Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pekerja Sosial


Pekerja sosial merupakan aktivitas yang direncanakan untuk menghasilkan
suatu perubahan menyangkut interaksi orang dengan lingkungan sosialnya;
bertujuan membantu orang atau institusi sosial agar dengan interaksi sosial
tersebut ia dapat menjalankan tugas-tugas kehidupan dan fungsi sosialnya
dengan lebih baik; dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi; serta
mewujudkan aspirasi mereka. Dalam pengertian ini dikemukakan pengertian
pekerjaan sosial menurut beberapa ahli, baik dalam maupun luar negri agar
dapat diperoleh pengertian yang lebih jelas tentang pekerjaan soisal.
Dalam buku Istiana Hermawati1 Definisi Walter A. Friedlander dalam
bukunya yang berjudul Introduction to social Welfare, Walter A. Friedlander
(1961) mendefinisikan pekerjaan sosial sebagai suatu pelayanan professional
yang didasarkan pada pengetahuan ilmiah dan keterampilan dalam hubungan
kemanusiaan yang membantu individu-individu, baik baik secara perorangan
maupun kelompok untuk mencapai kepuasan dan kebebasan sosial dan
pribadi.pelayanan ini biasanya dikerjakan oleh suatu lembaga sosial atau suatu
organisasi yang saling berhubungan. Sedangkan definisi Allan Pincus dan Anne
Minahan dalam bukunya yang berjudul Social Work Practice,Model and
Methode, Allan Pincus dan Anne Minahan (1973), mengemukakan bahwa
pekerjaan sosial menitikberatkan pada permasalah interaksi manusia dengan

1
Istiana Hermawati, “Metode Dan Teknik Dalam Praktik Pekerjaan Sosial”, Yogyakarta, 2001, hal
1

34
lingkungan sosialnya sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupan,
mengurangi ketegangan, serta mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka. Fokus dari
pekerjaan sosial menurut Sllan Picus dan Anne Minahan sebagaiman tersebut di atas
adalah interaksi orang dengan lingkungan sosial sehingga mampu menyelesaikan tugas
kehidupan mereka, mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi, serta mewujudkan
aspirasi dan nilai-nilai mereka. Jadi, pekerja sosial dalam konteks ini melihat masalah yang
dihadapi orang dengan melihat situasi sosial tempat orang tersebut berada atau terlibat.
Artinya, jika dari bagaimana cara orang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Dalam buku Istiana Hermawati2 Definisi Leonora Serafica de Guzman melengkapi
definisi pekerja sosial, Leonora Sarafica de Guzman (1983), di dalam bukunya yang
berjudul Fundamentals Of Social Work mendefinisikan pekerja sosial sebagai profesi yang
bidang utamanya berkecimpung dalam pelayanan sosial yang terorganisasi. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk memberikan fasilitas dan memperkuat relationship, khususnya
dalam penyesuaian diri secara timbal balik saling menguntungkan antara individu dengan
lingkungan sosialnya dengan menggunakan metode pekerjaan sosial sehingga individu
maupun masyarakat dapat menjadi lebih baik. Sedangkan definisi Ikatan Pekerja Sosial
Nasional Indonesia (IPSNI) mengenai definisi pekerja sosial di Indonesia, Ikatan Pekerja
Sosial Nasional Indonesia merumuskan pekerjaan sosial sebagai aktivitas yang ditunjukan
kepada usaha mempertahankan dan memperkuat kesanggupan manusia sebagi
perseorangan dalam kehidupan kelompok maupun antarkelompok agar manusia itu tetap
dapat berfungsi dalam tat kehidupan sosial dan kebudayaan masyarakat yang sedang
membangun guna mencapai kesejahteraan bersama.
Dalam buku Istiana Hermawati, definis UU No.6 Tahun 1974 menurut Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial, pekrja sosial didefinisikan sebagai semua keterampilan teknis yang
dijadikan sebagai wahana bagi pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial. Definisi pekerja
sosial sebagaimana yang dirumuskan dalam UU RI No.6 Tahun 1974 di atas sangat
sederhana, tetapi mengundang arti yang luas dan mengemungkinkan adanya perubahan-
perubahan sejalan dengan pendapat dan definisi kerja pekerjaan sosial yang sedang tumbuh
dan berkembang di Indonesia. (Karni Hariwoerjanto, 1982:21). Jika beberapa definisi

