1. MOAMMAR FIKAR
2. DIKI PURNOMO AJI
3. RIO RIDWAN MAULANA
4. GATHAN ALFARIDZI HIDAYAT
5. MUHAMMAD RIZKY DARMAWAN
6. SIFA NAFISTA HAIRUL ROZAK
7. ANNISA ZIRHAN
UNIVERSITAS PAMULANG
Dalam penyusuna makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada mereka, kedua
orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, moril, dan
kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini bisa
memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik lagi.
Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan atau
kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suasana anarki dan ketidakpastian, upaya unilateral bisa menimbulkan dilema keamanan
(security dilemma) terutama jika upaya unilateral itu berupa penggelaran jenis senjata- senjata ofensif
baru. Pengembangan kekuatan militer yang mengarah pada non-provocative defense merupakan salah
satu pilihan strategis.
Selain itu, di tengah gelombang interdependensi dalam kehidupan antarbangsa, suatu negara
tidak bisa mengamankan dirinya dengan mengancam orang lain. Upaya untuk membangun keamanan,
oleh karenanya, bergeser dari konsep “security against” menjadi
“security with”. Apa yang selama ini dikenal sebagai cooperative security, confidence building measures,
dan preventive diplomacy yang dilakukan secara bilateral, regiona1, global, maupun multilateral adalah
sebagian dari berbagai upaya menjawab persoalan ini.
4
1.3. Identifikasi Penulisan Makalah
1. Pengertian Pertahanan Negara
2. Definisi Keamanan Negara
3. Pertahanan terhadap Keamanan Negara
4. Komponen Pertahanan Negara
5. Redifinisi Doktrin, Pembagian Wewenang dan Strategi Pertahanan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem
pertahanan negara.
Pertahanan nasional merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer) diselenggarakan oleh suatu
Negara untuk menjamin integritas wilayahnya, perlindungan dari orang dan/atau menjaga kepentingan-
kepentingannya. Pertahanan nasional dikelola oleh Departemen Pertahanan. Angkatan bersenjata
disebut sebagai kekuatan pertahanan dan, di beberapa negara (misalnya Jepang), Angkatan Bela Diri.
6
betapa upaya suatu negara untuk meningkatkan keamanannya dengan mempersenjatai diri justru, dalam
suasana anarki internasional, membuatnya semakin rawan terhadap kemungkinan serangan pertama
pihak lain. Istilah kedua, dilema pertahanan, menggambarkan betapa pengembangan dan penggelaran
senjata baru maupun aplikasi doktrinal nasional mungkin saja justru tidak produktif atau bahkan
bertentangan dengan tujuannya untuk melindungi keamanan nasional. Berbeda dari dilema keamanan
yang bersifat interaktif dengan apa yang [mungkin] dilakukan pihak lain, dilema pertahanan semata-mata
bersifat non-interaktif, dan hanya terjadi dalam lingkup nasional, terlepas dari apa yang mungkin
dilakukan pihak lain.
7
2.4.2. Komponen cadangan
"Komponen cadangan" (Komcad) adalah "sumber daya nasional" yang telah disiapkan untuk
dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen
utama.
"Sumber daya nasional" terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya
buatan. Sumber daya nasional yang dapat dimobilisasi dan didemobilisasi terdiri dari sumber daya alam,
sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang mencakup berbagai cadangan materiil
strategis, faktor geografi dan lingkungan, sarana dan prasarana di darat, di perairan maupun di udara
dengan segenap unsur perlengkapannya dengan atau tanpa modifikasi.
Para militer
Jawaban atas pertanyaan pertama, apa yang harus dipertahankan, memerlukan suatu
kesepakatan politik. Pertimbangan historis, geografis, ideologis dan perkembangan politik kontemporer
harus dimasukkan dalam kalkulasi itu. Gravitas hubungan antarnegara pada dinamika ekonomi tidak
sepenuhnya menghapus relevansi konteks politik geostrategi. Bagi sebuah negara kepulauan, termasuk
Indonesia, melindungi keamanan nasional adalah usaha besar untuk melindungi dan mempertahankan
kedaulatan maritim berikut sumberdaya yang berada di dalamnya. Pada tingkat strategi, bagaimana
mempertahankan dari ancaman, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana merumuskan ancaman
secara lebih realistik. Untuk waktu yang dapat diperhitungkan ke depan, keamanan terhadap ancaman
interna1 masih akan mendominasi pemikiran strategis di Indonesia. Pluralisme sosial, ketimpangan
ekonomi, disparitas regional menjadikan upaya bina-bangsa dan bina-bangsa menjadi soal serius.
