Anda di halaman 1dari 12

Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan P-ISSN 1978 - 2365

Vol. 19 No. 1 Juni 2020 : 29 - 40 E-ISSN 2528 - 1917

KEADAAN DAN PROSPEK BUTANOL LIGNOSELULOSA SEBAGAI


BAHAN BAKAR TRANSPORTASI DARAT DI INDONESIA: SEBUAH
TELAAHAN
Dieni Mansur*, Syahrul Aiman
Pusat Penelitian Kimia – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten 15421, Indonesia
dienilipi@gmail.com, dieni.mansur@lipi.go.id

Abstrak
Peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM), keterbatasan cadangan minyak bumi, dan meningkatkan
kualitas lingkungan udara merupakan alasan penting untuk mendorong berbagai negara untuk mencari
alternative bahan bakar minyak. Bioalkohol, terutama etanol (C2H5OH) dan butanol (C4H9OH), dianggap
oleh para ahli sebagai bahan bakar potensial masa depan terutama untuk untuk transportasi darat.
Dibandingkan dengan etanol, sifat kimia dan fisika butanol lebih mendekati pada sifat bensin. Oleh karena
itu kajian terhadap butanol sebagai bahan bakar alternatif untuk transportasi telah dilakukan secara
komprehensif di beberapa negara. Butanol dapat dihasilkan dari berbagai macam bahan baku, misalnya dari
turunan minyak bumi, biomassa lignoselulosa, biomasa bahan pangan, mikroalga, atau limbah gas dari
industri pengolahan tertentu. Telaahan ini ditujukan untuk mengkaji kemajuan teknologi produksi butanol
lignoselulosa, tantangan peningkatan skala produksi,kegiatan riset biobutanol, evolusi rencana pemerintah,
regulasi pemanfaatan alkohol sebagai bahan bakar transportasi.

Kata Kunci: butanol; evolusi rencana pemerintah; regulasi butanol bahan bakar; biomassa lignoselulosa;
bahan bakar cair; tantangan teknologi biobutanol

CURRENT STATUS AND PROSPECTS OF LIGNOCELLULOSIC BUTANOL


AS A ROAD TRANSPORTATION FUEL IN INDONESIA: A REVIEW
Abstract
An increase in the demand for fuel, depleting petroleum resources, and enhancing air environment quality
are significant reasons to motivate countries to find alternatives petroleum fuels. Bio-alcohol, especially
ethanol (C2H5OH) and butanol (C4H9OH), are considered by experts as potential future fuels, especially for
road transportation fuel. Compared to ethanol, the physical and chemical properties of butanol are close to
gasoline. Hence the studies of butanol as a fuel alternative for transportation have been conducting
comprehensively in several countries. Butanol could be derived from several resources such as petroleum-
derived products, lignocellulosic biomass, food crops, microalgae, or waste gas from specific manufacturing
industries. This study reviewed the advancement of lignocellulosic butanol production technology, challenges
for increasing production scale, R&D activities on biobutanol, the evolution of the government plan, and
regulation to utilize alcohol as a transportation fuel.

Keywords: butanol; the evolution of the government plan; regulation of butanol fuel; lignocellulosic
biomass; liquid fuel; technology challenges of biobutanol.

PENDAHULUAN sebagai sumber energi dapat menggerakkan ekonomi


Dalam dua dekade terakhir, alkohol negara produsen melalui peningkatan aktivitas
terutama etanol dan butanol dikenal sebagai pertanian, pemanfaatan biomassa dan limbah
bahan bakar potensial untuk mengurangi atau pertanian sehingga dapat mengurangi kemiskinan
menggantikan peran BBM, terutama bagi sarana (poverty reduction) [3].
transportasi darat [1],[2]. Penggunaan alkohol Etanol, terutama yang dibuat dari bahan baku

Diterima : 22 Mei 2019, direvisi : 19 Maret 2020, disetujui terbit : 20 Januari 2021 29
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 19 No. 1 Juni 2020 : 29 - 40

biomassa (bioetanol), telah dimanfaatkan Dibandingkan dengan rantai lurus, butanol dengan
sebagai pencampur bensin dengan variasi 2 rantai cabang mempunyai waktu autoignition yang
sampai 25% (E2-E25). Meskipun demikian, lebih lama. Tert-Butanol adalah yang paling tidak
penggunaan etanol sebagai bahan bakar reaktif, sedangkan n-butanol adalah yang paling
kendaraan bermotor dalam konsentrasi tinggi (di reaktif sehingga cocok digunakan sebagai bahan
atas 10%, E10), masih menghadapi hambatan bakar [7].
karena hikroskopis dan kandungan energi yang
lebih rendah dari bensin [4],[1]. Hambatan sifat
fisik tersebut mendorong para peneliti
memanfaatkan butanol untuk menggantikan
etanol karena sifatnya lebih mendekati
karakteristik bensin [4],[2],[1].
Kajian terkait kemajuan teknologi proses
dan perkembangan industri biobutanol telah
banyak dilakukan [5],[6], akan tetapi kajian dari
dalam negeri masih sangat terbatas [6]. Kajian Gambar 1. Struktur kimia isomer butanol [7]
ini bertujuan untuk mengkaji kemajuan
teknologi produksi butanol lignoselulosa, Butanol merupakan bahan cair, tidak

tantangan peningkatan skala produksi, kegiatan berwarna, mudah terbakar, dan mempunyai

riset biobutanol, evolusi rencana pemerintah, karakteristik bau seperti bau pisang. Sampai saat ini

dan regulasi pemanfaatan alkohol sebagai bahan pemanfaatan terbesar butanol adalah sebagai pelarut,

bakar transportasi di dalam negeri. bahan kimia antara (intermediate) atau ekstraktan di
industri kimia, farmasi dan kosmetik [8].