2
Ibid hal 2-3
pekerjaan sosial di atas dikaji dengan seksama , maka dapat dieroleh bebarapa penegertian
sebagai berikut.
a) Pekerjaan sosial merupakan kegiatan professional. Artinya,kegiatan tersebut
berlandaskan pada ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai ilmiah. Di samping
itu, kegiatan pekerjaan sosial juga diarahkan pada kepentingan umum (public interest).
b) Kegiatan pekerja sosial adalah kegiatan [ertolongan atau pelayanan sosial agar orang
yang ditolong dapat menolong dirinya sendiri (to help people to help themselves) dan
tidak tergantungan pada bantuan yang diterimanya atau pertolongan orang lain secara
terus-menerus.
c) Sasaran dari pekerja sosial adalah seseorang, baik sebagai individu maupun sebagai
kolektivitas (keluarga, kelompok, organisasi, dan masyarakat) yan mengalami
permasalahan dalam menjalankan interaksi sosial dengan lingkungannya: mengalami
hambatan dalam dalam menjalankan tugas kehidupan dan fungdi sosial; serta hambatan
dalam mewujudkan aspirasi atau nilia-nilai kehidupan.
d) Dalam menjalankan pekerjaan sosial diperlukan metode tertentu, seperti metode social
case work, social grup work, dan community organization yang merupakan metode
pokok; serta administrasi kesejahteraan sosial, supervise, dan peneliti sosial sebagai
metode bantu.
e) Pekerja sosial membantu mengarahkan orang untuk meningkatkan kemapuan dan
kemauannya secara optimal. Daam kondisi semacam itu, ia dapat menjalankan fungsi
sosialdan tugas kehidupannyadengan baik; dapat menciptakan kondisi atau situasi sosial
yang kondusif dan memungkinkan seseoran untuk mengembangkan fungsi sosial; serta
mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai kehidupannya.
f) Pekerjaan sosial selalu mengarah pada terciptanya kesejahteraan sosial, baik secara
khusus (kepada orang yang ditolong dan lingkungan sosialnya) maupun secara umum
(kepada umat manusia secara keseluruhan)3.

B. Peran Pekerja Sosial


Dalam melakukan proses pertolongan pada klien 4, seorang pekerja sosial memiliki
peran-peran yang dapat digunakan, karena hal ini berkaiatan dengan maslah yang sedang
3
Ibid, hal 4-6
4
Edi Suharto,“Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial”. PT Refika Aditama. Bandung. Hal 97-101
dihadapi oleh klien dan juga terkait akan kebutuhan-kebutuhan klien guna menyelesaikan
masalahnya. Adapun peran yang digunakan oleh seorang pekerja sosial menurut Parons,
Jorgensen dan Harnandez yang dikutip oleh Edi Suharto (2009) adalah sebagai berikut:
1. Enabler atau Fasilitator
Menurut Barker, enabler atau fasilitaor dijelaskan sebagai salah satu tanggung jawab
pekerja sosial dalam membantu klien, sehingga klien mamapu untuk menghadapi
goncangan-goncangan sosial dan menyelesaikan sendiri akan masalah yang sedang
dihadapinya.
2. Broker
Seorang klien belum tentu mengetahui dan dapat mengakses semua pelayanan-
pelayanan sosial dengan baik, maka dari itu dalam perannya sebagai broker pekerja
sosial dapat menghubungkan klien dengan sumber-sumber yang dapat memberikan
pelayanan-pelayanan sosial agar klien dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ada
tiga prinsip utmana yang harus diketahui sebelumnya dalam melakukan perannya
sebagai broker, yaitu mampu mengindentifikasikan akan sumber-sumber di dalam
masyarakat yang dapat di akses oleh klien, mampu menghubungkan klien dengan
sumber-sumber yang dapat dengan tepat, mampu mengambangkan sumber-sumber
dalam bentuk evaluasi sumber-sumber guna terpenuhnya kebutuhan klien.
2. Mediator
Peran pekerja sosial sebagai mediator merupakan peran yang sangat penting,terutama
dalam adanya perbedaan sehingga mengarah pada sebuah konflik. Menurut Lee dan
Swenson (1986) pekerja sosial yang berperan sebagai mediator ini memiliki fungsi
untuk menjembatani antara anggota kelompok yang berkonflik maupun antara anggota
kelompok dengan system yang dilingkungan.5
3. Pendidik
Dalam perannya sebagai pendidik, pekerja sosial harus mampu memberikan
pengetahun dan keterampilan bagi klien agar dapat berfungsi secara sosial dan mampu
memenuhui kebutuhan-kebutuhannya. Karena sering kali klien memiliki keterbatasan
akan pengetahuan dan keterampilan sehingga masuk ke dalam kelompok yang rentan
dalam menghadapi goncangan sosial.

5
Ibid, hal, 97-101
4. Konselor
Peran sebagai konselor tidak dapat diperankan begitu saja diperkankan oleh siapa
saja. Konseling yang dilakukan merupakan metode yang profesional yang diperoleh dari
pendidikan formal ataupun pengalaman yang telah teruji.