Indonesia adalah suatu entitas politik (negara) yang dibangun di atas fondasi pluralitas. Persatuan
Indonesia seperti diikrarkan dalam Sumpah Pemuda 1928, selama ini lebih direkat oleh common history
anti- kolonia1isme. Common history menghadapi kolonialisme kelihatannya perlu dijelmakan dalam
wujud yang lebih konkret, misalnya common platform dan komitmen untuk menegakkan keadilan sosia1,
dan dengan menggunakan instrumen yang lebih appropriate seperti ketentuan hukum yang demokratik.
Di tengah keharusan untuk mempersiapkan diri terhadap keamanan internal, ancaman militer
dari luar merupakan sesuatu yang harus selalu diperhitungkan, sekalipun pada saat yang sama harus
diakui pula bahwa untuk beberapa tahun yang dapat diperhitungkan ke depan sukar dibayangkan
terjadinya perang dalam pengertian tradisional. Menduduki wilayah asing (occupation) menjadi
sesuatu yang secara moral memperoleh gugatan semakin tajam dan secara ekonomis semakin mahal.
Konflik bersenjata, jika harus terjadi, kemungkinan besar akan bersifat terbatas, berlangsung dalam waktu
singkat, dan menggunakan teknologi tinggi. Amerika Serikat diperkirakan tetap memainkan peranan
penting di kawasan Asia Pasifik, baik karena potensi ketidakstabilan di semenanjung Korea, hubungan
tradisionalnya dengan Jepang dan Korea Selatan, kekhawatirannya terhadap tampilnya Cina sebagai
kekuatan hegemon regional, maupun karena kepentingan ekonominya di kawasan ini. Ancaman militer
dari luar terhadap Indonesia kelihatannya akan bersifat ancaman tidak langsung yang terjadi karena
ketidakstabiIan regional. Termasuk dalam kategori ini adalah perlombaan senjata yang dapat terjadi
karena ketidakstabilan di Semenanjung Korea dan Asia Timur, prospek penyelesaian masalah Taiwan, dan
kemungkinan konf1ik tapalbatas.
9
Masalah pokok, seperti dirumuskan sebagai pertanyaan ketiga, adalah apa cara yang paling efektif
dan efisien untuk menghadapi sumber dan watak ancaman-ancaman tertentu. Ancaman internal harus
diketahui dengan pasti alasan timbulnya. Gagasan-gagasan, termasuk komunisme dan fundamentalisme
religius, tidak pernah secara langsung mempengaruhi tindakan [kekerasan] politik. Menghilangkan
deprivasi ekonomi, politik dan kultural. Demokratisasi dalam penggunaan dan pengelolaan sumberdaya,
dan distribusi pembangunan. Penghormatan pada budaya lokal. Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan
yang seharusnya ditafsirkan sebagai komitmen untuk menghormati keragaman, bukan untuk
menciptakan keseragaman. Upaya nasional, unilateral, adalah demokratisasi. Pengenda1ian dan resolusi
konflik seharusnya semata- mata dilakukan sebagai tindakan polisionil.
Upaya pertahanan dan keamanan di lingkungan kenegaraan dapat ditampilkan melalui berbagai
sikap berikut ini;
Keikutsertaan upaya ini dalam lingkungan setempat, akan menciptakan adanya keamanan dan
ketertiban lingkungan, ketenangan dan ketentraman hidup, suasana kehidupan menjadi teratur,
kehidupan masyarakat menjadi sejuk dan tidaknya suatu kerusuhan dan kekacauan
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertahanan adalah sebuah system yang harus diterapkan sebagai sebuah kesadaran bersama
antara Negara, pemerintah, masyarakat, dan seluruh tatanan.
1. politik
2. social
3. budaya
4. persatuan
5. ancaman-ancaman lain terhadap keselamatan bangsa dan Negara Persoalan siapa yang
harus bertanggungjawab untuk menjawab ancaman keamanan tertentu menjadi rumit dan politikal:
rumit, karena perkembangan konsep dan ketidapastian setelah berakhirnya Perang Dingin dan politikal,
karena landasan konstitusiona1, sejarah, maupun realita politik bisa menjadi kekuatan inersia untuk
membangun pola pembagian kerja baru. Salah satu konsekuensi penting adalah perlunya ketentuan
yang mengatur level of engagement dan instrumen yang boleh digunakan dalam setiap bagian dari
spektrum ancaman terhadap keamanan nasional.
3.2 Saran-Saran
Saran-saran dalam menerapkan sistm pertahanan nasional adalah:
• Sebagai pelajar ada baiknya menghindari pengaruh negative seperti narkoba, pergaulan bebas, dan
kriminalitas.
• Menyikapi perbedaan suku bangsa, ras, atau agama di negera kita sebagai keragaman yang indah untuk
saling memahami dan bertukar pengetahuan.
• Tidak memicu atau ikut dalam tawuran atau perkelahian antar pelajar.
.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8#q=makalah+pertahanan+dan+keamanan+NKRI
http://pertahanandankeamanannegara.blogspot.co.id/2010/03/pertahanan-dan-keamanan-
negara.html
12