PERKEMBANGAN BUTANOL Jumlah penggunaan dan nilai pasar butanol


SEBAGAI BAHAN BAKAR pada 2017 sekitar 4,18 miliar dolar, dan diprediksi
Karakteristik dan Penggunaan Butanol akan mencapai 5,58 miliar dolar di 2022 [9].
Berdasarkan struktur molekul (cabang Peningkatan yang signifikan pada 2022 disebabkan
dan posisi gugus hidroksil, -OH), butanol karena butanol (normal dan iso-butanol) akan
mempunyai 4 isomer yaitu normal butanol (n- banyak digunakan untuk campuran atau tambahan
butanol), isobutanol (i-butanol), secondary (additive) bahan bakar. Penggunaan butanol lebih
butanol (sec-butanol), dan tertiary butanol (tert- disukai dibanding etanol [10] karena memiliki sifat
butanol) (Gambar 1). Isobutanol dan sec- yang dapat dilihat pada Tabel 1.
butanol dapat dihasilkan melalui proses biologi, Berbagai uji coba memperlihatkan bahwa
tetapi tert-butanol hanya berasal dari turunan penggunaan biobutanol sebagai bahan bakar
minyak bumi yang biasa dipakai untuk kendaraan bermotor lebih menguntungkan
meningkatkan bilangan oktan pada bensin. dibanding dengan bioetanol, karena [11]:

30
Keadaan dan Prospek Butanol Lignoselulosa Sebagai Bahan Bakar Transportasi Darat di Indonesia:
Sebuah Telaahan

Tabel 1. Perbandingan parameter dasar etanol, n-butanol dan bensin


Keunggulan n-butanol dibandingkan
Parameter Etanol n-Butanol Bensin
dengan etanol
Rumus kimia C2H5OH C4H9OH CH1,87
Berat jenis (15°C) (kg/L) 0,79 0,81 ~ 0,73
Viskositas kinematik (20°C) 1,52 3,64 0,4–0,8
(mm2/detik)
Titik didih (°C) 78,4 117 30–215
Panas penguapan (MJ/kg) 0,92 0,43 0,36
Reid vapor presurre (RVP) (bar) 0,159 0,023 0,48- RVP butanol lebih rendah dari etanol,
1,034 pada udara dingin menyebabkan mesin
lebih sulit dinyalakan
Tekanan uap (kPa) 19,3 18,6 60–90 Tekanan uap butanol lebih rendah dari
etanol, memperkecil kecendrungan korosi
pada pipa dan tangki bahan bakar
Higher Heating Value, HHV (MJ/L) 23,6 - 34,8
Lower Heating Value, LHV (MJ/L) 21,1-21,3 27,8 31,2-32,4 Kalor butanol lebih tinggi sehingga nilai
ekonomi (km/L) butanol lebih baik
RON (Research Octane Number) 106–130 94 95
MON (Motor Octane Number) 89–103 80–81 85
Kandungan oksigen (% b/b) 34,7 21,6 < 2,7
Perbandingan udara : bahan bakar 9,0 11,2 14,6
Tingkat pencampuran Bercampur dengan bensin sampai
(Blending ability) konsentrasi tinggi
Kelarutan dalam air Larut 9 cc/100 cc Rendahnya kelarutan dalam air dapat
sempurna air (15oC) memperkecil kecendrungan korosi
perpipaan dan tanki bahan bakar
Emisi terhadap lingkungan Data uji EPA (Amerika Serikat): emisi
hidrokarbon, CO dan NOx berkurang
signifikan menggunakan butanol
Biodegradibilitas terhadap Butanol lebih biodegradable dari etanol,
lingkungan dan yang akan terdegradasi dalam kondisi
aerobik di lingkungan
Data diolah dari [13],[1],[14],[11],[15]

a) Energi pembakaran butanol (27,8 MJ/L) sebelum penyimpanan atau pendistribusian,


lebih besar dari etanol (21,1 MJ/L), sedangkan etanol dicampur dengan bensin sesaat
meskipun lebih rendah dari bensin (31,2 sebelum digunakan untuk menghindari
MJ/L), sehingga jumlah butanol yang penyerapan uap air. Selain itu, tekanan uap
diperlukan untuk menghasilkan energi yang butanol (18,6 kPa) lebih rendah dari etanol (19,3
sama dengan pembakaran bensin, lebih kPa) yang dapat mengurangi korosi sehingga
sedikit dibanding dengan jumlah etanol. infrastruktur BBM yang ada seperti perpipaan
b) Butanol dapat digunakan langsung atau dan SPBU dapat digunakan tanpa perubahan.
dicampur dengan bensin pada berbagai Di sisi lain, tantangan dalam penggunaan
variasi campuran, sedangkan etanol pada butanol sebagai bahan bakar adalah bilangan oktan
rasio tinggi membutuhkan modifikasi sistem (RON dan MON) yang lebih rendah dari etanol dan
pembakaran atau mesin khusus. bensin (Tabel 1). Hal ini akan menimbulkan
c) Penanganan butanol akan lebih mudah dari abnormal pembakaran berupa knock dalam mesin
etanol karena butanol tidak higroskopis kendaraan [12]. Di samping itu, reid vapor pressure
sehingga dapat dicampur dengan bensin (RVP) butanol jauh lebih rendah dari etanol (Tabel