C. Bimbingan Karir
1. Pengertian Bimbingan Karir
Bimbingan karir merupakan pelayanan dan aktivitas-aktivitas yang dimakasudkan
untuk membantu para individu,pada semua usia dan sepanjang rentang kehidupan mereka,
untuk memilih pendidikan, pelatihan dan pemilihan karir serta mengelola karir-karir
mereka. Proses membantu siswa/konseli dalam hal memahami dirinya, memahami
lingkungan berupa dunia kerja, menentukan pilihan kerja, dan membantu menyusun
rencana untuk mewujudkan keputusan yang diambilnya.6
Karier adalah pekerjaan, profesi (Hornby, 1957). Seseorang akan bekerja dengan
senang hati dan penuh kegembiraan apabila yang dikerjakan itu memang sesuai dengan
keadaan dirinya, kemampuannya, dan minatnya. Sebaliknya, apabila seseorang bekerja
tidak sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya maka dapat dipastikan ia akan kurang
bergairah dalam bekerja, kurang senang, dan kurang tekun. Agar seseorang dapat bekerja
dengan baik, senang, tekun, diperlukan adanya kesesuaian tuntutan dari pekerjaan atau
jabatan itu dengan apa yang dalam diri individu yang bersangkutan. Untuk mengarah hal
tersebut merupakan salah satu tugas dari pembimbing untuk mengarahkanya.
Bimbingan karier merupakan salah satu aspek dari bimbingan dan konseling. Tidak
tepat apabila menganggap bahwa bimbingan karier itu merupakan satu satunya bimbingan
yang perlu ditangani. Hal tersebut perlu ditekankan untuk menghindari kesalahpahaman
yang mungkin timbul. Apabila dipandang bahwa bimbingan karier ini merupakan satu-
satunya bimbingan yang perlu ditangani oleh maka aspek atau jenis bimbingan yang lain
akan ditinggalkan, padahal banyak masalah yang ada di luar bimbingan karier. Bimbingan
karier hanyalah merupakan salah satu aspek atau bagian saja dari bimbingan keseluruhan.

6
Hartono, “Bimbingan Karier”, Kencana, Jakarta, 2016, hlm. 28-29
Pada saat ini, bimbingan karier mendapatkan pelaksanaannya, khususnya di sekolah-
sekolah SMA dan SMP. Sebenarnya, bimbingan karier juga dapat diterapkan di ssekolah-
sekolah lain.
Pada kenyataannya, masih ada para siswa tamatan SMA atau SMP yang tidak
melanjutkan pendidikannya karena suatu sebab yang tidak dapat dihindarkan, misalnya
karena kemampuan, biaya, biaya tidak ada, atau sebab-sebab yang lain. Oleh karena itu,
para siswa tersebut membutuhkan bimbingan yang baik, khususnya yang berkaitan dengan
pekerjaan. Bagi para siswa yang dapat melanjutkan pendidikannya dari SMA ke perguruan
tinggi dan dari SMP ke SMA maka siswa bersangkutan yang memilih jurusan. Semua ini
menunjukan bahawa untuk mendaptkan jurusan atau program studi yang tepat, dibutuhkan
bimbingan dari para pembimbing. Dengan demikian, para siswa yang akan melanjutkan
studi atau yang akan terjun langsung ke dunia kerja tentu memerlukan bimbingan karier
secara bijaksana.7
Bimbingan karir adalah bimbingan untuk membantu siswa salam perencanaan,
pengembangan, dan pemecahan masalah-masalah karir, seperti: pemahaman terhadap
jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahamaan kondisi dan kemampuan diri, pemahaman
kondisi lingkungan, perencanaan dan perkembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan
pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi. Bimbingan karir juga merupakan
layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan siswa sebagai bagian integral dari program
pendidikan. Bimbingan karir terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif, afektif,
maupun keterampilan siswa dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami
proses pengambilan keputusan, maupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang
akan membantu dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang terus menerus
berkembang.8
Bimbingan karir merupakan pelayanan dan aktifitas-aktifitas yang dimaksudkan untuk
membantu para individu, pada semua usia dan sepanjang rentang kehidupan mereka, untuk
memilih pendidikan, pelatihan dan pemilihan karier serta mengelola karier-karier mereka.
Pelayanan ini dijumapai di sekolah-sekolah, universitas, dan perguruan tinggi, instuti

