Anda di halaman 1dari 3

Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Bahan bakar yang paling sering dipakai dan digunakan saat ini adalah BBM atau yang sering
disebut juga bahan bakar minyak. Bahan bakar ini meliputi seperti Pertamax, Premium dan
lainnya.
Bahan bakar ini berasal dari minyak bumi atau dapat disebut juga bahan bakar fosil.
Peningkatan bahan
bakar fosil untuk keperluan alat transportasi terus meningkat setiap harinya. Seperti
diketahui, bahan
bakar fosil ini tidak dapat diperbaharui maka dibutuhkan bahan bakar alternatif untuk
mengganti bahan
bakar fosil (Saragih et al., 2013).
Salah satu bahan bakar alternatif yang dapat digunakan saat ini adalah bahan bakar etanol
atau
yang disebut juga bioetanol. Ethanol atau alkohol merupakan bahan bakar yang bersih,
dimana hasil
pembakaran menghasilkan CO2 dan H2O (Boedoyo, 2014). Sedangkan bioethanol sendiri
merupakan
anhydrous alkohol yang berasal dari fermentasi jagung, sorgum, sagu atau nira tebu dan
tanaman
lainnya. Sumber daya alam ini cukup mudah ditemui di berbagai daerah karena
ketersediaanya yang
cukup melimpah, sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif (Loupatty, 2014).
Dikarenakan sumber daya alam yang digunakan untuk pembuatan bioethanol cukup mudah
didapatkan,
maka bioethanol dianggap sesuai untuk menggantikan bahan bakar minyak.
Selain sumber pembuatannya yang mudah didapatkan, bioethanol memiliki kelebihan lain
yaitu
lebih ramah lingkungan (Jusuf and Ginting, 2014). Beberapa kelebihan bioetanol dibanding
bahan bakar
minyak, antara lain lebih aman, memiliki titik nyala tiga kali lebih tinggi dibanding bensin,
dan
menghasilkan emisi gas hidrokarbon lebih sedikit. Di balik itu juga terdapat berbagai
kekurangan
bioetanol bila dibanding dengan bahan bakar minyak, antara lain mesin kendaraan akan
mengalami
kesulitan untuk dihidupkan bila dalam keadaan suhu dingin, serta mampu bereaksi dengan
logam
tertentu seperti aluminium, sehingga dapat merusak komponen kendaraan yang terbuat dari
logam
tersebut. (Senam, 2009).
Dalam pengembangannya sebagai bahan bakar alternatif ditemukan beberapa faktor
penghambat bioethanol sebagai bahan bakar minyak, yaitu:
a. Bahan baku utama ethanol adalah gula dan tetes tebu. Saat ini Indonesia merupakan
importir gula,
sementara tetes tebu yang merupakan produk samping industri gula harganya relatif mahal
dan
bersaing dengan industri penyedap makanan serta keperluan impor. Saat ini lahan tebu hanya
sekitar
400 ribu Ha, dan sulit sekali untuk mengembangkan lahan tebu sampai 3, 6 juta Ha bila
kebutuhan
bioethanol dipenuhi dari tetes tebu.
b. Sumber ethanol yang potensial lain seperti nipah, ketela pohon, ubi jalar dan lain-lain yang
merupakan produk makanan sehingga menyebabkan kesulitan tersendiri dalam
pemanfaatannya karena
adanya kompetisi antara bahan makanan dengan energi.
c. Subsidi harga sebesar Rp. 3500 / liter pada APBN 2013 dan RAPBN 2014BBN yang
diberikan oleh
Pemerintah untuk pemanfaatan bioethanol belum cukup mendorong industri ethanol untuk
mendistribusikan ethanolnya ke Pertamina (Boedoyo, 2014).
Setelah mengetahui faktor-faktor yang menghambat penggunaan bioethanol, perlu dilakukan
berbagai macam strategi untuk mengembangkan bioethanol. Strategi yang dilakukan berbagai
macam
seperti pemanfaatan limbah untuk diversifikasi produk, strategi menekan biaya produksi
dengan
memangkas biaya-biaya yang tidak penting dan mengefisienkan sarana produksi agar
memperoleh laba
yang lebih, strategi mengembangkan produk dengan menjadikan bioetanol campuran, dan
masih
banyak yang lainnya. Hal ini perlu dilakukan demi tercapainya penggunaan bioethanol
sebagai pengganti
bahan bakar minyak (Wulandari et al., 2017).

Anda mungkin juga menyukai