31
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 19 No. 1 Juni 2020 : 29 - 40

1), yang dapat menyebabkan masalah saat demo plant biobutanol generasi dua di Korea
penyalaan mesin di musim dingin. Akan tetapi Selatan [18].
untuk kondisi cuaca Indonesia, rendahnya RVP 3) Biobutanol dari mikroalga, dikenal sebagai
bukan merupakan tantangan. generasi tiga [10]. Teknologi proses
Beberapa kajian memperlihatkan bahwa pemanfaatan mikroalga untuk pembuatan
biobutanol, khususnya yang dibuat dari biobutanol dianggap masih awal (infant
biomassa lignoselulosa, belum bisa bersaing technology) yang dilakukan pada skala
bila digunakan sebagai bahan bakar, karena laboratorium [16].
biaya produksi yang masih mahal [11]. Oleh 4) Butanol dari limbah industri pengolahan
karena itu, memproduksi dan memanfaatkan seperti gliserol dan xylose. Gliserol sebagai
biobutanol dari lignoselulosa sebagai bahan hasil samping industri biodiesel minyak
bakar atau campuran bensin masih memerlukan nabati merupakan bahan baku potensial untuk
penelitian agar lebih kompetitif. pembuatan biobutanol [19]. Xylose dari
limbah industri kertas (birch Kraft black
Bahan Baku Pembuatan Biobutanol liquor) juga telah digunakan sebagai bahan
Bahan baku yang bisa digunakan untuk baku untuk biobutanol bahan bakar [20].
membuat bioetanol, juga bisa digunakan untuk Penggunaan biomassa lignoselulosa sebagai
menghasilkan biobutanol dan dapat bahan baku biobutanol dapat mengurangi atau
dikelompokkan sebagai berikut: menghindari penggunaan bahan pangan untuk
a) Butanol dari biomassa sumber energi. Potensi ketersediaan biomassa
Butanol dari biomassa (biobutanol) dapat lignoselulosa sebagai bahan baku biobutanol
dikelompokkan atas: dapat dilihat pada Tabel 2.
1) Biobutanol dari biomassa yang
Tabel 2. Ketersediaan limbah biomassa
mengandung gula atau pati [16] disebut
lignoselulosa di beberapa negara
sebagai generasi satu [10]. Biobutanol ini
Jenis biomassa Jumlah
Negara
telah diproduksi pada skala industri dan lignoselulosa (ribu ton)*

digunakan untuk bahan baku maupun Negara Jerami & sekam


ASEAN padi, bagas & daun
pendukung di industri [8]. Biobutanol Indonesia tebu, jerami & 165.020
Thailand bonggol jagung, 108.031
dari gula pertama kali ditemukan oleh Vietnam jerami gandum, 87.589
Myanmar limbah kedelai, 68.007
Louis Pasteur pada tahun 1861 saat Filipina limbah kacang 58.897
fermentasi untuk menghasilkan asam Negara Non- tanah, jerami
ASEAN sorgum, batang ubi
butirat [17]. China kayu, jerami barley, 838.975
Brazil ranting kapas, batok 625.070
2) Biobutanol dari biomassa lignoselulosa India kelapa, batok 554.656
Argentina rapeseed, batok 129.741
yang disebut sebagai generasi dua Meksiko kelapa sawit 75.719
[10],[16]. Sampai 2016, baru satu Sumber *) [21]

perusahaan yang sedang membangun

32
Keadaan dan Prospek Butanol Lignoselulosa Sebagai Bahan Bakar Transportasi Darat di Indonesia:
Sebuah Telaahan

Tabel 3. Komposisi kimia sisa perkebunan yang dapat dimanfaatkan untuk produksi butanol
Sisa Pertanian Glukan Galaktan Mannan Arabinan Xylan Produksi Butanol Ref.
(L/ton)*
Bagas tebu 40,6 0,8 0,2 1,7 20,0 180 [1]
Sisa jagung 40,9 1,0 0 1,8 21,5 185 [1]
Jerami padi 34,2 0 0 0 24,5 167 [1]
Jerami sorgum 34,0 0,52 0,2 1,65 14,1 143 [1]
Jerami gandum 38,2 0,7 0,3 2,5 21,2 179 [1]
Tandan kosong sawit 34,6 Nd Nd 3,1 20,3 [29]
(*): produksi butanol per ton bahan sisa perkebunan kering. Nd = tidak ada data. Ref. = Referensi