7
Bimo Walgito, “Bimbingan Dan Konseling (Studi & Karier)”, C.V ANDIOFFSET Penerbit ANDI),
Yogyakarta, 2010. Hml. 201
8
Syamsu Yusuf LN, “Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah”,Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2006
Hal. 38-39
pelatihan, biro kerja dan tempat kerja masyarakat dan di biro jasa pelayanan. Aktivitas
bimbingan karier dalam bentuk individual atau kelompok. 9
2. Pengertian Bimbingan Karir Islam
Dalam buku Maryatul Kibtyah konseling kerja Islam adalah proses pemberian bantuan
kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang
seharusnya dalam mencari dan melakukan pekerjaan senantiasa selaras dengan ketentuan
dan petunjuk syariat Islam, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Konseling Islam didefinisikan sebagai proses pemberian bantuan yang berbentuk
kontak pribadi individu yang mendapatkan kesulitan dalam suatu masalah dengan seorang
petugas profesional dalam hal pemecahan masalah, pengenalan diri, penyesuaian diri dan
pengarahan diri untuk mencapai realisasi diri secara optimal sesuai ajaran Islam 10. Dengan
kata lain konseling membantu individu untuk bisa melihat berbagai problem yang
dihadapinnya dalam mencari pekerjaan dan melakukan pekerjaan dengan syariat Islam.
Ketentuan syariat Islam harus diyakini baiknya, dan pasti akan membahagiakan manusia
jika diikuti. Oleh karena itu, agar berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kerja bisa
teratasi, individu diajak mengahayati kembali ketentuan syariat islam tersebut.11
Bimbingan kerja Islami lebih bersifat preventif. Dengan demikian, proses pemberian
bantuan bimbingan lebih banyak menekankan agar seseorang apabila mencari pekerjaan
jangan sampai menyimpang dari ketentuan dan petunjuk syariat Islam. Bagi seoarang yang
telah mendapatkan pekerjaan atau sedang bekerja, pembimbing menekankan agar jangan
sampai yang bersangkutan menyimpang dari ketentuan dan petunjuk syariat Islam dalam
melakukan pekerjaannya.12
Dari kebutuhan materi dan kepuasan lahiriah seperti itu, pekerja yang hakiki adalah
perintah Tuhan. Seperti yang terkandung dalam Al-qur’an Surat at-Taubah ayat 105

