkan
37
Arbi, Armawati. Dakwah Dan Komunikasi, UIN Jakarta Press: Jakarta 2003, hlm. 34
37
organisasi.38
karena juga merupakan inti dari manajemen. Tanpa adanya pergerakan, maka
rencana yang telah tersusun tidak dapat terlaksanakan karena tidak ada tenaga
ditetapkan dan diadakan pembagian tugas kepada para pelaksana dalam rangka
1. Pemberian motivasi
2. Pembimbing
3. Jalinan hubungan
4. Penyelenggaraan komunikasi
38
Muslih, Manajemen Suatu Pengantar, BPFE UII; Yogyakarta,1989,hlm.107
38
mencegah perdebatan yang menyalahi aturan dalam bahasa agama biasa disebut
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, agar sesuai dengan perencanaan semula.40
39
Shaleh, A.Rosyad Manajemen Dakwah Islam, Bulan Bintang; Yogyakarta, 1995,
hlm.123
40
Muchtarom, Zaini. Dasar-dasar Manajemen Dakwah, Al- Amin Press:
Yogyakarta,1993, cet.Ke 1, hlm.16
39
a) Sebuah standar spesifikasi prestasi yang diharapkan. Ini dapat berupa sebuah
5. Majelis Taklim
Ungkapan kata majelis taklim sepertinya sudah menjadi istilah yang baku
dikalangan masyarakat Indonesia. Ungkapan kata tersebut sudah tidak asing lagi
ditelinga kita. Pada dasarnya kata majelis taklim itu berasal dari kata arab yang
telah disadur kedalam bahasa Indonesia. Kata majelis taklim terdiri dari dua kata
yaitu: kata majelis dan kata taklim. Kata majelis dalam bahasa arab berasal dari
kata َ ََجل
َّس yang berarti duduk, sedangkan kata majelis merupakan bentuk isim
Sedangkan kata taklim berasal dari kata َّ َعلَ َن- يُ َع ِّل َّ َُّم-َّتَ ْعلِيْوا yang mengandung arti
41
Munir, S.Ag, M.A. dan Wahyu Illaihi, S.Ag, M.A., 2009, Manajemen Dakwah, Kencana:
Jakarta. hlm.98-99
42
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, PT Hilda Karya Agung: Jakarta, hlm. 98
43
Nurul Huda, Pedoman Majelis Taklim, Koordinasi Dakwah Islam: Jakarta, 1990, Cet Ke-
2 hlm.5
40
Majelis Taklim memiliki dasar hukum yang kuat dalam dalam lembaga
pendidikan.
pendidikan keagamaan.
tahun 2006
dari kalangan masyarakat itu sendiri, mempunyai tujuan bagi kemaslahatan umat
ummat.
b. Meluruskan aqidah
baiknya.
dan keimanan.45
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa kehadiran majelis taklim sangat
dengan sistem dan perencanaan yang matang akan membuahkan hasil yang
B. Kajian Terdahulu
Kajian terdahulu yang pernah diteliti oleh Miftakhul Jannah yang judul
Kesimpulannya
Taklim Nurul Mubin berdasarkan pada syariat islam. dimana jamaah diajarkan
Ini sangat jelas berbeda dengan penelitian penulis yang lebih memusatkan
C. Kerangka Berpikir
maka dilakukan dengan kerangka pikir sistematis yang meliputi sebagai berikut:
Gambar 1
Kerangka Berpikir
46
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method ).
Alfabeta: Bandung, 2013, hlm.60
43
selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.
rencana dakwah akan terealisasi. Dalam hal ini pimpinan harus bisa