Selulosa dan hemiselulosa dalam jerami Perkembangan Proses Pembuatan Butanol


padi, bagas tebu, sisa jagung, jerami gandum Proses pembuatan butanol dari minyak bumi
dapat diubah menjadi senyawa gula (Tabel ditemukan pada 1938 [8] dengan cara naphta
3), dan dapat menghasilkan 143-185 L dikonversi menjadi propilen yang kemudian diubah
butanol per ton bahan baku kering [1]. Di menjadi butanol. Sejak 1950an produksi butanol
Indonesia, biomassa lignoselulosa seperti dari turunan minyak bumi dianggap lebih ekonomis
limbah pengolahan sawit, jerami padi, sisa dibanding biomassa. Sampai saat ini, sekitar 70%
jagung, dan bagas tebu tersedia sekitar butanol dibuat dari pengolahan minyak bumi [11].
165,02 juta ton. Bila dimanfaatkan untuk Berdasarkan teknologi, proses pembuatan
memproduksi butanol, akan dihasilkan butanol dapat dikelompokkan menjadi proses bio-
sekitar 24,75 juta kiloliter (kL) per tahun kimia, proses bio-termal, dan proses kondensasi
atau setara dengan 21,04 juta kL bensin. aldol. Secara skematis rute produksi tersebut
Perhitungan konversi berdasarkan data diperlihatkan pada Gambar 2.
densitas butanol 0,81 ton/m3 dan densitas a) Proses bio-kimia
3
bensin 0,737 ton/m . Satu ton biomassa Pembuatan butanol dari biomassa
(kering) menghasilkan 150 L butanol. lignoselulosa melalui proses bio-kimia secara umum
Kandungan energi butanol 27,8 MJ/L, atau terlihat pada Gambar 3. Pada tahap persiapan bahan
85% dari bensin (32,4 MJ/L) (Tabel 1). baku, ukuran partikel biomassa lignoselulosa
b) Butanol dari non biomassa dikecilkan dengan ukuran optimal <1,5 mm [6].
Bahan baku non biomassa seperti turunan Pada tahap pengolahan awal, biomassa kering dan
minyak bumi (propilen) yang direaksikan halus dicampur dengan senyawa asam atau basa
dengan gas sintesa (campuran CO dan H2) untuk memisahkan lignin dari selulosa dan
membentuk butiraldehida kemudian melalui hemiselulosa karena menghambat proses hidrolisis
proses hidrogenasi membentuk butanol yang membentuk senyawa gula. Pengolahan awal ini juga
dikenal sebagai proses OXO [11]. Gas dapat dilakukan dengan steam explosion, wet
sintesa dapat dihasilkan dari gas alam, oxidation, ammonia fibre explosion, CO2
batubara [22], atau limbah gas industri yang bertekanan, dan ozonolisis [25],[6].
mengandung banyak CO seperti gas buang
industri baja [23].

33
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 19 No. 1 Juni 2020 : 29 - 40

Non Biomassa Biomassa


Hasil pengolahan Biomasa Komoditi mengandung
Gas Alam, Waste Mikroalga
dari minyak bumi Lignoselulosa gula/pati Gliserol
Gases, Batubara (Generasi 3)
(Naphtha, dsb) (Generasi 2 (Generasi 1)

Gasifikasi
Hidroformilasi
Pemisahan
dari Propilen Pembentukan
lignin
(+ Gas Sintesa) gas sintesa
menjadi n-
butiraldehida
Konversi
Hidrolisis/ Hidrolisis Glikolisis
menjadi
Sakarifikasi /Sakarifikasi
larutan

Hidrogenasi
Fermentasi

Pembentukan etanol

OXO

Aldol proses

Butanol
Gambar 2. Skema berbagai alur proses pembuatan butanol/biobutanol

Bahan Persiapan
Pengolahan
Oleh karena itu, senyawa tersebut harus dipisahkan
baku bahan Hidrolisis
awal
baku misalnya melalui penyerapan charcoal aktif agar
produktivitas fermentasi meningkat secara
Butanol Pemisahan hasil
bahan
bakar
fermentasi dan Fermentasi signifikan [25].
pemurnian butanol
Selulosa dan hemiselulosa yang terpisah dari
Gambar 3. Tahapan proses bio-kimia
lignin dihidrolisis menjadi senyawa gula C5 dan C6
Selama pengolahan awal, lignin terpecah oleh enzim, kemudian difermentasi menjadi
dan membentuk senyawa seperti fenolik, biobutanol oleh mikroba, umumnya Clostridium sp.
aromatik, dan aldehida [24] yang menghambat [25],[6]. Tabel 4 memperlihatkan mikroba yang
aktivitas mikroba saat fermentasi sehingga digunakan untuk produksi biobutanol dari beberapa
menyebabkan rendahnya yield biobutanol [5]. biomassa.

Tabel 4. Beberapa mikroba, bahan baku biomasa dan produksi butanol


Bahan baku Mikroba Strain no. Waktu proses Yield butanol Ref.
fermentasi (jam) (g/L)
Bagas tebu Clostridium GX 01 - 15,4 gr/100 g- bagas [26]
acetobutylicum kering
Jerusalem artichoke C. acetobutylicumIFP904 33 [16]14,8
Domestic organic C. acetobutylicumATCC 824 120 [16]3
waste
Jerami gandum C. beijerinckii P260 42 12 [16]
Jerami barley C. beijerinckii P260 68 18 [16]
Switch grass (50-65% Clostridium ATCC 824 TM 72 (**) 8,5 g/L butanol; [27]
karbohidrat) acetobutylicum Lot.58727357 14,3 g/L ABE
Catatan: (*) Simultaneous saccharification and fementation (SSF), (**) Separate hydrolysis and fermentation (SHF), loading
padatan = 7%. Ref.= Referensi