9
Hartono, “Bimbingan Karier”, PT Fajar Interpratama Mandiri, Jakarta, 2016 hlm. 28
10
Anwar Sutoyo, “Bimbingan dan Koseling Islami”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, hlm.21
11
Maryatul Kibtayah, “Bimbingan & Konseling Karir dalam Prespektif Islam”, CV Karya Abadi Jaya,
Semarang, 2015, hlm.166-167
12
Samsul Munir Amir, “Bimbingan Dan Konseling Islam”, Sinar Grafika Offset AMZAH, Jakarta, 2015,
hml. 29
I‫ن‬Iَ I‫ و‬I‫ ُّد‬I‫ر‬Iَ Iُ‫ ت‬I‫ َس‬I‫و‬Iَ Iۖ I‫ن‬Iَ I‫و‬Iُ‫ ن‬I‫ ِم‬I‫ؤ‬Iْ I‫ ُم‬I‫ ْل‬I‫ ا‬I‫و‬Iَ Iُ‫ه‬Iُ‫ل‬I‫ و‬I‫ ُس‬I‫ َر‬I‫ َو‬I‫ ْم‬I‫ ُك‬Iَ‫ ل‬I‫ َم‬I‫ َع‬Iُ ‫ هَّللا‬I‫ ى‬I‫ر‬Iَ Iَ‫ ي‬I‫ َس‬Iَ‫ ف‬I‫ا‬I‫و‬Iُ‫ ل‬I‫ َم‬I‫ ْع‬I‫ ا‬I‫ل‬Iِ Iُ‫ ق‬I‫َو‬
ِ I‫ ْي‬I‫ َغ‬I‫ ْل‬I‫ ا‬I‫م‬Iِ Iِ‫ل‬I‫ ا‬I‫ َع‬I‫ى‬Iٰ Iَ‫ل‬Iِ‫إ‬
I‫ن‬Iَ I‫و‬Iُ‫ ل‬I‫ َم‬I‫ ْع‬Iَ‫ ت‬I‫ ْم‬Iُ‫ ت‬I‫ ْن‬I‫ ُك‬I‫ ا‬I‫ َم‬Iِ‫ ب‬I‫ ْم‬I‫ ُك‬Iُ‫ ئ‬Iِّ‫ب‬Iَ‫ن‬Iُ‫ي‬Iَ‫ ف‬I‫ ِة‬I‫ َد‬I‫ا‬Iَ‫َّ ه‬I‫ش‬I‫ل‬I‫ ا‬I‫و‬Iَ I‫ب‬
Yang artinya: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan dan konseling
islam dalam proses bantuan terhadap individu agar dapat menyelesaikan masalah dengan
menggunakan Al-quran dan Hadis sebagai pedoman serta menjalin kehidupan untuk di
akhirat.
3. Pengertian efektifitas layanan bimbingan karir
Bimbingan karir merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu
individu dalam memecahan maealah karir untuk memperoleh penyesuaian diri yang
sebaik-baiknya, baik pada masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Rochman
Natawidjaja (Gani, 2005, h. 11) mengemukakan bahwa bimbingan karir merupakan
proses membantu seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri
pribadinya dan gambaran tentang dunia kerja di luar dirinya, mempertemukan gambaran
tentang diri tersebut dengan dunia kerja itu pada akhhirnya untuk dapat memilih bidnag
pekerjaan, menyiapkan diri untuk bidang pekerjaan, memasukinya, dan membina karir
dalam bidang tersebut.
Menurut Dewa Ketut Sukardi yang dikutip oleh Toto Irianto Toto (2014, h. 6),
bimbungan karir merupakan bimbingan perlu diberikan kepada para siswa atau individu
untuk menyaring serta menyeleksi potensi-potensi yang sesuai yang dimiliki oleh para
siswa dalam menentukan pilihannya untuk mewujudkan dirinya pada pekerjaan, jabatan
atau karir yang tersedia.
Donal D Super (salahudin, 2010 hal 116) mengartikan bimbingan karir sebagai suatu
proses membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri
serta peranannya dalam dunia kerja. Menurut pemahaman ini, ada dua hal penting.
Pertama, proses membantu individu untuk memahami dan menerima diri sendiri. Kedua,
memahami dan meyesuaikan diri dalam dunia kerja. Oleh sebab itu, hal penting dalam
bimbingan karir adalah pemahaman dan penyesuaian diri, baik terhadap dirinya maupun
dunia kerja.
Berdasarkan uraian diatas, jelaslah bahwa bimbingan karir merupakan suatu program
yang disusun untuk membantu perkembangan individu agar ia memahami dirinya,
mampu merencanakan karirnya dengan mantap, sesuai dengan bakat, minat, kemampuan,
pengetahuan dan kepribadian, serta faktor-faktor yang mendukung kemajuan dirinya.
Dan memperlajari dunia kerja untuk mendapatkan pengalaman yang membantunya dalam
membuat keputusan dan mendapatkan pekerjaan.
Maka dari itu, bimbingan karir merupakan salah satu bimbingan yang harus disediakan
disekolah maupun dipanti-pantu rehabilitasi. Bimbingan karir berperan untuk
memfasilitasi individu agar terjadi perkembangan dalam memilih karir. Dari segi
pengetahuan dunia kerja, pekerjaan yang diminati, menganalisis peluang karir, dan
kemampuan untuk membuat keputusan.
4. Fungsi bimbingan karir
Bimbingan karir dapat membantu individu dalam mengenal dan mengembangkan
potensi karir yang dimilikinya. Selain itu bimbingan karir sebagai kesatuan proses
bimbingan memiliki manfaat yang dinikmati oleh kliennya dalam mengarahkan diri dan
menciptkan kemandirian dalam memilih karir sesuai dengan kemampuannya. Bimbingan
karir dalam berfungsi sebelum individu memasuki dunia pekerjaan untuk membantu
individu memahami dan menyesuaikan denga realitas kerja. Fungsi bimbingan karir
menurut bambang ismaya (2015, hal 86) diantarnya:
a) Memberikan pilihan jurusan kepada individu, karena jurusan akan mempersiapkan
siswa dalam bidang pekerjaan yang kelak diinginkan.
b) Memberikan bekal kepada individu yang tidak melanjutkan sekolah untuk dapat
siap kerja sesuai dengan keinginannya.
c) Membantu kemandirian bagi individu yang ingin ataupun harus belajar sampai
bekerja
Sedangkan menurut Fhera Kristina Damayanti (2017, h. 26) mengatakan bahwa fungsi
bimbingan karir adalah sebagai berikut:
a) Fungsi pemahaman, yaitu untuk membantu individu dalam memahami potensi
dirinya dan lingkungannya, metode yang digunakan dalam fungsi pemahaman
adalah dengan bimbingan individu dan kelompok.
b) Fungsi pencegahan, yaitu untuk membantu remaja mencegah atau menghindarakan
diri dari berbagai peprmasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya,
metode yang digunakan dalam fungsi pencegahan yakni konselor memberikan
bimbingan kepada individu tentang cara bagaimana menghindarkan diri dari
perbuatan atau kegiatan yang membahayakan.
c) Fungsi pengentasan, yaitu membantu individu dalam mengatasi masalah yang
dihadapi, metode yang digunakan dalam fungsi pemahaman ini adalah dengan
konseling dan remedial teaching.
5. Tujuan Bimbingan Karir
Secara umum, tujuan bimbingan karir dan konseling adalah untuk membatu individu
memiliki keretampilan dan mengambil keputusan menegnai karirnya di masa depan.
Berikut tujuan bimbingan karir:
1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait
dengan pekerjaan.
2. Memiliki pengtahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang meninjang
kematangan kompetensi kerja.
3. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asalkan bermakna bagi dirinya, dan
sesuai dengna norma agama.
4. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan
persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita
karirnya masa depan
5. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali
ciri-ciri pekerjaan, kemapuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan
sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
6. Memiliki kemapuan untuk merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan
secara rsional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,
kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
7. Mengenal keterampilan, minat, dan bakat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam
suatu karir amat dipengaruhi oleh minat dan bakatyang dimiliki. Oleh karena itu,
setiap orang harus memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan
apa dia mampu, dan apakah dia berminat teerhadap pekerjaan tersebut.
8. Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
9. Memiliki kemampuan untuk menciptakan suasana hubungan industrial yang
harmonis, dinamis, berkeadilan, dan bermartabat.
Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam pengembagan diri, diantaranya pemecahan
masalah pribadi dan kehidupan sosial, penanganan masalah belajar, pengembangan
karir, dan kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam ekstrakurikuler. Pengembangan
diri pada sekolah ditempat ia menempuh pendidikan, terutama ditunjukan untuk
bimbingan karir dan pengembangan kreativitas peserta didik. 13
5. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir
Cara pelaksanaan Bimbingan Karir di Sekolah terdiri dari dua macam tehnik
pendekatan, yaitu pendekatan individual dan pendekatan kelompok.14
a. Pendekatan Individual
Pendekatan Individual yaitu dengan cara melalui penyuluhan karier. Bantuan
dengan penyuluhan karier melalui dua cara yaitu:
 Konseling tentang pemecahan kesulitan dengan tujuan mengatasi masalah yang
dihadapi siswa.
 Bantuan perorangan agar masing-masing siswa dapat memahami dirinya,
memahami dunia kerja dan mengadakan penyesuaian antara dirinya dengan dunia
kerja.
b. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok dalam Bimbingan Karir akan memungkinkan masalah yang
bersangkut paut dengan karir dapat ditangani untuk semua siswa di Sekolah. Supaya
memiliki keterampilan dalam proses pengambilan keputusan mengenai apa yang
dicita-citakan pekerjaan, jabatan atau karir yang utama di masa depan. Untuk