34
Keadaan dan Prospek Butanol Lignoselulosa Sebagai Bahan Bakar Transportasi Darat di Indonesia:
Sebuah Telaahan

Pada tahap selanjutnya, produk fermentasi dengan distilasi. Selain itu, proses pemisahan lain
dipisahkan dari media fermentasi yang diikuti seperti penggunaan membran, gas stripping, dan
dengan proses pemurnian biobutanol. Besarnya flashing, juga berkembang [24].
energi yang digunakan akan mempengaruhi b) Proses bio-termal
biaya operasi keseluruhan, sehingga perlu Proses bio-termal memanfaatkan seluruh
pertimbangan dalam memilih proses pemisahan komponen biomassa yaitu selulosa, hemiselulosa
yang sesuai [24]. Pengolahan biomassa dan lignin [23]. Biomassa lignoselulosa dipecah
lignoselulosa dengan proses bio-kimia akan dengan menggunakan panas melalui proses
menghasilkan limbah lignin yang cukup besar gasifikasi, yaitu bahan padat biomassa diubah
berkisar antara 15-35% [6]. Oleh karena itu, menjadi gas sintesa (campuran CO dan H2). Gas
pemanfaatan lignin menjadi produk tertentu sintesa yang telah dibersihkan dari bahan pengotor
akan meningkatkan nilai ekonomi proses kemudian difermentasi menggunakan mikroba
biobutanol dari biomasa lignoselulosa. untuk menghasilkan butanol. Pada tahap akhir
Pada umumnya, proses bio-kimia dilakukan proses pemurnian butanol sehingga sesuai
menggunakan proses fermentasi aseton, butanol sebagai bahan bakar [22],[23]. Tahapan proses bio-
dan etanol (ABE) dengan mikroba Clostridium termal secara umum terlihat pada Gambar 4.
sp. Pada fermentasi ABE, mikroba mengubah Tantangan dari proses bio-termal adalah
gula (C5 atau C6) menjadi asam asetat, butirat diperlukannya energi tambahan untuk proses
dan propionat. Senyawa asam tersebut, melalui gasifikasi. Di lain pihak, tantangan dalam proses
beberapa tahap reaksi metabolik, menghasilkan bio-kimia adalah terbuangnya lignin, karena hanya
aseton, butanol dan etanol [16]. Pada masa lalu, memanfaatkan selulosa dan hemiselulosa.
butanol yang dihasilkan dari fermentasi ABE
Persiapan
masih rendah, sekitar 15-25% (berat) glukosa Bahan Pembersihan
baku bahan Gasifikasi
baku gas sintesa
dengan perbandingan yield aseton: butanol:
etanol adalah sekitar 3:6:1 [28]. Rendahnya
Butanol
hasil fermentasi disebabkan oleh senyawa bahan Pemurnian
Fermentasi
bakar butanol
inhibitor dari pemecahan lignin serta butanol
Gambar 4. Tahapan proses bio-termal
hasil fermentasi yang sampai batas konsentrasi
tertentu menghambat bahkan meracuni mikroba c) Proses aldol: butanol dari etanol lignoselulosa

[28],[24]. Dalam perkembangannya, di Untuk mengoptimalkan konversi biomassa

samping mencari mikroba yang lebih produktif menjadi biobutanol, maka etanol yang dihasilkan
dan tahan terhadap inhibitor, banyak peneliti melalui fermentasi ABE dikonversi menjadi butanol
mencari cara untuk segera memisahkan butanol melalui proses kondensasi aldol. Proses ini terdiri

yang dihasilkan selama proses fermentasi ABE dari reaksi dehidrogenasi, kondensasi aldol

(in-situ butanol separation process). Proses (aldolization), dehidrasi dan hidrogenasi seperti

pemisahan butanol secara traditional dilakukan yang ditunjukkan pada Gambar 5 [29]. Katalis yang

35
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 19 No. 1 Juni 2020 : 29 - 40

digunakan dapat berupa oksida MgAl [29], (i) (ii)

hydrotalcite [29],[30], Ru atau Ni pada - H2


Etanol Etanal 3-hidroksibutanal

penyangga MgO [31], [RuCl2(η6-p-cymene)]2 - H2O (iii)

(v) (iv)
pada penyangga sodium etoksida [32], dan juga + H2 + H2
Butanol Butiraldehid Krotonaldehid
katalis komersial [33]. Melalui proses
Gambar 5. Reaksi kondensasi aldol etanol
kondensasi aldol menggunakan katalis menjadi butanol [13]. (i) dehidrogenasi; (ii)
[RuCl2(η6-p-cymene)]2, dapat dihasilkan aldolization; (iii) dehidrasi; (iv) hidrogenasi;
(v) hidrogenasi
selektivitas butanol dan konversi etanol yang
tinggi (Tabel 5). LITBANG BAHAN BAKAR
BIOBUTANOL DI INDONESIA
Perkembangan Sarana Pilot, Semi Kebijakan Pemerintah dalam Pemanfaatan
Komersial, Industri Biobutanol di Dunia Alkohol sebagai Bahan Bakar
Beberapa negara telah membuat butanol Pada 2017 sekitar 50% dari kebutuhan BBM
dari biomassa pada skala pilot maupun industri nasional diimpor. Sebagai upaya untuk mengurangi
percobaan (demo industry) dengan tujuan uji penggunaan BBM, pemerintah berencana
kehandalan teknologi proses yang terlihat pada menggunakan alkohol, dalam hal ini bioetanol,
Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6 dapat dipahami sebagai campuran bensin. Program ini dituangkan
bahwa potensi untuk memanfaatkan biobutanol melalui Permen ESDM No. 12/2015. Sampai 2020,
sebagai bahan bakar alternatif guna mengganti belum ada aturan yang khusus mengatur
fungsi bahan bakar minyak sangat besar. penggunaan butanol sebagai bahan bakar.