13
Anas Salahudin, “Bimbingan dan Konseling”, PUSTAKA SETIA, Bandung, 2010, hlm.117-118

14
Bimo, Walgito. 2004.  Bimbingan dan Konseling (studi dan karir). Yogyakarta: Andi Offset. Hal. 198
mencapai tujuan itu, siswa perlu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya serta
dapat mengambil keputusan yang bemakna bagi dirinya.

D. Pengertian Anak Jalanan


Menurut Departemen Sosial RI,15 anak jalanan adalah anak yang menghabiskan
sebagian besar waktunya di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan
dan tempat-tempat umum lainya. Anak jalanan mempunyai ciri khas yang berbeda
dengan anak yang biasa. Kehadiran anak jalanan beraneka ragam, diantaranya pengamen,
pedagang koran, pedagang rokok, pembersih kaca mobil pengemis, sampai kepada
pengedar “kotak amal”. Mereka terutama beroprasi diperempatan jalan (traffic light),
dengan sasaran adalah pengemudi dan penumpang kendaraan roda empat.16
Anak jalanan ,tekyan, arek kere, anak gelandangan, atau kadang disebut anak
mandiri. Sesungguhnya mereka adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi
dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatife dini sudah harus
berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Di
berbagai sudut kota, sering terjadi anak jalanan harus bertahan hidup dengan cara-cara
yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima masyarakat umum, sekedar
untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu keluarganya.
Marginal, rentan, dan eksploitatif adalah istilah-istilah yang tepat untuk menggambarkan
kondisi dan kehidupan anak jalanan. Marginal karena mereka melakukan jenis pekerjaan
yang tidak jelas jenjang karirnya, kurang dihargai dan umumnya tidak menjanjikan
prospek apapun di masa depan. Rentan karena resiko yang harus ditanggung akibat jam
kerja yang sangat panjang benar-benar dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan.
Adapun disebut eksploitatif karena mereka biasanya memiliki posisi tawar-menawar
yang sangat lemah, tersubordinasi, dan cenderung menjadi objek perlakuan yang
17
sewenang-wenang dari ulah preman atau oknum aparat yang tidak bertanggung jawab.
Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada
anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih namun masih
memiliki hubungan dengan keluarganya. Anak jalanan, anak gelandangan, atau disebut
15
Departemen Sosial RI, 20015,5
16
Abu Huraerah, “Kekerasan Terhadap Anak”. PENERBIT NUASA CENDEKIA, Bandung, 2018, hlm 90

17
Bagong Suyanto, “Masalah Sosial Anak”, KENCANA, Jakarta, 2016, hlm 199-200
juga eufimistis sebagai anak mandiri, sesungguhnya mereka adalah anak yang tersisih,
marginal, dan teraliensi dari perlakuan kasih sayang yang kebanyakan dalam usia yang
relative dini mereka sudah harus berhadapan dengan lingkungan koto yang keras, dan
bahkan sangat tidak bersahabat. Di berbagai sudat kota, sering terjadi anak jalana harus
bertahan hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat
diterima masyarakat umum.
Pengertian lain menurut Nurharjadmo dalam buku Atwar Bajari 18 menyebutkan bahwa
anak jalana adalah anak-anak yang berusia 7-18 tahun, laki-laki dan perempuan yang
bekerja di jalan raya atau tempat-tempat umum setiap hari. Pendapat tersebut senada
dengan apa yang disampaikan Edi Suhar anak jalana adalah anak laki-laki dan perempuan
yang menghabiskan besar waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan dan tempat-tempat
umum, seperti pasar, mall, terminal bis, stasiun kereta, dan taman kota. Sebagian besar
anak jalana adalah remaja berusia belasan tahun, tetapi tidak sedikit pula yang berusia di
bawah 10 tahun. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa anaka jalanan
adalah anak laki-laki atau perempuan yang rata-rata berusia 7-18 tahun yang menghabiskan
sebagaian besar waktunya untuk bekerja atau hanya untuk bermain di jalan dan tempat-
tempat yang disebabkan karena faktor ekonomi ataupun faktor keluarga.

E. Metode Pendampingan
Metode adalah serangkaian cara kerja atau prosedur kerja yang teratur dalam sitematis
yang digunakan untuk melaksanakan suatau kegiatan sehingga dapat mencapai hasil yang
diharapkan. Dengan demikian, yang dimksud metode pekerja sosial dalah serangkaian cara
kerja atau prosedur yang teratur dan sitematis yang dilaksanakan pekerja sosial dalam
memberikan pelayanan sosial kepada klien sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan secara efektif. Metode pokok pekerja sosial terdiri dari 3 jenis, yaitu sebagai
berikut:19

18
Atwar Bajari, “Anak Jalanan Dinamika Komunikasi Dan Prilaku Sosial Anak Menyimpang”, Humaniora,
Bandung, 2012, hlm.18

19
Istiana Hermawati, “Metode Dan Teknik Dalam Praktik Pekerjaan Sosial”, Yogyakarta, 2001, hal 31-34
1. Metode Bimbingan Sosial Perorangan (Social Case Work)
Dalam buku Istiana Hermawati20 Menurut W.A. Friedlander dalam bukunya yang
berjudul Introduction to Social Walfare (1961), W.A. Friedlander membuat definisi
Bimbingan Sosial Perorangan (Socil Case Work) adalah cara menelong seseorang
dengan konsultasi untuk memperbaiki hubungan sosialnya sehingga memungkinkan
tercapainya kehidupuan yang memuaskan dan bermanfaat. Menurut Helen Jaspan dalam
buku yang berjudul Case Work Social di Indonesia (1961), Helen Jaspan mendifinisikan
Bimbingan Sosial Perorangan adalah suatu proses yang menaruh minat dalam upaya
menolong individu untuk mencapai tingkat perkembangan kepribadian tertinggi
sehingga klien (penyandang masalah) itu dapat menolong dirinya sendiri di dalam suatu
ikatan tanpa bantuan orang lain. Menurut J. browser sebagaimana dikutip Helen Jaspan
(1961), mengatakan bahwa Bimbingan Sosial Perorangan adalah suatu seni yang
mempergunakan pengetahuan tentang ilmu relasi manusia dan ketrampilan dalam
mengadakan hubungan untuk memobilisasikan kemampuan individu dan sumber yang
tersedia dalam masyarakat guna penyesuaian yang baik antara klien dan semua atau
sebagaian lingkungan.
Dari beberapa definisi Bimbingan Sosial Perorangan tersebut tampak bahwa
masing-masing ahli mempunyai penekanan tersendiri sehingga rumusannya tidak sama
antara satu dengan yang lain. Friendlender menekankan pada cara menolong individu
dengan konsultasi, Helen Jaspan menekankan pada proses pemberian pertolongan yang
didasarkan pada minat, dan Browers menekankan pada seni menolong dengan sosial.
Sasaran metode dari ketga ahli tersebut sama, yaitu memberi pertolongan kepada
individu atau perorangan yang mempunyaai permasalahan dengan tujuan agar individu
tersebut mencapai kehidupan yang lebih baik, dalam arti lebih memuaskan atau
bermafaat, lebih dapat menolong dirinya sendiri, tidak bergantung pada orang lain
(mandiri), dan lebih bisa menyesuaikan diri dan lingkungan sosialnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud Bimbingan Sosial Perorangan
adalah serangkaian cara kerja atau prosedur yang taeratur dan sistematik untuk
menolong individu yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupan serta
fungsi sosialnya secara baik.