Tabel 5. Katalis yang dipakai untuk pembuatan butanol dari etanol


Katalis Kondisi Hasil Ref.
In-CuMgAl 443 K (170⁰C) Selektivitas butanol 65%; konversi etanol 3% [29]
0,47% Ni pada MgO 400⁰C Selektivitas butanol 8%; konversi etanol 17% [31]
[RuCl2(η6-p-cymene)]2 /sodium ethoxide 4 jam, 150°C Selectivitas butanol 90%; konversi etanol 31% [32]
Cu dan Ni pada hydrotalcite katalis 180-320°C Yield 1-butanol 22%; konversi etanol 56% [30]
Komersial (Crosfield HTC-500, 20.7% Ni on 250°C, 70 bar, Selektivitas 1-butanol 80%; konversi etanol 25% [33]
alumina) katalis 54 jam
Ref.= Referensi
Tabel 6. Sarana riset pilot plant dan demo plant biobutanol
Status
Negara Nama Industri Kapasitas Keterangan
Bahan baku Pilot/Demo Plant
Korea GS Caltex Co Limbah pertanian Produksi skala 400 ton/hari Yeosu Industrial Complex,
dan limbah kayu pilot South Cholla Province
India Laxmi Organic Tebu (semua Demo plant 1000 metric Gabungan Green Biologics
Industries bagian) ton/tahun Ltd, England & Laxmi India
Eropa Abengoa Bioenergy Bioetanol 2015: commercial plant
Celtic Renewable Produk samping Demo plant Grangemouth, UK konstruksi
industry whisky mulai awal tahun 2018
Brazilia Cobalt Technology Bagas tebu Pilot plant Lokasi di Campinas
USA Butamax Advances Perusahaan yang dibentuk
Biofuels LLC oleh DuPont dan BP-Inggris
Green Biologics UK Company, Bekerjasama
dengan industri lain di US,
memproduksi biobutanol
Sumber: [18], [34], [35], [36], [37]

36
Keadaan dan Prospek Butanol Lignoselulosa Sebagai Bahan Bakar Transportasi Darat di Indonesia:
Sebuah Telaahan

Industri Butanol di Dalam Negeri yang bertujuan untuk mencari teknologi proses yang
Sampai 2018 di Indonesia hanya terdapat sesuai dan belum ada yang dilakukan pada skala
satu industri n-butanol yaitu PT. Petro OXO besar. Melihat potensi yang ada, perlu penelaahan
Nusantara, di Gresik Jawa Timur yang hasil penelitian tersebut guna dikaji pada skala yang
berkapasitas 1.000 ton n-butanol/tahun dengan lebih besar, sehingga kajian tekno ekonomi bisa
bahan baku propilen. Industri ini juga dilakukan.
menghasilkan iso-butanol (kapasitas 15.000
ton/tahun) [38]. TANTANGAN PENGEMBANGAN
Belum adanya industri biobutanol yang BIOBUTANOL DI DALAM NEGERI
berbahan baku biomassa di dalam negeri, Beberapa tantangan yang masih dihadapi

membuka peluang untuk pengembangan untuk memanfaatkan biobutanol sebagai bahan

industri ini di masa depan, terutama untuk bakar, antara lain sebagai berikut:

penyediaan bahan bakar alternatif dengan a) Bahan baku

memanfaatkan limbah biomassa lignoselulola. Walaupun jumlah biomassa lignoselulosa


melimpah, tapi tantangan yang dihadapi adalah
Tabel 7. Riset biobutanol di perguruan tinggi tidak tersedianya data yang akurat terkait
dan lembaga litbang sejak 2015
ketersediaan dan pemanfaatan setiap biomassa.
Institusi Bahan Baku Proses Ref.
Riset dengan bahan baku biomasa lignoselulosa: Pendataan yang kontinu dan terencana perlu
Universitas Jerami padi, Proses bio, [39] dilakukan oleh perguruan tinggi dan lembaga
Gunadarma ampas tebu, fermentasi
lignoselulosa, riset di daerah untuk menunjang kelancaran
dan mikroalga
Puslitbang - - [40] pasokan bahan baku.
Perkebunan
b) Tantangan proses fermentasi butanol
Universitas Tongkol jagung Proses bio, [41]
Indonesia fermentasi, Proses pemisahan butanol dan senyawa pecahan
mikroba C.
beijerinckii lignin yang menghambat pertumbuhan mikroba
BA 101
Riset terkait pengembangan mikroba: saat fermentasi [5],[8] merupakan tantangan
Institut - - [42]
yang perlu diselesaikan untuk mengoptimalkan
Teknologi
Bandung produksi butanol.

Peran Lembaga Litbang dan Perguruan


Tinggi dalam Pengembangan Biobutanol KESIMPULAN DAN SARAN
Bahan Bakar di Indonesia Biobutanol merupakan bahan potensial
Besarnya potensi biomassa lignoselulosa sebagai pengganti atau campuran bensin.
di Indonesia, berbagai perguruan tinggi dan Biobutanol dapat dihasilkan dari biomassa
lembaga litbang telah memanfaatkannya untuk lignoselulosa. Indonesia memiliki berbagai jenis
produksi biobutanol yang dapat dilihat pada biomassa lignoselulosa dengan jumlah yang cukup
Tabel 7. Penelitian ini memperlihatkan bahwa sebagai bahan baku. Meskipun demikian, pendataan
hampir semua dilakukan skala laboratorium yang lebih detail terhadap ketersediaannya perlu

37
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 19 No. 1 Juni 2020 : 29 - 40

diperbaharui. 363–389, 2017.