20
Ibid, hal 31
2. Metode Bimbingan Sosial Kelompok (Social Grup Work)
Dalam buku Istiana Hermawati21 menurut H.B. Tercker dalam bukunya yang
berjudul Social Grup Work, Principles and Practice (1948), mendefinisikan Bimbingan
Sosial Kelompok (Social grup work) sebagai suatu metode bimbingan yang dilakukan
oleh pekerja sosial untuk membatu individu yang terikat dalam kelompok agar dapat
mengikuti kegiatan kelompok. Dengan demikian, individu dapat bergaul dengan sesama
anggota kelompok secara baik dan dapat mengambil manfaat dari pengalaman
pergaulan atau perkembangan pribadi, kelompok, dan masyarakat.
Sedangkan menurut Friedlander dalam bukunya yang berjudul Concept and
Methods of Social Work (1965), mengemukakan bahwa pekerja soosial kelompok
bekerja dengan berbagai cara agar pergaulan di dalam kelompok dan kegiatan kerja
kelompok dapat membantu perkembangan para individu anggota kelompok dan
membantu mencapai tujuan sosial yang dikehendaki.
Dari dua definisi bimbingan sosial kelompok di atas dapat ditarik beberapa
pengertian sebagai berikut yaitu bimbingan sosial kelompok dilaksanakan untuk
menolong individu yang terkait didalam kelompok, bimbingan tersebut diberikan oleh
pekrja sosial dalam mengikuti kegiatan kelompok, tujuan bimbingan sosial kelompok
adalah sebagai berikut: individu yang terkait dalam kelompok tadi dapat ergaul dengan
sesama anggota kelompok secara baik, individu dapat mengambil manfaat dari
pengalaman pergaulan sesuai kebutuhan dan kemampuannya, individu dapat mencapai
kemajuan da perkembangan pribadi, kelompok, dan masyarakat.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan sosial kelompok
adalah serangkaian cara kerja atau prosedur yang teratur dan sistematis yang diterapkan
pekerja sosial dalam bimbingan individu yang terkait di dalam kelompok. Dengan
bimbingan tersebut, individu dapat berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan sesame
anggota kelompok, bisa mengambangkan kemampuannya, dalam berpartisipasi
sehingga dapat mengembangkan diri secara optimal, serta dapat memajukan kelompok
dan masyarakat dalam kepasitasnya sebagai anggota.

21
Ibid hal 46-48
3. Metode Bimbingan Sosial Organisasi (Social Community Organization Atau Community
Developmen)
Dalam buku Istiana Hermawati22 menurut Arthur Dungham dalam bukunya yang
bejudul Community Organization Principles and Practice (1965) Arthur Dunham
mendefinisikan bahwa Bimbingan Sosial Masyarakat adalah suatu proses untuk
membawa erta memelihara keseimbangan antara kebutuhan sosial dan sumber
ksejahteraan sosial dari suatu daerah tertentu atau suatu lapangan kerja tertentu.
Menurut Friedlander dalam bukunya yang berjudul Concep and Methods of Social
Work (1965), Friedlander mengumumkan bahwa metode Bimbingan Sosial masyarakat
adalah suatu proses dalam masyarakat yang berusaha untuk menentukan kebutuhan atau
tujuan, mengembangkan keprcayaan dan hasrat untuk menggarap kebutuhan dan tujuan,
menentukan sumber (dari dalam atau dari luar masyarakat) untuk menggarap kebutuhan
dan tujuan, mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan
keseluruhan, dan memperluas serta mengembangkan sikap dan praktik-praktik
kooperatif dan kolaboratif di dalam masyarakat.
Dalam buku Istiana Hermawati23 menurut Kasni Hariwoerjanto dalam bukunya
yang berjudul Metode Bimbingan Sosial Masyarakat (1987), Kasni Hariwoerjanto
mengemukakan bahwa Bimbingan Sosial Masyarakat agar dapat menggali dan
mengarahkan sumber yang ada untuk memenuhi kebutuhanya. Dari beberapa definisi
di atas dapat diperoleh beberapa penegrtian tentang bimbingan sosial mesyarakat
sebagai berikut: bimbingan sosial masyarakat merupakan suatu metode yang tersusuan
dari pengetahuan dan keterampilan tertentu, bimbingan sosial masyarakat merupakan
suatu proses untuk melibatkan masyarakat dalam kegiatan yang terencana, sasaran dari
bimbingan sosial ini adalah suatu masyaraakt atau komunitas tertentu, tujuan
bimbingan sosial masyarakat adalah membatu masyarakat agar dapat menentukan
kebutuhan dan tujuannya serta dapat menggali dan memanfaatkan sumber yang ada
untuk memenuhi kebutuhan sehingga tujuan yang diharapkaan dapat tercapai.
Dengan pengrtian tersebut maka yang disebut bimbingan sosial masyarakat adalah suatu
metode dan proses untuk membantu masyarakat agar dapat menentukan kebutuhan dan tujuan,
serta dapat menggali dan memanfaatkan sumber yang ada sehingga kebutuhan terpenuhi dan
tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
22
Ibid hal,66-67
23
Ibid hal, 67

Anda mungkin juga menyukai