Berbagai perguruan tinggi dan lembaga [3] G. M. Souza et al., Scope Bioenergy &
litbang telah membuat biobutanol dari biomassa Sustainability. in Bioenergy & Sustainability,
lignoselulosa, akan tetapi penelitian di dalam pp. 9–25, 2015.
negeri masih perlu ditingkatkan terutama untuk [4] M. Lapuerta, R. Ballesteros, and J. Barba,
menelaah proses pada skala pilot dan demo Strategies to introduce n-butanol in gasoline
plant. Selain itu, penelaahan jenis dan jumlah blends. Sustainability 9: 589, 2017.
inhibitor yang dihasilkan dari setiap bahan baku [5] N.R. Baral and A. Shah, Microbial inhibitors:
perlu dilakukan, mengingat setiap biomassa formation and effects on acetone-butanol-
lignoselulosa mempunyai sifat dan komposisi ethanol fermentation of lignocellulosic
yang berbeda tergantung pada jenisnya. biomass. Appl Microbiol Biotechnol 98: 9151–
Pembuatan biobutanol tergolong masih 9172, 2014.
mahal dibanding butanol turunan minyak bumi. [6] S. Aiman, Pengaruh ukuran partikel biomasa
Akan tetapi, melihat perkembangan teknologi lignoselulosa pada pembuatan bioetanol dan
proses produksi biobutanol yang terus biobutanol: Tinjauan. Indones. J. Appl. Chem.
berkembang dan didukung dengan besarnya 18: 11–25, 2016.
ketersediaan bahan baku biomassa [7] J. J. Hernandez, M. Lapuerta, and A. Cova-
lignoselulosa, maka biobutanol akan menjadi Bonillo, Autoignition reactivity of blends of
energi alternatif penting untuk bahan bakar diesel and biodiesel fuels with butanol isomers.
kendaraan darat di masa depan. J. Energy Inst. June: 1–9, 2018.
[8] C. Machado, Technical characteristics and
UCAPAN TERIMA KASIH current status of butanol production and use as
Penulis mengucapkan terima kasih biofuel. V Seminario Latinoamericano y del
kepada rekan-rekan di LIPI dan di universitas Caribe de Biocombustible, 2010. [Online].
dalam bantuannya mencarikan literatur terkait Available: http://www.olade.org/
perkembangan riset biobutanol di Indonesia. wpcontent/uploads/2015/11/S5B2010_C_Mac
hado_Embrapa_Brasil.pdf. [Accessed: 25-Feb-
DAFTAR PUSTAKA
2019].
[1] K. R. Szulczyk, Which is a better
[9] L. Wood, N-Butanol market - Global forecast
transportation fuel–butanol or ethanol? Int.
to 2022: Leading companies include The Dow
J. Energy Environ. 1 (3): 501–512, 2010.
Chemical Company, OXEA and Mitsubishi
[2] E. A. Montero, F. Aguilar, N. Muñoz-
Chemical Corp. Research and Markets: The
Rujas, and F. E. M. Alaoui,
world’s largest market research store, 2018.
Thermodynamic properties of propanol
[10] B. Ndaba, S. Chiyanzu, and I. Marx, n-Butanol
and butanol as oxygenate additives to
derived from biochemical and chemical routes:
biofuels. Front. Bioenergy Biofuels, pp.
A review. Biotechnol. Reports 8: 1–9, 2015.

38
Keadaan dan Prospek Butanol Lignoselulosa Sebagai Bahan Bakar Transportasi Darat di Indonesia:
Sebuah Telaahan

[11] A. Ranjan and V. S. Moholkar, Y. P. Chao, Metabolic engineering of


Biobutanol: science, engineering, and Escherichia coli for production of n‑ butanol
economics. Int. J. Energy Res. 36: 277– from crude glycerol. Biotechnol. Biofuels 10
323, 2012. (173): 1–8, 2017.
[12] D. Feng, H. Wei, M. Pan, L. Zhou, and J. [20] R. L. Kudahettige-nilsson, J. Helmerius, R. T.
Hua, Combustion performance of dual- Nilsson, D. B. Hodge, and U. Rova, Biobutanol
injection using n-butanol direct-injection production by Clostridium acetobutylicum
and gasoline port fuel-injection in a SI using xylose recovered from birch kraft black
engine. Energy 160: 573–581, 2018. liquor,” Bioresour. Technol. 176: 71–79, 2015.
[13] V. Hönig, M. Kotek, and J. Mařík, Use of [21] K. Ullah, V. Kumar, S. Dhingra, and G.
butanol as a fuel for internal combustion Braccio, Assessing the lignocellulosic biomass
engines. Agron. Res. 12 (2): 333–340, resources potential in developing countries : A
2014. critical review. Renew. Sustain. Energy Rev.
[14] R. H. Perry and C. H. Chilton, Physical 51: 682–698, 2015.
properties of organic compounds. in [22] R. M. Worden, A. J. Grethleints, and M. K.
Chemical Engineers Handbook, The 5th Jaint, Production of butanol and ethanol from
Ed., pp. 1973, 1973. synthesis gas via fermentation. Fuel 70: 615–
[15] J. Jeevahan, R. B. D. Sriramanjaneyulu, 619, 1991.
and G. Mageshwaran, Experimental [23]Á. Fernández-Naveira, M. C. Veiga, and C.
investigation of the suitability of 1-butanol Kennes, H-B-E (Hexanol-Butanol-Ethanol)
blended with biodiesel as an alternative fermentation for the production of higher
biofuel in diesel engines. Biocatal. Agric. alcohols from syngas/waste gas. J. Chem.
Biotechnol. 15: 72–77, 2018. Technol. Biotechnol. 92 (4): 712–731, 2017.
[16] M. K. Mahapatra and A. Kumar, A short [24] G. Jurgens, S. Survase, and O. Berezina,
review on biobutanol, a second generation Butanol production from lignocellulosics.
biofuel production from lignocellulosic Biotechnol. Lett. 34: 1415–1434, 2012.
biomass. J. Clean Energy Technol. 5 (1): [25] L. Wang and H. Chen, Increased fermentability
27–30, 2017. of enzymatically hydrolyzed steam-exploded
[17] A. K. Bharathidasan, Production of corn stover for butanol production by removal
biobutanol from inulin-rich biomass and of fermentation inhibitors. Process Biochem.
industrial food processing wastes. The 46 (2): 604–607, 2011.
Ohio State University, 2013. [26] Z. Pang et al., Bioresource technology butanol
[18] J. Min-hee, GS Caltex to produce world’s production employing fed-batch fermentation
first biomass based bio-butanol. Business by C. acetobutylicum GX01 using alkali-
Korea, 2016. pretreated sugarcane bagasse hydrolysed by
[19] M. Saini, Z. W. Wang, C. J. Chiang, and enzymes from Thermoascus aurantiacus QS 7-

39
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 19 No. 1 Juni 2020 : 29 - 40

2-4. Bioresour. Technol. 212: 82–91, 2016. - The effect of the active metal on the
[27] W. Guan, S. Shi, and D. Blersch, Effects of selectivity. Catalysts 2 (13): 68–84, 2012.
tween 80 on fermentative butanol [34] J. W. Kram, Researchers, companies pursue
production from alkali-pretreated switch biobutanol. Biomass Magazine, 2019.
grass. Biochem. Eng. J. 135: 61–70, 2018. [35] ETIP-Bioenergy, Biobutanol. European
[28] P. T. Vasudevan, M. D. Gagnon, and M. S. Technology and Innovation Platform
Briggs, Environmentally sustainable Bioenergy, 2019.
biofuels – The case for biodiesel, [36] “Shipments of bio-based n-butanol and acetone
biobutanol and cellulosic ethanol. in now leaving Green Biologics first commercial
Sustainable Biotechnology, O. V. Singh plant,” Bio-Based World Limited, 2016.
and S. P. Harvey, Eds. Springer Science [37] “Scottish Company Breakthrough Produces
Business Media B.V, pp. 43–62, 2010. Motor Fuel from Distillery Leftovers,” Celtic
[29] O. Micali, F. Lobefaro, M. Aresta, F. Renewables, 2015.
Nocito, M. Boscolo, and A. Dibenedetto, [38] PON, Normal butanol. PT Petro Oxo
Butanol synthesis from ethanol over Nusantara.[Online].Available: http://www.
CuMgAl mixed oxides modified with pon.co.id/index.php/normal-butanol/.
palladium (II) and indium (III). Fuel [39] Y. Kussuryani and D. S. Rani, Produksi
Process. Technol. 177 (March): 353–357, biobutanol sebagai bahan bakar terbarukan
2018. melalui proses fermentasi. Lembaran Publ.
[30] Z. Sun et al., Efficient catalytic conversion Miny. dan Gas Bumi 49 (2), 2015.
of ethanol to 1‑butanol via the Guerbet [40] E. Nurnasari, Prospek biobutanol sebagai
reaction over copper- and nickel-doped bahan bakar nabati. Info Tek Perkeb. 9 (7): 25,
porous. ASC Sustain. Chem. Eng. 5: 1738– 2017.
1746, 2017. [41] Khafid, M. Rizky, and M. Gozan, Tongkol
[31] S. Cimino, L. Lisi, and S. Romanucci, jagung pelopor biobutanol di Indonesia.
Catalysts for conversion of ethanol to indonesiabiobutanol, 2017. [Online].
butanol: effect of acid-base and redox Available: https://indonesiabiobutanol.word
properties. Catal. Today 304: 58–63, 2018. press.com/about/biobutanol-sebagai-energi-
[32] R. L. Wingad et al., Catalytic conversion terbarukan/. [Accessed: 19-Mar-2019].
of ethanol to n-butanol using ruthenium P- [42] R. Purwadi, C. Rasrendra, E. Restiawaty, M.
N ligand complexes. ACS Catal. 5 (10): Sukma, and A. Chintyarani, Pengembangan
5822–5826, 2015. metode kultivasi solventogenic clostridia untuk
[33] T. Riittonen, E. Toukoniitty, D. K. proses produksi biobutanol,” in Prosiding
Madnani, A. Leino, and J. Mikkola, One- Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia,
pot liquid-phase catalytic conversion of 2015, pp. 1–3.
ethanol to 1-butanol over aluminium oxide

40

Anda mungkin juga menyukai